UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018 A. PENDAHULUAN “Ontologi” berasal dari kata ontology yang berarti gagasan tentang kejadian yang paling murni dari ilmu pengetahuan yang menginvestigasi terhadap alam semesta. Ontologi berasal dari bahasa Yunani on atau ontos yang berarti ada (being) dan kata logos yang berarti ilmu (logic), atau ilmu tentang ada sebagaimana adanya secara integral dengan segala aspeknya. Secara garis besar, ontologi dipahami sebagai teori tentang “ada” dan keberadaannya, sebagai bagian dari metafisika. (Mustofa Umar, 2014: 177) Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. (Sulesana, 2013: 36) Membicarakan ‘sesuatu’ tidak bisa dilepas dari keberadaan ‘sesuatu’ sebagai objek material, ia tidak kalah penting dari objek formal yang berupa cara pandang pembicara. Hal ini jelas karena epistemologi selalu terkait dengan ontologi, sebab keduanya menunjukkan subjek yang mengamati, dan objek yang diamati. Oleh karena itu perlu diwaspadai kecenderungan ‘larut’ dalam keasikan di ranah epistemologi sebelum menuntaskan persoalan ontology. Ketidaktuntasan di ranah ontologi berakibat fatal bagi epistemologi, sebab berarti ketidaktepatan metode. Karena hal itu perlu adanya pembahasan secara khusus menganai permasalahan yang akan dibahas tentang aspek dasar dalam permasalahan tersebut. Dalam artikel ini penulis akan memamaparkan beberapa jurnal yang menyertakan kajian ontology didalamnya. 1. Mustofa Umar “KONVERGENSI AGAMA DAN SAINS DALAM MELACAK BASIS ONTOLOGI SEMESTA: Tinjauan Hermeneutika Hadis Penciptaan”. Jurnal Theologia Volume 27, Nomor 1 Juni 2016 2. Jabbar Sabil “MASALAH ONTOLOGI DALAM KAJIAN KEISLAMAN”. Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 13 No. 12 Februari 2014, 142 – 159. B. ANALISIS
“KONVERGENSI AGAMA DAN SAINS DALAM MELACAK BASIS ONTOLOGI
SEMESTA: Tinjauan Hermeneutika Hadis Penciptaan” oleh Mustofa Umar dalam Jurnal Theologia Volume 27, Nomor 27 Tahun 2016. Dalam jurnal ini bertujuan untuk membuktikan terdapatnya kesatuan kerangka konseptual yang koheren antara agama dan sains tentang persoalan muasal alam semesta. Teori-teori kosmologi modern menunjukkan adanya titik temu yang berkelanjutan antara sains dan teologi (agama). Konsep-konsep fisika modern memperlihatkan kesejajaran yang menakjubkan terhadap ide-ide yang diungkapkan dalam filsafat agama, yaitu ciri-ciri dasar pandangan mereka yang sama. Tradisi-tradisi mistik yang terdapat dalam agama, juga dapat dijumpai dalam teori fisika modern tentang konsep realitas yang holistik. Ini dapat disebut sebagai paradigma baru-visi baru terhadap realitas. Melalui prinsip “antinomi” cahaya, secara ontologis, agama dan sains keduanya dapat melacak permulaan semesta, juga dapat membuka selubung terdalam dari rahasia hukum alam (sunnatullāh). Cahaya sebagai basis ontology realitas yang terdapat dalam teks-teks hadis, telah digunakan oleh para sufi untuk menformulasikan teori-teori mereka tentang penciptaan semesta, khususnya Ibn Arabi. (Mustofa Umar, 2016: 173). Puncak pencarian basis ontologis semesta dalam dalam jurnal ini terdapat konvergensi antara agama dan sains yang menempatkan “prinsip cahaya” sebagai basis teorinya. Namun denmikian, masing – masing masih menyisakan maslaah mendasar. Dalam agama belum dapat menjelaskan bagaimana proses terjadinya alam fisik dari cahaya metafisik. Sebaliknya dalam sains belum dapat menjelaskan dari mana asal-usul cahaya (energi) sebelum peristiwa big bang. (Mustofa Umar, 2016: 176). Sebagai cabang filsafat, ontologi bertujuan menginfestigasi dan mengabstraksikan hakikat realitas peripurna yang bersifat tunggal, absolud dan abadi. Dalam artikel ini, ontology berorientasi dan terfokus pada persoalan kosmologi secara integral. Sebuah upaya untuk melacak muasal ekesistensi semesta sebagai yang “ada” dan tidak terlepas dari realitas Pencipta. (Mustofa Umar, 2016: 178). Dalam jurnal “KONVERGENSI AGAMA DAN SAINS DALAM MELACAK BASIS ONTOLOGI SEMESTA: Tinjauan Hermeneutika Hadis Penciptaan” Mustofa Umar telah mengkaji bidang filsafat ontology yang digunakan dalam merumuskan asal muasal alam semesta. Persoalan mendasar kajian ontology dalam jurnal ini membahas tentang dari mana ala mini ada dan bagaimana alam ini menjadi ada. Hal ini sesuai dengan konsep ontology yang menjelaskan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar mendasar. Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. (Sulasena, 2013: 36).
“MASALAH ONTOLOGI DALAM KAJIAN KEISLAMAN” oleh Jabbar Sabil dalam
Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 13 No. 12 Februari 2014, 142 – 159.