Você está na página 1de 21

TUGAS INDIVIDU REVIUW JURNAL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT


DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG

Oleh:
PUTRO SETYO BEKTI
173210065/4B

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT
DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG

Abstrak
Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara
mental remaja diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Remaja yang tidak
mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan
emosional bahkan dapat membuat frustasi dan depresi. Remaja agar tidak mengalami
frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya maka sangat diperlukan peran
dan bantuan dari orang tua yang berupa pola pengasuhan. Tujuan penelitian adalah
mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di
SMK 10 Nopember Semarang. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK 10
Nopember Semarang kelas X yang berjumlah 130 anak dengan total populasi. Hasil
penelitian didapatkan bahwa pola asuh orang tua sebagian besar demokratis (63,8%), yang
otoriter sebanyak 6,9% dan yang permisif sebanyak 0,8%, depresi yang dialami responden
sebagian besar kategori ringan (80,0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh
orang tua dengan tingkat depresi siswa (p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut orang tua
diharapkan dapat menerapkan bentuk pola asuh yang tepat sehingga anak tidak mengalami
depresi.

Kata Kunci : Pola asuh, Depresi, Remaja, Orang tua

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup pesat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini
sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja (SKRRI, 2010). Remaja
merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai peran penting di masa yang akan
datang dimana mereka diharapkan mampu berprestasi dan mampu menghadapi
tantangantantangan yang ada pada masa sekarang dan yang akan datang. Remaja perlu
dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja
diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi, diantaranya hambatan, kesulitan,
kendala dan penyimpangan dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan sosial sesuai
dengan tugas perlembangan yang dilaluinya. Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha
penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi stres dan mencari jalan keluar baru dari
berbagai masalah (Sarwono, 2011).
Seiring dengan masa perkembangannya maka remaja memiliki tugas perkembangan
yaitu dituntut untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar remaja dapat
memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Proses perubahan karena
pengalaman dan usia merupakan hal yang terjadi karena dalam proses pematangan
kepribadiannya, remaja demi sedikit memumculkan ke permukaan sifat-sifat yang
sebenarnya, yang harus berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai
bentuk benturan antara diri individu remaja dengan rangsangan dari luar ini merupakan
bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja sebagai bagian dari
lingkungannya (Sarwono, 2011).
Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja tersebut dapat membuat remaja
merasakan beban dalam kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa
pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik
secara medis maupun psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat disebabkan oleh
kondisi remaja yang sedang mencari jati diri terhadap norma-norma baru yang berlaku di
dalam lingkungannya. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya
tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi dan
depresi hingga berperilaku yang merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Sofia,
2009).
Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola
asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten
dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun
positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua
dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Dalam pengasuhannya, memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan
mempunyai tuntutan emosional yang besar (Monks, dkk, 2007).
Kejadian depresi ini banyak dialami oleh remaja. Di Amerika Serikat tahun 2010
ditemukan 18 juta penduduk mengalami permasalahan depresi dan 20% nya adalah dialami
oleh remaja. Di Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang mengalami
depresi. Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010 ditemukan
terdapat 91.700 (63,84%) dari 143.635 remaja yang memerlukan perawatan konseling yang
disinyalir mengalami permasalahan kejiwaan yang salah satunya dalam bentuk depresi
(Dinkes Kota Semarang, 2010).
Kejadian depresi pada remaja ini akan sangat berbahaya karena dapat berakibat pada
sulitnya remaja untuk konsentrasi atau penurunan daya ingat, hilangnya semangat, perasaan
senang dan minat yang tentunya dapat berimplikasi pada pelajaran di sekolahnya (Yosep,
2007). Upaya untuk menetralisir kejadian depresi pada remaja ini maka perlu dukungan dari
orang tua dan keluarga besar remaja mampu melewatinya dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Maentiningsih (2008) yang meneliti tentang hubungan
secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja mendapatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja.
secure attachment merupakan hubungan keterikatan antara orangtua dan anak dalam
hubungan yang nyaman dan aman, dan salah satu bentuk depresi pada remaja adalah adanya
penurunan prestasi belajar remaja.

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Nursalam, 2008). Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (Cross Sectional), dimana
variabel sebab yaitu pola asuh orang tua dan variabel akibat yaitu depresi remaja diukur
dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2010). Analisis data menggunakan
uji Chi Square.

