Você está na página 1de 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, biasanya perubahan cuaca akan
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Oleh karena itu akan sangat rentan bagi kita
untuk menderita suatu penyakit. Lingkungan buruk dan makanan yang kurang hygienis
adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kita menderita diare. Biasanya yang rentan
terkena diare adalah anak-anak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan orang tua,
anak-anak juga kurang memperhatikan kebersihan makanan yang mereka makan seperti
jajan sembarangan.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam ). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Salah satu faktor penyebab timbulnya diare adalah faktor
infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans). Dalam laporan pendahuluan ini akan dijelaskan
mengenai konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan untuk diare.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu diare ?
1.2.2 Apa penyebab terjadinya diare ?
1.2.3 Bagaimana penatalaksanaan penyakit diare ?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diare ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu diare.
1.3.2 Mengetahui penyebab dari diare.
1.3.3 Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit diare.
1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diare.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Diare


1. Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat
diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruangan praktek dokter,sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi gastrointestinal terdapat pada peringkat pertama
sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke Rumah Sakit.

3. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota
virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

4. Faktor Predisposisi
Adapun faktor predisposisi dari Diare ini yaitu :
1. Lingkungan yang kurang bersih
2. Makanan yang tidak Higienis

5. Klasifikasi
1. Diare akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa
jam sampai 7 atau 14 hari.
2. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu.
Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu 2 minggu. Diare kronik dibagi menjadi 3, yaitu:
 Diare osmotik , disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b. Kurang kalori protein.
 Diare sekretorik, disebabkan oleh :
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
3
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
 Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai
peradangan. Feses berdarah . terbagi dua yaitu: inflamasi nonpsesifik dan
spesifik. Kolitis ulseratif dan penyakit Chron’s termasuk kelompok
inflamasi nonspesifik. Diare dengan perdarahan terutma disebabkan oleh
inflamasi spesifik yaitu:
a. Bakteri : Shigella sp, Salmonella sp, Enteroinvasif E. Coli,
Helicobacter jejuni, M. Tuberculosis.
b. Protozoa : Entamoeba histolyca, Balantidium coli.
c. Virus : Cytomegavirus.
d. Cacing : Schistoma sp, Tcichuris trich

6. Patogenesis
Dua hal yang umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi adalah faktor kausal(agent) dan faktor penjamu (host).Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan sdiri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut terdiri atas faktor faktor daya tangkis atau lingkungan intern
traktus intestinal seperti keasaaman lambung,motilitas usus,imunitas dan juga mencakup
lingkungan mikroflora usus.
Penurunan pada keasaman lambung pada infeksi shigela terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih beratdan menyebabkan kepekaan lebih tinggi
terhadap infeksi oleh V.Cholerae .Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama
waktu diare dan gejala penyakit. Serta mengurangi absorbsi air dan elektrolit tambahan
lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan
dengan didapatkannya frekuensi pasien Giardiasis yang elbih tinggi pada mereka yang
kekurangan IgA.Faktor kasual yang mempengaruhi patogenesis anatar lain adalah daya
penetrasi yang dapat sel mukosa kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi
sekresi cairan di usus halus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut dapat membentuk
koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terjadinya oleh:
a. Bakteri Non Invasif( enterotoksigenik)
4
Yang tidak merusak mukosa misalnya V cholerae Eltor,Enterotoxigenic E
Coli(ETCE) dan C Perfringens V cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat
pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah produksi vibrio. Enterotoksin ini
mengakibatkan kegiatan berelebihan nikotinamid adenin di nukleuotid pada
dinding sel usus sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’ siklik mono fosfat
dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion kjlorida di dalam lumen usus
yang diikuti olej ion bikarbonat,kation natrium,air dan kalium.Nmaun dengan
demikian mekanisme absorbsi Na melalui mekanisme pompa Na tidak terganggu
oleh karena itu keluarnya ion Cl(disertai ion HCO3,H2O,Na,K) dapat
dikompensasioleh meningkatnya absorbsi ion Na diiringi oleh H2O,K,HCO3 dan
Cl).Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa ynag
diabsorbsi secara aktif di dinding usus halus.
b. Bakteri enterovasif
Misalnya enteroinvasive E Coli,Salmonella,Shigella,Yersinia,C
perfringens tipe C.Disini diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi.Sifat diare nya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
tercampur dengan lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman kuman
ini bermanifestasi sebagai diare koleriformis.Selain mengeluarkan toksin yang
bekerja pada sel sel usus halus,shigella juga menyerang usus besar dan
menyebabkan ulserasi yang menyebabkan daya absorbsi usus besar
berkurang.Oleh karena jaringan nefrotik yang masuk lumen melepas ion K
intraseluler serta zat zat osmotik aktif lainnya menyebbakan air lebih banyak
tertahan pula . Biasanya terdapat gejala gejala sistemik lainnya. Mekanisme
terjadinya diare belum pasti tetapi yang jelas pada invasi dinding usus akan
terganggu pada pertukaran air dan elektrolitnya.Jenis jenis kuman salmonela yang
sering penyebab diare adalah S parathpy B,thyphimurium,S enteriditis,S
Choleraesuis.
Mengenai penyebab parasit: E histolitika membuat ulkus besar dengan
enzim histolitik dan bakteri setempat,G Lamblia dalam jumlah besar menutupi
lumen usus yang menyebabkan trauma dan kerusakan vili yang penting untuk
penyerapan aiar,elektrolit dan zat makanan,Belum jelas apakah candida penyebab
diare kmungkinan dengan jasad renik lain dan pada keadaan DM.Mengenai
penyebab virus mekanismenya belum pasti.

