Você está na página 1de 4

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (1) (2011): 17 – 20 17

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (1) (2011): 17 – 20


ISSN: 1410-8917
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi
Journal of Scientific and Applied Chemistry
Journal homepage: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa

Sintesis Ester Asam Lemak Sukrosa (Face) dari Minyak Zaitun


Menggunakan K2CO3 dan Uji Stabilitas Face Sebagai Emulsifier
Fannie Kurniasaria, Ngadiwiyanaa, Ismiyarto a*

a Organic Chemistry Laboratory, Chemistry Department, Faculty of Sciences and Matematics, Diponegoro University, Jalan Prof.
Soedarto, Tembalang, Semarang

* Corresponding author: ismiyarto@live.undip.ac.id

Article Info Abstract

A synthesis of sucrose fatty acid ester (FACE) of olive oil using K2CO3 and FACE stability
Keywords: test as emulsifier was performed. The purpose of this study was to determine the
olive oil; optimum weight ratio of K2CO3 to fatty acid methyl ester in the synthesis of sucrose fatty
transesterification acid ester (FACE) and to determine FACE stability as emulsifier. FACE synthesis can be
reaction; sucrose
performed through the formation of fatty acid methyl ester (FAME) first. Furthermore,
fatty acid ester;
FAME was reacted with sucrose using a K2CO3 base catalyst and producing FACE. FACE
emulsifier
synthesis was performed by variation of weight ratio of K2CO3 catalyst to FAME 1.5%,
3%, 4.5%, 6%, and 7,5%. The results showed that the number of catalysts can affect the
resulting FACE. The optimum condition of FACE occurs on the synthesis result with the
weight ratio of K2CO3 to FAME 6%, has the highest transesterification degree of 0.7984
and has the most stable emulsion stability of 304.14 seconds.

Abstrak
Kata kunci:
Telah dilakukan sintesis ester asam lemak sukrosa (FACE) dari minyak zaitun
minyak zaitun;
reaksi menggunakan K2CO3 dan uji stabilitas FACE sebagai emulsifier. Tujuan penelitian ini
transesterifikasi; adalah menentukan rasio berat optimum K2CO3 terhadap metil ester asam lemak dalam
ester asam lemak sintesis ester asam lemak sukrosa (FACE) dan menentukan stabilitas FACE sebagai
sukrosa; emulsifier emulsifier. Sintesis FACE dapat dilakukan melalui pembentukan metil ester asam lemak
(FAME) terlebih dahulu. Selanjutnya, FAME direaksikan dengan sukrosa menggunakan
katalis basa K2CO3 dan menghasilkan FACE. Sintesis FACE dilakukan dengan variasi rasio
berat katalis K2CO3 terhadap FAME 1,5%, 3%, 4,5%, 6%, dan 7,5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa banyaknya katalis dapat mempengaruhi FACE yang dihasilkan.
Kondisi optimum FACE terjadi pada hasil sintesis dengan rasio berat K2CO3 terhadap
FAME 6%, mempunyai derajat transesterifikasi tertinggi sebesar 0,7984 dan memiliki
stabilitas emulsi yang paling stabil sebesar 304,14 detik.

berbagai macam industri, misalnya emulsifier, polimer


1. Pendahuluan
dan biodiesel [2].
Minyak Zaitun (Oleum Olivae) adalah minyak yang
diperoleh dengan pemerasan biji masak buah zaitun Senyawa metil ester asam lemak (Fatty Acid Methyl
(Olea Europaea L) [1]. Minyak zaitun dianggap sebagai Ester (FAME)) dari minyak nabati mempunyai banyak
minyak yang sehat karena mengandung lemak tak jenuh peranan dalam berbagai proses industri antara lain
yang tinggi. Minyak zaitun terdiri dari campuran 80% sebagai bahan baku dalam sintesis ester asam lemak
asam lemak tak jenuh dan 20% asam lemak jenuh. Asam karbohidrat (Fatty Acid Carbohydrate Ester (FACE)) yang
lemak utama pada minyak zaitun adalah asam oleat dan mempunyai fungsi sebagai emulsifier nonionik dan
berpotensi untuk diubah menjadi senyawa metil ester sebagai bahan baku industri polimer [3].
asam lemak (FAME) yang merupakan bahan baku
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (1) (2011): 17 – 20 18