HASIL

Responden dalam penelitian ini terdiri dari rentang umur antara umur 15 tahun sampai 19
tahun. Hasil selengkapnya disajikan sebagai berikut :
Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Remaja Di SMK 10 Nopember Semarang


Umur Frekuensi Persentase
(tahun)
15 13 10,0

16 69 53,1

17 42 32,3

18 4 3,1

19 2 1,5
Jumlah 130 100

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah
16 tahun yaitu sebanyak 69 orang (53,1%), dan yang paling sedikit adalah berumur 19 tahun
yaitu sebanyak 2 orang (1,5%). Hasil penelitian mendapatkan bahwa semua responden
penelitian berjenis kelamin lakilaki.
Pola asuh orang tua dalam penelitian ini ditemukan dalam 4 bentuk pola asuh yaitu otoriter,
demokratis, permisif dan campuran. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 2.
Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pola Asuh Orang Tua pada Remaja di SMK 10
Nopember Semarang

Pola Asuh Frekuensi Persentase


Otoriter 9 6,9

Demokratis 83 63,8

Permisif 1 0,8

Campuran 37 28,5
Jumlah 130 100
Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 Nopember
Semarang

Tingkat Frekuensi Persentase


Depresi
Ringan 104 80,0
Sedang
26 20,0
Jumlah 130 100

Tabel 4

Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan


Tingkat Depresi Pada Remaja Di SMK 10 Nopember Semarang

Depresi

p
Pola Ringa % Se % 2

Total % X val
asuh n da
ue
ng

Otori 1 10 9 90,0 10 100 33,3 0 ,


ter & ,0 18 0
perm 00
isif 72 11 13,3 83 100
86
Dem 31 6 16,2 37 100
,7
okrat
is 83
Cam ,8
pura
n

Juml 104 80 26 20,0 130 100


ah ,0

Hasil uji statistik non parametric dengan uji Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 <
(0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola
asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mempunyai


orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis yaitu sebanyak 63,8%. Orang tua yang
mengambil pilihan dengan menerapkan pola asuh demokratis dikarenakan cara berfikir
ornag tua yang sudah tidak lagi kolot dimana hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan
lingkungan tempat tinggal orang tua, sebagaimana diketahui bahwa orang tua responden
bertempat tinggal di wilayah Semarang dengan pola kehidupan yang sudah modern dan
terbukanya berbagai macam sumber informasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2006) menemukan pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua di SMA Negeri 1 Ungaran sebagian besar adalah dalam
kategori demokratis yaitu sebanyak 92,5 %. Pola asuh demokratis yang dilakukan oleh orang
tua ditunjukkan dengan memberikan kebebasan terhadap anak tetapi orang tua tetap
memberikan batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan anak agar
tetap pada aturan yang benar.
Pola asuh demokratis sendiri merupakan suatu bentuk pola asuh dimana anak
diberikan suatu kebebasan tetapi orang tua tetap memberikan batasan-batasan untuk
mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan mereka (Sochib, 2008). Dalam metode
demokratis ini komunikasi biasanya berlangsung timbal balik dan berlangsung hangat antara
kedua belah pihak. Biasanya remaja dengan pola asuh ini akan mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab sosial yang tinggi. Orang tua membiasakan kepada anak untuk selalu
bermusyawarah tentang tindakan-tindakan yang harus diambil dan menerangkan alasan
peraturan yang dibuatnya. Selain itu orang tua juga menjawab setiap pertanyaan yang timbul
pada anak, hukuman pada anak dalam pola asuh ini hanya diperlukan jika terdapat bukti
mereka melakukan pelanggaran secara sadar dan menolak melakukan apa yang diharapkan
oleh orang tua (Ignatius, 2008).

Pola asuh demokratis yang berhasil biasanya akan membawa dampak kepada
hubungan yang saling menghargai, kontrol yang tepat, percaya diri meningkat dan sikap yang
asertif antara anak dengan orang tua serta lingkungan sekitarnya. Perubahan-perubahan
sosiologis dan teknologis yang begitu pesat membawa dampak yang cukup besar dalam
hubungan anak dan orang tua. Hal itu membuat orang tua jarang sekali menerapkan satu
macam tipe pola asuh saja tetapi kemungkinan dalam proses pengasuhan anak orang tua
memakai salah satu tipe pola asuh yang dominan.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa proses pembentukan
pola asuh orang tua yang demokratis akan dapat berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh pola komunikasi yang baik yang dikembangkan antara orang tua dengan anak. Pola
komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya akan dapat membantu
anak untuk memecahkan masalahnya serta menambah kedekatan antara orang tua dengan
anak. Demikian halnya dengan pola asuh orang tua pada penelitian ini yang sebagian besar
adalah dalam kategori campuran yang mengkombinasikan antara pola asuh demokratis
dengan pola asuh yang lain, menurut pendapat peneliti akan mampu membantu pembentukan
sikap dan perilaku anak menjadi lebih terarah, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dengan tetap memandang orang tua sebagai sosok yang dihormati
dan patut untuk dijadikan teladan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat depresi
remaja dalam kategori ringan yaitu sebanyak 80 %, sisanya adalah tingkat depresi dengan
kategori sedang yaitu sebanyak 20%, sementara yang mengalami depresi berat tidak ada.
Depresi ringan yang banyak ditemukan dalam penelitian ini berkaitan dengan model koping
yang diterapkan oleh remaja dalam menghadapi masalah dimana dengan banyak bertemu
teman maka tekanan yang dirasakan oleh remaja menjadi berkurang. Interaksi dengan
kelompok teman sebaya dapat mengurangi rasa tertekan dalam diri remaja dengan
melampiaskannya dalam bentuk lain berasama dengan teman sebayanya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2006)
yang menemukan bahwa tingkat depresi pada remaja sebagian besar dalam kategori ringan
yaitu sebanyak 87,5 %, dan 12,5% mengalami depresi sedang dan tidak ada responden yang
mengalami depresi berat. Penelitian Hapsari ini sama-sama mendapatkan sebagian besar
tingkat depresi responden dalam kategori ringan.

