Você está na página 1de 3

1. Apakah ada hubungan napza dengan skizofrenia?

Fenomena halusinasi merupakan persepsi yang Abnormal pada individu dimana ia


sadar dan terjaga akan tetapi tanpa adanya stimulus pada reseptor panca indera yang nyata
diluar dirinya. Halusinasi, dengan kata lain persepsi tanpa objek yang jelas. Halusinasi
biasanya dijumpai pada para pengguna obat-obatan dan narkoba. Penggunaan kokain, LSD,
dan berbagai jenis turunan amphetamine dapat juga memicu munculnya halusinasi. Bahkan
pada kasus penggunaan marijuana (ganja) dapat memunculkan halusinasi secara visual.
Pemakaian narkotika seperti kokain dapat menimbulkan halusninasi auditorik, sama halnya
dalam kasus halusinasi yang dialami oleh penderita schizophrenia dan gangguan psikotik
lainnya. Selain pada orang yang mengkonsumsi narkoba. Dalam beberapa kasus, halusinasi
dapat terjadi pada orang-orang normal selain pada kondisi yang disebutkan diatas, misalnya
pada kasus kematian orang yang sangat dicintainya, subyek berhalusinasi bahwa ia dapat
melihat orang yang dicintainya itu pada suatu waktu, beranggapan ia masih hidup atau
bertemu, meninggalkan pesan dan sebagainya. Kasus lainnya halusinasi dapat terjadi pada
saat pergantian antara waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut halusinasi hypnagogik

2. Faktor resiko seseorang menggunakan NAPZA


Faktor Individu, meliputi :
 rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
 tidak bersikap tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya
 penilaian diri yang negatif (low self-esteem) seperti merasa kurang mampu dalam
pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau tingkat/status sosial ekonomi yang rendah
 rasa kurang percaya diri (low self-confiedence) dalam menghadapi tugas
 mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
 tidak tekun dan cepat jenuh
 sikap pemberontak terhadap peraturan/tata tertib
 pernyataan diri sudah dewasa
 identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orangtua/penggantinya yang
kurang berjalan dengan baik, atau gangguan identitas jenis kelamin, merasa diri kurang
jantan
 depresif, cemas, hiperkinetik
 persepsi yang tidak realistis
 kepribadian dissosial (perilaku menyimpang dari norma yang berlaku)
 pernghargaan sosial yang kurang
 keyakinan penggunaan zat sebagai lambang keperkasaan atau kemodernan (anticipatory
belief)
 kurang menghayati ajaran agama.
Faktor Lingkungan, meliputi :
 mudah diperolehnya zat NAPZA
 komunikasi orangtua dengan anak yang kurang efektif
 hubungan antar orangtua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
 orangtua atau anggota keluarga lainnya menggunakan zat NAPZA
 lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu ketat dalam disiplin
 orangtua yang otoriter atau dominan
 berteman dengan pengguna zat NAPZA
 tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
 ancaman fisik dari teman atau pengedar
 lingkungan sekolah yang tidak tertib
 lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan bakat para
siswanya.

Kriteria DSM –IV-TR untuk ketergantungan zat :

Suatu pola maladaptif penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara
klinis signifikan, yang dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi dalam periode 12
bulan yang sama:
1) Toleransi, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:
a. Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk mencapai intoksikasi atau efek
yang diinginkan.
b. Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya penggunaan zat dalam jumlah yang
sama.

2) Putus zat, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:


a. Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut (mengacu kriteria A dan B untuk
keadaan purus zat dari suatu zat spesifik)
b. Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk meredakan atau menghindari gejala
putus zat
3) Zat sering dikonsumsi dalam jumlah lebih besar atau dalam periode yang lebih lama dari
seharusnya
4) Terdapat keinginan persisten atau ketidakberhasilan upaya untuk mengurangi atau
mengendalikan aktivitas penggunaan zat
5) Menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh zat
(cth., mengunjungi banyak dokter atau berkendara jarak jauh), menggunakan zat (cth.,
merokok ‘seperti kereta api’), atau untuk pulih dari efeknya.
6) Mengorbankan atau mengurangi aktivitas reaksional, pekerjaan, atau sosial yang penting
karena penggunaan zat.
7) Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau psikologis rekuren yang dialami
mungkin disebabkan atau dieksaserbasi zat tersebut (cth., saat ini menggunakan kokain walau
menyadari adanya depresi terinduksi kokain atau minum berkelanjutan meski mengetahui
bahwa ulkus akan menjadi lebih parah dengan mengonsumsi alkohol).

Você também pode gostar