Você está na página 1de 12

AGRIBISNIS MENGHADAPI ERA 4,0;

MENGOPTIMALKAN SETIAP SUBSISTEM AGRIBISNIS


DALAM MENGHADAPI ERA DISTRUPSI 4,0
Dosen Pengampu : Dr. Nunuk Adiarni MM

Disusun Oleh :

Kelas : Agribisnis 4E

Kelompok : 1

Siti Aisyah (11170920000037)

Dafa Yudha Maghreza (11170920000047)

De Nio Tito (11170920000088)

Heni Damayanti (11170920000140)

Meilena Dwiyanti (11170920000141)

Suya Rohcahayana (11170920000145)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
paper ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nunuk Adiarni MM
sebagai dosen pengampu yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian paper ini.

Tema paper ini adalah Agribisnis Menghadapi Era 4,0 dengan Judul paper mengenai
“Mengoptimalkan Setiap Subsistem Agribisnis Dalam menghadapi Era Distrupsi 4,0”.

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan mengoptimalkan setiap subsistem agribisnis dalam
menghadapi era distrupsi 4,0

Dengan demikian diharapkan dapatmemberikan kontribusi positif dalam sistem


pelayanan kesehatan secara optimal.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Olehkarena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan
yang bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi
makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Ciputat, 22 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3

2.1 Inovasi Untuk Produktivitas dan Daya Saing Agribisnis di Era Industri 4.0.......5

2.2 Tantangan Revolusi Industri dalam Agribisnis di Era Industri 4.0.......................5

BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................10

3.2 Kritik dan Saran..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai aktivitas sosial, pendidikan,


ekonomi dan sebagainya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang
terintegrasi dengan jaringan internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak
kondisi berubah. Semua sektor bisnis, pendidikan, dan politik telah berevolusi. Lalu
bagaiamana dengan sektor agribisnis sendiri? Agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha
pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir.
Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja
pada rantai sektor pangan (food supply chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara
pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi untuk memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengembangan di sekor agribisnis ini tentu sangat diperlukan untuk kepentingan
kebutuhan manusia khususnya pada sektor pangan yang selalu dibutuhkan setiap harinya.
Untuk dapat memenuhi setiap permintaan kebutuhan tersebut, tentu perlu adanya revolui
industri yang semakin canggih agar dapat mempermudah produksi hingga penyampaian
produk ke konsumen dengan efektif dan efisien dengan bantuan teknologi yang telah
terintegrasi dengan baik.

Untuk saat ini, revolusi industri sudah sampai di titik 4.0 ditandai dengan
penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Pada era
digital seperti saat ini, dunia pertanian dipenuhi dengan isu revolusi industri 4.0, dimana
pertanian diharapkan melibatkan digital dalam proses pengembangannya. Salah satu tujuan
revolusi industri 4.0 di sektor pertanian adalah meningkatkan produktivitas pertanian
secara efektif dan efisien. Dari tujuan tersebut, terlihat bahwa fokus pengembangan pada
sektor pertanian masih berupa produk fisik. Padahal, fokus pada produk fisik saja
sebenarnya tidak cukup, karena pertanian juga harus ditopang oleh sumber daya manusia
yang baik. Pada era revolusi industri 4.0 ini, sumber daya manusia diharapkan mampu
mengembangkan inovasi-inovasi pada sektor pertanian dengan peralatan-peralatan berbasis
digital untuk memaksimalkan pekerjaan manusia (petani) itu sendiri dan menghasilkan
kualitas produksi yang semakin maju untuk kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengoptimalkan sektor agribisnis pada revolusi industri 4.0?


2. Bagaimana inovasi-inovasi yang dikembangkan di sektor agribisnis dengan
memanfaatkan adanya revolusi industri 4.0 ?

3. Bagaimana tantangan revolusi industri dalam agribisnis di era revolusi industri 4.0
ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan sektor agribisnis pada revolusi industri 4.0

2. Untuk mengetahui inovasi-inovasi yang dikembangkan disektor agribisnis dengan


memanfaatkan adanya revolusi industri 4.0

3. Untuk mengetahui tantangan revolusi industri dalam agribisnis di era revolusi


industri 4.0
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Inovasi Untuk Produktivitas dan Daya Saing Agribisnis di Era Industri 4.0

Data besar, sensor dan drone, alat analisis, internet pertanian dan otomatisasi alsintan
adalah beberapa teknologi yang mendukung industri 4.0. Pemanfaatan Internet of Thing (IoT)
dalam Internet Pertanian adalah untuk meng-connect benda-benda sekitar kita dengan internet
melalui smarphone maupun gadget lainnya.

