Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. DEFINSI
2. TUJUAN
perdarahan
3. INDIKASI
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif
,luka bakar .
b. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan >25 %dari volume
darah total.
komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat .
Indikasi
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti sel darah merah
Indikasi
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien
d. Platelet/Trombosit
Indikasi
Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit / peningkatan
pemecahan trombosit.
kehilangan darah akut . FFP ini mengandung semua faktor pembekuan darah
(faktor V,VII,IX). Pemberian ini dilakukan secara cepat ,pada pemberian FFP
Indikasi
Indikasi
infeksi
Terapi hyponatremi
5. EFEK TRANSFUSI
endotoksin.
Urtikaria disebabkan oleh alergi terhadap produk yang dapat larut dalam
plasma donor.
cepat atau bila darah dingin diberikan melalui kateter vena sentral.
b. Beritahu dokter
e. Segera laporkan reksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah.
bersama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian, larutan
Kondisi pasien
b. Data fokus
DS: –
8.4 gr dl
2.. PK Anemia
3.Tindakan Keperawatan
Pada pasien Wyn RPK tujuan pemberian tranfusi darah adalah meningkatkan
Jenis tranfusi darah yang diberikan adalah Packed Red Blood Cells (PRC)
karena
Komponen ini mengandung sel darah merah ,sel darah putih,trombosit dimana
Untuk mencegah efek tranfusi maka hrs diperhatikan hal –hal sebagai berikut:
TRANSFUSI DARAH
DO:
- Ekstremitas dingin
DS:
Dasar Pemikiran:
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah atonia uteri, retensi plasenta, sisa plasenta dan selaput
ketuban, trauma jalan lahir dan penyakit darah. Beberapa hal tersebut menyebabkan seorang ibu paska
Transfusi darah
3. Prinsip Tindakan
b. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda
c. Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan kateter ukuran besar (18-19).
4. Analisa Tindakan
Transfusi darah bertujuan untuk memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar
tetap bermanfaat. Tindakan transfusi juga berfungsi untuk memelihara dan mempertahankan volume
darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah) oleh karena kehilangan darah yang
berlebihan. Selain itu transfusi darah juga bermanfaat untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
a. Anafilaksis yang disebabkan oleh pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah
Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan plasma dari SDM tersebut,
b. Sepsis ditandai dengan menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
Pencegahan:
Pencegahan:
Berikan darah yang telah diuji atau diperiksa kelayakannya untuk didonorkan.
S : Pasien mengatakan tangan dan kakinya sudah tidak kedinginan, ASI masih sedikit
P : Pertahankan intervensi
a. Pemberian Metergin
PEMASANGAN INFUS
Melakukan pemasangan infus yaitu pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum
kedalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh agar cairan tubuh
pada pasien terpenuhi.
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung elektrolit, vitamin, protein, lemak dan
kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral, memberikan keseimbangan asm
basa, memperbaiki volume komponen darah dan memberikan nutrisi saat system pencernaan
diistirahatkan.
3. Prinsip-prinsip tindakan
Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini yang paling penting
dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (infus).
a. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke
dalam Intra Vena
b. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui intra vena
e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan
risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat)
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan)
dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat
dipasang jalur infus.
a) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Perispan alat
a) Standar infus
e) Bidai
f) Perlak
g) Tourniquit
h) Kapas alkohol
i) Plester
j) Gunting
k) Bengkok
l) Kassa
m) Sarung tangan
n) Salf antibiotic
b. Tahap Orientasi
c. Tahap Kerja
1) Cuci tangan
2) Bebaskan lengan klien dari lengan baju
5) Hubungkan cairan infuse dengan selang infuse sehingga tidak ada udara didalamnya’Kencangkan
klem sampai infuse tidak menetes dan pertahankan kesterilannya sampai pemasangan pada tangan
disiapkan
6) Kencangkan tourniquit
7) Anjurkan klien untuk mengepalkan tangannya palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
8) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, arah melingkar dari dalam keluar lokasi
tusukan
9) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukan
10) Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada ven ayang akan ditusuk, setelah pasti masuk lalu tusuk
perlahan dengan pasti
11) Rendahkan posisi jarum sejajar dengan dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik i.v catether
kedalam vena
15) Oleskan zalf antibiotik siatas penusuakn kemudian ditutup dengan kassa steril
17) Atur tetesan infuse sesuai ketentua, pasang stiker yang sudah diberi tanggal
d. Tahap Terminasi
3) Pasien nyaman
5) Cuci tangan
e. Dokumentasi
1) Tanggal, jam dan nama terang
a. Hematoma
b. Infiltrasi
d. Emboli udara
e. Perdarahan
f. Reaksi alergi
Setelah dilakukan pemasangan infus diharapkan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh pasien dapat
terpenuhu secara optimal dan monitor tetesan infus.
