Você está na página 1de 25

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB) PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LIU KECEMATAN SABBANGPARU
KABUPATEN WAJO 2017

A. Latar Belakang

Tuberkolosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi


kuman Mycobatrium Tuberculosis. Tuberkolosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M.tuberculosis.
tuberkulosis paru mancakup 80% dari keseluruhan kejadian panyakit
tuberkulosis.sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis
ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah
terinfeksi kuman M.tuberculosis. (Darmanto djojodibroto 2009:151).

Tahun 1999 WHO (Organisasi kesehatan dunia) memperkirakan setiap


tahun 583.000 orang penderita TBC dengan jumlah kematian sebanyak
140.000 orang. Sejak Tahun 1995 WHO meredokumentikasikan program
pemberantasan penyakit TBC dengan strategi DOTS (di-rectly observed
treatmet short course) yang menurut bank dunia merupakan stategi yang
paling cost-effective yaitu memerlukan biaya. (Yoanes 2008:8).

Pengertian lansia adalah usia lanjut yang dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). sedangkan
menurut pasal 1 dan (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun. (Siti Maryam, Dkk 2008 : 32).

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara pemasok penderita

tuberkulosis (TBC) terbesar di dunia setelah Cina dan India. Indonesia

menjadi salah satu negara dengan tingkat resiko penularan yang tinggi.

Laporan WHO tentang angka kejadian tuberkulosis (TBC) evaluasi selama 3

tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian Tuberkulosis

mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus

kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukan bahwa kasus
2

TBC berada di sekitar kita. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki angka prevelansi kasus TBC yang cukup tinggi,

khususnya pada masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah.

(http://www.academia.edu/7295299/TBC_pada_Lansia).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Liu Sabbangparu,

Penderita TB pada lansia pada tahun 2015 sebanyak 87 orang, pada tahun

2016 sebanyak 90 orang, dan pada tahun 2017 periode Januari – Oktober

sebanyak 98 orang dmana, penderita TB yang tercatat pada bulan Januari –

Maret 2017 sebanyak 6 orang, penderita TB yang tercatat pada bulan April –

juni 2017 sebanyak 6 orang, penderita TB yang tercatat pada Juli – September

2017 sebanyak 5 orang. (sumber buku register suspek).

Berdasarkan data yang dilihat penderita penyakit tuberkulosis dari

tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini disebabkan banyaknya penderita

yang tidak berhasil disembuhkan karena kurang mengkomsumsi buah dan

sayur serta pola hidup yang kurang sehat yang dapat di lihat dari kebiasaan

merokok, kurangnya pendidikan, serta rumah yang kurang ventilasi. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian tentang “Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis (TB) pada lansia di

Wilayah Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangaparu Kabupaten Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah yang berhubungan


3

dengan kejadian penyakit tuberkulosis (TB) pada Lansia diwilayah kerja

Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo?”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit Tuberkulosis (TB) pada Lansia di

Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten wajo.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan manjadi bahan masukan bagi masyarakat

khususnya bagaimana faktor kejadian penyakit tuberkulosis (TB)

pada lansia.

b. Manfaat teoritis

Sebagai bahan masukan tersendiri bagi penelitian untuk menambah

wawasan yang bersifat teorotis dan ilmiah tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis (TB) pada lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten

Wajo.
4

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis objektif (Ho)

Ada hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

penyakit Tuberkulosis (TB) pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Liu

Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Tidak ada hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian penyakit Tuberkulosis (TB) pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjau tentang penyakit tuberkulosis paru

a. Defenisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang


parenkim paru-paru yang disebabkan oleh My cobaterium
Tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar kebagian tubuh lain
seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (irman somatri,
2007:59).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman Tuberkulosis TB (my cobatrium tuberculosis),
Sebagian dari kuman yang menyerang paru-paru. Tetapi dapat
mengenai orang tubuh lainya. (suryo joko 2010:49).

