Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. SDGs merupakan
tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai
negara dalam forum resolusi PBB. Dari 17 tujuan SDGs, tujuan ketiga adalah
Sistem Kesehatan Nasional dengan 2 target pertama yaitu mengenai AKI dan
AKB ; (1) Pada 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per
100.000 kelahiran hidup, (2) Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
setidaknya hingga 12 per 1000 KH dan angka kematian balita hingga 25 per 1000
KH (SDGs, 2015).
yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta lambatnya penurunan kedua
1
neonatus disebabkan oleh asfiksia neonatorum dengan proporsi lahir mati yang
sebanyak 55,8% terjadi pada periode neonatal (usia di bawah 1 bulan), sekitar
78,5 %-nya terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas 2013, p.4). Setiap 5 menit
kesehatan masyarakat yang bermakna pada tahun 2007. Hal ini dapat dilihat
dari angka kematian bayi menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup menjadi 34
kematian bayi pada periode neonatal (0-28 hari). Sebagian besar (78,5 %) dari
kematian neonatal terjadi dalam satu minggu pertama (0-6 hari) kehidupan bayi
baru lahir. Di Sumatera barat tahun 2016 Angka Kematian Bayi yaitu 27 per
persalinan ibu di ruang kebidanan RSUD Dharmasraya, pada tiga tahun terakhir
terjadi peningkatan angka kejadian asfiksia yaitu 211 kejadian asfiksia pada tahun
2014, 2015 pada tahun 2016 dan 237 (Rekam Medis RSUD Dharmasraya, 2017).
infeksi (Kemenkes 2014, p.1). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru
dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan
2
faktor–faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran
(Manuaba, 2010).
penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah
faktor partus lama, preeklamsi, persalinan preterm. Beberapa kondisi tertentu pada
Hipoksia pada bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Kemudian faktor yang menyebabkan
bayi sehingga dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir. Dalam hal ini penolong
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tahun 2018
4
D. Manfaat Penelitian
Asfiksia pada bayi baru lahir dengan harapan dapat menmgurangi angka
bahan atau data dasar bagi peneliti lanjut, khususnya mengenai bayi baru lahir
dengan Asfiksia.
3. Bagi Peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asfiksia
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Dari sumber lain
menyebutkan asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernafas secara
spontan dan teratur, sering kali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan . Ada pula dari sumber lain
disebutkan bahwa asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
Aziz : 2010)
2. Penyebab Asfiksia
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
6
a. Faktor ibu:
2) Perdarahan abnormal
5) Infeksi berat
c. Faktor bayi:
7
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin
dan berakhir dengan asfiksia bayi. Keadaan ini perlu dikenal, agar dapat
dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir. Faktor-faktor yang
previa,
c) hipertensi pada eklamsia,
d) gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2010).
4. Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua
golongan :
pada tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2.
8
demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
ganglia basalis. Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan
glial, sehingga pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati,
Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja
jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat.
korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan
asphyxia).
(Prawirohardjo, 2010).
5. Penilaian Asfiksia
9
menurun. Ciri-ciri seperti warna, tonus, respon terhadap stimulasi,
oleh seorang anestesi Amerika yaitu Dr.Virginia Apgar. Hal utama yang perlu
diperhatikan adalah usaha napas bayi, frekuensi, dan kekuatan nadi. Pada
bayi yang gagal bernafas dan menjadi asfiksia sebaiknya dilakukan resusitasi
aktif ketika frekuensi denyut jantung mulai menurun (David Hull, 2008).
menangis biasanya hidup, tetapi bayi lahir tidak menangis biasanya cepat
pada menit pertama dan menit kelima setelah lahir. Adapun menit pertama
Nilai
Tanda Vital
0 1 2
Denyut Jantung Tidak terdengar Dibawah 100 x/i Diatas 100 x/i
Pernafasan Hilang Lambat/tidak Normal, bayi
teratur/lemah menangis
Tonus Otot Flasid Sedang Baik, gerakan aktif
Refleks Iritasi Tidak ada reaksi Reaksi berkurang Reaksi normal
Warna Kulit Biru / pucat Badan merah Seluruhnya merah
muda, ekstremitas muda
biru
(Luz Heller, 2007)
10
6. Klasifikasi Asfiksia
persalinan sehingga dapat mencapai well born baby dan well health mother.