7. Kepustakaan (SUMBER)
Yanita, Tetra, Dwi & Endri. (2008). Panduan Skills Lab Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan:
Yogyakarta.
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui
vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah,
memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada
pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum,
kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit
cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah
melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi
gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia”
Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.-
Jakarta : EGC : 2004
1. Transfusi darah adalah memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh
2. Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
4. Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari
distribusi oksigen.
bermanfaat.
5) Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah
5) Hemoglobin rendah
7) Hipovolemia
4) Penghangat darah atau gulungan slang dan wadah air hangat ( jika perlu )
Meningkatkan penginfusan darah sesuai batas waktu sebelum integritas produk hilang.
2. Inspeksi unit darah terhadap penampilan umum, bekuan, dan perubahan warna.
Jangan menerimanya jika tampak abnormal Mencegah penginfusan produk darah yang
rusak.
3. Periksa setiap unit terhadap permintaan transfusi. nama klien dan nomor ID,
golongan darah ABO, tipe Rh, nomor unit produk, dan tanggal kadaluwarsa harus sama
o Unit ini harus di periksa oleh bank darah yang bertanggung jawab dan RN.
o Format pemeriksaan ganda ditandatangani oleh individu yang memeriksa setiap unit.
o Jika ada perbedaan pada suatu tempat, jangan menggunakan unit produk ini sampai
4. Simpan unit darah dalam wadah dingin.Ikat pada ikat pinggang atau tubuh. Bank
1. Pemberian Darah
Sebelum pemberian, minta klien untuk menyebutkan nama. Minta pemberi perawatan
2. Bersihkan tangan dengan antiseptik selama dua menit dan bersihkan area
4. Jelaskan prosedur pada klien, terutama tentang pentingnya memeriksa tanda vital
-Buka kemasan slang dan tutup regulator tetesan (yang dapat diklem, roller, atau sekrup).
-Lepaskan penutup putih yang merupakan slang darah yang harus ditusuk oleh penusuk.
-Lepaskan label dari kantong/ botol salin normal dan masukkan bagian penusuk slang.
-Lepaskan penutup dari ujung slang, buka klem roller 1 salin, isi ruang tetesan dengan
-Pasang kembali penutup pada ujung slang dan tempatkan di tempat tidur dekat kateter
ke slang gulungan-hangat dan bilas slang sampai ujung.Letakkan gulungan dalam wadah
air hangat )
Mempertahankan sterilitas
tubuh
6. Gunakan sarung tangan dan masukkan kateter IV, jika perlu atau jika kateter IV ada
dan ukurannya cocok( kateter harus berukuran 20G atau lebih besar). Lepaskan balutan
sehingga hub kateter cukup terbuka. Memungkinkan akses ke sambungan slang darah,
7. Sambungkan slang darah ke hub kateter ( buang plug infus atau tempatkan penutup
8. Buka pengatur cairan, atur kecepatan yang menyebabkan vena tetap terbuka ( 15 -30
10. Lepaskan penutup merah untuk menunjukkan bagian slang darah yang harus di
tusuk, dan dengan gerakan memuntir dorong penusuk ke lubang kantong darah
11. Tutup klem roller 1 pada sisi slang salin normal dan buka klem roller 1 pada sisi
slang darah Mencegah salin mengalir ke dalam kantong darah, Memungkinkan slang
b. ½ sampai ¼ volume darah setiap jam (62-125 mL per jam) ,bergantung pada
toleransi klien terhadap perubahan volume dan volume darah yang akan diinfuskan;jika
klien mempunyai toleransi buruk terhadap perubahan volume, beberapa bank darah akan
membagi unit menjadi setengahnya sehingga 8 jam pertama dapat digunakan untuk
menginfus satu unit packed cell Kebanyakan reaksi terjadi dalam 15 menit pertama
transfusi 4 jam
13. Periksa tanda vital dan suhu 15 menit setelah transfusi dimulai, kemudian setengah
jam atau setiap jam sampai transfusi selesai( rujuk pada kebijakan lembaga ); periksa
Isilah pada lembar bank darah waktu selesainya infusi dan tempelkan salinan lembar
Tempatkan semua slang yang digunakan dan kantong darah dalam pendingin dan
kembalikan ke bank darah. Jika transfusi darah kedua diberikan, gunakan slang baru
Menekankan bahan yang telah dipelajari sebelumnya dan menurunkan ansietas klien
15. Selama dan setelah tranfusi, pantau klien dengan ketat dan instruksikan klien dan
Reaksi alergi, dibuktikan dengan ruam, menggigil, edema, mual, atau hipotensi hebat (
syok )
Reaksi pirogenik ( biasanya terlihat pada akhir atau setelah transfusi ), dibuktikan oleh
Kelebihan beban sirkulasi, dibuktikan oleh batuk, dispnea, distensi vena leher, dan
rales pada dasar paru Mencegah komplikasi hebat karena reaksi tidak terdeteksi
Menunjukkan ketidakcocokan antara sel darah merah yang ditransfusikan dan sel hopses
Menunjukkan sepsis dan gangguan ginjal
terkontaminasi
Ukur tanda vital dengan sering ( setiap 10 sampai 15 menit sampai stabil ) dan lakukan
Lepaskan dan kirim darah sisa dan slang darah ke bank darah disertai format transfusi
darah lengkap
Kirim ke laboratorium spesimen urine yang dikemihkan pertama kali
Instruksikan klien /pemberi perawatan untuk memeriksa tanda vital setiap 4 jam selama
Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk
memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap
unit darah.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi
Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang
bisa terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi.
