Você está na página 1de 7

Asal Usul Bangsa Mesir, Politik, Pemerintahan, Ekonomi dan Budaya Mesir.

Mata Kuliah Sejarah Islam di Kawasan Afrika

Oleh:

- Daruri Alfaris (11170220000014)


- Eka Rizky Khalimi (11170220000066)
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mesir merupakan dataran subur yang dilalui sungai Nil. Peninggalannya membuat
orang berdecak kagum dengan kemajuan berpikir masyarakat di dalamnya. Dari berbagai
aspek, Mesir telah dikupas habis di berbagai forum ilmiah. Pada kesempatan kali ini,
pemateri berkesempatan mengulas asal usul bangsa Mesir, politik-pemerintahan,
ekonomi serta budaya Mesir pada masa sebelum kedatangan Islam.

2. Rumusan Masalah

- Bagaimana bangsa Mesir dapat lahir?


- Bagaimana keadaan politik, pemerintahan, ekonomi dan budaya bangsa Mesir pada
masa pra Islam?

3. Tujuan

- Mengidentifikasi asal usul bangsa Mesir


- Memahami keadaan politik, pemerintahan, ekonomi dan budaya bangsa Mesir pra
Islam.
BAB II PEMBAHASAN

ASAL- USUL DAN SEJARAH BANGSA MESIR

Sejarah asal-usul nenek moyang bangsa Mesir kuno dimulai ketika pasca banjir
Nabi Nuh as, dimana ketika itu banyak manusia yang musnah kecuali hanya sebagian
kecil orang-orang yang selamat di dalam kapal yang berjumlah 80 orang. Anak Nabi Nuh
yang selamat salah satunya bernama Ham bin Nuh, dalam beberapa riwayat dari al-
Qur’an, Hadits Nabi bahkan dalil Israiliyat menceritakan bahwa Ham bin Nuh inilah yang
menurunkan orang orang dari bangsa Qibhti/Misraim, al-Hind, Quth, Kan’an, az-Zanj,
Barbar, Put, dan Qush.1 Ibnu ath-Thabari menyebutkan istri Ham bernama Mahlab binti
Marib bin Al-Darmasil bin Mahlayl bin Akhnuk\Idris bin Qayin bin Enosh bin Syits bin
Adam as dan darinya menurunkan 4 orang anak yaitu, Kush, Put,Kan’an dan Qibthy. Dari
Kush bin Ham, Ibnu at-Thabari menyebutkan istri Kush bernama Qarnabil binti Batawil
dan darinya menurunkan bangsa Habsyah, Hin dan Sind yang pada akhirnya menetap di
wilayah Etiophia dan India. Di India mereka membentuk kerajaan-kerajaan kuno India,
dimana kebanyakan yang menjadi raja mereka adalah keturunan Hind bin Kush bin Ham
bin Nuh as.2
Ketika Nuh menginjak usia lanjut, ia mendoakan agar keturunan Kush menjadi
raja-raja, karena mereka berdua ini melayani kakeknya disaat usianya lanjut. Penduduk
Barqah pada masa lalu, atau yang dikenal sebagai bangsa Zawilah merupakan keturunan
dari Hawilah bin Kush bin Ham. Dari Put bin Ham, Ibnu ath-Thabari menyebutkan istri
Put bernama Bakht bin Batawil. Keturunan Put kemudian berdiam di wilayah Libya dan
menjadi cikal-bakal nenek moyang orang Libya.
Dari Kan’an bin Nuh, Ibnu ath-Thabari menyebutkan istri Kan’an bernama Arsal
binti Batawil dan darinya menurunkan bangsa berkulit hitam atau Negro, Nubia, Fezzan,
Zanj dan Zaghawah dan mereka menyebar di wilayah afrika, Syam dan Yudea.
Dari Qibthy (Mishraim) bin Ham, Ibnu ath-Thabari menyebutkan keturunan
Mishraim adalah bangsa Koptik dan mendiami wilayah mesir yang kelak akan menjadi
para penguasa-penguasa kerajaan Mesir Kuno yang memakai gelar Fir’aun.3
Mesir merupakan salah satu daerah tersubur di Afrika, dan salah satu negara
tersubur di Mediterania. Karena kesuburannya, Mesir menjai salah satu tempat terawal
yang dihuni oleh manusia, sekitar 40.000 tahun lalu. Pada awalnya, tidak tidak ada
begitu banyak orang di Mesir, namun seiring waktu Mesir menjadi semakin padat,
sehingga diperlukan untuk pemerintahan bersatu. Untuk sementara waktu tampaknya
ada dua kerajaan, yang disebut Mesir hulu dan Mesir