Tahun 1999 WHO (Organisasi kesehatan dunia) memperkirakan


setiap tahun 583.000 orang penderita TBC dengan jumlah kematian
sebanyak 140.000 orang. Sejak Tahun 1995 WHO
meredokumentikasikan program pemberantasan penyakit TBC dengan
strategi DOTS (di-rectly observed treatmet short course) yang
menurut bank dunia merupakan stategi yang paling cost-effective
yaitu memerlukan biaya. (Yoanes 2008:8).
5

b. Etiologi

Mycobaterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk


batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian
besar komponen mycobaterium tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
merupakan aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh
karena itu, mycobaterium tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut
menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis. (irman
somatri, 2007:59).

c. Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M.


tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Perkembangan M.
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai kearea lain dari paru-paru
(lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area
lain paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem ketebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (meliliskan)
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eskudat dalam alveoli yang menyebabkan
bronkopnemunia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri. (irman somatri 2007:60).

d. Tanda dan gejala

Sebagian besar penderita TBC, pada saat pertama kali terkena,

gejalanya ringan kadang-kadang mereka tidak menyadarinya bagwa

mereka tidak terkena penyakit TBC.

1) Batuk dengan dahak yang kental dan kekuningan kadang-kadang di

sertai dengan bercak bercak perdarahan.

2) Perasaan lelah dan turunya berat badan.

3) Keringat dingin pada malam hari dan demam.


6

4) Detak jantung lebih cepat dari biasanya.

5) Ada pembengkakan kelenjar getah bening.

6) Sesak nafas dan sakit dada. (krisna:34).

e. Faktor resiko TB

Faktor resiko TB paru beberapa faktor resiko TB paru yang

menyebabkan penyakit TB sebagai berikut.

1. Faktor kebiasaan merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan


risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,
bronkitis kronis, dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok
meningkatkan risiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada
tahun 1973 komsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah
230 batang. Relatif lebih rendah dengan 430 batang/ orang/ tahun di
sierra leon, 480 batang/ orang/ tahun di ghana dan 760 batang/ orang/
tahun di pakistan (achamdi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir
semua negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki
dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya
kebiasaanya merokok akan mempermudah untuk terjadi infeksi TB
paru. (http://gejalapenyakit.obatherbaltbckelenjar.com/faktor-resiko-
terkena/).

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap


pengetahuan seseorang.diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit Tuberkulosis paru
sehingga dengan pengetahuan yang cukup. Maka seseorang akan
mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain
itu, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis
pekerjaanya. (joko suryo, 2010:54).

3. Jenis kelamin

Di Benua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyerang laki-


laki.pada tahun 1996 jumlah penderita penyakit Tuberkulosis (TB)
paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita
Penyakit tuberkulosis pada wanita yaitu 42,34% pada laki-laki dan
7

28,9% pada wanita.antara tahun 1985-1987penderita Tuberkulosis


paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%. Sedangkan
panderita tuberkulosis pada wanita menurun 0,7%.
Penyakit tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya
penyakit tuberkulosis paru. (joko suryo, 2010:54).

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi


setiap individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu,
paparan partikel debu didaerah terpapar akan memengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang
tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala
penyakit saluran pernapasan umumnya penyakit Tuberkulosis paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan keluarga
yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari
diantara komsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain itu, akan
memengaruhi kepemilikan rumah (konstruksi rumah).
Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengomsumsi makanan dengan kadar gizi yang kurang dan akan
memudahkan untuk terkena penyakit infeksi, diantaranya penyakit
tuberkulosis paru. Dalam hal ini jenis kontruksi rumah dengan
mempunyai pendapatan yang kurang, maka konstruksi rumah yang
dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mempermudah terjadinya penularan penyakit tuberkulosis paru.

5. Ventilasi

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk


menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya
oksigen dalam rumah. Disamping itu, kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembapan didalam ruangan akan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan kulit dan penyerapan. Kelembapan
ini akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri –bakteri
patogen/bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman penyakit
Tuberkulosis.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri – bakteri, terutama bakteri patogen. Karena disitu
selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga
8

agar ruangan tidur selalu tetap dalam kelembapan (humiditas) yang


optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi parmanen
minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka
tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembapan udara dalam ruangan.