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi
Gejalanya berupa:
- gatal-gatal
- kemerahan
- pembengkakan
- pusing
- demam
- sakit kepala.
Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang
otot.
Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.
kesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkan segera
Biasanya reaksi ini dimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan selama atau
Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak, kemerahan di wajah dan
Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan
untuk melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air kemih penderita.
Yang paling peka akan hal ini adalah resipien penderita penyakit jantung, sehingga
Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel darah putih donor
(graft).
dan syok
1. B. Pengertian Transfusi darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994). Transfusi
Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit
(respien).
1. Tujuan transfuse darah :
a) Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
c) Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah
(stabilitas peredaran darah).
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah. Dosis
suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml
suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang
beratnya 50 kg.Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :1) didapat
perdarahan 2)untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang dapat
berdarah bila kadar < 35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar
trombosit < 15.000/mm
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan di samping
berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk mengganti plasma yang
hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis kekurangan
faktor pembekuan darah. Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati
kebutuhan faktor VIII dan faktor IX (Hemofilia); untuk ini digunakan
plasma Cryoprecipitate.Pada transfusi dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225
ml) tiap 68 jam bergantung kebutuhan.
1. Reaksi transfuse
Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan
berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan
adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya
disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein plasma.
Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan
samapi berat.hal ini disebabkan oleh hemolisis intravaskuler atau ekstravaskuler yang
disebabkan oleh reaksi antibody terhadap anti gen :
1) rasa panas atau rasa terbakar sepanjang vena
3) nyeri dada
4) nyeri pinggang bawah
7) mengigil
1. Ukuran 16
Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
2. Ukuran 18
Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
3. Ukuran 20
Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4. Ukuran 22
Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk sebagian besar cairan
infus
Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh,
Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit yang keras
5.Ukuran 24, 26
Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut), Sesuai untuk sebagian besar
cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit keras
1. C. Anatomi dan Fisiologi Sel Darah Merah (SDM)
1. Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi darah
pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
2. Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah
Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
3. Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi
terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
4. LEUKOSITGRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun
berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas
Leukosit menurun.
5. TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
6. PLASMA danPRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang
hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita Hemofili
dan Von Willebrand.
b) EFEK TRANFUSI
1. Alergi
a. Penyebab:
– Alergen di dalam darah yang didonorkan
– Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
b. Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria, wheezing),
demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi.
c. Intervensi:
– Lambatkan atau hentikan tranfusi
– Berikkan normal saline
– Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
– Berikan oksigenasi jika diperlukan
2. Anafilaksis
a. Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk antibodi
IgA
b. Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram
abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau
plasma.
c. Intervensi:
– Hentikan tranfusi
– Periksa EKG
– PERSIAPAN PERALATAN
c) Set pemberian darah
7) Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian
infuse darah selesai
8) Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
12) Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang
13) Atur kecepatan sampai2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
14) Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,selanjutnya ukur
setiap jam dengan kebijakan lembaga.
15) Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa
infuse.
18) Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank
darah.
TINDAKAN PENCEGAHAN & REAKSI KERACUNAN
Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka
pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi
ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.
Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa
terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi.
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas),
yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.
Gejalanya berupa:
- gatal-gatal
- kemerahan
- pembengkakan
- pusing
- demam
- sakit kepala.
Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot.
Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.
Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak, kemerahan di wajah dan nyeri
punggung yang hebat.
Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa
berakibat fatal.
Untuk memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan pemeriksaan untuk
melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air kemih penderita.