FAME dari minyak zaitun dengan rantai asam dipanaskan tersebut. Kemudian campuran direfluks
lemak yang panjang dapat mengalami transesterifikasi selama 45 menit pada suhu 70°C sambil diaduk
dengan sukrosa menggunakan katalis basa dan alkohol menggunakan magnetic stirer. Campuran yang diperoleh
sebagai pelarut sehingga menghasilkan ester asam didiamkan selama 30 menit dan setelah pendiaman
lemak sukrosa (FACE). Ester sukrosa asam lemak yang selama 30 menit lapisan ester yang terbentuk pada
dihasilkan merupakan senyawa amfifilik, yaitu senyawa lapisan atas dipisahkan dari gliserol menggunakan
yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik corong pisah. Kemudian FAME yang diperoleh dianalisis
sehingga dapat digunakan sebagai emulsifier nonionik menggunakan GC-MS.
[3].
Sintesis Ester Sukrosa Asam Lemak (FACE) dari FAME
Dalam sintesis ester asam lemak sukrosa (FACE)
Pada tahap ini, sintesis ester asam lemak sukrosa
dari FAME, katalis merupakan faktor yang penting.
dilakukan dengan memasukkan 3,625 gram sukrosa, 5,2
Katalis basa lebih sering digunakan karena lebih efektif
gram FAME, K2CO3, dan pelarut metanol ke dalam labu
dibandingkan dengan katalis asam, di mana katalis basa
leher tiga yang telah dirangkai dengan kondensor,
dapat mengikat ion H+ dari molekul alkohol
termometer, pengaduk magnet, dan pemanas.
menghasilkan RO- yang merupakan nukleofil kuat
Selanjutnya campuran diaduk dengan magnetic stirer
sehingga reaksi transesterifikasi berlangsung lebih
selama 2 jam. Campuran direfluks pada suhu 60°C
cepat. K2CO3 dipilih sebagai sumber katalis untuk
dengan variasi berat K2CO3. FACE yang dihasilkan
menghindari terbentuknya air dalam jumlah yang
disaring dengan corong Buchner dan hasil yang
banyak, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
diperoleh dianalisis struktur kimianya menggunakan
reaksi pada suhu yang lebih tinggi [4]. Banyaknya
spektrofotometer FTIR yang selanjutnya digunakan
katalis K2CO3 yang digunakan dapat mempengaruhi
untuk menghitung derajat transesterifikasinya. Setelah
reaksi transesterifikasi antara FAME dan sukrosa.
itu, diuji stabilitasnya sebagai emulsifier. Proses
Berdasarkan uraian tersebut, untuk menghasilkan
dilakukan untuk persen berat K2CO3 terhadap FAME
produk transesterifikasi yang maksimal perlu
1,5%; 3%; 4,5%; 6% dan 7,5%.
ditentukan rasio optimum berat K2CO3 terhadap FAME,
sehingga mampu menghasilkan FACE yang dapat 𝐴𝐶=𝑂
Derajat Transesterifikasi =
digunakan sebagai emulsifier dengan stabilitas emulsi 𝐴𝑂−𝐻
(o/w) yang tinggi [4]. Uji Stabilitas FACE Sebagai Emulsifier

