Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DI KABUPATEN SUKOHARJO
Skri psi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat sarjana pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
O leh :
Agung Ary W ibowo
H 0304047
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
i
ANALISIS USAHA TERNAK ITIK
DI KABUPATEN SUKOHARJO
Wiwit Rahayu, SP. MP. Umi Barokah, SP. MP. Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS.
NIP. 19711109 199703 2 004 NIP. 19730129 200604 2 001 NIP. 19570104 198003 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah m elimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS USAH A TERNAK ITIK DI
KABUPATEN SUKO HARJO .
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk m em peroleh derajat
Sarjana S1 Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penyusun ingin m engucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak m em bant u dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Catur Tunggal B.J.P, MS. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi
Sosial Ekonom i Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta, sekaligus Pem bim bing Akademik yang sabar mem berikan
pengarahan.
3. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP. Selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar
memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yaitu dari awal hingga akhir.
4. Ibu Um i Barokah, SP. MP. Selaku Pembimbing Pendam ping yang telah m em-
berikan bantuan, bim bingan serta pengarahan bagi penulis dalam penyusunan
sam pai menyelesaikan laporan penelitian ini.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. Yang telah memberikan saran dan
masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta terutam a Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bant uannya selam a masa
perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
iii
7. Jajaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo serta Kecam atan Gatak yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis guna menyesaikan penelitian.
8. Ibu, bapak, budhe, kakak, adhek, yang selalu setia m em berikanku motivasi
dan dorongan serta dengan ikhlas mendoakan di setiap langkah penyusun.
9. Tem an-teman Agrobisnis 2004, yang telah m enjadikanku bagian dari kalian
serta telah mem beriku inspirasi dalam m enyusun laporan penelitian ini.
10. Tem an-teman Agrobisnis 2005, yang telah menem ani serta m embantuku pada
akhir m asa perkuliahanku.
11. Tem an-teman HIMASETA angkatan 2003/2004, aku pernah kerja bareng
dengan kalian dan terima kasih telah memperkenalkan tentang organisasi.
12. Tem an-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, yang telah
memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis. Ayo lanjutkan perjungan
kita yang tinggal selangkah lagi!
13. Sem ua pihak yang telah mem bantu penulis dari awal hingga akhir penyusunan
laporan sehingga penulis mam pu menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis sangat menyadari m asih banyak kekurangan dalam pembuatan
laporan penelitian ini baik dari segi penyajian m aupun pem bahasannya. Untuk itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang mem bangun dalam
memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap sem oga laporan penelitian ini dapat mem berikan
manfaat sekaligus menam bah pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya
dan pem baca pada um umnya. Am in.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
H alaman
H ALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
H ALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii
KATA PENG ANTAR …………………………………………..…....... iii
DAFTAR ISI…………………………………………………..………... v
DAFTAR TABEL…………………………….………….……………... vii
DAFTAR G AMBAR………………………….………….…………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………….………….………………... x
RING KASAN…………………………………….……………………... xi
SUMMARY……………………………….……………….……………. xii
I. PENDAHULUAN…………………………..…………………….
A. Latar Belakang…………………………. ……………………... 1
B. Perumusan Masalah ……………………….………………….. 2
C. Tujuan Penelitian ……………………………...……………… 3
D. Kegunaan Penelitian ……………………. ……………………. 3
II. LANDASAN TEO RI ………………………….………………...
A. Penelitian Terdahulu................................................................... 4
B. Tinjauan Pustaka ……………………………...... …... ………... 5
C. Kerangka Teoritis Pendekat an Masalah..................................... 12
D. Hipotesis..................................................................................... 15
E. Asumsi......................................................................................... 15
F. Pem batasan Masalah.................................................................... 15
G. Definisi Operasional Variabel..................................................... 15
III. METO DE PENELITIAN………………………………………..
A. Metode Dasar Penelitian………………………………………. 17
B. Metode Pengam bilan Lokasi Penelitian……………………….. 17
C. Jenis dan Sumber Data……………………………………….... 19
D. Teknik Pengum pulan Data…………………………………….. 20
E. Metode Analisis Data…..……………………………………… 20
v
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN………………...
A. Keadaan Geografis….. ………………………………………… 25
B. Keadaan Penduduk…………………………………………….. 26
C. Keadaan Sarana Perekonomian………………………………... 30
D. Keadaan Usaha ternak itik.……………………………………. 32
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAH ASAN……………..….
A. Hasil Penelitian 35
1. Kondisi Usaha Ternak Itik…………………………………. 35
2. Karakteristik Responden….................................................... 36
3. Sum ber Modal Usaha………………………………............ 39
4. Sarana Produksi.......................................……….................. 39
5. Proses Produksi.........................................………………..... 41
6. Analisis Usaha........................................................................ 44
B. Pembahasan..................................................………………….. 52
C. Permasalahan Usaha Ternak It ik................................................. 55
D. Solusi........................................................................................... 56
VII. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
A. Kesimpulan…………………………………………………… 58
B. Saran…………………………………………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…… 60
LAMPIRAN …………………………………………..………………... 62
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 16. Sum ber Modal Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo 39
Tabel 17. Jenis Pakan dan Jum lah Rata-Rata Pem berian Pakan Per 40
Hari.......................................................................................
Tabel 18. Biaya Indukan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupat en 45
Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................
vii
Tabel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupat en 46
Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................
Tabel 20. Biaya Rata-rata Usaha Ternak Itik Pada Bulan Mei 2009 46
per 297 Ekor Itik dan 12 Mesin Tetas..................................
Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha Ternak Itik di 48
Kabupat en Sukoharjo...........................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
ANALISIS USAH A TERNAK ITIK
DI KABUPATEN SUKO H ARJO
RINGKASAN
xi
ANALYSIS O F DUC K LIVESTO C K
IN SUKO H ARJO REGENCY
SUMMARY
This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency
level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method
for this research is descriptive. T he research took place in Sukoharjo regency. The
data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis,
revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.
The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock
in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00,
with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per m ont h. The efficiency value
is m ore than one (efficient ) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the
duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735.
From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will
always gain profit and never suffer a financial loss. For the duck breeders with
100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per
month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The
provit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit,
the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24
and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from
disadvantage risk.