1
Ibnu Katsir, Kisah para Nabi, ( Jakarta: Ummul Qura, 2013), hlm. 153.
2
Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan-Nihayah, ( Jakarta: Pustaka As-sunnah, 2013)
3
Ath-Thabari, Tarikh ar-Rusull wal-Mulk
Hilir ini yang disebut Dinasti Awal. Sekitar 3000 tahun SM, pada awal zaman
Perunggu, raja Mesir Hulu menaklukan raja Mesir di Hilir dan membuat Mesir menjadi
Kerajaan Bersatu yang disebut Mesir periode Kerajaan Lama (2686-2160SM). Pemimpin
kerajaan ini yang kemudia disebut Fir’aun.
Pada periode Kerajaan Lama, bangsa Mesir mulai membangun Piramida sebagai
makam dari Fir’aun. Kemudian pada 2200 SM tampaknya ada perubahan iklim, dan
Mesir terpecah menjadi banyak kerajaan kecil. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama
(2160-2040 SM). Pada 2040SM, para fir’aun berhasil menyatukan kembali Mesir untuk
kemudian mendirikan Kerajaan Pertengahan (2040-1633SM), namun para fir’aun
Kerajaan Pertengahan tidak sekuat fir’aun Kerajaan Lama, dan mereka tidak lagi
membangun piramida. Sekitar 1800SM, para fir’aun Kerajaan pertengahan kembali
kehilangan kekuasaan. Ini disebu Periode Pertengahan Kedua (1786-1558SM). Selama
Periode Pertengahan Kedua, Bangsa Hyksos dari utara menginvasi Mesir dan menguasai
Mesir Hilir untuk sementara waktu. Bangsa Hyksos memiliki kuda dan kereta perang,
dan dengan cepat pasukan Mesir juga belajar cara menggunakan kuda dan kereta
perang. Sekitar 1500SM, para fir’aun Mesir dari Mesir Hulu berhasil mengusir Bangsa
Hyksos dan menyatukan kembali Mesir dalam satu negara yang disebut Kerajaan Baru
(1558-1085SM).4
Masa ini disebutkan dalam Injil dan Al-Qur’an yaitu tentang penindasan Bani
Israel oleh bangsa Mesir. Pada akhir zaman perunggu, terjadi krisis umum di wilayah
Mediterania Timur dan Asia Barat dengan Hancurnya Peradaban Mykenai dan Het,
pemerintahan Mesir juga runtuh, berujung pada Periode Pertengahan Ketiga (1085-
525SM). 5Selama periode ini, para raja Afrika timur dari sebelah selatan Mesir, tepatnya
dari Nubia, Menguasai sebagian besar wilayah Mesir. Setelah itu pada 525 SM,
Cambyses, raja Persia, memimpin pasukan menuju Mesir dan menaklukannya. Ia
menjadikan Mesir sebagai bagian dari Kekaisaran Persia, namun mereka tak cukup kuat
untuk melawan. Ketika Alexander Agung menaklukan kekaisaran Persia pada 332 SM, ia
juga merebut Mesir pada tahun yang sama, dan para penerus Alexander yang beretnis
Yunani berkuasa di Mesir setelah kematiannya pada 323 SM.