Banyaknya tuntutan baik di dalam maupun di luar sekolah membuat remaja menjadi
tertekan dan hal ini menyebabkan rasa depresi, namun tingkat depresi ini masih kategori
ringan, yang dengan tingkat depresi ringan ini diharapkan kepada remaja dapat mencoba
mencari solusi terhadap setiap permasalahan yang dihadapi. Depresi dapat diartikan sebagai
salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai
dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus
asa dan lain sebagainya (Yosep, 2007). Depresi pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain faktor genetik, faktor biologis serta faktor-faktor sosial seperti masalah
perkawinan orang tua, Masalah dengan orang tua, hubungan interpersonal dengan orang tua
yang terbentuk dalam pola asuh orang tua maupun teman sebaya, keuangan, penyakit fisik
dan lain-lain (Sochib, 2008).
Depresi cenderung banyak terjadi pada remaja karena masa remaja merupakan masa
yang penuh kebingungan. Pada saat ini remaja masih dalam tahap pencarian identitas diri
sehingga mereka mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Selain itu remaja cenderung mudah
berubah sikap dan sangat sensitif terhadap suatu informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sarwono (2011) yang menyatakan bahwa populasi paling banyak untuk mendapat resiko
untuk mengalami depresi adalah golongan usia muda. Peralihan dari anak-anak menjadi
remaja, dari remaja menjadi dewasa, dari sekolah ke masa kuliah semuanya terjadi pada saat
usia muda. Sehingga tingkat emosional remaja masih tergolong labil dan bias menyebabkan
remaja lebih mudah mengalami gangguan kesehatan jiwa atau psikologis khususnya depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja sebagian besar hanya mengalami


depresi ringan dan untuk sisanya mengalami depresi sedang. Faktor yang menyebabkan
timbulnya depresi dalam taraf ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
seharihari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya (Stuart, 2007). Selain itu depresi ringan juga dipengaruhi oleh adanya
kemampuan responden dalam mengelola stress yang ditimbulkan dari situasi yang
mengancam. Sistem pola asuh disini juga ikut menyumbangkan peran dalam mempengaruhi
tingkat depresi yang timbul, karena dengan adanya pola asuh yang tepat dari orang tua,
menyebabkan remaja dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik (Maslim, 2008).
Berdasarkan analisis dengan uji statistik chisquare didapatkan hasil bahwa orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif sebagian besar remaja mengalami depresi
sedang yaitu sebanyak 90,0%. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sebagian
besar remaja mengalami depresi ringan yaitu 86,7%, dan orangtua yang menerapkan pola
asuh campuran sebagian besar remaja juga mengalami depresi ringan yaitu sebanyak 83,8%.
Hasil uji Chi Square didapatkan nilai sebesar 33,318 dengan nilai p sebesar 0,000 < (0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang
tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang. Pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua memberi pengaruh terhadap tingkat depresi pada remaja dimana
orang tua yang memiliki kecenderungan menerapkan pola asuh yang otoriter biasanya
memberikan tekanan yang berat kepada anaknya sehingga berpeluang terhadap kejadian
depresi pada remaja, demikian halnya dengan orang tua yang terlalu permisif dikhawatirkan
anak tidak memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, sementara orang tua yang menerapkan
pola asuh demokratis dapat mengajak anak untuk mendiskusikan setiap permasalahan yang
dihadapi anak sehingga dapat sesegera mungkin permasalahan tersebut diselesaikan dan
tidak menimbulkan depresi pada remaja.
Pola asuh orang tua didalam keluarga turut berpengaruh terhadap perkembangan
psikologis dan perkembangan sosial pada remaja. Melalui pola asuh orang tua dapat
membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri pada remaja, sejak awal sebaiknya anak
diajarkan untuk lebih memahami dirinya baik kekurangan maupun kelebihannya agar ia
mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normative dalam
proses perkembangannya (Sochib, 2008).
Adanya pola asuh demokratis yang diterapkan pada anak diharapkan anak akan
memperoleh perasaan aman, terhindar dari kesepian, tidak ketakutan, tidak memendam
tekanan batin yang berlarut-larut. Sehingga akan tercipta iklim persahabatan yang hangat
antara anak dengan orang tuanya. Walaupun dapat disadari bahwa tidak ada orang tua yang
menerapkan salah satu tipe pola asuh secara mutlak, tapi biasanya orang tua menerapkan
salah satu pola asuh yang paling dominan terhadap anakanaknya. Dengan demikian pola
asuh orang tua memegang peranan yang cukup penting pada seorang anak dalam bersikap
dan berperilaku dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta menghadapi stressor
yang dapat timbul akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dapat menurunkan faktor resiko terjadinya depresi pada remaja (Drey, 2006).
P Siswa SMK 10 Nopember Semarang kelas X yang berjumlah 130 anak