From the result of this research, the duck livestock business in Sukoharjo
regency is efficient and has no risk so its suggested that the governm ent and the
society can m ake duck breeding as a business they can rely on in their own
regency. For a good breeding, it is suggested that the breeders care about the
cleanness of the livestock area, the health of the duck, and the placement of the
cage not too near with the house so that it will not distract the air circulation. The
breeders also need moats so that when it is rainy season the water is not flooding
and contaminat ing the environm ent. Beside that, the governm ent has to stabilize
the woof price because the biggest cost in the duck livestock is for the woof.
xii
ANALISIS USAHA TERNAK ITIK
DI KABUPATEN SUKOHARJO
1)
Agung Ary Wibowo
2)
Wiwit Rahayu, SP. MP.
Umi Barokah, SP. MP.3 )
ABSTRAK
ABSTRAC T
This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency
level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method
for this research is descriptive. The research took place in Sukoharjo regency. The
data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis,
revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.
The result of this research indicates that the monthly cost of duck
livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp
17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per month. The
efficiency value is more than one (efficient) that is 1,14. The the Coefficient
Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with
L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck
breeders will always gain profit and never suffer a financial loss.
For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the
overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so
that the profit is Rp 699.944,00. The profit level is 7,2% so it can be concluded
that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that
this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be
concluded that this business is far from disadvantage risk.
1
2
pem asaran telur itik di dalam negeri m asih mampu m enyerap produksi yang
dihasilkan oleh peternak.
Pada um um nya populasi itik dalam jum lah besar banyak terdapat di
Pulau Jawa dan sekaligus merupakan pusat pem asaran telur itik yang sangat
menguntungkan bagi petani peternak yang memeliharanya. Oleh karena itu
daerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sum ber air banyak m em -
punyai peternak-peternak itik, salah satunya Kabupaten Sukoharjo.
Perkem bangan populasi itik selam a lim a tahun terakhir di Kabupaten
Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 1,
Tabel 1. Populasi Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas
dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten
Sukoharjo.
3. Mengetahui besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupat en Sukoharjo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha ternak
itik, serta merupakan salah satu syarat untuk m enyelesaikan studi di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pem ikiran dalam peningkatan usaha unt uk mencapai keuntungan
yang maksimal.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pem ikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terutama
dalam pengembangan usaha ternak itik.
4. Bagi pihak lain yang m em butuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan
pustaka/referensi dan informasi untuk masalah yang sam a di masa datang.
II. LANDASAN TEO RI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Sri (2003) tentang Analisis Usaha Peternak Ayam Ras
Petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten, m enunjukkan bahwa
usaha peternakan ayam ras petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten
Klaten memiliki jum lah rata-rata ayam yang dipelihara 1.513 ekor dengan
mengeluarkan biaya total sebesar Rp 80.901.925 selam a proses produksi dua
tahun sedangkan penerim aannya sebesar Rp 94.296.389,00 dengan demikian
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 13.394.463,00. Usaha peternakan ayam
ras di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten sudah dilakukan secara
efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 1,2.
Hasil penelitian Andriyani (2004) m engenai Analisis Usaha Ternak
Puyuh di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, menunjukkan bahwa
hasil yang dapat diam bil dari usaha ternak puyuh adalah telur, puyuh afkir,
dan kot oran puyuh. Biaya dalam usaha ternak puyuh selam a periode produksi
per 1000 ekor puyuh sebesar Rp 7.556.200,00 dengan keunt ungan yang
diperoleh sebesar Rp 15.992.400,00. Usaha ternak puyuh di Kecam atan
Colomadu Kabupat en Karanganyar telah efisien dengan nilai R/C rasio
sebesar 3,12. Sedangkan nilai B/C rasio sebesar 2,12 maka usaha ternak puyuh
mengunt ungkan untuk diusahakan karena akan memberikan manfaat kepada
peternak dengan mem berikan keunt ungan yang lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan.
Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa baik
usaha ternak puyuh m aupun usaha ternak ayam ras petelur dapat
menghasilkan keuntungan. Besarnya keunt ungan tersebut dipengaruhi oleh
besarnya penerim aan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu
besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan akan m enunjukkan
tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut.
4
5
B. Tinjauan Pustaka
1. Itik (Anas domesticus)
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek
moyangnya berasal dari Amerika Utara m erupakan itik liar (Anas moscha)
atau Wild m allard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah
itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas dom esticus (itik ternak).
Unggas air terdiri dari berbagai macam nya, m ulai dari unggas air liar
hingga unggas air yang sudah diternakkan. Dari serangkaian unggas air itu
terdapat unggas yang mempunyai arti pent ing bagi kehidupan manusia,
karena mam pu memenuhi salah satu hasrat hidup manusia. Jajaran unggas
air ini adalah unggas air kecil berbadan ram ping dan lincah yang dikenal
dengan “itik”, serta unggas air yang lebih gem uk dan bergerak lamban yang
kem udian diberi nama “bebek”. Sayang sekali banyak anggota masyarakat
yang tidak membedakan “itik” dengan “bebek”. Kata “bebek” berasal dari
bahasa daerah dan di banyak pedesaan Indonesia sam a saja ant ara itik
dengan bebek dengan satu sebutan “bebek”(Rasyaf, 1993).
3. Budidaya Itik
Berternak unggas mem punyai 3 m acam tujuan yaitu berternak
unggas sebagai unggas potong, beternak unggas sebagai unggas petelur,
serta berternak unggas sebagai penghasil bibit (M arhijant o, 1993). Sebelum
seorang pet ernak memulai usahanya, harus m enyiapkan diri terutama
dalam hal pemahaman tent ang budidaya beternak itik ant ara lain :
1. Lokasi
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhat ikan adalah letak
lokasi jauh dari keram aian/pemukim an penduduk, mempunyai letak
transportasi yang m udah dijangkau dari lokasi pem asaran dan kondisi
lingkungan kandang yang kondusif bagi produktivitas ternak.
2. Penyiapan Sarana dan P eralatan
- Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.
- Kelem baban kandang berkisar antara 60-65%.
- Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan
kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian
kandang.
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang m ahal tetapi cukup
sederhana asal tahan lam a (kuat).
3. Pembibitan
Pemilihan bibit ada 3 ( t iga) cara unt uk mem peroleh bibit itik yang
baik adalah sebagai berikut :
a. Membeli telur tetas dari induk itik yang dijam in keunggulannya
b. Memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk
mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada ment ok,
ayam at au mesin tetas
c. Membeli DOD (Day Old Duck) dari pem bibitan yang sudah dikenal
mutunya maupun yang telah m endapat rekomendasi dari dinas
peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah t idak cacat (tidak
sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
7
8. Penetasan
Itik m emiliki sifat tidak m engerami telurnya sehingga efektif
dalam m em produksi telur, unt uk menghasilkan bibit dapat dilakukan
dengan :
- penetasan alam iah rekayasa yaitu penetasan dengan bant uan unggas
lain.
