Você está na página 1de 7

PAPER

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA)

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

OLEH: KELOMPOK 5

1. Ana Iriani 163210005


2. Devi pratiwi 163210010
3. Fatima Tul Jannah 163210015
4. Khoirunnisa 163210020
5. Mela Amalia 163210025
6. Nurul Fidiya Astutik 163210030
7. Ruli Ambarwati 163210035
8. Tutus Tri Agustiningsih 163210040

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafsan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun reteksi tanpa
atau disertai dengan radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke
dalamsaluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsungsampai 14 hari.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.

B. Fenomena ISPA di Masyarakat


ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta
salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit
(15%-30%). Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus,
Pakistan 10 juta kasus dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus.
Semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit (Dirjen PP & PL, 2012).
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama
penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45%
(2015). Selain itu, penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak
di rumah sakit (Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi
yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara
Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang
tertinggi berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit
ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah ke
bawah (Kemenkes, 2013).
Magetan merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah kasus
ISPA 3 tahun terakhir yaitu sebesar 23,61% (2012), 37,72% (2013) dan 27,52% (2014).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Puskesmas Kabupaten Magetan dan
jaringannya tentang penyakit berpotensi KLB dan penyakit tidak menular, ISPA
merupakan penyakit nomor satu dalam 10 besar daftar penyakit yang menjadi tren
kunjungan pasien ke puskesmas maupun rumah sakit di Kabupaten Magetan sehingga
masih menjadi perhatian pemerintah (Dinkes Magetan, 2014).

C. Etiologi/Faktor Resiko
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,hem
ofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara laingolongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranyabakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara
bebasakan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitutengg
orokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadianIS
PA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
danburuknya sanitasi lingkungan.

Faktor Resiko

1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara
akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan
sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
2. Manusia
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2
tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan
anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun
imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.
c. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama
kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang
meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang
kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat
memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
d. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500
gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian
lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat
infeksi pada bayi baru lahir.
e. Status ASI Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan
faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal
mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus
factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
f. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit
menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan
upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
3. Lingkungan
a. Kelembaban Udara
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan
desaincross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh
terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh
bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya
kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
b. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 30C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 18C atau diatas 30C keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
c. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
d. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah
yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.
Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
e. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafasan.
f. Bahan Bakar Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan
kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China
tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya
peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta
kematian.
g. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara
lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan
lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara
keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar
48,9% atau 97.560.002 penduduk.
h. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka
jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.
Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi
1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
ibu yang status ekonominya rendah.

D. Komplikasi ISPA
1. Gangguan pernafasan
Penyakit ISPA sendiri merupakan penyakit yang akan menyerang pada sistem
pernafasan manusia, karena gangguan pernafsan ini akan memberikan dampat
yang tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia. Pada saat pernafasan mulai
terganggu maka sistem tubuh lainnya juga dapat terganggu, hidung yang
tersumbat kita bisa kesulitan untuk bernafas padahal tubuh manusia itu sangat
membutuhkan pasokan oksigen yang cukup. Bernafas dengan menggnakan
hidung sangat diperlukan karena melalui hidung udara yang dapat tersaring
dengan baik, berbeda dengan bernafas menggunakan mulut yang tidak tersaring
dengan baik.
2. Radang dalamSelaput Lendir
Sinusitis merupakan kondisi peradangan akut dari satu atau lebih sinus
paranasal, infeksi ini memainkan peran penting dalam penderita ini karena
sinusitis ini sering terjadi akibat dari infeksi pada situs lain dari saluran
pernafasan karena sinus paranasal ini akan bersebelahan dan akan berkomuikasi
dengan saluran pernafsan yang bagian atas.
3. Abses Paru
Abses paru-paru merupakan rongga nanah yang ada di paru-paru dan akan
dikelilingi oleh jaringan yang meradang, hal ini biasanya akan disebabkan oleh
infeksi yan parah seperti pneumonia atau tuberkulosisdar menghirup material e
paru-paru dari mulut.
4. Dapat Menyebabkan Kematian
Salah satu komplikasi yang paling dikuti dari penyakit ISPAini yaitu
menyebabkan kematia, karena penyakit ISPA ini memang ada beberapa yang
cukup berbahaya sehingga daatmenyebabkan kematian yang mendadak
kematian ini bisa terjadi karena penyakit yang sudah parah, kurangnya
perawatan yang lainnya. Bagi yang menderita ISPA harus segera ditangani
sebelum menjadi arah dan menyebabkan kematian yang tidak di inginkan.

Você também pode gostar