I Upaya untuk menetralisir kejadian depresi pada siswa di SMK 10 November

C Pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah polah asuh orang tua
yaitu otoriter, demokratis, permisif dan campuran

O Dari hasil penelitian yang dilakukan penenlian dalam artikel ini didapat hasil
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan
tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang

KESIMPULAN
Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa
remaja sebagian besar memiliki tingkat depresi ringan yaitu sebanyak 80,0%, dan yang
depresi sedang sebanyak 20%, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak ada
yang mengalami depresi berat. Hasil penelitian mennunjukkan bahwa pola asuh orang tua
sebagian besar dalam kategori demokratis yaitu sebanyak 63,8% dan pola asuh yang sedikit
adalah permisif yaitu sebanyak 0,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola asuh
demokratis lebih dipilih orang tua dalam model pengasuhan. Ada hubungan yang bermakna
antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember
Semarang.
Remaja diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dengan
baik dan mampu bersikap serta berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku
dimasyarakat. Untuk mengatasi permasalahan yang ada sebaiknya remaja melibatkan orang
tua dan kerabat dekat untuk menyatakan isi hatinya secara jujur dan terbuka. Dengan
demikian komunikasi yang efektif antara keduanya dapat menumbuhkan tercapainya
suasana yang hangat, aman dan nyaman antara orang tua dengan anak. Anak remaja dapat
menceritakan setiap permasalahan yang dihadapi dengan orang tua dan keluarganya
sehingga dapat memberikan solusi setiap permasalahan yang dihadapi dan dapat terhindar
dari depresi.
Sebaiknya orang tua menjadikan remaja sebagai sosok teman dan mengakui
sebagai seorang individu yang menginjak dewasa, menghargai perbedaan pendapat dan
mengajak berdiskusi secara terbuka. Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola
asuh yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga remaja dapat merasa nyaman ,aman
dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orangorang terdekatnya. Penerapan pola
asuh orang tua dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih setiap
keinginannya namun tetap dengan memberikan bimbingan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Kota Semarang, (2010). Rekap laporan program kesehatan remaja tahun 2010.

Drey, C. Edward. (2006). Ketika anak sulit diatus : panduan orangtua mengubah
masalah perilaku anak. Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Ignatius, B. (2008). Gaya pola asuh orangtua. Psychological Bulletin, 113(3), 487-
496

Maentiningsih, D. (2008). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi


berprestasi pada remaja. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Maslim R. (2008). Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGT-III, Dep Kes M. New York :
Prentice Hall.

Mongks, K.N. dan Haditomo, SR. (2007). Psikologi perkembangan : pengantar dalam
berbagai bagiannya.
Yohyakarta : Gadjah Mada university Press.

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Scohib M. (2008). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta.

Sofia, R. (2009). Peranan Keberfungsian Keluarga pada Pemahaman dan Pengungkapan


Emosi. Jurnal
Psikologi.

Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.


LAMPIRAN JURNAL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT


DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG

Yuhanda Safitri 1, Ns Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep2

1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan Dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Kampus UNIMUS Kedungmundu, Semarang 50273, Indonesia
2. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan Dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Kampus UNIMUS Kedungmundu, Semarang 50273, Indonesia
Email : eni.hidayati82@gmail.com

Abstrak
Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja
diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi
dan depresi. Remaja agar tidak mengalami frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya
maka sangat diperlukan peran dan bantuan dari orang tua yang berupa pola pengasuhan. Tujuan penelitian
adalah mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10
Nopember Semarang. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK 10 Nopember Semarang kelas X yang berjumlah
130 anak dengan total populasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa pola asuh orang tua sebagian besar
demokratis (63,8%), yang otoriter sebanyak 6,9% dan yang permisif sebanyak 0,8%, depresi yang dialami
responden sebagian besar kategori ringan (80,0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh
orang tua dengan tingkat depresi siswa (p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut orang tua diharapkan dapat
menerapkan bentuk pola asuh yang tepat sehingga anak tidak mengalami depresi.