- penetasan menggunakan alat tetas, pada umumnya m esin tetas
memiliki kapasitas 250-350 butir/unit dengan setiap periode penetasan
28 hari.
(Bappenas, 2008).
4. Biaya
Menurut Rasyaf (2000) biaya yang dikeluarkan oleh peternak
tergantung pada beberapa hal berikut :
a. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis ternak, dalam hal ini
spesifikasi tiap ternak jelas menghasilkan biaya yang berbeda-beda.
b. Biaya yang dikeluarkan tergantung besar kecilnya usaha peternakan.
c. Biaya yang dikeluarkan tergant ung pada kem am puan m anajem en dan
administrasi peternakan.
Biaya adalah nilai dari sem ua masukan ekonom ik yang diperlukan,
yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk m enghasilkan suatu pro-
duk. Analisis biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep
biaya alat luar, yaitu biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya
mengusahakan, yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga.
Konsep terakhir yaitu biaya menghasilkan, yaitu biaya m engusahakan di-
tam bah biaya m odal sendiri (Prasetyo, 1995). Biaya total adalah biaya total
untuk m enghasilkan tingkat keluaran tertentu.
5. Penerimaan
Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerimaan
(revenue) adalah penerim aan produksi dari hasil penjualan outputnya.
Unt uk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil
9
6. Keuntungan
Menurut Suparmoko (1992), keunt ungan adalah selisih ant ara
penerimaan tot al dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi
penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara
matem atis dapat ditulis sebagai berikut:
π = TR – T C
dim ana
π = keuntungan
TR = penerimaan t ot al
TC = biaya total
Keunt ungan perusahaan adalah perbedaan ant ara pendapatan bersih
dengan bunga dari seluruh m odal yang dipergunakan dalam usahatani atau
merupakan perbedaan ant ara pendapatan kotor dengan biaya menghasil-
kan. Ini dapat dinyatakan sebagai persen dari pendapatan kotor atau dalam
persen dari biaya m enghasilkan (Hadisapoetro, 1977).
Tujuan akhir perusahaan adalah keuntungan. Tingkat keuntungan
yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan. Keuntungan
juga m enunjukkan betapa efektifnya sumber daya digunakan. Selain itu,
keuntungan dapat merangsang pemilik untuk menam bah m odal lebih besar
10
lagi. Dengan keunt ungan yang diperoleh, pengelola akan dapat melakukan
penyem purnaan mutu, pengem bangan teknologi dan pelayanan lebih
bagus kepada konsum en. Dengan keunt ungan pula usaha dapat diperluas,
produksi diperbanyak sehingga konsum en akan memperoleh jam inan
mutu, jumlah, dan harga yang memuaskan (Anonim , 2008).
7. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemam puan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas
merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa
digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan
(Downey dan Erickson, 1992).
Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud unt uk mengetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha
dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas m erupakan salah satu
fakt or yang m enentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain,
profitabilitas m erupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan
dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosent ase. Secara m atematis
dapat ditulis sebagai berikut:
Profitabilitas =
dimana :
π = keunt ungan
TC = biaya total
8. Efisiensi
Keuntungan yang tinggi tidak selalu m enunjukkan efisiensi yang
tinggi, karena kem ungkinan penerim aan yang besar tersebut diperoleh dari
investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan mem perkecil biaya
produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk m em peroleh
keuntungan yang optimal (Rahardi, 1999).
Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya pe-
nerimaan dan biaya yang digunakan unt uk berproduksi yaitu dengan
11
menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkat an Return Cost Ratio
atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerim aan dan biaya.
Secara matem atis sebagai berikut:
Efisiensi =
keterangan :
R = penerimaan
C = biaya total
Kriteria yang digunakan dalam penent uan efisiensi usaha adalah:
R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien.
R/C = 1 berarti usaha belum efisien atau usaha baru m encapai
kondisi impas.
R/C <1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien
(Soekartawi, 1995).
9. Risiko Usaha
Secara umum risiko dikaitkan dengan kem ungkinan (probabilitas)
terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor m enanam kan
modal untuk m endirikan usaha, tujuannya adalah unt uk memperoleh keun-
tungan di masa depan, tetapi pada waktu yang sam a juga mem ahami risi-
ko kurang dari yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rendahnya ke-
untungan atau bahkan rugi, dikat akan makin besar risiko usaha tersebut
(Soeharto, 1997).
Untuk m enghitung besarnya risiko usaha adalah dengan mengguna-
kan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien
variasi merupakan perbandingan ant ara simpangan baku usaha tersebut
dengan jum lah keuntungan yang akan diperoleh. Batas bawah keuntungan
(L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin diterim a oleh pe-
ngusaha. Apabila nilai L≥ 0, maka pengusaha tidak akan m engalami keru-
gian. Sebaliknya apabila nilai L≤ 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam
proses produksi ada peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha
(Hernanto, 1993).
12
penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dalam prosent ase. Secara
statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman
(variance) atau simpangan baku (standart deviation).
Hubungan antara simpangan baku dengan keunt ungan rata-rata diukur
dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien va-
riasi m erupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung peternak
dengan jumlah keunt ungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah
modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien
variasi m enunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh peternak
sem akin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan
(L) m enunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh
peternak. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak
tidak akan mengalam i kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol m aka
dapat disim pulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian
yang akan diderita peternak.
Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah
keuntungan adalah apabila nilai CV 0,5 dan nilai L 0 peternak akan
selalu untung atau im pas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0
peternak akan mengalami kerugian.
Selain berusaha m encapai keunt ungan yang besar, satu hal yang
seharus-nya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha
dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan
membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
unt uk berproduksi. Apabila nilai R/C rasio > 1, berarti usaha sudah efisien,
R/C rasio = 1, berarti usaha masih impas dan bila R/C rasio < 1 berarti usaha
tidak efisien.
14
Usaha Ternak It ik
di Kabupaten Sukoharjo
Resiko
produksi
Risiko Produksi
harga Input
Risiko
pasar
E. Asumsi
1. Fakt or produksi berupa tenaga kerja keluarga diasum sikan menerim a upah
yang besarnya sam a dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di daerah
penelitian.
