Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Untuk menjalankan perusahaan dengan baik dan sukses, faktor eksternal dan internal
merupakan faktor yang harus dijalankan dengan baik dan seimbang. Dalam menjaga
keseimbangan faktor eksternal dan internal tersebut, karyawan dalam perusahaan dan
kinerjanya sangat perlu diperhatikan. Karyawan dan kinerjanya merupakan jembatan yang
menghubungkan faktor internal dan eksternal. Karyawan yang akan berhubungan langsung
dengan pimpinan perusahaan dan juga konsumen. Konsumen tentunya juga akan menilai
kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut sebelum dia memutuskan untuk memberikan
loyalitasnya dengan membeli atau memakai jasa dari perusahaan tersebut. Faktor
kepemimpinan juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi jalannya operasional
perusahaan. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam sebuah
perusahaan. Maka dari itu seorang pemimpin harus benar-benar memiliki keterampilan,
kreativitas, emosi, dan kecerdasan yang baik untuk memimpin karyawannya dalam bekerja.
Menjadi pemimpin dengan keterampilan manusia berarti peka terhadap kebutuhan dan
motivasi orang lain serta mempertimbangkan kebutuhan orang lain di dalam pengambilan
keputusan (Katz, 1955). Pemimpin yang baik harus bisa memberikan motivasi kepada
bawahannya agar mereka selalu memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan.
Memperhatikan kebutuhan karyawan dan masalah karyawan dalam kinerjanya adalah hal
baik untuk memotivasi karyawan dalam bekerja lebih baik lagi. Mengingat faktor sumber
daya manusia sangatlah berpengaruh penting bagi jalannya sebuah perusahaan maupun
organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi kerja yang baik bagi
karyawannya. Motivasi kerja akan mempengaruhi karyawan dalam menjalankan proses
kerjanya di dalam perusahaan, sehingga gaya kepemimpinan yang baik tidak akan menjamin
suksesnya sebuah perusahaan bila karyawannya tidak memiliki motivasi yang baik dalam
bekerja.
Disiplin kerja merupakan bagian dari kinerja karyawan dimana karyawan akan dituntut
untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, kapan mereka
harus datang dan bekerja tepat waktu, dan juga saat mereka harus bekerja dengan mematuhi
peraturan yang dibuat oleh perusahaan di tempat mereka bekerja. Disiplin kerja yang baik
akan sangat berperan bagi peningkatan kinerja di sebuah perusahaan. Gaya kepemimpinan

1
demokratis, motivasi kerja, dan juga disiplin kerja harus berjalan dengan seimbang. Hal ini
dimaksudkan agar karyawan tidak merasa tertekan dengan aturan kerja di dalam perusahaan
dan mencegah terjadinya stress kerja yang kemungkinan akan dialami karyawan jika dirinya
juga dilibatkan dalam beberapa masalah internal perusahaan. Disiplin kerja diadakan hanya
sebatas untuk mengatur kinerja karyawan agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan
perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?


2. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
3. Bagaimana perkembangan kepemimpinan?
4. Apa fungsi dari kepemimpinan?
5. Apa saja ciri-ciri dari kepemimpinan?
6. Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik?
7. Apa saja jenis-jenis kepemimpinan?
8. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan demokratis?
9. Bagaimana tipe kepemimpinan demokratis?
10. Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan demokratis?
11. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari gaya kepemimpinan demokratis?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Bagi dosen
Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi dalam memberikan
materi.
2. Bagi mahasiswa
Makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dan mendalami lebih lanjut
mengenai gaya kepemimpinan demokratis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para
pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah “The process
of directing and influencing the task related activities of group members”. Kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian
kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses,
kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di
mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari
sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka.
Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan ini, yaitu:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24)
2. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan
dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi ( Katz & Kahn, 1978:528).
4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang di
organisasi ke arah pencapaian tujuan ( Rauch & Behling, 1984:46)

3
5. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281)
6. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif
terhadap orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking,
1988:153)
7. Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang
sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-
aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi (Yukl, 1994:2).