Kata Kunci : Pola asuh, Depresi, Remaja, Orang tua


PENDAHULUAN

Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa


bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh
Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup pesat. orang tua adalah pola perilaku yang
Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 233 diterapkan pada anak dan bersifat relative
juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku
(SKRRI, 2010). Remaja merupakan generasi ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi
penerus bangsa yang mempunyai peran penting di negatif maupun positif. Pola asuh orang tua
masa yang akan datang dimana mereka merupakan gambaran tentang sikap dan
diharapkan mampu berprestasi dan mampu perilaku orang tua dengan anak dalam
menghadapi tantangantantangan yang ada pada berinteraksi, serta berkomunikasi selama
masa sekarang dan yang akan datang. Remaja mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam
perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental pengasuhannya, memerlukan sejumlah
maupun secara spiritual. Secara mental remaja kemampuan interpersonal dan mempunyai
diharapkan mampu memecahkan masalah yang tuntutan emosional yang besar (Monks, dkk,
dihadapi, diantaranya hambatan, kesulitan, 2007).
kendala dan penyimpangan dalam kehidupan Kejadian depresi ini banyak dialami oleh
termasuk dalam kehidupan sosial sesuai dengan remaja. Di Amerika Serikat tahun 2010
tugas perlembangan yang dilaluinya. ditemukan 18 juta penduduk mengalami
Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha permasalahan depresi dan 20% nya adalah
penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi dialami oleh remaja. Di Indonesia belum ada
stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai catatan pasti tentang jumlah remaja yang
masalah (Sarwono, 2011). mengalami depresi. Berdasarkan data pada
Seiring dengan masa perkembangannya maka Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010
remaja memiliki tugas perkembangan yaitu ditemukan terdapat 91.700 (63,84%) dari
dituntut untuk mempersiapkan diri dalam 143.635 remaja yang memerlukan
memasuki masa tersebut agar remaja dapat perawatan konseling yang disinyalir
memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas- mengalami permasalahan kejiwaan yang
luasnya. Proses perubahan karena pengalaman salah satunya dalam bentuk depresi (Dinkes
dan usia merupakan hal yang terjadi karena dalam Kota Semarang, 2010).
proses pematangan kepribadiannya, remaja demi Kejadian depresi pada remaja ini akan sangat
sedikit memumculkan ke permukaan sifat-sifat berbahaya karena dapat berakibat pada
yang sebenarnya, yang harus berbenturan dengan sulitnya remaja untuk konsentrasi atau
rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai bentuk penurunan daya ingat, hilangnya semangat,
benturan antara diri individu remaja dengan perasaan senang dan minat yang tentunya
rangsangan dari luar ini merupakan bagian dari dapat berimplikasi pada pelajaran di
tugas perkembangan yang harus dijalani oleh sekolahnya (Yosep, 2007). Upaya untuk
remaja sebagai bagian dari lingkungannya menetralisir kejadian depresi pada remaja ini
(Sarwono, 2011). maka perlu dukungan dari orang tua dan
Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja keluarga besar remaja mampu melewatinya
tersebut dapat membuat remaja merasakan beban dengan baik.
dalam kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan Penelitian yang dilakukan oleh
oleh Sofia (2009) bahwa pertumbuhan fisik masa Maentiningsih (2008) yang meneliti tentang
remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan hubungan secure attachment dengan
permasalahan baik secara medis maupun motivasi berprestasi pada remaja
psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat mendapatkan bahwa ada hubungan yang
disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang bermakna antara secure attachment dengan
mencari jati diri terhadap norma-norma baru yang motivasi berprestasi pada remaja. secure
berlaku di dalam lingkungannya. Remaja yang tidak attachment merupakan hubungan
mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya keterikatan antara orangtua dan anak dalam
tersebut dapat membuat dirinya labil dan hubungan yang nyaman dan aman, dan salah
emosional bahkan dapat membuat frustasi dan satu bentuk depresi pada remaja adalah
depresi hingga berperilaku yang merugikan baik adanya penurunan prestasi belajar remaja.
bagi diri sendiri maupun orang lain (Sofia, 2009).
METODE Asuh Orang Tua pada Remaja di SMK 10
Nopember Semarang
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan Pola Asuh Frekuensi Persentase
antara variabel bebas dan variabel terikat
(Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan Otoriter 9 6,9
dalam penelitian ini adalah pendekatan belah
Demokratis 83 63,8
lintang (Cross Sectional), dimana variabel sebab
yaitu pola asuh orang tua dan variabel akibat yaitu
Permisif 1 0,8
depresi remaja diukur dalam waktu yang
bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2010). Campuran 37 28,5
Analisis data menggunakan uji Chi Square.
Jumlah 130 100
HASIL

Responden dalam penelitian ini terdiri dari rentang


umur antara umur 15 tahun sampai 19 tahun. Hasil Tabel 3
selengkapnya disajikan sebagai berikut :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 Nopember
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Semarang
Remaja Di SMK 10 Nopember Semarang
Tingkat Frekuensi Persentase
Umur Frekuensi Persentase Depresi
(tahun)
Ringan 104 80,0
15 13 10,0 Sedang
26 20,0
16 69 53,1
Jumlah 130 100
17 42 32,3

18 4 3,1
Tabel 4
19 2 1,5
Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Jumlah 130 100
Tingkat Depresi Pada Remaja Di SMK 10
Nopember Semarang