2. Fakt or iklim tidak berpengaruh terhadap usaha ternak itik.
3. Telur untuk pengisian mesin tetas dianggap didapat dari pembelian telur.
4. Telur yang diproduksi dijual semua.
F. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Harga input dan output m enggunakan harga yang berlaku di daerah peneli-
tian.
2. Usaha ternak itik yang diteliti adalah ternak itik yang pem eliharaannya di
dalam kandang (sistem kering).
3. Penelitian ini menggunakan data produksi selam a 1 bulan yaitu pada bulan
Mei 2009.
4. Dalam analisis juga dihitung untuk setiap usaha ternak itik per 100 ekor
dan 4 m esin tetas.
5. Itik afkir adalah itik yang sudah tidak produktif unt uk diternakkan sehing-
ga hanya akan m em perbesar biaya jika terus dipelihara dan dinyatakan
dalam satuan ekor.
6. Biaya total m erupakan sem ua biaya yang dikeluarkan dan digunakan
dalam proses produksi dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya
indukan, tenaga kerja, pakan, bahan bakar, listrik, penyusutan mesin tetas,
pengem asan dan dinyat akan dalam satuan rupiah.
7. Penerimaan usaha ternak itik adalah perkalian antara jumlah produk yang
terjual dengan harga per satuan produk dan dinyatakan dalam satuan
rupiah. Produk yang dihasilkan adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir.
8. Keuntungan usaha ternak itik adalah selisih ant ara penerimaan total
dengan biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah.
9. Profitabilitas adalah perbandingan ant ara keuntungan yang diperoleh
dengan biaya total yang digunakan dalam usaha ternak itik, dinyatakan
dalam persen (%).
10. Efisiensi usaha m erupakan perbandingan ant ara penerimaan total dengan
biaya total.
11. Risiko adalah kem ungkinan kerugian yang akan diterim a oleh produsen.
III. METO DE PENELITIAN
17
18
Dari Tabel 2 diketahui populasi itik yang dimiliki setiap kecam atan
di wilayah Kabupaten Sukoharjo, terpilih Kecamatan Gatak sebagai
kecamatan sam pel karena miliki populasi itik yang terbesar.
Pengam bilan desa sebagai lokasi sam pel dilakukan secara
purposive sam pling dengan kriteria desa tersebut memiliki populasi itik
terbesar dan m emiliki peternak itik terbanyak di Kecam atan Gatak. Untuk
mengetahui dimana populasi itik terbesar di tingkat desa, peneliti
mengam bil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupat en Sukoharjo Tribulan
IV tahun 2008, dalam data yang diambil di Sub Dinas Peternakan
Kabupaten Sukoharjo populasi itik disajikan mulai dari tingkat kecam atan
sam pai tingkat desa yang berada di wilayah Kabupat en Sukoharjo. Jumlah
peternak dan populasi itik di Kecamatan Gatak di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jum lah Peternak Itik dan Populasi Itik di Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2008
bulan dari dinas peternakan, data monografi dan ket erangan pengisian dari
Kecamatan Gatak, data sampel peternak dari Kelurahan Kagokan,
TRt = Qt x Pt
TRb = Qb x Pb
Keterangan :
TR = Penerim aan total usaha ternak itik (Rupiah)
TRt = Penerim aan dari hasil penjualan telur (Rupiah)
TRb = Penerim aan dari hasil penjualan bibit (Rupiah)
Qt = Jumlah telur yang dijual (Butir)
Qb = Jumlah bibit yang dijual (Ekor)
Pt = Harga telur (Rupiah)
Pb = Harga bibit (Rupiah)
c. Keuntungan usaha adalah selisih antara penerim aan total dengan biaya
total. Metode perhitungan keunt ungan usaha ternak itik secara m ate-
matis dirum uskan sebagai berikut:
π = TR – T C
dimana :
π = keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)
TR = penerimaan tot al usaha t ernak itik (Rupiah)
TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)
2. Profitabilitas Usaha
Untuk m engetahui nilai profitabilitas usaha ternak itik di Kabupaten
Sukoharjo adalah dengan membandingkan antara keunt ungan usaha pada
ternak itik yang diperoleh dengan biaya tot al yang telah dikeluarkan dan
kem udian dikalikan 100%. Secara m atematis dirumuskan sebagai berikut :
Profitabilitas =
dim ana :
π = keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)
TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah).
Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah sebagai
berikut :
22
Profitabilitas > 0 berarti usaha ternak itik yang diusahakan m engunt ung-
kan
Profitabilitas = 0 berarti usaha pada ternak itik yang diusahakan m engala-
mi BEP (impas)
Profitabilitas < 0 berarti pada ternak itik yang diusahakan tidak m eng-
untungkan.
Efisiensi =
keterangan :
R = penerimaan usaha ternak itik (Rupiah)
C = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :
R/C > 1 berarti usaha ternak itik yang dijalankan sudah efisien.
R/C = 1 berarti usaha ternak itik belum efisien atau baru m encapai kondisi
impas.
R/C < 1 berarti usaha ternak itik yang dijalankan tidak efisien.
CV =
keterangan :
CV = koefisien variasi usaha ternak itik
V = simpangan baku keunt ungan usaha ternak itik (Rupiah)
E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keunt ungan rata-
rata usaha ternak itik dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai
berikut :
E=
keterangan :
E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)
Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah)
n = jum lah peternak itik (orang)
Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha ternak itik
selanjutnya m encari sim pangan baku dengan menggunakan metode
analisis ragam, karena simpangan baku m erupakan akar dari ragam , yaitu :
V=
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirum uskan sebagai berikut:
2
V =
Keterangan :
V2 = ragam
n = jum lah peternak itik (orang)
E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)
Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah)
Untuk m engetahui batas bawah keuntungan usaha ternak itik diguna-
kan rum us :
L = E – 2V
24
keterangan :
L = batas bawah keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)
E = keunt ungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)
V = simpangan baku keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung pet ernak semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah
apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa peternak itik akan
selalu terhindar dari kerugian.Dan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0
berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh peternak itik.