f. Pengobatan TB paru

Tujuan pengobatan pada penderita TB selain mengobati,mencegah


kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan
mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan
tuberkulosis paru, berikut ini beberapa hal yang penting untuk di
ketahui.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin,
isoniazid, pirazinamid, strepsomisin, dan etambutol. (Depkes
RI,2004). (arif mutaqqim:80).
2. Tinjauan tentang lansia

a. Pengertian lansia

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan dari daur


kehidupan manusia, menurut UU No. 13/tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (sofia rosmana 2014:4).
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
inividual Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan usia
lanjut (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (setianto 2004). Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan (pudjiastuti,2003). Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya (hawari,2001). (ferry
efendi 2009 : 243).
Lanjut usia dikelompokkan manusia yang berusia 60 tahun
keatas(hardywinoto dan setiabudhi, 1999; 8). Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
9

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan


memperbaiki kerusakan yang terjadi (constantanides,1994). Oleh
karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distori
metabolik dan skruktural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dan episode terminal
(darmojo dan martono1999:4). (sunaryo dkk, 2015:55-56)
Berikut ini adalah defenisi usia lanjut dalam beberapa literatur. (S

tamher, 2009:2)

1. Smith dan smith (1999), mengolongkan usia lanjut menjadi tiga

yaitu: young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun); dan old-old

(lebih dari 85 tahun).

2. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut


(geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun.
Selanjutnya terbagi kedalam usia 70-75 tahun (young old) ;75-80
tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Menurut Bab 1 pasal 1 ayat (2) undang-undang No.13 tahun 1998

tentang kesejahteraan usia lanjut, lansia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menurut constantanides (1994 dalam siti bandiyah, 2009) menua

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat pertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.proses

menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)secara

alamiah. Di mulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk

hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak

sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia


10

(masih muda) tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang

menyolok atau diskrepansi (wahjudi nugroho, 2006). Menjadi tua

merupakan kodrat yang harus dijalani oleh semua insan didunia.

Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

proses penuaan dapat diperlambat atau dicegah (smith, 2001).

Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya

kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau

menganti diri dan mempertahankan skruktur serta fungsi normalnya.

Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau

memperbaiki kerusakan tersebut (cunnningham, 2003). Proses

penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh, meliputi

organdalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur,

otak, dan lain-lain,juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit

(yaar & gilchrest). (Abdul muhith dan siyoto sandu, 2016:17).

b. Klasifikasi lansia

Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut:

1) Pralasia (prasenilis),seseorang yang berusia antara 45-59

tahun.

2) Lansia,seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiko tinggi,seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan.
11

4) Lansia potensial,lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang/jasa.

5) Lansia tidak potensial,lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya masih bergantung pada orang

lain.

Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO adalah sebagai berikut:

1) Elderly :60-74 tahun

2) Old :75-89 tahun

3) Very old : >90 tahun

c. Karasteristik Lansia

Lansia (menurut Sofia Rosmana 2014:4) memiliki tiga karasteristik

sebagai berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun.

2) Kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit,dari kebutuhan biopsikososial sampai spritual,serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Proses menua merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang

saling berkaitan. Sampai saat ini banyak defenisi dan teori yang

menjelaskan tentang proses yang menua yang tidak seragam. Secara

umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang tidak terkait

waktu, bersifat universal, intriksik, profresit dan detrimental. Keadaan


12

yang tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi

terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

Proses menua yang terjadi bersifat individual, yang berarti:

a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

b. Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda

c. Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses penuaan.

(sofia rosmana, 2014 : 9 )

Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur


seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya
umur tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi
organ tubuh. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan skruktur dan fungsi
organ antara manusia yang berumur 70 tahun dengan yang mereka berumur
30 tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80 %.
Cardiac output 70%, jumlah glomerular filtration rate 69%, vital capacity
56%, asupan 02 selama olahraga 40%, jumlah dari axon pada saraf spinal
63% kecepatan pengantar inplus 90%, dan berat badan 88%. Banyak faktor
yang mempengaruhi proses penuaan tersebut, sehingga munculah teori-teori
yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses penuaan ini. Di antara
orang yang terkenal adalah teori telomere dan teori radikal bebas, yang
dikemukakan oleh J.M McCord dan I.Fridovich dan denham (1956).
(sunaryo Dkk, 2015 : 36).