2. Metodologi Uji stabilitas emulsifier dilakukan dengan membuat


sistem emulsi minyak-FACE-akuades dengan
Penurunan Kandungan Asam Lemak Bebas perbandingan tertentu, sebanyak 2 gram minyak jagung
Minyak Zaitun diekstraksi dengan etanol dengan ditambah 0,5 gram FACE (ester sukrosa) dan dilakukan
rasio volume etanol terhadap minyak zaitun adalah 1:1. pengocokan yang dilanjutkan titrasi dengan aquades
Minyak zaitun yang diperoleh dipanaskan pada suhu hingga terbentuk emulsi dan ditentukan waktunya
60-80°C dan didinginkan sehingga terbentuk dua hingga emulsi pecah. Sistem emulsi dibuat dengan
lapisan. Asam lemak bebas (FFA) pada lapisan atas menggunakan FACE dengan variasi berat K2CO3 yang
dipisahkan dan etanol yang tersisa di lapisan minyak sudah ditentukan.
dipisahkan menggunakan rotary evaporator pada suhu
80°C. 3. Hasil dan Pembahasan

Penentuan Bilangan Asam Penurunan dan Penentuan Bilangan Asam

Minyak zaitun sebanyak 10 gram dimasukkan Bilangan asam merupakan banyaknya milligram
dalam erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan campuran basa kuat yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
alkohol dengan eter 1:1 serta PP, digojog. Kemudian lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak.
larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna Prinsip dari bilangan asam adalah penguraian asam
merah muda. Selanjutnya ditentukan bilangan asamnya lemak bebas menjadi garam asam lemak dan airnya.
untuk mengetahui kadar FFA dalam minyak. Penentuan bilangan asam bertujuan untuk mengetahui
kadar asam lemak bebas dalam minyak Penurunan
b×N×40
Bilangan asam = ×f kandungan asam lemak bebas dapat dilakukan dengan
a
metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan
di mana: a = berat sampel minyak jagung (g)
disertai pemanasan. Pada saat pemanasan, minyak dan
b = volume NaOH yang digunakan (mL)
FFA dapat larut dalam etanol, setelah pendinginan FFA
f = faktor pengenceran
tetap larut dalam etanol sedangkan minyak tidak dapat
N = normalitas NaOH
larut. Berdasarkan kelarutan trigliserida dalam etanol
Sintesis Metil Ester Asam Lemak (FAME) dingin, maka fasa etanol dapat dipisahkan dari fasa
minyak. Minyak hasil ekstraksi ditentukan bilangan
Sebanyak 20 gram minyak jagung dimasukkan ke asam. Berdasarkan hasil penentuan bilangan asam pada
dalam labu refluks leher tiga dan dipanaskan sampai minyak zaitun sebelum dan sesudah ekstraksi
suhu 50°C. Selanjutnya larutan KOH (0,1 gram) dalam menunjukkan bahwa minyak zaitun mengalami
metanol (4,3754 gram) pada corong penambah penurunan bilangan asam dari 0,8433 menjadi 0,5908.
dimasukkan ke dalam labu yang berisi minyak dan telah
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (1) (2011): 17 – 20 19

O O

+ KOH + H2O
R OH R OK

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Asam Lemak

Sintesis Metil Ester Asam Lemak (FAME)

Sintesis metil ester asam lemak dilakukan melalui


reaksi transesterifikasi antara trigliserida dengan
metanol dan KOH sebagai katalis.

Tahap-tahap reaksi yang terjadi ditunjukkan pada


gambar 2.
Gambar 3. Kromatogram FAME dari Minyak Zaitun
CH
CH 3O-H + + OH OH CH
+ 3O H2+O H2O
3O-H CH3O
Berdasarkan kromatogram tersebut dapat terlihat
HH
2C2C O O CORCOR HCOR
adanya 12 puncak dengan waktu retensi berbeda yang
2C 1
1 1 H2C O O COR1
+ menunjukkan bahwa metil ester asam lemak tersebut
HC
HC O O CORCOR
2 2 + 3O CH3O
CH HC O COR
HC 2 O + CORR
23
COOCH
+3 R3COOCH 3

HH
terdapat 12 senyawa yang berbeda dengan empat puncak
2 C2 C O O CORCOR
3 3 H 2C OH H 2 C OH
utama seperti pada tabel 1.

