Você está na página 1de 9

KONSEP MEDIS

II.1. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Stroke mengacu pada setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui sistem suplai arteri otak.

II.2. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian yaitu :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
Arterosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral yang merupakan peneyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi antara lain pusing, perubahan kognitif, kejang, dan
beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral
atau embolisme serebral. Secara umum, trombsis serebral tidak terjadi dengan tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah
tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral ( bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif, penyakit
jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal adalah tempat-tempat di
asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral.
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)
Iskemia serebral terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai
darah ke otak. Manifestasi paling umum adalah SIS.
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jaringan otak atau sekitar otak) Hemoragi dapat terjadi di luar duramater (hemoragi
ekstradural atau epidural),dibawah durameter (hemoragi subdural),diruang
subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid),atau didalam substansi otak (hemoragi
intraserebral).
Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan
robekan arteri tengah atau arteri meninges lain. Pasien harus diatasi dalam beberapa
jam cedera untuk mempertahankan hidup.
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan
hemoragi epidural,kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya,periode pembentukan hemotoma lebih lama (interval jelas lebih lama) dan
menyebabkan tekanan pada otak
Hemoragi subarakhnoid (hemoragi yang terjadi diruang subarakhnoid dapat terjadi
sebagai akibat trauma atau hiprtensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme pada area sirkulus willisi dan malpormasi arteri-vena kongenital pada otak.

Hemoragi intra serebral (hemoragi atau substansi dalam otak) paling umum pada
pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif
yang biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
II.3. Faktor Resiko
 Hipertensi, kolesterol tinggi dan obesitas.
 Penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongesif, hipertrofi ventrikel kiri,
abnormalitas irama (khusus fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif dapat
menyebabkan embolisme serebral.
 Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral
 Diabetes dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi
 Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok dan kadar esterogen
tinggi).
 Merokok, penyalahgunaan obat (khususnya kokain) dan konsumsi alkohol

II.4. Tanda dan Gejala Secara Umum


 Pusing
 Sakit Kepala
 Koma
 Demam
 Hipertensi
 Confuse, diorientasi
 Abnormalitas hasil EKG (perpanjangan segmen S-T)
 Gangguan memori
 Gangguan mental lain à gangguan orientasi
II.5. Manifestasi klinik
 Arteri vertebrobasilaris
Sakit kepala, vertigo, koma, hilang memori & confuse, flaccid, paralisis, ataxia,
disfungsi,saraf cranial, defisiensi fungsi visual, hilangnya sensori baal.
 Arteri cerebri anterior
Hemiparese kontralateral, inkontinensia urine, perubahan tingkah laku dan
kepribadian, aphasia, amnesia, kebingungan dan gangguan memori
 Arteri cerebri media
Hemiparese kontralateral, afasia global dan disfagia.
 Arteri cerebri posterior
Penurunan kesadaran s.d. kom, hemiparese kontralateral, afasia visual dan
kelumpuhan saraf kranial III à kebutaan unilateral
II.6. Pemeriksaan diagnostik
 Scan tomografi komputer bermanfaat untuk membandingkan lesi serebrovaskular,
dan lesi non vaskuler, misalnya hemoragi subdural, abses otak, tumor atau hemoragi
intraserebral dapat dilihat pada CT scan.
 Angiografi digunakan untuk membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non
vaskuler. Penting untuk diketahui apakah terdapat hemoragi karena informasi ini
dapat membantu dokter memutuskan dibutuhkan pemberian antikoagulan atau
tidak.
 Pencintraan resonan magnetik (MRI) dapat juga membantu dalam membandingkan
diagnosa stroke.
 Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler yang merupakan prosedur non invasif,
sangat membantu dalam mendiagnosa sumbatan arteri karotis.
 Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menentukan apakah
terdapat disritmia, yang dapat menyebabkan stroke, dimana ditemukannya inversi
gelombang T, depresi ST, dan kenaikan serta perpanjangan QT.
 Laboratorium
- Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat
- Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.
- Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid
 CT Scan
Untuk mengetahui lokasi perdarahan, infark dan bekuan darah di daerah sub
arachnoid
 EKG
T invertil, ST depresi dan QT elevasi dan memanjang

II.7. Komplikasi
1. Hipoksia serebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral.
Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan
memperbaiki aliran darah serebral, hipertensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cedera.