3. Tinjauan tentang kebiasaan merokok

a. Pengertian merokok

Rokok adalah silinder yang terbuat dari kertas yang berukuran


panjang 70 hingga 120 mm ( bervariasi ) dengan diameter sekitar 10
mm. Di dalamnya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Untuk menikmatinya salah satu ujung rokok dibakar dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.(
Rahmat fajar, 2011 : 2 ).
13

b. Bahaya merokok

Bahaya merokok adalah bahaya yang ditimbulkan kepada

seseorang yang merokok atau yang biasa disebut perokok aktif.

Bahaya merokok tidak hanya berbahaya bagi si perokok itu sendiri,

bagi seseorang yang ikut menghirup asap rokok juga sangat

berbahaya.

4. Tinjauan tentang pendidikan

a. Pengertian pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan

memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan

akhlak dapat juga diartikan sebagai berikut :

a) Perbuatan ( hal, cara ) mendidik

b) ( ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik ) pengetahuan tentang

didik/pendidikan.

c) Pemeliharaan ( latiha- latihan) badan, batin dan jasmanipun

(poerwadarminta 2002: 250).

5. Tinjauan jenis kelamin

a. Pengertian jenis kelamin

Jenis kelamin menurut hungu (dalam cahya, 2012) adalah


perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak
seseorang lahir.
Menurut hurlock (dalam soetjinigsih, 2012) jenis kelamin anak
laki-laki atau perempuan sudah ditentukan pada saat konsepsi; dan
sesudahnya tidak ada yang dapat mengubah jenis kelamin anak.
(http://karyatulisilmiah.com/pengertian-jenis-kelamin/).
14

6. Tinjauan tentang pekerjaan

a. Pengertian pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiataan yang wajib dilakukan oleh


setiap orang demi kelangsungan hidupnya atau memenuhi berbagai
macam kebutuhan hidupnya. Setiap orang melakukan pekerjaan salah
satunya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, karena kebutuhan
pokok merupakan yang harus dipenuhi dan tidak bisa di tunda-tunda.
Kebutuhan tersebut misalnya pokok seperti makan, minum, pakaian,
pendidikan dan lain-lain. Untuk mendapat memenuhi berbagai
kebutuhannya makan manusia membutuhkan uang, dan umunya uang
di dapatkan dari bekerja, saat ini banyak sekali pekerjaan yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan uang.
Jadi yang dimaksud pekerjaan adalah aktivitas utama yang
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam arti
yang sempit pekerjaan yaitu suatu aktivitas yang dapat menghasilkan
uang. Sedangkan dalam segi ekonomi pekerjaan yaitu semua aktivitas
yang dilakuan manusia, baik itu dilakukan secara individu maupun
secara organisasi, baik secara tertutup maupun secara terbuka kemudia
dari pekerjaan tersebut dapat menghasilkan suatu produk dan jasa
sehingga dapat menghasilkan uang dan dijadikan sebagai mata
pencarian. (http://www.pengertianku.net/2017/02/pengertian-
pekerjaan-dan-contohnya.html).

7. Tinjauan tentang ventilasi

a. Pengertian ventilasi

Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang

tertutup. Istilah ini digunakan dalam berbagai hal berikut ini.

 Ventilasi (arsitektur)

 Ventilasi (pemadam kebakaran)

 Ventilasi (fisiologi)

 Ventilasi (terowongan)

 Ventilasi (pertambangan)
15

 Dalam bidang kedokteran, ventilasi mekanis adalah metode

non-alamiah untuk membantu pernapasan.

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&sourc.

wikipedia.org%2Fwiki%2FVentilasi).

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep (conseptual fromework) adalah model model

pendahuluan sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari

hubungan variabel-variabel yan diteliti. (swarjana,2012: 37).

Kerangka konsep menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti


dalam penelitian ini. Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu(Fathnur sani,2016: 31).

Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Penyakit Tuberkulosis (TB) pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo. ”

adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

-Kebiasaan merokok

-Pendidikan Tuberkulosis
pada lansia
-Jenis Kelamin

-Pekerjaan
Keterangan :
-Ventilasi
16

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Ada hubungan

Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen

dan variabel dependen:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya/berubahnya variabel terikat, dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah faktor kebiasaan merokok, pendidikan, jenis kelamin,

pekerjaan, dan ventilasi

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi menjadi

akibat karena adanya variabel bebas, dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah tuberkulosis pada lansia.