1.2 Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana
timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan di antaranya ialah :
1. Teori Genetis
Teori genetis ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Disini disebutkan bahwa seorang
pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Kemampuan seorang pemimpin ditentukan
oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi, dan kebugaran fisik.
2. Teori Situasi
Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat juga menjadi seorang pemimpin yang baik. Hasil pengamatan
menyimpulkan bahwa orang biasa menjadi seorang pemimpin dikarenakan adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin.
3. Teori Ekologi
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Dalam
kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seseorang yang setelah berhasil dibentuk
menjadi seorang pemimpin, ternyata tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Hasil
pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi yang menyebutkan bahwa
seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi untuk
menjadi pemimpin yang baik memang harus ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada
diri seseorang yang diperoleh dari alam.

1.3 Perkembangan Kepemimpinan


4
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentuk atau
sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu
kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan
peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga beberapa orang tampak lebih
menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, kebanyakan
timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang
pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan – keadaan dimana tujuan daripada kelompok
sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tersebut mengalami ancaman-
ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, cukup sulit bagi warga – warga kelompok yang
bersangkutan untuk menentukkan langkah – langkah yang harus diambil dalam mengatasi
kesulitan yang dihadapinya. Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses
yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam
keadaan tertentu muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok tersebut
akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya seorang pemimpin mungkin karena
seorang individu yang diharapkan menjadi pimpinan, ternyata tidak berhasil membuka jalan
bagi kelompoknya untuk mencapai tujuan dan bahwa kebutuhan warganya tidak terpenuhi.

1.4 Fungsi Kepemimpinan


1. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan
kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memimpin dan mengawasi tindakan orang-
orang yang menjadi bawahannya, dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian
memerintah untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan di dalam
masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-
daerah memerlukan fungsi tersebut.

2. Pemimpin sebagai penengah


Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan
keahliannya yang khas dan ditunjuk secara khusus yang dikenal dengan pengadilan.
Misalnya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
3. Pemimpin sebagai penganjur
Pemimpin sebagai penganjur artinya sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau
sebagai pengarah opini merupakan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka
bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
5
Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali
ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara.

4. Pemimpin sebagai ahli


Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang,
berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia
bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana
terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter,
ahli hukum, dan sebagainya yang mempunyai pengetahuan untuk diberikan kepada orang
lain.

5. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang
demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang
secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi.

1.5 Ciri-Ciri Kepemimpinan


Banyak ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar
yang meliputi ciri-ciri fisik, ciri-ciri intelektual, dan ciri-ciri kepribadian.
Penjelasannya sebagai berikut :
1. Persepsi Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami
perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sangat
dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama
diperlukan oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam
memberikan pandangan dan patokan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan di dalam
dan diluar kelompok.

2. Kemampuan berpikir abstrak


Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahwa seseorang mempunyai
kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi
dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat
6
menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan
umum diluar kelompok dalam hubungannya dengan tujuan kelompok. Ini berarti bahwa
ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oleh kemampuan abstrak
dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial di dalam dan diluar kelompok.
Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensi yang tinggi pada seorang pemimpin
yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas.

3. Keseimbangan emosional
Keseimbangan emosional merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan.
Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emosional yang
berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan
pengintegrasian yang merupakan suatu kepribadian yang harmonis. Dan ini bukanlah
suatu kepribadian harmonis yang beku dan statis, melainkan suatu harmoni dalam
ketegangan-ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat
bergerak kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan
emosional ini diperlukan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan
dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan
dengan sukses.

1.6 Syarat-Syarat Pemimpin yang Baik


Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang tergolong sebagai pemimpin
adalah seorang yang pada waktu lahirnya telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan
dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus
dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri
kepemimpinan. Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-
syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya
yang terpenting adalah sebagai berikut :
a. Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
b. Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
c. Berwibawa dan memiliki daya tarik
d. Sehat jasmani maupun rohani (fisik maupun mental)
e. Kemampuan analistis
f. Memiliki daya ingat yang kuat
7
g. Mempunyai kapasitas integratif
h. Keterampilan berkomunikasi
i. Keterampilan mendidik
j. Personalitas dan objektivitas
k. Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)

1.7 Jenis-Jenis Kepemimpinan


a. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin sedangkan bawahannya
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dilihat dari persepsinya, seorang
pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang
otoriter akan menunjuukkan sikap yang menonjol ”kelakuannya”, antara lain dalam
bentuk:
 Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain di
dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka.
 Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.
 Peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan diabaikan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah:


 Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya.
 Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
 Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
8
c. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian yang dihadapi. Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena
para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa
yang menjadi tujuan organisasi ataupun sasaran-sasaran yang ingin dicapai.