Masa ini disebut pula periode Hellenistik. Pada masa ini Cleopatra yang
merupakan perempuan Yunani dan Fir’aun Mesir, berkuasa. Setelah Cleopatra
meninggal, Romawi menaklukan Mesir dan menjadikan Mesir sebagai bagian dari
Kekaisaran Romawi selama ratusan tahun ( 30 SM-700 M). 6

4
Seignobos Charles, Sejarah Peradaban Dunia Kuno, ( Yogyakarta: Indoliterasi, 2014) hlm. 109
5
Ibid. Hlm 112
6
"Christianizing the Roman Empire A.D 100–400", Ramsay MacMullen, hal. 63, Yale University Press, 1984,
POLITIK, PEMERINTAHAN, EKONOMI DAN KEBUDAYAAN MESIR.

Politik

Di mesir kuno, pemerintahan bersifat autokrasi, sebagaimana berlaku di seluruh


sistem politik Timur Tengah lainnya. Keahlian dan pemerintahan bergabung dalam satu
kesatuan autokratis. Fir’aun adalah anak Dewa Matahari, Ra; ia ilahi, pucuk heirarki
kekuasaan. Ibadah yang benar kepada dewa-dewa alam dan negara ditambah
manipulasi magi yang lihai dipakai untuk menghadirkan ketentraman dan kemakmuran
bagi penduduk yang diperintah oleh Fir’aun.7

Sejarah Politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-


desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut
nomen. Dari desa-desa kecil tersebut, berkembanglah menjadi kota yang kemudian
disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Kerajaan Mesir Hulu. Proses tersebut
berawal dari tahun 4000 SM. Namun, pada tahun 3400 SM, seorang penguasa bernama
Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi kerajaan Mesir yang besar.

Pemerintahan

Seperti yang disebutkan, Fir’aun berkuasa secara mutlak. Fir’aun dianggap dewa
dan dipercaya sebagai putra Dewa Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya, baik
sipil, militer, maupun agama. Sebagai penguasa, Fir’aun mengklaim atas seluruh tanah
kerajaan. Rakyat yang tinggal diwilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk
keperluan tersebut, Fir’aun memberlakukan sensus penduduk, tanah, dan bintang
ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai
penguasa militer, Fir’aun berperan sebagai panglima perang. Sedangkan, pada waktu
damai, ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.

Untuk menjalankan pemerintahannya, Fir’aunmengangkat pejabatnya yang


umumnya dari golongan bangsawan. Di antaranya ialah pejabat gubernur provinsi,
panglima ketentaraan, hakim di pengadilan, dan pendeta untuk melaksanakan upacara

7
David W. Shenk, Ilahi-Ilahi Global; Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern (Jakarta; Gunung
Mulia, 2006), hlm. 323.
keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah wazir atau perdana menteri, yang
umumnya dijabat oleh putera mahkota. Sejak tahun 3400 SM, sejarah Mesir
diperintahkan oleh 30 dinasti yang berbeda, yang terdiri atas tiga zaman, yaitu Kerajaan
Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Mesir Tengah di Avaris dan Kerajaan
Mesir Baru di Thebe.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Bangsa Mesir merupakan bangsa yang telah memiliki peradaban tinggi sebelum kehadira
Islam. Dengan itu, masuknya unsur-unsur asing dalam kebudayaan Mesir dapat dengan mudah
menyesuaikan dengan keadaan geografis dan sosial budaya dalam masyarakat Mesir.

Daftar Pustaka

Ibnu Katsir, Kisah para Nabi, Penerbit Ummul Qura, Jakarta 2013

Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Niyahah, Penerbit Pustaka Assunnah, Jakarta, 2013.


Al-Thabari, Tarikh al-Muluk wa al-Rusul, (tanpa tahun)
Charles, Seignobos, Sejarah Peradaban Dunia Kuno, Penerbit Indoliterasi, Yogyakarta, 2014
MacMullen, Ramsay, Christianizing the Roman Empire A.D 100–400, Yale University Press, 1984

Você também pode gostar