G. Defenisi Operasional

1. Kebiasaan merokok

Rokok adalah silinder yang terbuat dari kertas yang berukuran panjang

70 hingga 120 mm ( bervariasi ) dengan diameter sekitar 10 mm.

Ya : jika merespon dapat menjawab 60% - 100%

Tidak : jika merespon dapat menjawab 60% - 100%


17

2. Pendidikan

Pendidikan adalah Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara

dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.

Dimana pendidikan dasar, terdiri dari: sekolah dasar/madrasah,ibtidaiyah

dan SMP/Mts. Pendidikan tinggi terdiri dari: SMA dan MA, SMK dan

MAK, akademi, insitut, sekolah tinggi, dan universitas.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah menurut hungu (dalam cahya, 2012) adalah

perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak seseorang

lahir.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan suatu kegiataan yang wajib dilakukan oleh

setiap orang demi kelangsungan hidupnya atau memenuhi berbagai

macam kebutuhan hidupnya.

5. Ventilasi

Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang

tertutup.

6. Tuberkulosis

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru-paru yang disebabkan oleh mycobaterium tuberculosis. penyakit ini

juga dapat menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,

tulang, dan nodus limfe.(irman somatri:59).


18

H. Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan


deskriptif analitik dengan pendekatan Case Control, yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
yang dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010: 86).
2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan total dari objek yang menjadi

bahan penelitian sesuai dengan karakteristik yang di inginkan dalam

penelitian.(fatnhur sani, 2016 : 34).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien lansia yang

positif terkena penyakit Tuberkulosis (TB) di Wilayah kerja

Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo sejumlah

21 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian yang dapat mewakili populasi untuk

dijadikan sebagai objek dari penelitian.(fatnhur sani, 2016 : 36).

Peneliti mengambil sampel dengan cara total sampling .total

sampling adalah suatu teknik dimana semua populasi dijadikan

sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

yang positif terkena penyakit Tuberkulosis (TB) di Wilayah kerja

Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo sebanyak

21 orang.
19

3. Teknik pengumpulan data

a. Data primer

Data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk

menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam

penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan

menggunakan metode pengumpulan data berupa survey ataupun

observasi.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner.

b. Data sekunder

Merupakan struktur data historis mengenai variabel – variabel yang

telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain

(AsepHermawan, 2005 : 168).

Data yang diperoleh dari proposal yang digunakan dalam penelitian

ini.

4. Teknik pengolahan data

Prosedur penyajian data dilakukan secara eklektronik dengan

menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) for Windows.

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan


dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian
menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan
dalam pengolahan data yang harus dilalui (Notoadmodjo, 2010: 176-
177). Empat tahapan dalam pengolahan data yaitu:
20

1. Editing (Pemeriksaan)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner
sudah:
a) Lengkap
Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
b) Jelas
Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terisi
jawabannya.
c) Relevan
Jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya.
d) Konsisten
Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten.
2. Coding (Pengkodean)
Coding (pengkodean) merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat
analis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Processing (Memasukkan data)
Data, yakni jawaban dari masing – masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer. Software komputer ini
bermacam – macam,masing – masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering
digunakan untuk “entri data”penelitian adalah paket program
SPSS for window. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari
orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan
terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data saja.
4. Cleaning (Pembersihan data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses
ini disebut pembersihan data (data cleaning).

5. Analisa data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk

alasan tersebut di pergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel

penelitian.
21

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik dan variabel independen dan dependen. Keseluruhan

data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,S. 2010:183). Dalam

penelitian ini Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-

faktor kejadian tuberkulosis pada lansia.Uji statistik yang

digunakan adalah chi square. Uji chi squaredigunakan untuk

menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih

kelas dimana datanya berbentuk kategorik.

I. Tempat dan waktu penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan Di Puskesmas Liu Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018.