1.8 Pengertian Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis, yaitu gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi (Prima, A, 2013).
Pemimpin selalu melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan saat ada masalah.
Selain itu pimpinan juga memberikan gambaran dan bimbingan yang efisien tentang tugas
yang akan diberikan kepada bawahannya. Lebih dari itu seorang pemimpin yang
mempunyai gaya kepemimpinan demokratis akan menggunakan jabatan dan kekuatan
pribadinya untuk memaksimalkan potensi yang ada pada bawahannya sehingga baik
karyawan maupun perusahaan dapat berkembang bersama-sama.
Pada gaya kepemimpinan demokratis ini terdapat koordinasi yang kuat atas pekerjaan
yang diemban masing-masing bawahan sehingga kekuatan utama bukan pada pimpinan
melainkan partisipasi aktif dari semua anggota. Rasa tanggung jawab internal pada masing-
masing bawahan juga menjadi salah satu dasar dalam gaya kepemimpinan ini. Selain
melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin yang menerapkan
gaya kepemimpinan ini juga harus bersedia mengakui keahlian dengan bidangnya masing-
masing, dan juga mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada
saat-saat dan kondisi yang tepat (Sasongko, F, 2014).
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting
dalam organisasi. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin diwujudkan
dalam bentuk human relation yang didasari prinsip saling menghargai dan saling
menghormati. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat
manusiawi sebagaimana dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagai manusia yang
memiliki kemampuan, kemauan, kehendak, pikiran, minat dan perhatian, pendapat dan lain-
lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu setiap orang harus
dimanfaatkan dengan mengikutsertakannya dalam semua kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Di samping itu, diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan
9
sebagai pelaksana. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau
menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, dan juga
kritik-kritik yang dapat membangun dari para bawahan sebagai umpan balik dan dijadikan
bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
Pemimpin yang demokratis juga mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan
menaruh kepercayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk
rasa kekeluargaan dan persatuan, senantiasa berusaha membangun semangat bawahannya
dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya.
Pemimpin yang demokratis menurut Purwanto memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk
yang termulia di dunia.
b. Selalu berusaha untuk menyikronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.
c. Senang menerima saran, pendapat, dan kritikan dari bawahan.
d. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.
e. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya.
f. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari dirinya.
g. Selalu mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai pemimpin.

Pengertian gaya kepemimpinan demokratis menurut para ahli, sebagai berikut :

a. Pemimpin demokratis adalah seorang pemimpin yang selalu mengikutsertakan seluruh


anggota kelompoknya dalam mengambil suatu keputusan (Hendyat Soetopo, 2013).
b. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang
berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan
organisasi (Hadari Nawawi, 1983).
c. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa
hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai
(Sudarwan Danim, 2008 : 213).
d. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang
baik (Didin Kurniawan & Imam Machali, 2010 : 305).

10
e. Gaya kepemimpinan demokratis adalah seorang pemimpin berusaha membawa mereka
yang dipimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memberlakukan mereka sebagai
sejajar (Baharuddin & Umiarso, 2012 : 57).
f. Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya.
Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap
buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya (Abdul Aziz Wahab,
2011 : 135).

Dari beberapa pendapat diatas, penulis cenderung pada pendapat Sudarwan Danim bahwa
kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa
hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai.

