Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. DEFINISI
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi.
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat
sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon
dioksida arteri), dan asidosis (shvoong, 2011).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen
dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru – paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang
melindunginya. Didalam rongga dada terdapat juga jantung didalamnya.
Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveoli. Didalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.
Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda
asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru – paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung
ke paru, disebut sebagai pleura viseral. Sedangkan pleura parietal menempel
pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura viseral dan pleura parietal
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga
memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada
gesekan dengan dinding dada. Rongga dada diperkuat oleh tulang – tulang
yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga),
sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel didepan, dan vertebra
torakalis (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga dibagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi
penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas
adalah sebagai berikut:
a. Interkostalis ekstermus (antar iga luar) yang mengangkat masing – masing
iga.
b. Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada)\
c. Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas
d. Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga
e. Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas
f. Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma
2. Fisiologi
Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara
walaupun mulut terisi oleh makanan. Didalam cavum nasi ini, udara akan
dibersihkan. Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-partikel
besar yang terkandung dalam udara. Septum nasi dan concha nasalis berperan
untuk memperluas permukaan dari cavum nasi dan membuat aliran udara
didalamnya turbulen yang makin meningkatkan kontak udara dengan membran
mukosa yang melapisinya. Membran mukosa ini dilapisi epitel kolumner
berlapis bersilia dan sel goblet yang menghasilkan sekresi mukus. Mukus ini
akan menjebak partikel debris dan menyapunya ke pharynx, dimana kemudian
akan dieliminasi disistem digestivus, cavum nasi juga berfungsi sebagai
penghangat udara. Kelembaban didapat dari epithelium mukosa dan kelebihan
air mata yang dialirkan ke cavum nasi melalui ductus lacrimalis menambah
kelembaban udara sendiri. Udara yang hangat akan mencegah kerusakan
saluran pernafasan dibanding udara yang dingin. Epitel olfactorius sendiri
merupakan organ sensorik sebagai penghirup dan terletak pada bagian paling
superior dari cavum nasi. Cavum nasi dan sinus-sinus paranasal juga turut
berperan sebagai ruang resonansi saat berbicara.
Larynx, laring mempunyai tiga fungsi penting. Cartilago thyroid dan
cricoid berfungsi untuk membuka jalan pergerakan aliran udara. Epiglotis dan
plica vestibular mencegah material yang akan ditelan masuk kedalam larynx.
Plica vocalis adalah sumber utama produksi suara. Udara selama ekspirasi
bergerak melewati plica vocalis sehingga menggetarkan dan memproduksi
suara.
3. KLASIFIKASI
a) Infark miokard
b) Kardiomiopati
c) Miokarditis
b. Nonkardiak
Terjadi gangguan di bagian saluran pernapasan atas dan bawah maupun
di pusat pernapasan, serta proses difusi. Hal ini dapat disebabkan oleh
obstruksi, emfisema, atelektasis, pneumothorak, dan ARDS.
4. ETIOLOGI
a. Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail
chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya
adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru
alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi
(normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit
paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
6. MANIFESTASI KLINIS
Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu
berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri
kepala, sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
Asidemia yang terjadi bila (pH < 7,3) menyebabkan vasokonstriksi
arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun,
hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga dapat
terjadi aritmia yang mengancam nyawa.
a. Penurunan konsentrasi O2
Penurunan konsentrasi O2 terjadi karena penurunan saturasi
haemoglobin akibat berkurangnya PaO2 atau bergesernya kurva
disosiasi oksihaemoglobin ke kanan.
b. Anemia
Ikatan antara CO dengan Hb lebih kuat daripada ikatan O2 dengan Hb,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk melepas O2 ke jaringan.
c. Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung tergantung dari aliran balik vena sistemik,
fungsi ventrikel kanan dan kiri, resistensi pulmonal dan sistemik, serta
frekuensi denyut jantung.
Selain itu, tanda dan gejala yang muncul pada gagal napas yaitu
aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat dirasakan. Pada gerakan napas
spontan terlihat retraksi supraklavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada saat inspirasi. Adanya kesulitan inflasi paru dalam
usaha memberikan ventilasi buatan dan terdengar suara napas tambahan
gargling, snoring, wheezing.
7. KOMPLIKASI
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa gas darah
a) Hb : dibawah 12 gr%
b) Analisa gas darah :
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui. Terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat
perpindahan letak mediastinum.
d. EKG
9. PENATALAKSANAAN
a. Jalan nafas
Jalan nafas sangat penting untuk ventilasi, oksigen, dan pemberian obat-
obatan pernapasan dan harus diperiksa adanya sumbatan jalan nafas.
Pertimbangan untuk insersi jalan nafas artificial seperti ETT berdasarkan
manfaat dan resiko jalan napas artificial dibandingkan jalan napas alami.
Keuntungan jalan napas artificial adalah dapat melintasi jalan napas bagian
atas, menjadi rute pemberian oksigen dan obat-obatan, memfasilitasi
ventilasi tekanan positif dan PEEP . memfasilitasi penyedotan sekret, dan
rute untuk bronkhoskopi.
b. Oksigen
c. Bronkhodilator
b. Secondary survey
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-
perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
4. Hipervolemia berhubungan dengan edema pulmo
5. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
curah jantung.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA LUARAN
NO I NTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Data dasar untuk menentukan
tidak efektif membaik kedalaman dan upaya napas intervensi selanjutnya.
2. Monitor pola napas (seperti 2. Untuk mengetahui pola nafas.
braipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksis)
3. Atur interval pemantauan 3. Mengobservasi pasien sesuai jadwal
respirasi sesuai kondisi pasien yang ditentukan.
4. Dokumentasi hasil pemantauan. 4. Bukti tertulis pemantauan.
5. Jelaskan tujuan dan prosedur 5. Memberikan informasi tujuan dan
pemantauan. prosedur pemantauan.
6. Informasikan hasil pemantauan, 6. Menginformasikan hasil pemantauan.
jika perlu
2. Pola nafas tidak Pola nafas membaik 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Data dasar untuk menentukan
efektif intervensi selanjutnya.
kedalaman dan upaya nafas
2. Untuk mengetahui pola nafas.
2. Monitor pola nafas
Anonim. (2012). Gagal Nafas dan Oedema Paru. http://www.scribd.com/doc/3510727/html. Diakses tanggal 18 Januari 2012.
Brunner and Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta : EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.
Sadguna, Dwija. (2011). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Nafas. http://www.scribd.com. Diakses tanggal
18 Januari 2012.
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem ). Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Ulfah, Anna, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan
Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.