J. Instrumen pengumpulan data

Menurut sugiyono (2001) bahwa kuesioner merupakan teknik


pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
22

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner


merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (susila dan suriyanti, 2014:109).
K. Perlindungan subjek manusia

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

meneliti kepada Dinas Penelitian dan Pengembangan Daerah Setelah

mendapat persetujuan peneliti mulai melakukan penelitian dengan

mendapatkan masalah etika mulai melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika yang meliputi :

a. Lembar persetujuan menjadi responden (informen consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian, peneliti


menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan dan dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah diberikan
penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subjek peneliti. Jika
subjek peneliti bersedia diteliti maka mereka harus menandatangi lembar
persetujuan, namun jika subjek peneliti menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya (Hidayat
Alimul Aziz, 2014 :82).
b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti, peneliti mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode

pada masing-masing lembar tersebut (Hidayat Alimul Aziz, 2014 :82).

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subjek penelitian

dijamin oleh peneleliti (Hidayat Alimul Aziz, 2014 :82).


23

L. Rencana isi

Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, Rumusan masalah,

Tujuan penelitian terbagi atas tujuan umum dan khusus,

Manfaat penelitian, dan hipotesis penelitian.

Bab II : Tinjauan pustaka mengenai konsep dasar, Kerangka konseptual,

defenisi operasional, dan kriteria objektif serta hipotesis.

Bab III : Gambaran umum lokasi penelitian yang berisi profil tempat

penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan

tempat , cara pengumpulan data, langkah pengelola data terdiri

dari atas seleksi, editing, koding, tabulasi, analisa data, serta

etika penelitian.

Bab IV : Hasil dan pembahasan yang berasal dari hasil penelitian, terdiri

atas karakteristik responden, analisa univariat, serta

pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan saran.


24

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rosmana. 2014, Buku Ajar Keperawatan Gerontik: Deepublish,


Yogyakarta.

Djojodibroto Darmanto. 2007. Respirologi (Jespiratory Medicine): EGC. Jakarta.

Efendi,Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


Praktek dalam Keperawatan : Salemba Medika. Jakarta

Fajar Rahmat. 2011. Bahaya Merokok: Sarana Bangun Pustaka. Jakarta

Hermawan Asep. DR,Prof. 2005. Penelitian Bisnis: Gasindo. Jakarta.

Http://gejalapenyakit.obatherbaltbckelenjar.com/faktor-resiko-terkena/

Http://karyatulisilmiah.com/pengertian-jenis-kelamin/.

Https://www.google.co.id&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0
ahUKEwiZyKuusojYAhUBLI8KHZLvCkUQFgg2MAM&url=https%3A
%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FVentilasi&usg=AOvVaw3jlA5SU
ps7wgAtFkVUjbTD
Http://www.academia.edu/7295299/TBC_pada_Lansia.

Http://www.pengertianku.net/2017/02/pengertian-pekerjaan-dan-contohnya.html.

Maryam Siti R. Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan perawatannya: Salemba
Medika. Jakarta.

Muhith, Abdul & Siyoto Sandu. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik: Edisi I
. Andi. Yogyakarta.

Muttaqim, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan: Salemba Medika. Jakarta.
25

Natoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Edisi Revisi Cetakan


Pertama. Renika Cipta. Jakarta.

Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunitas dalam Keperawatan Gerontik: EGC.


Jakarta.

Sani, Fathur. 2016. Metode Penelitian Farmasi Komunitas dan Esperimental:


Edisi I Cet I. Deepublish. Yogyakarta.

Saryono & Mekar Dwi Anggreani. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan: Nuha Medika. Yogyakarta.

Somatri, irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba medika. Jakarta.

Sunaryo, Dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik: Andi. Yogyakarta.

Suriyanto dan Susila. 2014. Metode Penelitian Cross Sectional.Klaten :


Bossscript.

Suryo,joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan: B first.


Yogyakarta.

Swarjana. 2012. Metode Penelitian Kesehatan :Andi. Yogyakarta.

Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Lanjut Usia dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan :Salemba Medika. Jakarta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan : PT. Imperial Bhakti Utama

Yoanes, dr. 2008. Penyakit TBC dan Cara Pencegahanya. Kanisius. Yogyakarta.

Você também pode gostar