1.9 Tipe Kepemimpinan Demokratis


Tipe kepemimpinan demokratis menurut para ahli, sebagai berikut :
a. Tipe atau gaya kepemimpinan demokratis menurut G.R. Terry, bahwa pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama
dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan
bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, seluruh anggota ikut serta dalam
segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap
anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.
b. Tipe atau gaya kepemimpinan demokratis menurut Kurt Lewin bahwa kepemimpinan
demokratis adalah pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab
tentang terlaksananya tujuan. Hal ini agar setiap anggota turut bertanggung jawab,
seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga
dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Tipe atau gaya kepemimpinan demokratis menurut Sudarwan Danim (2008:213) bahwa
kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa
hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai. Dengan
demikian, dalam tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Proses kepemimpinan
diwujudkan dengan cara memberi kesempatan yang luas bagi anggota kelompok atau

11
organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Setiap anggota kelompok tidak
saja diberikan kesempatan aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan
kemampuannya memimpin. Kondisi ini memungkinkan setiap orang siap dipromosikan
dalam pengembangan karir untuk dipromosikan memduduki jabatan pemimpin secara
berjenjang, jika terjadi kekosongan karena pensiun, mutasi, meninggal dunia, atau
sebab-sebab lain sehingga hal ini berpengaruh juga pada kesejahteraan anggota.

1.10 Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratis


Seorang pemimpin yang demokratis harus mampu menyelesaikan setiap masalah
dengan cara musyawarah dengan seluruh anggota organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa
ciri-ciri dari seorang pemimpin yang demokratis, diantaranya:
1. Terbuka, artinya bersedia mendengarkan segala keluhan maupun masukan dari seluruh
anggota organisasi.
2. Musyawarah, artinya segala pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin
berdasarkan musyawarah secara mufakat dengan seluruh anggota.
2. Tenggang rasa, artinya pemimpin dapat menerima segala masukan baik saran maupun
kritikan dari anggotanya dengan mengembangkan sikap tenggang rasa guna menciptakan
keharmonisan dalam organisasi.
3. Sabar, artinya bersikap lapang dada dalam menerima segala pendapat ataupun masukan dari
anggota organisasi, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap permasalahan
organisasi.
4. Adil, artinya segala keputusan yang ditetapkan tidak bersifat memihak berdasarkan seluruh
aspirasi anggota organisasi tanpa membeda-bedakannya.
5. Bijaksana, artinya dapat memahami dan mengerti segala pendapat anggota organisasi
secara bijaksana.
6. Mendahulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi.
7. Memberikan kesempatan kepada bawahan dalam mengembangkan karirnya untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
8. Dapat membimbing anggota organisasi tanpa bersifat mengguruinya
9. Menghargai setiap anggota organisasi.
10.Percaya, artinya seorang pemimpin yang demokratis dapat memberikan kepercayaan
terhadap bawahannya dengan upaya pendelegasian tugas dan wewenang guna peningkatan
kerja.

12
Sama halnya menurut Wursanto (2002:203), kepemimpinan demokratis mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut :

1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi


2. Bersifat terbuka
3. Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran ataupun ide-ide baru guna pencapaian
tujuan organisasi.
4. Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untk mufakat, daripada
keputusan yang bersifat sepihak. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka
cara yang ditempuh dengan jalan lain yang sesuai dengan demokratis, misalnya voting.
5. Menghargai potensi setiap individu.
6. Berlangsung dengan mantap, yang dapat dilihat dari unit-unit organisasi yang berjalan
lancar sesuai dengan fungsi masing-masing, pendelegasian kepada bawahan, bawahan
merasa senang dan tentram, semangat kerja yang tinggi, baik ada pimpinan maupunn tidak
ada pimpinan.
7. Pimpinan sering turun ke bawah melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang sekaligus
melakukan pengamatan terhadap hasil yang telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan atau
kekurangan dan kesulitan yang dicapai para bawahan.