5
7. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.Sedangkan akibat dari diare akan
terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

 Makanan sering dihentikan karena takut diare atau muntah yang


bertambah hebat.
6
 Walaupun susu misalnya pada anak anak diteruskan, sering diberikan
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi


dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi shock hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal

7
8. Pathway

faktor infeksi F. malabsorbsi F makanan


KH,Lemak,Protein

Hipertermi

Masuk dan ber- meningkatkan tek. Toksin tidak


kembang dlm osmotik dapat diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus

Menurunnya kesempatan usus


menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

8
Kehilangan cairan & elekt Gangguan integritas
berlebihan kulit
mual, muntah

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit nafsu makan menurun

BB menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan

9. Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut ayng disebabkan oleh infeksi sering mengalami nausea,
muntah ,nyeri perut, sampai kejang perut , demam, dan diare. Terjadi renjatan hipovolemik
harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang
pipi meninjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Gangguan biokimia seperti asidosis
metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan llebih cepat dan dalam (pernaasan
Kuasmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat, tekanan darah menurun
sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyulit
berupa nekrosis tubula.

10. Pemeriksaan Fisik


a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,

9
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap
dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

11. Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

10
12. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

13. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

14. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa penatalaksanaan diare akut akibat infeksiterdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas pengobatan utama. Empat hal penting yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Jenis cairan
Pada diare akut yang rinagn dapt diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila
tak tersedia bisa diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat
7,5% 50ml.
b. Jumlah cairan

11
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara.
Metode Pierce yang berdasarkan keadaan klinis:
Derajat dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%

Metode Daldiyono, berdasarkan keadaan klinis yang diberikan penilaian / skor:


Klinis Skor
Rasa haus/ muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60mmHg 2
Frekuensi nadi >120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Frekuensi napas >30x/menit 1
Facies kolerika 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2

Kebutuhan cairan :
Skor/15 x 10% x kg BB x 1 liter
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau iv.

12
d. Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono
diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi
untuk memperhitungkan status kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengkap pada akhir jam ke-3.
2. Identifikasi penyebab diare akut akibat infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotilitas dan sekresi usus seperti loperamid sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonela, shigela, dan kolitis pseudomembran karena akan memperburuk diare
yang diakibatkan bakteri enteroinvasifakibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri
dengan epitel usus. Bila pasien amamt kesakitan maka akan diberikan obat antimotalitas
dan sekresi usus di atas dalam jangka pendek selama 1-2 hari saja dengan 3-4 tablet/hari,
serta memperhatikan ada tidaknya glaukoma dan hipertrofi prostat. Pemberian antiemetik
pada anak dan remaja seperti metoklopropamid dapat menimbulkan kejang akibat
rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Hiegene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain
terapi farmakologi yang tertera pada tabel berikut.
Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare.
Obat Dosis (per hari) Jangka waktu
Kolera altor Tetrasiklin 4x500mg 3 hari
Kotrimoksazol 2x3 tablet
2x2 tablet 6 hari
Kloramfenikol 4x500mg 7 hari
E . coli Tak memerlukan -

13
terapi
Salmonellosis Ampisilin 4x1 g 10-14 hari
Kotrimoksazol 4x500mg 10-14hari
Siprofloksasin 2x500mg 3-5 hari
Shigelosis Ampisillin 4x1g 5 hari
Kloramfenikol 4x500mg 5 hari
Amebiasis Metronidazol 4x500mg 3 hari
Tinidazol 1x2g 3 hari
Secnidazol 1x2g 3 hari
Tetrasiklin 4x500mg 10 hari
Giardisis kuinakrin 3x100mg 7 hari
Klorokuin 3x100mg 5 hari
Metronidazol 3x250mg 7 hari
Kandidosis Mikostatin 3x500000 unit 10 hari
Virus Simtomatik
&suportif