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Ge ografis
Kabupaten Sukoharjo dilihat dari segi koordinatnya terletak pada : 110°
57' 33,70" BT sampai 110° 42' 6,79" BT dan 7° 32' 7,00" LS sampai 7°49'
32,00" LS. Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kabupat en di wilayah
Propinsi Jawa Tengah, letaknya berbatasan dengan 6 (enam ) kabupaten / kota,
yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungki dul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupat en Klaten
Secara adm inistratif, Kabupaten Sukoharjo terbagi m enjadi 12
kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo yaitu seluas 46.666 Ha atau
sekitar 1,43 % luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang paling
luas adalah Kecam atan Polokarto yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang
paling kecil adalah Kecam atan Kartasura seluas 1.923 Ha (4,12%).
(Kabupaten Sukoharjo dalam Angka, 2007).
Kecamatan Gatak merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Sukoharjo terletak di dataran tinggi, yaitu 118 meter di atas permukaan laut
dengan luas wilayah 1.947,2 Ha, yang mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Kartasura
Sebelah Timur : Kecamatan Baki
Sebelah Selatan : Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten
Sebelah Barat : Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
Luas wilayah yang ada di Kecamatan Gatak terdiri dari 1.271 Ha lahan
sawah, tegal 2,2 Ha, pekarangan 517 Ha, dan lainnya 157 Ha. Luas bukan
lahan sawah yang dipakai unt uk pekarangan merupakan luas terbesar
dibandingkan dengan luas bukan sawah lainnya. Hal ini merupakan pot ensi
bagi pemilik lahan untuk m enambah pendapatan keluarga dengan m enjalan-
25
26
B. Keadaan Penduduk
1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Kom posisi penduduk m enurut jenis kelam in di Kabupaten
Sukoharjo adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelam in, Sex Rasio di
Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak T ahun 2007
Jum lah Penduduk (Ji wa)
Dae rah Sex Rasio
Laki - laki Perempuan Jumlah
Sukoharjo 411.340 420.273 831.613 0,97
Gatak 23.648 24.046 47.694 0,98
Sum ber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007
Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Sukoharjo
pada tahun 2007 berjum lah 831.613 jiwa yang terdiri dari penduduk
laki-laki berjumlah 411.340 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
420.273 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupat en Sukoharjo pada tahun
2008 adalah sebesar 0,97 yang berart i bahwa dalam setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 97 penduduk laki–laki.
Penduduk Kecamatan Gatak pada tahun 2007 berjum lah 47.694
jiwa yang terdiri dari 23.648 jiwa penduduk laki-laki dan 24.046 jiwa
penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin di Kecam atan Gatak pada tahun
2008 adalah sebesar 0,98 yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 98 penduduk laki–laki.
27
2. Penduduk Menurut Um ur
Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produkt if dan non
produkt if. Jum lah penduduk Kabupaten Sukoharjo m enurut um ur dan jenis
kelamin adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Um ur dan
Jenis Kelam in Tahun 2007
Tabel 12. Jenis Ternak dan Jumlah Peternak di Kecamatan Gatak Tahun 2007
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Usaha Ternak Itik
Kecamatan Gatak merupakan salah satu sent ra usaha ternak itik di
Kabupaten Sukoharjo. Penyebaran serta populasi itik sem akin m eningkat
dari tahun ke tahum , keberadaan ternak itik m erupakan bagian dari
kehidupan masyarakat sekitar. Metode pengusahaan itik di Kecam atan
Gatak ada 3 tipe:
a. Um baran (tipe basah) : tipe basah diusahakan oleh m asyarakat yang
dekat dengan sum ber air/ sungai, cara m emelihara dengan
mengeluarkan itik dari kandang pada siang hari unt uk mandi dan
mencari m akan.
b. Kandang (tipe kering) : yaitu dengan mem elihara itik di dalam
kandang terus-menerus, itik diberi m akanan dari campuran pakan yang
di dapat dari penjual m akanan ternak. Peternak dengan sistem ini juga
menggunakan mesin tetas unt uk menghasilkan DOD. Kebutuhan telur
untuk m esin tetas dipenuhi dari hasil pem eliharaan itik.
c. Penetasan : yaitu hanya mengusahakan penetasan tanpa memelihara
itik unt uk di am bil telur. Kebutuhan telur unt uk mesin tetas yang
dim iliki di dapat dari pem belian telur dari peternak yang ada di
sekitarnya.
Peningkatan keuntungan m enjadi alasan utama dijalankannya usaha
ini. Ternak itik ini m em butuhkan lahan yang luas serta ketenangan, jauh
dari akt ifitas m anusia hal ini menjadi pot ensi di daerah Kecamatan Gatak.
Pem eliharaan itik oleh peternak m asih m enggunakan lahan di
sekitar rum ah mereka. Usaha ternak itik di Kecamatan Gatak ini sudah
berlangsung lama serta m erupakan bagian dari kehidupan sebagian
masyarakat sekitar, baik dari hasil yang dapat diperoleh maupun limbah
yang dihasilkan yaitu berupa kot oran dan cangkang telur. Pem asaran hasil
35
36
ternak barupa telur hanya unt uk mencukupi daerah Sukoharjo akan tetapi
hasil berupa DOD pem asaranya lebih banyak ke luar daerah.
2. Karakteristik Responden
Ident itas responden merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi um um dari peternak itik yang masih aktif berproduksi pada saat
dilakukannya penelitian. Ident itas responden yang dikaji dalam penelitian
ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jum lah anggot a keluarga, jum lah
anggota yang akt if dalam usaha, jum lah tenaga kerja luar dan lama
mengusahakan.
Tabel 13. Karakteristik Responden Usaha Ternak Itik
4. Sarana Produksi
a. Pakan
Bahan utama yang digunakan dalam usaha ternak itik adalah
pakan ternak, dalam usaha ternak itik pakan ternak yang digunakan
antara lain bekatul, konsentrat (Pokpan 144), dan m ineral (Turbo).
Pakan tersebut diperoleh dengan cara mem beli dari pedagang pakan
ternak dan tempat penggilingan beras untuk bekat ul. Peternak yang
m em butuhkan pakan dalam jum lah yang banyak sudah berlangganan
sebelumnya, dengan sistem barang diantar sam pai di tem pat.
