Você está na página 1de 5

1. e Apa tatalaksana awal untuk menangani kejang pada kasus?

1) Keadaan Darurat Penanganan Kejang


 Pelihara jalan napas
 Miring dan ekstensikan kepala
 Masukkan benda keras diantara gigi
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan adalah mencegah
penderita mengalami trauma akibat kejang tersebut. Penderita dirawat di kamar isolasi cukup
terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis segera dapat diketahui. Penderita
dibaringkan di tempat tidur lebar, dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci kuat.
Selanjutnya masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas
sudah lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan
daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita kejang tidak
terlalu kuat menhentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus
cukup kendor, guna menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri
oksigen.
2) Pemberian Obat Anti Kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama adalah magnesium sulfat. Bila dengan obat ini
kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya thiopental. Diazepam
dapat dipakai sebagai altenatif pilihan, namun mengingat dosis yang dibutuhkan sangat
tinggi, pemberian diazepam hanya diberikan oleh mereka yang berpengalaman.
Magnesium sulfat bekerja dengan menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan mengambat transmisi neuromuskular. Transmisi
neuromuskular akan membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjaidi
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam
darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
a. Menurunkan Tekanan Darah atau Mengurangi Vasokonstriksi
Obat kardiotonika atau obat-obatan antihipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan
benar-benar atas indikasi.
Obat yang diberikan di indonesia adalah nifedipin dan klonidin
b. Infus dan Meningkatkan Diuretik
 Dapat diberikan infus cairan glukose 5% atau ringer laktat jika tidak ada tanda
perdarahan atau hiponatremia
 Pemberian diuretik tidak bermanfaat untuk menghilangkan edema anasarka, justru
hati-hati dalam pemberian diuretik karena wanita dengan eklampsia sangat sensitif terhadap
penambahan cairan yang mendadak
 Pemberian diuretik diindikasikan jika terdapat edema pulmonum danharus disertai
dengan monitor plasma elektrolit. Diuretikum yang dipakai adalah Furosemide.
c. Mengakhiri Kehamilan
 Usia kehamilan saat ini > 34 minggu (38 minggu)
 Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan
dan keadaan janin.
 Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan metabolisme ibu,
yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini:
o Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
o Setelah kejang terakhir.
o Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
o Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
 Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah Cesar.
 Tindakanseksio sesar dilakukan pada keadaan:
- Penderita belum inpartu
- Fase laten
- Gawat janin
Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu.

2. b Bagaimana mekanisme sakit kepala pada kasus?


Adanya penurunan invasi trofoblast di lapisan otot a. spiralis  Lumen otot kaku dan tegang
 vasokontriksi a. spiralis  gangguan aliran darah uteroplasenta  hipoksia dan iskemik
plasenta  merangsang produksi oksidan (radikal hidroksil)  merusak membrane, protein,
dan nucleus sel  terjadinya disfungsi endotel  rangsang peningkatan produksi
tromboksan dan endotelin, dan juga penurunan prostasiklin  terjadi vasokontriksi
menyeluruh (termasuk pemb darah di otak)  hipoperfusi aliran darah ke otak  terjadi
iskemik cerebri  rangsang oksidan  peningkatan permeabilitas membran endotel 
transudasi cairan di otak  edema cerebri  peningkatan tekanan intracranial  Sakit pada
kepala

3. b Bagaimana prosedur pemeriksaan ANC? (jgn lupa masukkan jg kpn saja hrs dilakukan!)
Kunjungan antenatal untuk pemanfaatan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut :
 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu)
 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28)
 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu
ke 36)

3. f Mengapa bidan menyarankan ibu untuk melahirkan di RS?


untuk menghindari adanya komplikasi post partum dari ibu

A. Definisi
C. Epidemiologi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah pada
umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan
tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-negara
berkembang frekuensi eklampsia berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedangkan di negara-negara maju
angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1 %.3,7
H. Manifestasi klinis
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin
timbul sebelum, selama atau setelah persalinan. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir
dan menjadi sering mendekati aterm. Pada umumnya kejang dimulai dari makin memburuknya
preeklampsia dan terjadinya gejala nyeri kepala daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu (Prawirohardjo,
2013) :
1) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2) Tingkat kejang tonik Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi
kaku, wajah kelihatan kaku, tangannya menggenggam dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan
berhenti, muka terlihat sianotik dan lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi secara berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup
sehingga lidah dapat tergigit disertai bola mata menonjol. Dari mulut, keluar ludah yang berbusa,
muka menunjukkan kongesti dan sianotik. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat
terjadi demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang
berhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur
4) Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita
menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang
berulang, sehingga penderita tetap dalam koma. Selama serangan, tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 C.
5) Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema serebri. Secara teoritis terdapat dua
penyebab terjadinya edema serebri fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi yang kuat. Teori
vasospasme menganggap bahwa over regulation serebrovaskuler akibat naiknya tekanan darah
menyebabkan vasospasme yang berlebihan yang menyebabkan iskemia lokal. Akibat iskemia akan
menimbulkan gangguan metabolisme energi pada membran sel sehingga akan terjadi kegagalan
ATP-dependent Na/K pump yang akan menyebabkan edema sitotoksik. Apabila proses ini terus
berlanjut maka dapat terjadi ruptur membran sel yang menimbulkan lesi infark yang bersifat
irreversible.
Teori force dilatation mengungkapkan bahwa akibat peningkatan tekanan darah yang ekstrim pada
eklampsi menimbulkan kegagalan vasokonstriksi autoregulasi sehingga terjadi vasodilatasi yang
berlebihan dan peningkatan perfusi darah serebral yang menyebabkan rusaknya barier otak dengan
terbukanya tight junction selsel endotel pembuluh darah. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya
edema vasogenik. Edema vasogenik ini mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat yang dapat
menimbulkan kejang pada eklampsi (Sudibjo P, 2010).
N. Tatalaksana
Tujuan utamanya ialah menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Pada dasarnya pengobatan
eklampsia terdiri pengobatan medikamentosa dan obstetrik. Namun, pengobatan hanya dapat
dilakukan secara simptomatis karena penyebab eklampsia belum diketahui dengan pasti.

Você também pode gostar