Pada diare kronik, pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun nonifeksi. Obat
diberikan berdasarkan etiologinya.
Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare kronik.
Etiologi Obat Dosis (per hari) Jangka waktu
Shigella sp Ampisililin 2x1 g 5-7 jam
Kotrimoksazol 2x2 tablet Idem
Siprofloksasin 2x500 mg Idem
Tetrasiklin 4x500 mg Idem
H . jejuni Eritromisin 4x250-500 mg Idem
Siprofloksasin 2x500 mg 5 hari
Salmonelosis Kloramfenikol 4x500 mg 14 hari
Peflasin 1x400 mg 7 hari

14
Siprofloksasin 2x500 mg 7 hari
C . difficile Vankomisin 4x125 mg 7-10 hari
Metronidazol 3-4x1,5-2 g Idem
ETEC Trimetropin 3x200 mg 3 hari
Siprofloksasin 1x500 mg Idem
Kotrimoksazol 2x2 tablet Idem
Tuberkulosis Rifampisin 10 mg/ kg BB
Pirazinamid 20-40 g/ kgBB
Etambutol 15-25 mg/ kg BB
Streptomisin 15 mg/ kgBB Min 9 bulan
Jamur kandidosis Nistatin 3x500000 unit 2-3 minggu
Protozoa Kuinakrin 3x100 mg 7 hari
Giardiasis Metronidazol 1x2 g 3-5 hari
3x400 mg 7 hari
Metronidazol 3x800 mg 7 hari
E . hystolica Pirental pamoat 10-22mg/kg BB 3 hari
Cacing Ascaaris Idem Idem Idem
Cacing tambang Mebendazol 2x100 mg 3 hari

15
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Doenges (2000 )
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan, perasaan ‘hiper’
dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energi
tinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
b. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.
Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.
c. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari melaporkan
diri-sendiri sebagai gendut, terusmenerus memikirkan bentuk tubuh dan berat
badan ,takut berat badan meningkat, harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.
d. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung, penggunaan laksatif /
diuretik.
e. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal atau
meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk,
pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terus-
menerus, muntah, muntah berdarah,luka gusi luas.
f. Higiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut ( aksila / pubis
), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi
buruk

16
g. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan
memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
i. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.
10. Interaksi sosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan anggota
keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat
menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam
berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
j. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal /
kehilangan minat seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
k. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi keyakinan /
praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu banyak kalori,
penggunaan makanan sehat.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare.

17
3. Intervensi

No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan NOC NIC
keseimbangan cairan a. Fluid balance Fluid management
dan elektrolit b. Hydration a. Timbang
berhubungan dengan c. Nutritional status : Food and popok/pembalut jika
kehilangan cairan Fluid intake diperlukan
sekunder terhadap Kriteria Hasil : b. Pertahankan catatan
diare. a. Mempertahankan urin output intake dan output yang
sesuai dengan usia dan BB, akurat
BJ urine normal, HT normal c. Monitor status hidrasi
b. Teknan darah, nadi, suhu (kelembaban membrane
tubuh dalam batasan normal mukosa, nadi akurat,
c. Tidak ada tanda-tanda tekanan darah
dehidrasi, elastisitas turgor ortostatik), jika
kulit baik, membrane diperlukan
mukosa lembab, tidak ada d. Monitor vital sign
rasa haus yang berlebihan e. Monitor masukan
makanan /cairan dan
hitung intake kalori
harian
f. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
g. Monitor status nutrisi
h. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
i. Dorong masukan oral
j. Beriakn penggantian

18
nesogtrik sesuai output
k. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
l. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
m. Kolaborasi dengan
dokter
n. Atur kemungkinan
transfuse
o. Persiapan untuk
transfuse
Hypovalemia Management
a. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
h. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan

19
i. Monitor adanya tanda
gagal ginjal

2. Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi
1. 2kurang dari a. Nuritional Status Nutrition Management
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : Food and a. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Fluid Intake makanan
diare atau output c. Nutritional Status : nutrient b. Kolaborasi dengan ahli
berlebihan dan intake Intake gizi untuk menentukan
yang kurang. d. Weight control jumlah kalori dan nutris
yang dibutuhkan pasien
KriteriaHasil :
c. Anjurkan pasien untuk
a. Adanya peningkatan berat
meningkatkan protein
badan sesuai dengan tujuan
dan vitamin C
b. Bera tbadan ideal sesuai
d. Berikan substansi gula
dengan tinggi badan
e. Yakinkan diet yang
c. Mampu mengidentifikasi
dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi
tinggi serat untuk
d. Tidak ada tanda-tanda
mencegah konstipasi
malnutrisi
f. Berikan makanan yang
e. Menunjukkan peningkatan
terpilih (sudah
fungsi pengecapan dari
dikonsultasikan dengan
menelan
ahli gizi)
Tidak terjadi penurunan berat badan g. Ajarkan pasien
yang berarti bagaimana membuat
catatan makanan harian
h. Monitor jumlah nutrisi

20
dan kandungan kalori
i. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalambatas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakuakan
d. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam dan
mudah patah

21
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake nutrisi
o. Catat adanya edema,
hiperemik
p. Hipertonik papilla lidah
dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3. Hipertermi NOC NOC
. berhubungan dengan Thermoregulation Fever treatment
proses infeksi skunder Kriteria Hasil : a. Monitor suhu sesering
terhadap diare a. Suhu tubuh dalam rentang mungkin
normal b. Monitor IWL
b. Nadi dan -RR
T dalam rentang c. Monitor warna dan suhu
normali kulit
c. Tidak tada perubahan warna d. Monitor tekanan darah,
kulit dan tidak ada pusing nadi dan RR
e. Monitor penurunan

22
tingkat kesadaran
f. Monitor WBC, Hb, dan
Hct
g. Monitor intake dan
output
h. Berikan anti piretik
i. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
j. Selimuti pasien
k. Lakukan tapid sponge
l. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
m. Kompres pasien pada
lipat paha dan axila
n. Tingkatkan sirkulasi
udara
o. Berikan pengobatan
utuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
a. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
b. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
c. Monitor TD, Nadi dan
RR
d. Monitor warna dan suhu
kulit

23
e. Monitor tanda-tanda
hipetermi dan hipotermi
f. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
g. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
h. Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
i. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkiann
efek negatif dari
kedinginan
j. Beritahukan tentang
indikasi indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi sari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
l. Berikan anti piretik jika
perlu
Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu
dan RR

24
b. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
d. Auskultasi TD pada
keduan lengan dan
bandingkan
e. Monitor Td, nadi, RR,
sebelumnya, selama
dan setelah aktivitas
f. Monitor kwalitas dari
nadi
g. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola
pernapasann abnormal
j. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik.
m. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

25
4. Risiko gangguan NOC NIC
integritas kulit a. Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
berhubungan dengan Mucous Membranes a. Anjurkan pasien untuk
peningkatan frekuensi b. Hemodyalis akses menggunakan pakian
diare. Kriteria Hasil : yang longgar
a. Integritas kulit yang baik b. Hindari kerutan pada
biasa dipertahankan tempat tidur
(sensasi, elastisitas, c. Jaga kebersihan kulit
temperature, hidrasi, agar tetap bersih dan
pigmentasi) kering
b. Tidak ada luka/ lesi pada d. Mobilisasi pasien (ubah
kulit posisi pasien) setiap dua
c. Perfusi jaringan baik jam sekali
d. Menunjukkan pemahaman e. Monitor kulit akan
dalam proses perbaikan adanya kemerahan
kulit dan mencegah f. Oleskan lotion atau
terjadinya cedera berulang minyak/baby oil pada
e. Mampu melindungi kulit daerah yang tertekan
dan mempertahankan g. Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien
perawatan alami h. Monitor status nutrisi
pasien
i. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
a. Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses

26
penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip atau
straples
b. Monitor proses
kesembuhan area insisi
c. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada area
insisi
d. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
e. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
f. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
Dialysis Acces Maintenance

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah di tetapkan.

5. Evaluasi
Dx1. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi .
a. Pasien tidak tampak meringis Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt,
S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

27
b. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Dx2. Kebutuhan nutrisi tercukupi.


a. Nafsu makan meningkat
b. BB meningkat atau normal sesuai umur

Dx3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit


a. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
b. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.

Dx4. Suhu tubuh normal


a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
b. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

28
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat. Salah satu faktor penyebab timbulnya diare adalah faktor infeksi :
Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida
(Candida Albicans). Dalam laporan pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar
penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan untuk diare.Mekanisme dasar yang menyebabkan
diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

1.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih banyak kekurangannya
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah yang telah kami buat ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Buku NANDA NIC-NOC.2015

Doenges, Marilynn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Price, Sylvia A, dkk. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

30

Você também pode gostar