Jadwal pemberian pakan tidak sekehendak hati agar mem peroleh
hasil produksi telur yang baik, mereka m em bagi jadwal pemberian
pakan itik tiga kali sehari yaitu pagi, siang, sore. Jam pemberian pakan
harus tepat dan tidak berubah-ubah setiap hari, jika biasanya pemberian
pakan pagi hari dilakukan antara jam 6-7 maka seterusnya pun
demikian. Jadi pem berian pakan pada itik dapat dibagi m enjadi tiga
bagian wakt u ;
40
5. Proses Produksi
a. Produksi Telur
Pemeliharaan itik disini m erupakan jenis pemeliharaan sistem
kering yaitu itik berada di dalam kandang terus tanpa ada proses
dim andikan. Itik memiliki 2 kandang berbeda, kandang siang dan
malam unt uk istirahat. Setiap pagi itik dikeluarkan dari kandang
istirahat m enuju kandang siang dimana terjadi akt ivitas makan,
minum , dan berjem ur.
Kandang siang lebih terbuka agar terkena sinar matahari untuk
membantu pertum buhan dan daya tahan itik. Pakan itik diberikan di
kandang ini dengan campuran konsentrat, bekatul, m ineral, dan air.
Makanan itik dijaga agar selalu ada sisanya karena itik akan m akan
sebanyaknya jika tidak ada sisa makanan di tempat makan mereka.
42
Jika sudah menjadi kebiasaan, itik akan makan secukupnya tanpa harus
kenyang karena sisa pakan masih ada.
Aktivitas itik dikandang siang selesai setelah pemberian pakan
terakhir yaitu sore hari, itik dipindahkan menuju kandang malam /
kandang istirahat. Kandang istirahat ini lebih teduh ruangnya dan lebih
hangat karena diberi seresah jerami, disini tidak ada perlakuan
terhadap itik. Itik beristirahat, serta m elakukan proses bertelur.
Kebiasaan itik dalam m elakukan proses bertelur yaitu memilih di
pojokan kandang, itik akan merasa hangat dan nyaman dengan
tum pukan jerami yang terkum pul.
Pagi hari itik dikeluarkan dari kandang istirahat menuju kandang
aktivitas, selanjutnya peternak m engum pulkan telur yang sudah ada.
Kegiatan ini berlangsung seterusnya, telur itik dapat diambil setiap hari
di kandang.
Peternak itik memiliki pedoman dalam m enentukan itik layak di
masukkan dalam kategori itik penghasil telur, yaitu setiap 100 ekor itik
mampu menghasilkan minimal t elur 60 butir/hari. Rata-rata peternak di
Kabupaten Sukoharjo mem iliki 297 ekor itik dengan rata-rata produksi
telur per hari 215 butir, rata-rat a produksi telur per bulan sebanyak
6.450 butir.
c. Pemasaran
Hasil ternak itik baik telur m aupun DOD mudah dalam
pem asaran, hal ini terbukti dengan selalu terjual berapapun jumlah
yang dihasilkan. Telur dijual hanya untuk m encukupi kebutuhan di
wilayah Kabupaten Sukoharjo, sedangkan DOD dipasarkan di wilayah
Kabupaten Sukoharjo serta luar daerah. Untuk m em udahkan proses
angkut, telur diletakkan pada trey sedangkan DOD pada kardus.
Sebuah trey m em uat 30 telur dan 1 buah kardus untuk tempat DOD
dapat m em uat 150 DOD.
Daerah pemasaran DOD di luar wilayah Kabupaten Sukoharjo,
antara lain Sragen, Ngawi, Boyolali, Sem arang, Kudus, Purworejo,
Purwokerto, Brebes, Mojokerto, Malang, Jombang.
Pemasaran luar Kabupaten Sukoharjo, hasil produksi untuk DOD
biasanya sudah dipesan sebelumnya serta ongkos untuk kirim
dibebankan pada pem esan, pengiriman DOD dapat dititipkan lewat
jasa bus dan kereta api, ada juga pem beli yang datang langsung ke
peternak.
6. Analisis Usaha
a. Biaya
Biaya yang dikeluarkan pet ernak itik m eliputi biaya indukan,
biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, biaya pengemasan,
biaya pembelian telur bibit untuk penetasan, dan biaya penyusutan
peralatan. Biaya indukan dihitung untuk m engetahui berapa besarnya
nilai uang yang harus dikeluarkan setiap peternak untuk kebutuhan
pem belian induk, dihitung dalam beban biaya per bulan yang harus
ditanggung peternak. Besarnya biaya indukan per bulan dapat dihitung
dengan rum us :
b. Penerimaan
Penerimaan yang diperoleh peternak itik merupakan penerimaan
yang berasal dari penjualan telur itik dan DOD yang dihasilkan.
Besarnya produksi dan penerimaan yang diterima oleh peternak itik
dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.
48
produktif, dan juga saat dilakukan penelitian harga telur dan DOD
masih stabil pada level yang tinggi sehingga lebih baik mempertahan-
kan produksi itik untuk m endapatkan penerimaan daripada menjual itik
afkir. Limbah yang dihasilkan dapat juga m enambah keunt ungan yaitu
berupa kotoran ternak, akan tetapi saat dilakukan penelitian tidak ada
peternak yang membersihkan kotoran di kandang. Hasil dari kot oran
ternak dapat dinikmat i saat itik di afkir oleh pet ernak, kot oran di
kandang dibersihkan saat tidak ada ternak, dikum pulkan di jual per sak
sebagai cam puran pupuk tanam an.
c. Keuntungan
Keunt ungan yang diterima oleh peternak m erupakan selisih antara
total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya
keunt ungan rata-rata yang diterima peternak itik dapat dilihat pada
Tabel 22 di bawah ini.
Tabel 22. Keunt ungan Rata-Rata Peternak Itik Selam a Bulan Mei 2009
Rata-rata Per
No Urai an Per 100 Ekor
Responden (Rp)
1 Penerim aan 17.230.000 5.743.333
2 Biaya Total 15.130.167 5.043.389
Keuntungan 2.099.833 699.944
Sum ber: Analisis Data Primer
Tabel 22 menunjukkan bahwa penerim aan rata-rata per peternak
itik adalah sebesar Rp 17.230.000,00 dengan biaya total yang
dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 15.130.167,00 sehingga rata-rata
keunt ungan yang diperoleh setiap peternak itik di Kabupaten Sukoharjo
adalah sebesar Rp 2.099.833,00. Dengan demikian, keunt ungan rata-
rata yang diperoleh setiap peternak itik selama satu bulan adalah
sebesar Rp 2.099.833,00.
Untuk pengusahaan ternak itik dengan jum lah itik sebanyak 100
ekor dan 4 mesin tetas, penerim aan rata-rata per peternak itik adalah
sebesar Rp 5.743.333,00 dengan biaya total yang dikeluarkan rata-rata
50
d. Profitabilitas usaha
Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui
profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha ternak itik.
Profitabilitas merupakan hasil bagi ant ara keuntungan usaha dengan
biaya total yang dinyat akan dalam persen. Untuk m engetahui besarnya
profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat
dilihat pada Tabel 23 dibawah ini.
Tabel 23. Profitabilitas Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo
Bulan Mei 2009
Rata-rata Per
No Urai an Per 100 Ekor
Responden (Rp)
1 Keuntungan 2.099.833 699.944
2 Biaya Tot al 15.130.167 5.043.389
Profitabilitas 13,87% 7,2%
Sumber : Analisis Data Prim er
Tabel 23 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat
keuntungan dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo pada bulan
Mei 2009 adalah sebesar 13,87%. Hal ini berarti setiap m odal sebesar
Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 13,87.
Usaha ini term asuk dalam kriteria mengunt ungkan, karena m em iliki
nilai profitabilitas lebih dari nol. Profitabilitas ini m erupakan hasil bagi
antara keunt ungan usaha dengan biaya tot al.
Untuk pengusahaan dengan jum lah itik 100 ekor dan 4 m esin
tetas m enunjukkan profitabilitas sebesar 7,2% hal ini berarti untuk
setiap Rp 100,00 yang diinvestasikan akan m em peroleh keuntungan
Rp 7,20.
B. Pembahasan
Biaya yang dikeluarkan oleh peternak meliputi biaya indukan, biaya
pakan antara lain berupa konsent rat, bekatul, dan mineral. Biaya bahan bakar
untuk mesin tetas yaitu minyak tanah dan listrik. Biaya tenaga kerja untuk
53
proses produksi, biaya untuk pembelian telur bibit bagi peternak yang tidak
dapat mem enuhi kapasitas m esin tetas hanya dari telur produksi ternaknya,
biaya untuk pengemasan m eliputi biaya trey dan biaya kardus, dan biaya
penyusutan yaitu penyusutan mesin tetas.
Biaya indukan per bulan dengan jum lah induk 297 ekor yaitu sebesar
Rp 321.389,00. Proses pengangkutan untuk hasil berupa telur m enggunakan
trey, 1 trey m em uat 30 telur, untuk hasil berupa DOD m enggunakan kardus
yang dibeli bekas pengem asan bibit ayam (DOC), 1 kardus dapat m em uat 150
DOD. Biaya untuk pakan m erupakan biaya terbesar dalam usaha ternak itik
karena kebutuhan utama dari itik adalah pakan/nutrisi untuk tubuh. Harga
konsent rat per sak/50kg yaitu Rp 320.000,00, unt uk bekatul m enggunakan
harga per Kg yaitu Rp 2.000,00/kg sedangkan harga untuk m ineral yaitu
sebesar Rp 1.200,00/kg.
Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya yang
dikeluarkan unt uk kebutuhan pakan ternak, dim ana dalam penelitian ini
menggunakan konsep biaya m engusahakan dalam hal ini tenaga kerja keluarga
juga diperhitungkan. Upah yang diterima tenaga kerja keluarga besarnya sama
dengan tenaga kerja luar yang dipekerjakan yaitu sebesar Rp 650.000,00
/bulan. Rata–rata tenaga kerja keluarga 2 orang hal ini lebih besar daripada
rata-rata tenaga kerja luar yaitu 1 orang.
Tenaga kerja dalam usaha ternak itik dibedakan menjadi dua tugas yaitu
tenaga pem eliharaan dan tenaga kerja penet asan. Tenaga kerja pemeliharaan
bertugas m engurusi semua hal berkaitan dengan itik serta produksi telurnya,
antara lain tugasnya m em beri pakan setiap hari, m enjaga kebersihan kandang,
mengam bil telur yang ada dalam kandang. Tenaga kerja penetasan m engurusi
sem ua yang berkaitan dengan m esin tetas menjelang penet asan sampai pasca
penetasan antara lain tugasnya m engurusi telur saat akan dilakukan penetasan,
menjaga suhu panas dan kelembaban didalam mesin, membalik telur 4 kali
sehari, menjaga kebersihan m esin tetas sampai m engurusi saat penet asan.
Biaya telur bibit juga term asuk dalam pembiayaan peternak itik,
peternak dianggap melakukan pembelian telur untuk kebutuhan m esin tetas-
54
nya. Kapasitas satu buah mesin tetas m enampung 400 butir telur, peternak
membeli telur dengan harga per butir Rp 1.100,00.
Bahan bakar m esin tetas m enggunakaan minyak tanah dan listrik.
Penggunaan listrik lebih mudah dalam proses m engont rol panas/suhu ruang di
dalam mesin tetas. Menggunakan minyak tanah, panas yang didapat dari
lam pu minyak (teplok) akan lebih sulit dikontrol karena nyala api tidak stabil.
Menggunakan lam pu listrik (bolam) mudah dalam mengont rol suhu panasnya,
jika siang hari suhu diluar panas cukup meredupkan nyala bolam dengan
o
dim mer demikian sebaliknya suhu ruang dijaga agar tetap berada pada ± 39 C.
Biaya penyusutan m esin tetas per bulan yang ditanggung peternak yaitu
sebesar Rp 71.122,00.
Penerim aaan yang diterima pet ernak berasal dari penjualan telur itik dan
DOD. Perputaran hasil yang cepat dapat dinikm ati yaitu dari hasil telur, hari
ini mengeluarkan biaya hari berikutnya dapat dinikm ati. Hasil dari DOD harus
menunggu satu bulan baru bisa dirasakan, akan tetapi hasil yang didapat lebih
besar dibandingkan hasil dari telur. Untuk telur itik m emiliki harga jual rata-
rata Rp 1.100,00/butir sedangkan harga DOD, untuk DOD betina Rp 4.500,00/
ekor dan DOD jant an Rp 2.000,00/ekor.
Profitabilitas atau tingkat keunt ungan dari usaha ternak itik di
Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei 2009 adalah sebesar 13,87%. Hal ini
berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh
keuntungan Rp 13,87. Usaha ini term asuk dalam kriteria mengunt ungkan,
karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol. Profitabilitas ini merupakan
hasil bagi antara keunt ungan usaha dengan biaya total.
Usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien
karena nilai efisiensinya lebih dari 1 dengan nilai efisiensi sebesar 1,14. Usaha
ternak itik ini m enurut data selam a penelitian dan perhitungan m engenai
analisis risiko usaha, usaha yang dijalankan akan terhindar dari mengalam i
kerugian. Dari besarnya nilai koefisien variasi sebesar 0,24 dan nilai batas
bawah keuntungan sebesar Rp 1.080.928,00. Dilihat dari nilai koefisien
variasi kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah keuntungan lebih dari 0 dapat
55
dikat akan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari
mengalami kerugian.
Untuk usaha ternak dengan jumlah itik yang diusahakan sebanyak 100
ekor dan 4 m esin tetas, dengan masa produksi selama satu bulan m aka
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 5.743.333,00 dengan biaya yang
dikeluarkan Rp 5.043.389,00, dari besarnya penerim aan dan biaya didapat
keuntungan sebesar Rp 699.944,00. Pengusahaan ternak itik dengan jum lah
itik 100 ekor dan 4 m esin tetas sudah m erupakan usaha yang mengunt ungkan
karena dilihat dari besarnya nilai profitabilitas sebesar 7,2%. Besarnya nilai
efisiensi 1,13 berarti usaha ini telah efisien. Besarnya simpangan baku
keuntungan Rp 169.817,00 dengan nilai koefisien variasi 0,24 dan batas
bawah keuntungan Rp 360.310,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan
nilai batas bawah keuntungan, m aka berarti usaha ini akan selalu terhindar
dari risiko kerugian.
Setiap usaha juga menimbulkan limbah, demikian juga pada usaha
ternak itik di Kabupat en Sukoharjo. Limbah yang dihasilkan barupa kot oran
dan cangkang telur. Kotoran dibersihkan saat itik di afkir, kotoran dapat dijual
per sak unt uk pupuk tanaman, sedangkan unt uk cangkang telur biasanya hanya
dibuang ke sungai, akan tetapi ada juga peternak yang mencam purkan
cangkang telur yang sudah dihaluskan pada pakan ternak.
D. Solusi
Harga pakan dan bahan bakar yang sem akin tinggi m em beratkan
peternak diharapkan pem erintah ikut berperan dapat m engontrol lonjakan
harga pakan ternak dan bahan bakar. Ternak itik memberikan dam pak
terhadap lingkungan sekitar, penataan kandang serta m enjaga kebersihan
diharapkan dapat m engurangi dam pak negatif terhadap lingkungan.
Membuat saluran irigasi/parit di sekitar kandang agar saar m usim hujan
lingkungan tidak tercemar karena air hujan yang bercam pur kotoran itik. Saat
musim penghujan produksi telur itik akan berkurang, serta banyak telur yang
57
cepat busuk. Peternak harus menempatkan itik pada lahan yang kering, dengan
dem ikian dibutuhkan lagi biaya untuk perbaikan kandang.
Jika pasaran sepi dikarenakan kekeringan pada lahan sawah, peternak
dapat tidak m engurangi tingkat produksi dengan melakukan kerjasama dengan
pedagang tetapi harga menjadi lebih rendah, menurunkan harga jual agar lebih
menarik pembeli, jika hasil banyak dapat dihutangkan dulu ke tem an yang
sudah dipercaya untuk m emelihara, atau m emelihara dahulu untuk m enunggu
harga stabil baru dijual.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, m aka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya total rata-rata usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo adalah
sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh
sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rat a yang
diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan.
Sedangkan tingkat profitabilitas usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo
adalah sebesar 13,87%, berarti usaha ternak itik mengunt ungkan. Untuk
pengusahaan ternak itik dengan jum lah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas
biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh
penerim aan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga
keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat
profitabilitas 7,2% berarti usaha itik mengunt ungkan.
2. Usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien m em punyai nilai
efisiensi lebih dari satu yaitu sebesar 1,24. Usaha ternak itik dengan
jum lah ternak 100 ekor dan 4 mesin tetas m emiliki nilai efisiensi 1,13
berarti usaha ini telah efisien.
3. Usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo mem iliki nilai koefisien variasi
(CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keunt ungan (L) sebesar Rp
1.080.928,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah
keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu unt ung
atau terhindar dari m engalam i kerugian. Usaha ternak itik dengan jumlah
itik 100 ekor dan 4 mesin tetas nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24
dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00. Dari
besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat
dikatakan bahwa, para pet ernak itik akan selalu unt ung atau terhindar dari
mengalami kerugian.
58
59
B. Saran
1. Dari hasil analisis, usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien,
mengunt ungkan untuk diusahakan serta memiliki risiko usaha yang kecil,
sehingga diharapkan pem erintah dan m asyarakat dapat m enjadikan usaha
ternak itik ini merupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan di daerah
serta sebagai penghasil keuntungan bagi masyarakat sekitar.
2. Peternak diharapkan lebih m em perhatikan kebersihan lingkungan sekitar;
serta dibuat saluran pem buangan/parit agar pada saat m usim hujan, air
tidak menggenangi kandang dan tidak m encem ari lingkungan karena
kot oran ternak terbawa air m enyebar di lingkungan sekitar. Dengan
dem ikian itik dapat terus berproduksi serta m asyarakat sekitar terjamin
kesehatannya.
3. Pemerintah harus dapat menjaga harga pakan ternak agar tidak
membumbung tinggi, hal tersebut akan sangat m em beratkan peternak
mengingat biaya terbesar pada usaha ternak itik ini adalah biaya untuk
kebutuhan pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2007. Kecam atan Gatak Dalam Angka. BPS Kecamatan Gatak.
Ditjen. 2007. Populasi dan Produksi Telur itik. Laporan Direktorat Jenderal
Peternakan.
Juarini, E. dan Sumant o. 2000. Model usaha itik lokal di D.I. Yogyakarta untuk
m enunjang pendapatan peternak. Proc. Sem inar Nasional Peternakan
dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor.
Prasetyo, P. 1995. Ilm u Usaha Tani. BPK Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Rahardi, F. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soedjarwant o dan Riswan. 1994. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Batu-
bata di Kabupaten Dati II Banyum as. Laporan Hasil Penelitian Fakultas
Ekonomi Unsoed. Purwokerto.
Sri, Y. S. 2003. Analisis Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kecam atan
Karanganom Kabupaten Klaten. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS.
Surakarta.
Surakhmad, W . 1994. Pengantar Penelitian Ilm iah: Dasar, Metode, dan Teknik.
Tarsito. Bandung.