Tabel 1: Analisis metil ester asam lemak (FAME)


H2C
H2C O OCORCOR
1
1
H2C O
HCOR
2C
1 O COR1 dengan GC-MS
HC O COR2 + CH3O CH O HC OH + R2COOCH3 R2COOCH3
HC O COR2 + 3 HC OH +
H 2 C OH H 2C OH
H2C OH H 2C OH

H2C OH
H2C O COR1 H2C OH
H2C O COR1 + R1COOCH3
HC OH
+ CH3O HC OH + R1COOCH3
HC OH
+ CH3O HC OH
H 2C OH
H 2C OH
H2C OH
Sintesis Ester Sukrosa Asam Lemak (FACE) dari FAME
H 2C OH
Gambar 2. Tahap-tahap reaksi transesterifikasi pada Sintesis ester asam lemak sukrosa (FACE) dilakukan
sintesis FAME melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester asam
lemak (FAME) dengan sukrosa menggunakan katalis
Pencampuran katalis KOH dengan metanol akan K2CO3. Sintesis ester asam lemak sukrosa (FACE)
menyebabkan KOH mengalami ionisasi menjadi K+ dan dilakukan untuk rasio berat K2CO3 terhadap FAME
OH-, kemudian ion OH- akan mengikat H+ pada metanol sebesar 1,5%; 3%; 4,5%; 6% dan 7,5%.
sehingga akan menghasilkan ion metoksida (CH3O-) HO O

yang merupakan nukleofil yang lebih kuat dibandingkan HO O O O


O
OH + BH
+ B
metanol. Ion CH3O- tersebut akan menyerang gugus OO O O
HO OH O O
karbonil pada trigliserida menghasilkan metil ester OO + B OH O O + BH O O
HO OHOH O O
O
asam lemak dan digliserida. Digliserida ini kemudian HO
HO
O OH O O O
HO OH OH basa O O O
akan mengalami reaksi dengan metoksida yang lain sukrosa
HO O O O
HO
membentuk metil ester asam lemak dan monogliserida. sukrosa O
OH
basa O
O
R OCH3
+ B + BH
Kemudian monogliserida ini akan mengalami siklus O O O
O O
O R O
HO O
OH O RO OCH3 O
katalitik yang sama membentuk metil ester dan gliserol.
O O
HO OHOH O OCH3
O O R O
HO O O O
O
sukrosa O basa O R O
OO OCH3
Reaksi transesterifikasi tersebut akan O
O O
O
O
OCH3 O O
OC
R OO R ROCHO 3 O OCH
menghasilkan metil ester asam lemak dan gliserol. Hasil R C OCH 3 + O OO O O 3
O O O R
O
O O R O O R R O
O O OCH 3 O 3R O OCH
OCH O
yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi berupa dua metil ester O O O
O R RO O O O O OCH3
3
O OCH3
R C OCH 3 + O O OO OCH 3 O OCH 3
OO O
fasa yang tidak saling campur. Fasa atas merupakan O
O
O O O OCH
O3 O R R R
OO
O O O R OCHO 3R OO OCH3
metil ester asam lemak (FAME), sedangkan fasa bawah R metil
C ester
OCH 3 + O
R
O
O O
OCH3 O OCH
O RO
OOCH3 OCH 3 R
R O
O
O OCH 3RO 3 O C
terdiri dari gliserol, KOH dan metanol yang tersisa. metil ester O OCH 3
O O OCH 3 O R
R O O
O
O OCH3 O
O O C
FAME tersebut kemudian dianalisis dengan GC-MS. R O R OCH3
O
O
C C
R
O R + CH 3O
O O
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komposisi O OCH 3 O
R O
O
O
O
R O

O OCH O O C O
O 3 OCH3 R O O R
senyawa yang terdapat pada FAME dari minyak zaitun RR OO O
O OCH 3 C OO R + CH3O O C O
O O
C R
O OCH 3 O R R R O O O
ini. Hasil analisis GC-MS dari FAME ditampilkan pada C
O O
R O O O
R OOCH 3 O O
OCH OCH OCH3 O
O
O O R C O
O O 3 3 R R C C O
Gambar 3. O O R OCH R R O O C C O
O
OCH 3 R 3O O
C
R
OR O
O OCH 3 R
OCH 3 C R O
O
R O