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa


Depresi
sebagian besar umur responden adalah 16 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (53,1%), dan yang paling p
sedikit adalah berumur 19 tahun yaitu sebanyak 2 Pola Ringa % Se % 2
Total % X val
orang (1,5%). Hasil penelitian mendapatkan bahwa
asuh n da
semua responden penelitian berjenis kelamin ue
lakilaki. ng
Pola asuh orang tua dalam penelitian ini ditemukan
dalam 4 bentuk pola asuh yaitu otoriter, Otori 1 10 9 90,0 10 100 33,3 0 ,
demokratis, permisif dan campuran. Hasil ter & ,0 18 0
selengkapnya disajikan pada tabel 2. perm 00
isif
72 11 13,3 83 100
Dem 86
okrat 31 6 16,2 37 100
,7
is

Tabel 2 83
Cam
,8
pura
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola
n
Juml 104 80 26 20,0 130 100 melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua
ah ,0 (Ignatius, 2008).
Pola asuh demokratis yang berhasil biasanya
akan membawa dampak kepada hubungan
Hasil uji statistik non parametric dengan uji Chi
yang saling menghargai, kontrol yang tepat,
Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 < (0,05). percaya diri meningkat dan sikap yang asertif
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat antara anak dengan orang tua serta
hubungan yang bermakna antara pola asuh orang lingkungan sekitarnya. Perubahan-
tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 perubahan sosiologis dan teknologis yang
Nopember Semarang begitu pesat membawa dampak yang cukup
besar dalam hubungan anak dan orang tua.
Hal itu membuat orang tua jarang sekali
DISKUSI menerapkan satu macam tipe pola asuh saja
tetapi kemungkinan dalam proses
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan anak orang tua memakai salah
sebagian besar remaja mempunyai orang tua yang satu tipe pola asuh yang dominan.
menerapkan pola asuh demokratis yaitu sebanyak Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
63,8%. Orang tua yang mengambil pilihan dengan berpendapat bahwa proses pembentukan
menerapkan pola asuh demokratis dikarenakan pola asuh orang tua yang demokratis akan
cara berfikir ornag tua yang sudah tidak lagi kolot dapat berlangsung dengan baik apabila
dimana hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan didukung oleh pola komunikasi yang baik
lingkungan tempat tinggal orang tua, sebagaimana yang dikembangkan antara orang tua
diketahui bahwa orang tua responden bertempat dengan anak. Pola komunikasi dialogis yang
tinggal di wilayah Semarang dengan pola terjadi antara orang tua dan anak-anaknya
kehidupan yang sudah modern dan terbukanya akan dapat membantu anak untuk
berbagai macam sumber informasi. memecahkan masalahnya serta menambah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian kedekatan antara orang tua dengan anak.
Hapsari (2006) menemukan pola asuh yang Demikian halnya dengan pola asuh orang tua
diterapkan oleh orang tua di SMA Negeri 1 pada penelitian ini yang sebagian besar
Ungaran sebagian besar adalah dalam kategori adalah dalam kategori campuran yang
demokratis yaitu sebanyak 92,5 %. Pola asuh mengkombinasikan antara pola asuh
demokratis yang dilakukan oleh orang tua demokratis dengan pola asuh yang lain,
ditunjukkan dengan memberikan kebebasan menurut pendapat peneliti akan mampu
terhadap anak tetapi orang tua tetap memberikan membantu pembentukan sikap dan perilaku
batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan anak menjadi lebih terarah, mandiri dan
tindakan-tindakan anak agar tetap pada aturan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
yang benar. dirinya sendiri dengan tetap memandang
orang tua sebagai sosok yang dihormati dan
patut untuk dijadikan teladan.
Pola asuh demokratis sendiri merupakan suatu Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bentuk pola asuh dimana anak diberikan suatu bahwa sebagian besar tingkat depresi
kebebasan tetapi orang tua tetap memberikan remaja dalam kategori ringan yaitu sebanyak
batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan 80 %, sisanya adalah tingkat depresi dengan
tindakan-tindakan mereka (Sochib, 2008). Dalam kategori sedang yaitu sebanyak 20%,
metode demokratis ini komunikasi biasanya sementara yang mengalami depresi berat
berlangsung timbal balik dan berlangsung hangat tidak ada. Depresi ringan yang banyak
antara kedua belah pihak. Biasanya remaja dengan ditemukan dalam penelitian ini berkaitan
pola asuh ini akan mempunyai kesadaran dan dengan model koping yang diterapkan oleh
tanggung jawab sosial yang tinggi. Orang tua remaja dalam menghadapi masalah dimana
membiasakan kepada anak untuk selalu dengan banyak bertemu teman maka
