Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelas : 3A
Penerapan Pendekatan Sosiologi Sastra dalam Analisis Puisi Hujan Bulan Juni
1989
Hujan dalam puisi tersebut seolah menjelma menjadi tokoh yang begitu dekat dengan
pembaca, bahkan dapat mewakili diri pembaca sendiri, karena mungkin pembaca memiliki
rasa yang sama dengan apa yang dirasakan oleh hujan bulan Juni dalam puisi tersebut, yaitu :
Ø Hujan bulan Juni yang tabah, yang menahan dirinya (cintanya) untuk tidak turun ke bumi
karena belum waktunya. Ini bisa diartikan sebagai seseorang yang menahan perasaannya
(rindu atau cintanya) kepada seseorang karena belum waktunya untuk disampaikan.
Ø Hujan bulan Juni yang bijaksana, karena mampu menahan diri dan rindunya untuk bertemu
Ø Hujan bulan Juni yang arif, karena dibiarkannnya (cintanya) yang tak terucapkan diserap akar
pohon bunga.
Puisi tersebut juga menggambarkan seseorang yang memiliki rasa rindu atau cinta
kepada orang lain, tetapi karena suatu hal seseorang tersebut menjadi ragu-ragu atau merasa
menghapuskan rasa yang dimilikinya itu dan membiarkannya untuk tetap tak tersampaikan.
Bila dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judulnya saja itu sudah merupakan
sesuatu yang hampir tidak mungkin. Karena bulan Juni termasuk dalam musim kemarau,
hujan tidak mungkin turun. Dan jika dilihat dari tahun penciptaan puisinya yaitu tahun 1989,
yang pada saat itu musim kemarau dan musim hujan masih berjalan secara teratur, tidak
seperti sekarang. Karena itulah hujan harus menahan diri untuk tidak turun ke bumi. Jadi,
dapat ditafsirkan bahwa hujan bulan Juni merupakan gambaran atau pengistilahan dari
perasaan rindu atau cinta sang penyair kepada seseorang yang ditahan, yang tak mungkin
Jika dilihat dari sisi penyairnya mungkin pada waktu itu si penyair ingin
menyampaikan sesuatu kepada seseorang, tetapi tidak dapat disampaikan karena mungkin
ada suatu hal yang menghalanginya untuk menyampaikan sesuatu itu, si penyair juga
berusaha untuk menghapuskan jejak-jejak perasaannya yang ragu-ragu untuk disampaikan,
Disini penyair menyampaikan sebuah pesan kepada pembaca atau masyrakat yaitu
beberapa aspek etika agar pembaca atau masyrakat diharapkan memiliki sifat-sifat yang di
ibaratkan pada puisi hujan bulan juni, yaitu sifat tabah, bijak, dan arif dalam menghadapi
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 72 tahun)
ialah seorang pujangga Indonesia yang terkemuka, yang termasuk dalam sastrawan angkatan
70’an. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata yang sederhana
tapi mampu untuk membawa pembaca dalam dunianya dan seolah-olah merasakan apa yang
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku
Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni,
Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”).
Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD
Sehingga banyak puisi Sapardi yang dijadikan musikalisasi puisi yang kemudian
melahirkan beberapa album musikalisasi, salah satunya yaitu album “Hujan Bulan Juni”
(1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono.