Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(Studi Pada Masyarakat Kampung Nenggang Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten
Bandung)
Willy Hardian
Program Studi Ekonomi Syariah – STEMBI BANDUNG BUSINESS SCHOOL
Email : Willyhardian110897@gmail.com.
Abstrak
I. Pendahuluan
Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa Kelahiran dan kematian, Karna itu merupakan Suatu
ketetapan mutlak dari Allah SWT yang telah di gambarkan dalam Al-Quran. makadari itu, pastilah akan
menimbulkan hubungan hukum dengan masyarakat sekitarnya, dan menimbulkan hak dan kewajiban pada
setiap individu manusia. Diantara hak dan kewajiban manusia, apabila ada salah seorang keluarganya
meninggal dunia maka harta orang yang meninggal tersebut harus dibagikan kepada ahli-ahli waris yang
mempunyai hak atas hartanya, supaya harta tersebut dapat terdistribusikan secara adil kepada pihak
keluarganya dalam konsep islam dan tidak menimbulkan suatu kemadharatan bagi keluarga yang
ditinggalkannya. Maka dari itu, dianjurkan bagi kita khususnya umat muslim agar bisa mempelajari ilmu Faraidh
(Mawaris) seperti yang sudah di cantumkan dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 11,12 dan 176.
Ilmu Fara’idhl termasuk kategori ilmu yang rumit dan sulit, sebab materi-materinya saling terkait satu
sama lain. Lebih-lebih, dalam ilmu ini juga terdapat rumus hitung-menghitung dan matematika, yang dikalangan
para pelajar dianggap sebagai “momok”. Tak ayal, dalam “ramalan” Hadts Rasulullah SAW., ilmu ini termasuk
ilmu pertama yang dicabut dari umat ini meskipun, beliau sangat memberi motivasi untuk belajar ilmu faraidh
sebelum waktunya dicabut dari muka bumi ini.(Saifuddin,2016:162)
Namun dalam Ilmu fara’idh juga terdapat nash-nash yang menyebutkan keutamaan mempelajari ilmu
waris (al-fara’idh). Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Pelajarilah ilmu fara’idh dan
ajarkanlah kepada manusia, karna sesungguhnya itu adalah separuh ilmu dan ia dilupakan. Ilmu fara’idh itu
adalah sesuatu yang paling awal dicabut dari umatku (HR. Ibn Majah dan ad-Daruquthni).
maksud bahwa al-fara’idh adalah separo ilmu adalah karena ilmu terkait manusia itu ada yang
berkaitan dengan manusia disaat dia hidup dan ada yang berkaitan dengan pasca kematiannya.(Abdurrahma,
2016: 4)
Masalah pembagian harta warisan di masyarakat dalam kondisi sekarang dimana hukum-hukum
syariah tidak diterapkan sebagai hukum resmi bisa jadi membuat sebagian orang tidak perhatian dengan hukum
syara’ ketika membagi harta warisan. Bisa juga dikarenakan ketidaktahuan atau karena tidak mau repot
akhirnya para ahli waris sepakat membagi harta warisan menurut kesepakatan diantara mereka
saja.(Abdurrahman, 2016: 7)
Bahkan masalah warisan, masih menjadi hal yang tabu dibicarakan oleh sebagian orang yang berakibat
pada salahnya pembagian. Data Mahkamah Agung (MA), masalah kewarisan menempati posisi nomor dua
perkara perdata agama yang ditangani pada 2010 dan 2011. Waris berada di bawah kasus sengketa
perkawinan.(detik finance, 20 Mar 2017)
Menurut Yahya Abdurrahman Ilmu waris saat ini hampir menjadi ilmu yang terlupakan. Sangat banyak
dari kaum muslim yang tidak mengetahui ilmu ini.(Abdurrahman, 2016:1)
Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ Analisis Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Ilmu Faraidh (Mawaris)”. Agar memudahkan
penulis dalam tugas penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan ini hanya pada tingkat
pengetahuan ilmu Faraidh pada Masyarakat Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.
maka penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang ilmu
Faraidh (mawaris) pada Desa Mekarsari; 2). Mengetahui penyebab minimnya pengetahuan masyarakat
kampung nenggang tentang Ilmu faraidh (waris); 3). Mengetahui dampak positif apabila masyarakat sekitar
mempelajari ilmu faraidh (waris); 4). Mengetahui dampak negatif apabila tidak melaksanakan waris sesuai
dengan Ilmu Faraidh (waris).
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan.”(TQS.an-Nisa’[4]:7)
Ayat tersebut jelas mengatakan adanya hak waris bagi orang-orang yang memiliki hubungan darah
atau hubungan kekerabatan. Ini sekaligus menegaskan bahwa hubungan kekerabatan atau hubungan nasab
yakni itu menjadi sebab pewarisan.Hanya yang hubungan nasab yang menjadi sebab pewarisan itu adalah
hubungan nasab yang sah menurut Syariah, bukan hubungan darah secara biologis.
Hubungan kekerabatan ini bisa dikelompokan menjadi tiga:
a) Pokok (ushul) yaitu orang-orang yang menjadi asal al-muwarrits, seperti bapak, Kakek, ibu, nenek dan
seterusnya ke atas.
b) Cabang (furu’) yaitu keturunan al-muwarrits, yaitu anak, cucu dan seterusnya ke bawah.
c) Al-hawasyi, yaitu mereka yang merupakan keturunan kedua orang tua, kakek-nenek dan seterusnya dari al-
muwarrits, seperti saudara laki-laki dan perempuan, anak-anak saudara, paman dan anak-anak paman,dsb.
2. Pernikahan
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya.
)TQS.an-Nisa’[4]:12)
Ayat ini jelasmenyatakan bahwa suami berhak mendapat bagian dari harta warisan istrinya dan
sebaliknya istri juga berhak mendapat bagian harta warisan suaminya yang sudah meninggal. Yang berhak
mendapat bagian harta waris disini adalah suami atau istri dari orang yang meninggal. Artinya pada saat orang
itu meninggal,dia secara syar’iy masih sah berstatus sebagai suami atau istri. Adapun mantan istri atau mantan
suami maka sudah tidak berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh mantan suami atau mantan istrinya.
3. Memerdekakan
Rasulullah SAW, bersabda:
Al-wala itu bagi orang yang memerdekakan (HR. Bukhari dan an-Nasai)
Hubungan karena memerdekakan ini disebut nasab hukmi atau wala’. Orang yang memerdrkakan
menjadi ahli waris dari orang yang dimerdekakan.(Abdurrahman,2016:39)
e. Penghalang Pewarisan
1. Perbudakan
Yang dimaksud adalah status orang sebagai hamba sahaya. Sebab hamba sahaya itu adalah milik tuannya.
2. Pembunuhan
Pembunuhan yang mencegah pewarisan adalah pembunuhan yang dilakukan oleh ahli waris kepda al-
muwarrits yang mengharuskan dijatuhinya qishash, diyat atau kaffarah.
3.Perbedaan agama
Nabi SAW, bersabda :
“seorang muslim tidak mewarisi orang kafir dan seorang kafir tidak mewarisi orang muslim (HR.Muttafaq’alayh)
4.Perbedaan ad-Dar
Perbedaan ad-dar yang menghalangi saling mewarisi maka itu dalam kondisi dimana ada dar a-islam
dan dar al-harb, dan seoranf muslim tidak berhijrah dari dar al-harb ke dar al-islam, sebaliknya ia tetap menjadi
warga negara di dar al-harb. Dalam kondisi ini perbedaan ad-dar termasuk dalam penghalang pewarisan. Allah
SWT telah menafikan perwakilan di antara orang yang berhijrah dan orang yang tidak berhijrah. Allah SWT
berfirman:
ْاج ُروا َ اج ُرواْ َما لَ ُكم ِمن َو َٰلَيَتِ ِهم ِمن
ِ ش ۡيءٍ َحت َّ َٰى يُ َه ِ َوٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َولَ ۡم يُ َه
Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun
atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah.(TQS. Al-Anfal[8]:72). (Abdurrahman,2016:39-41)
f. Ahli Waris
1). Ahli waris laki-laki berjumlah 15, yaitu : anak lelaki,anak lelaki anak lelaki (seterusnya sampai ke bawah),
Ayah, kakek (sampai ke atas), saudara lelaki seayah-ibu/sekandung, saudara lelaki seibu,saudara lelaki
seayah, anak laki-lakinya saudara lelaki seayah-ibu, anak laki-lakinya saudara lelaki seayah,paman seayah-
ibu dengan ayah,paman seayah dengan ayah,anak laki-lakinya paman seayah-ibu dengan ayah, anak laki-
lakinya paman seayah dengan ayah, suami, dan majikan yang memerdekakan.
2). Ahli waris Perempuan berjumlah 10,yaitu : anak perempuan,anak perempuannya anak laki-laki/cucu
(sampai ke bawah), ibu, nenek dari jalur ayah/ibunya ayah (sampai keatas), nenek dari jalur ibu/ibunya ibu
(sampai ke atas), saudari seayah-ibu, saudari seayah, saudari seibu.istri,dan majikan yang memerdekakan.
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif.
Pendekatan yang digunakan adalah deduktif, unit analisis pada penelitian ini adalah Masyarakat Kampung
Nenggang Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Teknik samplingnya menggunakan
purposive sampling Sumber datanya meliputi delapan orang yaitu Ketua RW, Praktikum mawaris, Pelajar dan
Masyarakat awam. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi langsung ke tempat penelitian, jenis data
primer dan sekunder. Melalui pendekatan kualitatif, peneliti dapat berinteraksi lebih banyak dengan fakta yang
di teliti. Hasil penelitian dijelaskan dengan menyajikan kutipan data yang diperoleh, kemudian dianalisa dan
diinterpretasikan berdasarkan teori, lalu penarikan kesimpulan.
Penelitian ini mengambil kasus analisis tingkat pengetahuan masyarakat tentang Ilmu Faraidh (waris)
di Kampung Nenggang Desa Mekarsari kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan dengan narasumber didapatkan beberapa poin penting mengenai pengetauan masyarakat
tentang Ilmu Faraidh (waris) yang masih jarang diketahui seperti hal nya rukun dan syarat waris.Dari
pengamatan yang dilakukan dalam wawancara dapat dilihat pengetahun masyarakat Kampung Nenggang
sangatlah minim mengenai Ilmu Faraidh (waris) baik dari rukun dan syaratnya,penyebab adanya waris,
penghalang warisan dan siapa saja yang mendapat harta waris, kebanyakan dari masyarakat hanya
mengetahui bahwa bagian harta laki-laki itu satu sedang bagian harta perempuan itu setengah dan dari
masyarakat juga ada yang berpendapat bahwa ilmu faridh (waris) ini bagi masyarakat awam tidak perlu di
dalami,tinggal menyerahkan waris mewaris kepada ustadz yang mempuni.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
kebanyakan dari masyarakat kampung nenggang minim dari pengetahuan tentang ilmu faraidh dikarenakan
beberapa hal antara lain:
1. Tingkat pendidikan yang rendah.
2. Tidak adanya keinginan masyarakat untuk lebih mendalami ilmu faraidh (waris).
3. Lebih mengandalkan ustadz yang mendalami ilmu faraidh (waris).
4. Tidak adanya media pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran ilmu faraidh (waris).
5. Beberapa Masyarakat berasumsi bahwa harta warisan tidak apa-apa untuk dibagi rata antara laki-laki
dan perempuan karna masih satu saudara.
6. Minimnya informasi di daerah perkampungan.
7. Implementasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Ilmu faraidh (waris).
Dari hal yang tercantum dari hasil analisis diatas penulis mencoba menjabarkan dari poin nomor satu,
yaitu tingkat pendidikan yang rendah di karenakan kebanyakan dari masyarakat kampung Nenggang tidak
melanjutkan jenjang pendidikannya sehingga mengakibatkan tingkat pengetahuan yang rata-ratanya rendah.
Poin kedua tidak adanya keinginan masyarakat untuk lebih mendalami ilmu faraidh (waris) menyebabkan
tingkat pengetahuan masyarakat tentang ilmu faraidh itu rendah. Poin ketiga lebih mengandalkan ustadz yang
mendalami ilmu faraidh (waris) sehingga menyebabkan ketergantungan dan mengakibatkan tingkat
pengetahuan masyarakat tentang ilmu faraidh itu rendah. Poin keempat tidak adanya media pembelajaran yang
dapat menunjang pembelajaran ilmu faraidh (waris) yang akhirnya menimbulkan masyarakat yang minin akan
pengetahuan tentang ilmu faraidh (waris). Poin kelima masyarakat berasumsi bahwa harta warisan tidak apa-
apa untuk dibagi rata antara laki-laki dan perempuan karna masih satu saudara, ini merupakan asumsi yang
dapat mengakibatkan keengganan masyarakat untuk mempelajari ilmu faraidh karna akan menimbulkan rasa
kesia-siaan dalam mempelajarinya. Poin keenam Minimnya informasi di daerah perkampungan, di daerah
perkampungan khususnya di kampung nenggang masih sulit untuk media informasi sehingga masyarakat tidak
mengetahui edukasi-edukasi yang di lakukan oleh pihak-pihak yang mengajarkan ilmu faraidh (waris). Poin
terakhir Implementasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Ilmu faraidh (waris), banyak dari
kalangan pembagi harta warisan yang melakukan pembagian-pembagian yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang di jelaskan dalam ilmu faraidh sehingga mengakibatkan masyarakat merasa bahwa pembagian
harta yang dibagikan itu benar sedang pada kenyataanya itu merupakan suatu kesalahan.
Maka dari itu penting sekali bagi kita agar bisa memberikan edukasi yang dapat menunjang
terlaksananya pembelajaran bagi masyarakat, sehingga asumsi-asumsi atau pemahaman masyarakat tentang
ilmu faraidh (waris) tidak keliru atau menyeleweng dan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah,Sehingga
masyarakat juga dapat mengimplentasikan dan mendistribusikan harta waris sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang terdapat pada Ilmu faraidh (waris).
Berdasarkan data dari wawancara penulis dengan para informan dari masyarakat kampung nenggang,
hasil penelitian yang dilakukan penulis pemenunjukan bahwa salah satu dampak positif dari mengetahui tentang
Ilmu Faraidh (waris) bagi masyarakat antara lain:
1. Mendapat pahala
2. Adanya keadilan
3. Termasuk orang yang bertakwa
4. Harta pewaris dapat di distribusikan untuk menghidupi orang yang di tinggalkannya
Menelaah dampak-dampak positif apabila masyarakat banyak yang mempelajari dan menerapkan Ilmu
faraidh (waris) Sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah dan rasulnya maka pastilah ia akan
mendapatkan kesenangan baik di dunia maupun di akhirat. Dikarenakan iya telah taat akan hukum-hukum yang
telah di tetapkan oleh Allah dan Rasulnya sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 13 yang artinya
adalah : “itulah batas/batas (hukum) Allah. Barang siapa yang taat kepada Rasul dan rasulnya, dia akan
memasukannya kedalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya.
Dan itulah kemenangan yang agung.(QS. An-Nisa ayat 13).
Di dalam harta warisan terdapat bagian-bagian yang harus di berikan kepada seorang ahli waris, dan
seorang ahli waris d beri sesuai dengan bagian-bagiannya masing-masing, apabila harta warisan tersebut dapat
di bagikan secara adil sesuai denga ketentuan yang ada dalam Ilmu faraidh (waris), maka akan terciptanya
pendistribusian harta bagi orang-orang yang di tinggalkannya dan harta tersebut dapat di pakai untuk kebutuhan
sehari-hari sanak saudara yang ia tinggalkan.
Berdasarkan data dari wawancara penulis dengan para informan dari masyarakat kampung nenggang,
hasil penelitian yang dilakukan penulis pemenunjukan bahwa salah satu dampak negatif apabila tidak
melaksanakan waris sesuai dengan Ilmu Faraidh (waris) bagi masyarakat antara lain:
1. Mendapat dosa
2. Terjadinya kedzaliman
3. Terjadinya pertikaian sedarah kandung
Dari hal-hal yang dicantumkan di atas pada dasarnya suatu hukum itu harus selalu dilaksanakan sesuai
dengan ketentuannya dan apabila ketentuan itu di langgar maka ia paasti akan mendapatkan suatu hukuman.
begitu juga dengan waris, apabila ia enggan untuk menjalankan hukum waris yang telah di tetapkan Allah dan
rasulnya niscaya ia akan mendapatkan dosa dan ia termasuk kedalam orang-orang yang dzalim sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 45 yang artinya : “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim (QS.Al-Maidah:45).
Banyak dari kalangan masyarakat yang menjadi korban akibat dari tidak adanya keadilan dalam
pembagian harta waris, sehingga menimbulkan banyak pertikaian antara saudara satu sama lainnya. Kejadian
itu diakibatkan dikarenakan masyarakat enggan untuk mempelajari dan bahkan menolak ilmu faraidh (waris).
V. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa tingkat pengetahuan masyarakat kampung Nenggang tentang ilmu faraidh (waris) sangatlah minin,
kebanyakan dari masyarakat hanya mengetahui bahwa bagian harta laki-laki itu satu sedang bagian harta
perempuan itu setengah, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui rukun dan syarat waris,penyebab adanya
waris, penghalang warisan dan siapa saja yang mendapat harta waris, dan dari masyarakat juga ada yang
berpendapat bahwa ilmu faridh (waris) ini bagi masyarakat awam tidak perlu di dalami,tinggal menyerahkan
waris mewaris kepada ustadz yang mempuni saja sudah cukup.
penting sekali bagi kita agar bisa memberikan edukasi yang dapat menunjang terlaksananya
pembelajaran bagi masyarakat, sehingga asumsi-asumsi atau pemahaman masyarakat tentang ilmu faraidh
(waris) tidak keliru atau menyeleweng dan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah,Sehingga masyarakat juga
dapat mengimplentasikan dan mendistribusikan harta waris sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
pada Ilmu faraidh (waris).
Masyarakat juga harus memahami hal-hal positif yang terkandung apabila kita mempelajari ilmu faraidh
(waris), agar masyarakat tersebut mendapatkan banyak kebaikan dari pendistribusian harta waris yang benar.
Masyarakat juga penting mengetahui hal-hal negative apabila tidak melaksanakan pembagian harta sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ada pada ilmu faraidh (waris), karna dapat menimbulkan kemadharatan
khususnya bagi para ahlli waris dan juga dapat menimbulkan perselisihan antara sanak saudara di karenakan
ketidak adilan dalam membagikan bagian-bagian harta waris.
Maka dari itu, kita sebagai seorang muslim hendaknya mempelajari dan mengajarkan ilmu Faraidh
(waris) karna ilmu faraidh ini merupakan separu ilmu dan merupakan ilmu yang pertama kali akan di cabut
menjelang hari kiamat sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Pelajarilah ilmu fara’idh dan ajarkanlah kepada
manusia, karna sesungguhnya itu adalah separuh ilmu dan ia dilupakan. Ilmu fara’idh itu adalah sesuatu yang
paling awal dicabut dari umatku (HR. Ibn Majah dan ad-Daruquthni)
Daftar Pustaka
Al-Qur’an al-Karim
M. Saifuddin,2016. Imu Faraidl pembagian harta warisan perbandingan 4 mazhab. Lirboyo :Santri salaf Press
Syarif Miftah,Putra Ary antony, Ahmad mawardi, 2018, Analisis Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sei-
Petai Terhadap Penyelenggaraan Jenazah Kec. Kampar Kiri Hilir Kab. Kampar. Jurnal Al-Hikmah Vol. 15, No.
1.