Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENGUJIAN IMPAK
1.1 Tujuan
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact
seperti yang telah dijelaskan diatas adalah secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian
tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan
dari hasil pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat
ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang berbeda-beda, mulai
dari temperatur yang sangat rendah (-30oC) sampai temperatur yang tinggi.
Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja adalah temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan izod, perbedaan
mendasar dari metode itu adalah pada peletakan spesimen, Pengujian dengan
menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod pemegang spesimen juga turut
menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap
material seutuhnya(Abdi.2014).
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Metode Charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan
arah takikan.
Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji Charpy
mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan
mengandung takik V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak
bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16
ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi,
kia-kira 103 detik.
(yopyhenpristian.2013)
Lakukan pengujian
1.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan antara lain :
1) Mika
2) Baja
DATA SPESIMEN
KE-
1 2 3 4
Material Baja Mika
Panjang (mm) 100,06 65,06
Lebar (mm) 10,06 11,7
Tebal (mm) 11,07 11,08
Kedalaman Takikan 4,04 1,07
(mm)
Luas Penampang 70,72 110,81
(mm2)
Metoda Pengujian Charpy Charpy
Temperatur uji (OC) 25 25
Massa Pendulum (kg) 10 5
Panjang Pendulum 1 0,5
(m)
Sudut Awal (º) 150 150
Sudut Pantul (º) 98 104
Energi Impact (Joule) 72,68 15,60
Harga Impact (J/mm2) 1,027 7,103
Percepatan Gravitasi 10 10
(m/s2)
2. Energi impak
Massa : 10kg
Panjang (r): 1m
Sudut awal (𝛼) : 150𝑜
Sudut awal (𝛽): 98𝑜
Gravitasi (g) : 10 m/s2
3. Harga Impak
EI 70.72
HI = =72,68 =1.027 J/mm2
A
Mika
Diketahui
Panjang (mm) : 65.06
Lebar (mm) : 11.07
Tebal (mm) : 11.08
Kedalaman takikan (mm) : 11.08-10.01=1.07
1. Luas penampang
A = L(t-kedalaman takikan)
=11.07(11.08-1.07)
=110.81mm2
2. Energi impak
Massa : 5kg
Panjang (r): 0.5m
Sudut awal (𝛼) : 150𝑜
Sudut awal (𝛽): 104𝑜
Gravitasi (g) : 10 m/s2
EI = m.g.r( cos 𝛽 –cos𝛼)
=5.10.0,5(cos104-cos150)
=15.60 Joule
3. Harga Impak
EI 110.81 J 2
HI = = = 7.103 mm
A 15.60
1.6 Analisa dan Pembahasan
Pada praktikum pengujian impak ini menggunakan dua spesimen yaitu adalah
baja dan mika, masing-masing spesimen tersebut mempunyai panjang, lebar, tebal
dan kedalaman takikan yang berbeda. Untuk mengetahui panjang, lebar, tebal dan
kedalaman dari masing-masing spesimen tersebut harus menggunakan alat yaitu
jangka sorong. Telah didapatkan pamjang spesimen baja 100,6 mm, lebar 10,06 mm,
tebal 11,07 mm, dan kedalaman takikan 4,04 mm, untuk spesimen mika sendiri telah
didapatkan panjang 65,06 mm, lebar 11,07 mm, tebal 11,08 mm, dan untuk
kedalaman takikan nya 1,07 mm, dan setelah itu berlanjut pada pengujian impak,
pada pengujian ini alat yang digunakan yaitu impak charpy, setelah itu ada beberapa
langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memulai pengujian, pertama langkah
yang harus dilakukan adalah kalibrasi terlebih dahulu alat impak charpy sampai skala
a150, lalu setelah di kalibrasi tentukan terlebih dahulu dengan melepaskan beban,
jika sudah tahan kembali beban pada titik awal, hal ini bertujuan untuk mamastikan
apakah skala tersebut masih pada angka 150 atau tidak, jika masih belum sampai
pada skala 150 maka tambahkanlah skala tersebut sampai 150, dan jika melebihi
skala 150 maka tinggal kurangkan sampai skala 150. Dan jika sudah benar-benar
pada skala 150 pasang spesimennya dengan metoda charpy, untuk metoda charpy ini
cara nya spesimen harus tepat membelakangi alat pengujian, selanjutnya lepaskan
beban dan biarkan sampai beban tersebut memotong spesimen baja dan mika, setelah
itu catata hasil pengujian.
Pada pengujian tersebut ada yang membedakan di saat menguji spesimen baja dan
mika, yang membedakannya yaitu, jika pada saat menguji spesimen mika pantulan
beban itu balik lagi sampai pada titik awal pelepasan beban, berbeda pada saat
pengujian spesimen baja yang dimana beban tidak balik lagi kepada titik awal. Hal ini
di karenakan spesimen baja itu memiliki sifat ulet dan berbeda dengan spesimen mika
yang dimana mempunyai sifat getas, sifat getas itu sendiri yaitu terjadi secara tiba-
tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak tampak gejala-gejala
spesimen tersebut akan patah, tempo terjadinya patah lebih cepat, dan bidang
patahan relatif tegak lurus, dan untuk sifat ulet yaitu ciri-cirinya ada reduksi luas
penampang patahan, tempo terjadinya patah lebih lama, dan untuk permukaan
patahannya terdapat garis-garis fibrosa.
Setelah selesai pada proses pengujian yang pertama telah didapatkan luas
penampang baja sebesar 70,72 mm, angka tersebut didapatkan dari rumus luas
penampang, dan untuk mika telah didapatkan sebesar 110,81 mm, menggunakan
rumus yang sama, lebar panjang,tebal dan kedalaman masing-masing spesimen telah
didapat dari hasil pengukuran menggunakan jangka sorong.
Langkah selanjutnya mencari energi impak dari masing masing spesimen, untuk baja
didapatkan angka sebesar 72,68 joule dan mika sebesar 15,60 joule, hasil tersebut
didapatkan dari rumus massa pendulum dikali gravitasi dikali panjang pendulum di
kali sudut pantul dan di kurangi sudut awal .
Dan untuk yang terakhir menentukan harga impak dari masing-masing spesimen, baja
didapatkan angka 1,027 dan mika 7,103 didapatkan dari rumus energi impak di bagi
luas penampang.
1.7 Kesimpulan
1. Spesimen baja memiliki sifat ulet dikarenakan pada saat pengujian, beban alat
uji tidak kembali lagi pada titik awal , untuk sifat ulet yaitu ciri-cirinya ada
reduksi luas penampang patahan, tempo terjadinya patah lebih lama, dan
untuk permukaan patahannya terdapat garis-garis fibrosa.
2. Spesimen mika memiliki sifat getas dikarenakan pada saat pegujian, beban
alat uji balik lagi pada titik awal pelepasan beban, sifat getas itu sendiri yaitu
terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga
tidak tampak gejala-gejala spesimen tersebut akan patah, tempo terjadinya
patah lebih cepat, dan bidang patahan relatif tegak lurus.