Akan tetapi menurut Siagian (1991:18) terdapat karakteristik utama seorang pemimpin yang
demokratis, yaitu:

1. Kemampuan memperlakukan organisasi sebagai suatu totalitas dengan menempatkan


semua satuan organisasi pada peranan dan tugas fungsi yang tepat tanpa melupakan peranan
satuan kerja tertentu tergantung pada sasaran yang akan dicapai oleh suatu organisasi pada
kurun waktu tertentu.
2. Mempunyai persepsi mengenai organisasi yang dipimpinnya.
3. Menggunakan pendekata-pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
4. Menempatkan kepentingan organisasi sebagai kepentingan yang sangat bermakna
dibanding kepentingan pribadinya sendiri.
5. Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para bawahannya sebagai makhluk
sosial, politik, ekonomi, dan sebagai individu yang memiliki jati diri yang khas.
6. Memberikan kesempatan kepada seluruh anggota organisasi untuk dapat berperan serta
dalam proses pengambilan keputusan, terutama menyangkut tugas dan fungsi anggota
organisasi.
13
7. Terbuka terhadap ide, pandangan, maupun kritikan dari orang lain termasuk para anggota
organisasi.
8. Memiliki keteladanan yang dapat menjadikannya seorang pemimpin yang patut menjadi
panutan bagi para anggota organisasi.
9. Bersifat rasional dan objektif dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi dalam
organisasi, terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja oleh seluruh anggota
organisasi.
10.Selalu menumbuhkan suasana kerja yang kondusif dan harmonis bagi inovasi dan
kreativitas anggota organisasi.

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Demokratis


Adapun kelebihan atau keuntungan dari gaya kepemimpinan demokratis yaitu sebagai
berikut :
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
3. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat,
dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
4. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas
ditentukan oleh kelompok.
5. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
6. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba
menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan
banyak pekerjaan.

Adapun kerugian dari gaya kepemimpinan demokratis yaitu sebagai berikut :


1. Masyarakat menjadi terlalu bebas mengeluarkan pendapat sehingga kurang ada sikap
saling menghormati satu sama lain.
2. Banyak menimbulkan pro dan kontra terhadap suatu keputusan yang kan diambil.
3. Pemimpin yang demokratis lebih longgar dari otoriter. Maka dari itu, democratizme bisa
lebih cepat hancur dari pada rezim otoriter jika sang pemimpin tidak peka terhadap orang-
orang yang menjadi kepercayaannya untuk memimpin bersamanya memajukan rakyat
atau orang-orang yang dipimpinnya

14
4. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak
5. Sulitnya pencapaian kesepakatan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus. Tipe
kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor pendidikan,
15
pengalaman, usia, karakter tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Gaya
kepemimpinan demokratis yaitu gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi yang memiliki ciri-ciri terbuka,
sabar, adil, bijaksana, percaya, tenggang rasa, dan sebagainya. Gaya kepemimpinan
demokratis sangat bagus untuk diterapkan dalam memimpin suatu organisasi ataupun di
dunia pekerjaan. Salah satu keunggulan dari gaya kepemimpinan demokratis yaitu lebih
memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi dan seluruh kegiatan yang akan
dilakukan harus didiskusikan terlebih dahulu antara pemimpin dan bawahannya.

3.2 SARAN
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakansaran-saran sebagai
berikut :

1. Hendaknya para pemimpin dapat melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam


mempengaruhi bawahannya harus berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang
baik
2. Dalam membuat suatu rencana hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau
kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan juga dalam pembagian tugas harus
sesuai dengan kemampuan bawahannya
3. Pemimpin harus paham akan tugasnya sebagai seorang pemimpin yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Umiarso. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Baru ke Lembaga Akademik.

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Ginintasasi, Rahayu. 2015. Kepemimpinan. (Online). http://file.upi.edu/Direktori/FIP/

JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/kepemimpinan.pdf.

(Diakses pada tanggal 15 Oktober 2018).

Kalim, A. 2016. Kepemimpinan. (Online). http://eprints.stainkudus.ac.id/303/5/File%205.%20

BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2018.

16
Kurniadin, Didin, dan Imam Machali. 2010. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip

Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Soetopo, Hendyatno. 2012. Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan.

Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Wulan, Juny. 2015. Gaya Kepemimpinan Demokratis. (Online). http://junywulan.blogspot.

com/2015/08/gaya-kepemimpinan-demokratis.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober

2018.

17

Você também pode gostar