bermusyawarah tentang tindakan-tindakan yang tekanan yang dirasakan oleh remaja menjadi
harus diambil dan menerangkan alasan peraturan berkurang. Interaksi dengan kelompok
yang dibuatnya. Selain itu orang tua juga teman sebaya dapat mengurangi rasa
menjawab setiap pertanyaan yang timbul pada tertekan dalam diri remaja dengan
anak, hukuman pada anak dalam pola asuh ini melampiaskannya dalam bentuk lain
hanya diperlukan jika terdapat bukti mereka berasama dengan teman sebayanya.
melakukan pelanggaran secara sadar dan menolak
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang kemampuan responden dalam mengelola
dilakukan oleh Hapsari (2006) yang menemukan stress yang ditimbulkan dari situasi yang
bahwa tingkat depresi pada remaja sebagian besar mengancam. Sistem pola asuh disini juga ikut
dalam kategori ringan yaitu sebanyak 87,5 %, dan menyumbangkan peran dalam
12,5% mengalami depresi sedang dan tidak ada mempengaruhi tingkat depresi yang timbul,
responden yang mengalami depresi berat. karena dengan adanya pola asuh yang tepat
Penelitian Hapsari ini sama-sama mendapatkan dari orang tua, menyebabkan remaja dapat
sebagian besar tingkat depresi responden dalam mengaktualisasikan dirinya dengan baik
kategori ringan. (Maslim, 2008).
Banyaknya tuntutan baik di dalam maupun di luar Berdasarkan analisis dengan uji statistik
sekolah membuat remaja menjadi tertekan dan hal chisquare didapatkan hasil bahwa orang tua
ini menyebabkan rasa depresi, namun tingkat yang menerapkan pola asuh otoriter dan
depresi ini masih kategori ringan, yang dengan permisif sebagian besar remaja mengalami
tingkat depresi ringan ini diharapkan kepada depresi sedang yaitu sebanyak 90,0%. Orang
remaja dapat mencoba mencari solusi terhadap tua yang menerapkan pola asuh demokratis
setiap permasalahan yang dihadapi. Depresi dapat sebagian besar remaja mengalami depresi
diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa ringan yaitu 86,7%, dan orangtua yang
pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang menerapkan pola asuh campuran sebagian
ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan besar remaja juga mengalami depresi ringan
gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus yaitu sebanyak 83,8%. Hasil uji Chi Square
asa dan lain sebagainya (Yosep, 2007). Depresi didapatkan nilai sebesar 33,318 dengan nilai
pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai p sebesar 0,000 < (0,05). Hal tersebut
faktor antara lain faktor genetik, faktor biologis menunjukkan bahwa terdapat hubungan
serta faktor-faktor sosial seperti masalah yang bermakna antara pola asuh orang tua
perkawinan orang tua, Masalah dengan orang tua, dengan tingkat depresi pada remaja di SMK
hubungan interpersonal dengan orang tua yang 10 Nopember Semarang. Pola asuh yang
terbentuk dalam pola asuh orang tua maupun diterapkan oleh orang tua memberi
teman sebaya, keuangan, penyakit fisik dan lain- pengaruh terhadap tingkat depresi pada
lain (Sochib, 2008). remaja dimana orang tua yang memiliki
Depresi cenderung banyak terjadi pada remaja kecenderungan menerapkan pola asuh yang
karena masa remaja merupakan masa yang penuh otoriter biasanya memberikan tekanan yang
kebingungan. Pada saat ini remaja masih dalam berat kepada anaknya sehingga berpeluang
tahap pencarian identitas diri sehingga mereka terhadap kejadian depresi pada remaja,
mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Selain itu demikian halnya dengan orang tua yang
remaja cenderung mudah berubah sikap dan terlalu permisif dikhawatirkan anak tidak
sangat sensitif terhadap suatu informasi. Hal ini memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,
sesuai dengan pendapat Sarwono (2011) yang sementara orang tua yang menerapkan pola
menyatakan bahwa populasi paling banyak untuk asuh demokratis dapat mengajak anak untuk
mendapat resiko untuk mengalami depresi adalah mendiskusikan setiap permasalahan yang
golongan usia muda. Peralihan dari anak-anak dihadapi anak sehingga dapat sesegera
menjadi remaja, dari remaja menjadi dewasa, dari mungkin permasalahan tersebut
sekolah ke masa kuliah semuanya terjadi pada saat diselesaikan dan tidak menimbulkan depresi
usia muda. Sehingga tingkat emosional remaja pada remaja.
masih tergolong labil dan bias menyebabkan Pola asuh orang tua didalam keluarga turut
remaja lebih mudah mengalami gangguan berpengaruh terhadap perkembangan
kesehatan jiwa atau psikologis khususnya depresi. psikologis dan perkembangan sosial pada
remaja. Melalui pola asuh orang tua dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja membantu tumbuhnya kemampuan
sebagian besar hanya mengalami depresi penyesuaian diri pada remaja, sejak awal