+CH3O CH 3O CH3B + CH3OH


BHBH + B + OH
basa basa
metanol metanol

Gambar 4. Tahap-tahap reaksi transesterifikasi pada


sintesis FACE
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (1) (2011): 17 – 20 20

Untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada FACE Tabel 3. Hasil analisis FACE
yang dihasilkan, maka dilakukan pengujian FTIR
terhadap FACE yang diperoleh. Pengujian FTIR dilakukan
untuk menganalisis proses transesterifikasi yang telah
dilakukan dengan membandingkan serapan gugus
hidroksil dan karbonil sebelum dan setelah reaksi
transesterifikasi.
Uji Stabilitas FACE Sebagai Emulsifier

Kestabilan emulsi minyak dalam air dengan ester


asam lemak sukrosa (FACE) sebagai emulsifier dapat
ditentukan berdasarkan waktu dari saat emulsi
terbentuk hingga emulsi pecah kembali. Semakin besar
waktu yang dibutuhkan emulsi untuk pecah
menunjukkan bahwa emulsi yang terbentuk semakin
stabil. Waktu pecah emulsi untuk setiap FACE
ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Waktu pecah emulsi

Gambar 5. Spektra FTIR sukrosa

Berdasarkan spektra FTIR yang diperoleh, FACE Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
yang dihasilkan mengandung gugus karbonil yang ester asam lemak sukrosa (FACE) dengan rasio berat 6 %
ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang menghasilkan emulsi dengan stabilitas tertinggi. Hal ini
1743,65 cm-1 dan masih mengandung gugus hidroksil. menunjukkan bahwa semakin besar nilai derajat
Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan transesterifikasi maka kestabilan emulsi yang dibentuk
adalah ester asam lemak sukrosa (FACE) yang semakin tinggi. Semakin besar nilai derajat
mengandung gugus karbonil dan hidroksil. transesterifikasi maka semakin banyak gugus –OH yang
tersubstitusi oleh ester sehingga FACE memiliki gaya
tarik antara gugus hidrofobik dengan minyak semakin
kuat dan mengakibatkan semakin stabil sistem emulsi
yang dihasilkan.

4. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan FACE hasil sintesis menggunakan rasio
berat K2CO3 terhadap FAME 6% memiliki derajat
transesterifikasi tertinggi sebesar 0,7984. Hasil uji
stabilitas emulsifier menunjukkan bahwa sistem emulsi
yang paling stabil adalah FACE dengan rasio berat K2CO3
terhadap FAME 6% dengan waktu pecah emulsi 304,14
Gambar 6. Spektra FTIR FACE dengan rasio berat K2CO3 detik.
7,5 %
5. Daftar Pustaka
Tabel 2. Daerah serapan FTIR sukrosa dan FACE
[1] MS Rana, AA Ahmed, Characteristics and
composition of Libyan olive oil, Journal of the
American Oil Chemists’ Society, 58, 5, (1981) 630-631

[2] Paul Vossen, Olive oil: history, production, and


characteristics of the world's classic oils,
HortScience, 42, 5, (2007) 1093-1100
Berdasarkan spektra FTIR yang diperoleh dapat
[3] Ulf Schuchardt, Ricardo Sercheli, Rogério Matheus
ditentukan besar nilai derajat transesterifikasi. Derajat Vargas, Transesterification of vegetable oils: a
transesterifikasi menunjukkan banyaknya gugus review, Journal of the Brazilian Chemical Society, 9, 3,
hidroksi yang tersubstitusi oleh ester. Semakin besar (1998) 199-210 http://dx.doi.org/10.1590/S0103-
nilai derajat transesterifikasi maka semakin banyak 50531998000300002
gugus –OH yang telah tersubstitusi oleh ester. Nilai [4] Lambrini Adamopoulos, Understanding the
derajat transesterifikasi yang diperoleh dari spektra formation of sugar fatty acid esters, (2006)
FTIR FACE ditunjukkan pada tabel 3.

Você também pode gostar