II.8. Pengobatan
 Penggunaan vasodilator dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan aliran darah
otak dengan menurunkan tekanan darah sistemik dan menurunkan aliran darah
anastomosis intra serebral.
 Antikoagulasi dapat diberikan melalui intavena dan oral, namun pemberiannya
harus dipantau secara terus menerus untuk mencegah overdosis obat sehingga
mengakibatkan meningkatnya resiko perdarahan intra serebral.
 Jika klien mengalami sakit kepala dan nyeri pada leher biasanya diberikan obat
analgesic ringan, sejenis codein dan acetaminophen. Sering dihindari pemberian
obat narkotik yang kuat, karena dapat menenangkan klien dan menyebabkan
pengkajian tidak akurat.
 Jika klien mengalami kejang, berikan obat phenytoin (dilantin) atau phenobarbaital.
Hindari pemberian obat jenis barbiturate dan sedative lainnya. Jika klien demam
berikan obat antipiretik.

II.9. Diet
 Klien dengan gangguan serebrovaskular beresiko tinggi terhadap aspirasi, sumbatan
jalan nafas dan muntah, sehingga tidak diberikan makanan melalui oral pada 24-48
jam pertama.
 Jika klien tidak dapat makan atau minum setelah 48 jam, maka alternatif pemberian
makanan dengan menggunakan selang makanan.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia), dan
terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan dan tingkat kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit gangguan jantung (MI, endokarditis, PJK, bakterial)

Tanda : Hipertensi arterial, disritmia pada EKG, desiran pada karotis, femoralis
dan A. Iliaka
c. Elimunasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria
Tanda : Distensi abdomen, bising usus negatif
d. Makanan/cairan
Gejala : Napsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah, pipi, dispagia, adanya riwayat DM, peningkatan
lemak dalam darah
Tanda : Kesulitan menelan, obesitas
e. Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, penurunan fungsi
penglihatan, kehilangan rangsang sensorik kontralateral (pada sisi
tubuh yang berlawanan pada ekstremitas dan kadang-kadang pada
ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah
Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma pada tahap awal hemragik,
gangguan tingkah laku; lethargi, kelemahan/paralysis, afasia
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena a. carotis
yang terkena)
Tanda : Gelisah, ketegangan pada otot
g. Pernapasan
Gejala : Merokok (faktor risiko)
Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas, suara napas
terdengar/ronhki (aspirasi sekresi), napas tidak teratur
h. Keamanan
Tanda : Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi sendiri, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
i. Interaksi Sosial
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
j. Penyuluhan
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko),
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d hemiparese, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas, dan cedera otak.
2. Nyeri (bahu nyeri) b/d hemiplegia dan disuse.
3. Ganguan perfusi jaringan cerebral b.d oklusi otak, perdarahan
4. Inkontinensia b/d kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan
dalam berkomunikasi
5. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit b/d hemiparese/hemiplegia. Penurunan
mobilitas.
6. Perubahan proses berpikir b/d kerusakan otak, konfusi, ketidakmampuan untuk
mengikuti instruksi.
7. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan otak.
8. Kurang perawatan diri (higiene, toileting, berpindah, makan) b/d kerusakan
neuromuskular.

C. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai peningkatan mobilisasi
a) kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur, dan footdroop
b) berpartisipasi dalam program latihan
c) mencapai keseimbangan saat duduk
d) penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungi pasa
sisi yang hemiplegia
2. Tidak mengeluh adanya nyeri bahu
a. adanya mobilisasi bahu, latihan bahu.
b. lengan dan tangan dinaikkan secar interfal
3. Dapat merawat diri dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan adaptasi
terhadap alat-alat.
4. Pembungan kandung kemih dapat diatur.
5. Berpartisipasi dalam program meningkatkan kognitif.
6. Adanya peningkatan komunikasi
7. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan menggunakan
mekanisme koping
a. mendukung program latihan
b. turut aktif ambil bagian dalam proses rehabilitasi
8. Tidak terjadi komplikasi
a. tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien.
b. gas darah arteri dalam batas normal.

Você também pode gostar