Você está na página 1de 2

Mitos Seputar Ari-ari

Kamis, 14 Mei 2009 - 13:36 wib

sucimadri.com
ANGGAPAN bahwa ari-ari merupakan saudara kembar dari si bayi sah-sah saja. Mitos ini muncul
karena sepanjang sejarah kehamilan, ari-ari (plasenta) selalu mendampingi sang janin. Jadi,
sebenarnya bayi berharap banyak dari "teman seperjuangannya" selama dalam kandungan ibu,
sebagai sumber makanan bagi janin. Nah, berharap banyak itu lah yang didengungkan orangtua pada
budaya mengubur ari-ari.

Sesuai dengan mitos, budaya dan filosofinya, tata cara perlakuan ari-ari juga berbeda dari satu daerah
ke daerah yang lainnya. Tak heran, ada tradisi yang memerlakukan secara khusus sesuai adat istiadat
mereka masing-masing. Antara lain:

Mitos orang Jawa

Menguburkan ari-ari dalam tanah dengan harapan agar si anak dekat dengan keluarganya, merasa
hangat dan tentram dalam keluarganya. Selalu berkumpul walau dalam keadaan apapun juga.
Mangan ora mangan, asal ngumpul.

Mitos orang Medan, Minang (Padang), Cina, Wajo, Bugis, Makassar

Melarung ari-ari ke laut, agar si anak mobilitasnya tinggi dan dapat merantau kemana-mana dan dapat
menguasai alam raya ini.

Mitos orang Tengger

Digantung dengan kendil di depan rumah, agar si anak tidak jauh dari tanah kelahirannya.

Mitos orang Bone


Mengubur ari-ari di bawah pohon kelapa. Harapannya agar kelak memiliki martabat tinggi sekaligus
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Potongan plasenta dan ari-ari dibungkus menyerupai
bantal kecil sebesar jempol, di selipkan di pinggang sebagai pelindung bala atau marabahaya.
(Mom& Kiddie//tty)

Você também pode gostar