ringan dan untuk sisanya mengalami depresi sebaiknya anak diajarkan untuk lebih
sedang. Faktor yang menyebabkan timbulnya memahami dirinya baik kekurangan maupun
depresi dalam taraf ringan berhubungan kelebihannya agar ia mampu mengendalikan
dengan ketegangan dalam kehidupan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar
seharihari sehingga menyebabkan seseorang dan normative dalam proses
menjadi waspada dan meningkatkan lahan perkembangannya (Sochib, 2008).
persepsinya (Stuart, 2007). Selain itu depresi
ringan juga dipengaruhi oleh adanya
Adanya pola asuh demokratis yang diterapkan mengajak berdiskusi secara terbuka. Orang
pada anak diharapkan anak akan memperoleh tua diharapkan juga dapat menerapkan pola
perasaan aman, terhindar dari kesepian, tidak asuh yang tepat bagi putra-putri mereka
ketakutan, tidak memendam tekanan batin yang sehingga remaja dapat merasa nyaman
berlarut-larut. Sehingga akan tercipta iklim ,aman dan penuh dengan limpahan kasih
persahabatan yang hangat antara anak dengan sayang dari orangorang terdekatnya.
orang tuanya. Walaupun dapat disadari bahwa Penerapan pola asuh orang tua dapat
tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu memberikan kebebasan kepada anak untuk
tipe pola asuh secara mutlak, tapi biasanya orang memilih setiap keinginannya namun tetap
tua menerapkan salah satu pola asuh yang paling dengan memberikan bimbingan yang benar.
dominan terhadap anakanaknya. Dengan demikian KEPUSTAKAAN
pola asuh orang tua memegang peranan yang
cukup penting pada seorang anak dalam bersikap Dinkes Kota Semarang, (2010). Rekap
dan berperilaku dalam beradaptasi dengan laporan program kesehatan remaja tahun
lingkungan sekitar serta menghadapi stressor yang 2010.
dapat timbul akibat ketegangan-ketegangan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga Drey, C. Edward. (2006). Ketika anak
dapat menurunkan faktor resiko terjadinya depresi sulit diatus : panduan orangtua
pada remaja (Drey, 2006). mengubah masalah perilaku
anak. Bandung : PT. Mizan
CONCLUSION Pustaka.
Beradasarkan analisis hasil penelitian dan
pembahasan, maka disimpulkan bahwa remaja Ignatius, B. (2008). Gaya pola asuh
sebagian besar memiliki tingkat depresi ringan orangtua. Psychological
yaitu sebanyak 80,0%, dan yang depresi sedang Bulletin, 113(3), 487-496
sebanyak 20%, hal tersebut menunjukkan bahwa
hasil penelitian tidak ada yang mengalami depresi
Maentiningsih, D. (2008). Hubungan
berat. Hasil penelitian mennunjukkan bahwa pola
asuh orang tua sebagian besar dalam kategori
antara secure attachment dengan
demokratis yaitu sebanyak 63,8% dan pola asuh motivasi berprestasi pada
yang sedikit adalah permisif yaitu sebanyak 0,8%. remaja. Fakultas Psikologi
Hal tersebut menunjukkan bahwa pola asuh Universitas Gunadarma.
demokratis lebih dipilih orang tua dalam model
pengasuhan. Ada hubungan yang bermakna antara Maslim R. (2008). Diagnosis Gangguan
pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada Jiwa, PPDGT-III, Dep Kes M.
remaja di SMK 10 Nopember Semarang. New York : Prentice Hall.
Remaja diharapkan mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul dengan baik dan
mampu bersikap serta berperilaku sesuai dengan Mongks, K.N. dan Haditomo, SR. (2007).
aturan dan norma yang berlaku dimasyarakat. Psikologi perkembangan : pengantar
Untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam berbagai bagiannya.
sebaiknya remaja melibatkan orang tua dan Yohyakarta : Gadjah Mada university
kerabat dekat untuk menyatakan isi hatinya secara Press.
jujur dan terbuka. Dengan demikian komunikasi
yang efektif antara keduanya dapat Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi
menumbuhkan tercapainya suasana yang hangat, revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
aman dan nyaman antara orang tua dengan anak. Scohib M. (2008). Pola Asuh Orang Tua.
Anak remaja dapat menceritakan setiap Jakarta : Rineka Cipta.
permasalahan yang dihadapi dengan orang tua dan
keluarganya sehingga dapat memberikan solusi Sofia, R. (2009). Peranan Keberfungsian
setiap permasalahan yang dihadapi dan dapat Keluarga pada Pemahaman dan
terhindar dari depresi. Pengungkapan Emosi. Jurnal
Sebaiknya orang tua menjadikan remaja
sebagai sosok teman dan mengakui sebagai
Psikologi.
seorang individu yang menginjak dewasa,
menghargai perbedaan pendapat dan
Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.

1
Yuhanda Safitri : Program Studi S1
Keperawatan Fikkes Universitas
Muhammadiyah Semarang
2
Ns. Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep: Dosen
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Você também pode gostar