Hal tersebut melengkapi dan mengembangkan praktek pertanian modern yang selama ini
sudah dijalankan termasuk dalam pemanfaatan irigasi, pengolahan lahan, penggunaan pupuk dan
pestisida, pengembangan varietas tanaman baru, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran.

2.1.1 Subsistem Hulu (Penyediaan dan Penyaluran Sarana Produksi)

Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) mendukung pengembangan Industri 4.0 dengan


memanfaatkan teknologi-teknologi cloud computing, mobile internet dan mesin cerdas
(artificial intelligence), kemudian digabung menjadi generasi baru yang dimanfaatkan untuk
menggerakkan traktor sehingga mampu beroperasi tanpa operator (autonomous tractor),
pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan robot grafting.

Peluncuran inovasi teknologi mekanisasi lainnya yang dihasilkan Balitbangtan, antara


lain: Smart irrigation, smart green house, telescoping boom sprayer, mobile dryer, rice
Upland Seeder by Farm Dozer, jarwo riding transplanter, penanam benih padi, alsin penanam
tebu dan pemasang drip line irigasi, dan kandang ayam close system mendukung Program
Bekerja (Bedah Kemiskinan, Rakyat Sejahtera).

Selain itu Balitbang juga meluncurkan teknologi bernama SAPA MEKTAN. SAPA
MEKTAN adalah aplikasi administrasi pengujian alsintan online berbasis android dan
berbasis web yang digunakan di Laboratorium Penguji BBP Mektan.

Selain Litbang Pertanian, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) juga berhasil
mengembangkan bibit padi unggul varietas M400 dan M70D yang mampu menghasilkan
panen lebih dari 9 ton per hektar, serta pupuk organik yang dapat memperbaiki kualitas hara
tanah, sehingga menjadi subur kembali untuk ditanami. HKTI juga telah mengembangkan
teknologi drone pertanian dan saat ini tengah menjajaki pembuatan mobil listrik pedesaan
untuk membantu petani di daerah.

2.1.2 Subsistem Budidaya atau Usahatani (On Farm)

Konsep pengembangan agribisnis usahatani (budidaya) yang banyak dikembangkan pada


saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision
agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama
penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil
(kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Selain smart farming, terdapat inovasi baru, yaitu: pertanian presisi dan pertanian
vertikal. Balitangtan meluncurkan teknologi yang dikembangkan dengan kombinasi antara
teknologi cloud computing dengan mobile internet, yaitu: UPJA Smart Mobile. UPJA Smart
Mobile adalah aplikasi android yang digunakan untuk melakukan usaha jasa pengolahan
tanah, jasa irigasi, jasa penanaman padi, jasa panen padi, jasa penggilingan padi, jasa jual
benih, jasa jual gabah, jasa pelatihan untuk operator alsintan, perawatan dan perbaikan
alsintan, dan jasa penjualan suku cadang alsintan. Sementara,

2.1.3 Subsistem Hilir (Pengolahan Hasil atau Agroindustri dan Pemasaran)

Dalam subsistem agroindustri, secara sederhana terdapat pemasok (supplier), industri,


dan pasar (market). Petani merupakan aktor penting dalam kegiatan pemasok. Kepastian
jumlah, kualitas, dan keberlanjutan pasokan sangat dipentingkan dalam kegiatan pada level
supply. Melalui perangkat IoT, ketersediaan berbagai data pada level supply berupa bahan
baku (raw materials) tentang jumlah komoditas tersedia, berbagai kualitas yang ada, serta
data harga komoditas sangat diperlukan dan harus terkoneksi dengan pihak industri pengguna
bahan baku tersebut. Hal ini juga harus didukung dengan jumlah kebutuhan industri,
penjadwalan pengiriman dan jumlah yang dikirim ke industri.