11
Menghadapi asfiksia neonatus memang di perlukan tindakan
8. Langkah-langkah resusitasi
a. Langkah awal:
bernafas spontan dan teratur. Bila tidak siapkan rujukan, bila bayi tidak
1. Umur Ibu
12
Menurut National Center for Health Statistic (Smith,dkk, 2009),
sekitar 13% persalinan terjadi pada wanita berusia antara 15-19 tahun.
premature, dan angka kematian bayi yang lebih tinggi (Fraser dkk,2005).
awal mengisyaratkan bahwa wanita berusia lebih dari 35 tahun beresiko lebih
mungkin terjadi pada wanita hamil usia 30an. Pilihan proses melahirkan juga
biasanya lebih terbatas. Ibu disarankan untuk melahirkan di bidan atau rumah
melahirkan di rumah sakit besar atau rumah bersalin besar. Namun, dengan
Untuk itu ibu muda yang berusia kurang dari 20 tahun, dibutuhkan
SIAGA (siap antar jaga) agar ibu dan bayi sehat dan selamat. Dan dianjurkan
13
untuk ibu memakai KB setelah persalinannya nanti. Selain itu kunjungan
ANC ibu harus terstruktur dan terprogram, imunisasi lengkap dan status gizi
menyertai persalinan preterm adalah infeksi, bayi lebih dari satu, hidramnion,
faktor internal lainnya meliputi status ekonomi, usia kurang 18 tahun atau
lebih dari 40 tahun, merokok lebih dari 10 batang sehari, dan kelahiran
antara umur ibu dengan kejadian asfiksia dengan nilai p = 0,006. Untuk
mengurangi kejadian asfiksia yang disebabkan oleh factor umur ibu yang
buruk pada kehamilan. Dan ibu yang mempunyai usia beresiko harus
14
dini terhadap penyulit kehamilan. Sehingga ibu dapat menentukan langkah
2. Jenis Persalinan
kala I lebih lama, fase aktif dan laten menjadi lebih lama dan terjadi
perdarahan karena atonia uteri, rupture uteri atau laserasi jalan lahir. Distress
prolaps tali pusat bila bagian presentasi gagal untuk turun. (Hamilton, 2010).
bagian kepalanya. Persalinan vakum ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita gangguan jantung dan paru-paru. Oleh sebab itu, pada saat
karena kondisi jantung dan parunya lemah. Resiko vakum bagi ibu adalah
perdarahan dan trauma atau luka jalan lahir. Sedangkan pada janin adalah
eklamsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung, paru, partus kasep. Indikasi
pada janin yaitu pada gawat janiin dan indikasi waktuyaitu pada kala II
15
memanjang. Komplikasi yang terjadi pada ibu adalah perdarahan, trauma
jalan lahir, infeksi. Sedangkan pada janin adalah fraktur tulang kepala, cedera
persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu,
adanya hubungan antara jenis persalinan ibu dengan kejadian asfiksia dengan
tekanan darah tinggi seperti preeklamsi yang disertai dengan gejala edema
Penyebab utama tekanan darah tinggi saat hamil adalah tekanan darah tinggi
16
penyakit yang diderita tidak terkontrol, tambah berat, dan disertai dengan
pertumbuhan dan perkembangan janin. Dalam hal ini akan terjadi proses
pertukaran CO2 dan O2 antara ibu dan janinnya. Gangguan fungsi paru-paru
kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi,
premature, proses persalinan lama, dan lemasnya kondisi sang ibu dapat
terjadi. Setelah lahir, penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan dan shock
hubungan antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian asfiksia dengan
nilai p = 0,296. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian
4. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
pada masa kehamilan, vili plasenta robek pada dinding uterus, membuka
17
sinus-sinus uterus dan menyebabkan perdarahan. Jumlah perdarahan
( tepi plasenta melekat dekat ostium internal, tapi tidak menutup ostium
internal)
b. Abrupsio plasenta
a. Insersio velamentosa
atau asfiksia. Semua tanda-tanda distress janin diperiksa dengan segera dan
hal ini terjadi, tali pusat tertekan antara pelvic maternal dan bagian
(Hamilton, 2010)
18
Umur kehamilan atau umur gestasi dimulai sejak terjadinya
atau bayi dengan berat badan 2.500 gram atau lebih (Prawirohardjo, 2007).
risiko yang dapat terjadi. Hal tersebut karena sudah terjadi kematangan
bentuk fisik janin dan hal merupakan yang mempunyai dampak potensial
risiko tinggi karena bayi akan lahir dalam keadaan BBLR sehingga sering
menimbulkan gangguan pernafasan. Bayi yang lahir dari ibu dengan umur
kehamilan yang kurang bulan adalah bayi yang lahir dengaan umur
bayi preterm yang semakin muda usia kehamilan semakin besar morbiditas
yang tidak stabil. (Varney, 2010). Hal tersebut merupakan hal yang
bayi.
19
generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau
lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan
(Winkjosastro, 2010).
20
C. Kerangka Teori
Faktor Ibu :
Usia
Penyakit yang menyertai
kehamilan (Pre eklamsi,
eklamsi, hipertensi, gangguan
atau penyakit paru)
o Riwayat obstetric buruk
o Usia kehamilan
Asfiksia
Faktor Janin dan plasenta : Neonatorum
o Kelainan tali pusat (tali pusat
menumbung atau melilit pada
leher)
o Kompresi tali pusat
Faktor persalinan
partus lama atau partus dengan
tindakan.
(Sumber : Alimul Aziz, 2010)
Keterangan :
Diteliti
o Tidak diteliti
21
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
22
BAB III
Kerangka Konsep
A. Kerangka Konsep
Umur
Kejadian Asfiksia
Jenis persalinan
Neonatorum
B. Defenisi Operasional
Defenisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Umur Ibu Umur ibu pada Format Studi Ordinal 1.Tidak
saat melahirkan Pengumpulan dokumentasi beresiko
dan dinilai dalam Data Usia ibu 20-
tahun. 35 tahun
Dilakukan 2.Beresiko
pembulatan jika Umur ibu
umur > 6 bulan <20 tahun
dibulatkan atau >35
keatas dan < 6 tahun
bulan dibulatkan
kebawah
2 Jenis Suatu Format Studi Ordinal 1.Tidak
Persalinan pengkategorian Pengumpulan dokumentasi beresiko
jenis persalinan Data Partus
yang dialami ibu spontan
pada saat 2.Beresiko
kelahiran bayi Partus
dengan
23
tindakan
3 Penyakit Suatu Format Studi Ordinal 1.Tidak
selama pengkategorian Pengumpulan dokumentasi beresiko
kehamilan berdasarkan Data Tidak adanya
penyakit yang penyakit
diderita ibu pada selama
saat kehamilan kehamilan
yang bersifat 2.Beresiko
kronis seperti : Ada penyakit
hipertensi, selama
anemia, jantung, kehamilan
penyakit paru, seperti
serta gangguan hipertensi,
kontraksi uterus anemia,
jantung dan
penyakit paru
gangguan
kontraksi
uterus
4 Kejadian Suatu Format Studi Ordinal 1.Tidak asfiksia
asfiksia pengkategorian Pengumpulan dokumentasi , jika bayi
berdasarkan Data menangis
kejadian asfiksia segera setelah
bayi setelah lahir
dilahirkan 2.Asfiksia
, jika bayi
tidak
menangis
segera setelah
lahir
C. Hipotesis
Ha :Adanya hubungan yang berarti antara umur ibu dengan kejadian asfiksia
Ha :Adanya hubungan yang berarti antara jenis persalinan ibu dengan kejadian
asfiksia
kejadian asfiksia
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
dalam waktu bersamaan dalam suatu sampel dan populasi (Notoatmojo, 2012).
1. Populasi
(Notoatmodjo, 2012) Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan
bayi hidup dengan partus spontan maupun dengan partus buatan di Ruang
melahirkan.
2. Sampel
penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di ruang kebidanan yang tercatat
25
dalam buku register (medical record) di Rumah Sakit Umum Dharmasraya
Keterangan :
n = besaran sampel
N = besar populasi
(95% = 1,96)
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan
dari studi dokumentasi rekam medic tentang umur ibu, jenis persalinan ibu,
penyakit selama kehamilan yang diderita ibu dan Apgar Skor bayi yang dirawat
26
E. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Agar diketahui hasil data yang diteliti. Adapun pengolahan data dilakukan
Member kode pada setiap jawaban dengan angka / huruf agar lebih dan
c. Entry
manual.
d. Cleaning
Data yang telah diolah dicek kembali untuk memastikan data tersebut telah
e. Tabulating
Menyusun data dalam bentuk table distribusi dan table silang 2 variabel.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
variable yaitu umur ibu, jenis persalinan ibu, penyakit selama kehamilan dan asfiksia
27
Keterangan :
P : nilai persentase
f : frekuensi
n : jumlah responden
2. Analisis Bivariat
dengan menggunakan uji statistic chi square untuk uji hipotesis dengan derajat
kepercayaan 95%.
, sedangkan jika p > 0,005 maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang
28