Sementara aktivitas pada level pasar terdiri dari distribusi, pengecer atau konsumen akhir
dibutuhkan kepastian dalam pemenuhan kebutuhan dari aspek jumlah dan kualitas barang.
Sebenarnya tujuan utama dari industri 4.0 (termasuk pada Agroindustri) ini adalah kestabilan
distribusi barang dan kebutuhan. Dalam sistem Agroindustri 4.0 sangat memungkinkan
pendataan kebutuhan masyarakat secara real time, yang kemudian mengirim data tersebut ke
produsen. Sehingga, para produsen dapat memproduksi dengan jumlah yang tepat sesuai
kebutuhan. Selain itu, efisiensi big data dan otomatisasi sistem industri dapat
mengoptimalkan penjadwalan produksi dan rantai pasok (supply chain) berdasarkan
kebutuhan pemasok, pelanggan, ketersediaan mesin dan kendala biaya.

Dalam metode pemasaran juga sudah mulai menggunakan e-commerce baik berupa
aplikasi online atau website, seperti Agromaret, TaniHub, Petani, LimaKilo dan masih
banyak lagi. Hal itu membuktikan bahwa subsistem pemasaran mulai mengikuti revolusi
industri 4.0.

2.1.4 Subsistem Pendukung

Dalam revolusi industri 4.0 sudah banyak lembaga-lembaga yang mendukung dan
mendorong agribisnis untuk masuk serta mengikuti arus revolusi industri 4.0. Seperti Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2.2 Tantangan Revolusi Industri dalam Agribisnis di Era Industri 4.0

Dalam realitanya memang dapat dilihat jika pemanfaatan dunia digital belum optimal,
masih cenderung hanya untuk bersosialisasi. Akan tetapi, apabila sistem ini dijalankan dengan
baik dan semua elemen masyarakat mau bersatu, maka keberhasilan yang nyata akan terlihat di
depan mata.

Revolusi industri 4.0 dalam agribisnis di Indonesia sendiri, belum begitu berhasil
berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum
berhasil diterapkan di Indonesia.

1. Sumber Daya Manusia

Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen
petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal
yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak
berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa
menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah maupun
olahannya.

2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum
sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau
lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di
suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.

Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian
para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa
menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak
akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun
juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat

Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan


pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih
menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena
keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju
teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. Hasil-hasil pertanian juga masih
seadanya saat dipasarkan yang artinya masih sulit untuk mengembangkan pascapanen atau
agroindustri di Indonesia sendiri.
Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup
bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini.
Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran
dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.

Selain pemerintah, mau tidak mau semua elemen masyarakat dituntut untuk mampu
mempersiapkan diri dan berdaptasi dengan perubahan tersebut guna menjawab tantangan
masa depan, serta mengubah ancaman menjadi peluang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Kritik dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

1. Layanan informasi desa. (28 Januari 2019). Mengenal Revolusi Industri 4.0 pada Bidang
Pertania. Diperoleh 22 Maret 2019, dari
http://8villages.com/full/petani/article/id/5c4e6d8cce212bb217809faf
2. Okezone.com. (28 September 2018). Revolusi Industri 4.0 Sektor Pertanian, Petani
Gunakan Remote Control saat Panen. Diperoleh 22 Maret 2019, dari
https://economy.okezone.com/read/2018/09/28/320/1956769/revolusi-industri-4-0-sektor-
pertanian-petani-gunakan-remote-control-saat-panen
3. Radarjember.id. (18 Desember 2018). Memasuki Era Agroindustri 4.0. Diperoleh 22
Maret 2019, dari https://radarjember.jawapos.com/2018/12/18/memasuki-era-
agroindustri-4-0/
4. Warta Ekonomi.co.id. (14 Februari 2019). Begini Revolusi Industri 4.0 di Sektor
Pertanian. Diperoleh 22 Maret 2019, dari
https://www.wartaekonomi.co.id/read215598/begini-revolusi-industri-40-di-sektor-
pertanian.html

Você também pode gostar