Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
M. Fakhrurrozi, S.Psi
Inti asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan
menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.
PLANNING DATA
DATA COLLECTING PROCESSING COMMUNICATING
ASSESSMENT AND ASSESSMENT
COLLECTION DATA HYPOTHESIS DATA
PROCEDURES FORMATION
I II III IV
Multiaxial DSM IV :
a. Axis I : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions
b. Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation
c. Axis III : General Medical Conditions
d. Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems
e. Axis V : Global Assessment of Functioning (GAF)
2. Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh
maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu
menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih
utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana
untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus
terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman
subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan
deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan
jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
3. Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya
klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang
yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan
asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan
sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya,
misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak akan
menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus menentukan
jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat
dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban.
a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan
perilaku yang tidak berbahaya.
c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
1. Interview
Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada
beberapa kelebihan interview antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk
mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-
sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan
dimanapun juga.
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry
(pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses
asesmen.
Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer,
karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.
2. Tes
Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes
stimulus yang direspon klien lebih terstandarisasikan dari pada interview. Bentuk tes
yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul
selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam
bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami
klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien.
Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas
yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara
lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk
menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah
memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif
anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan
bermain dimana masalah itu telah muncul.
c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk
memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya,
4. Life record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah
sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan
kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut.
Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti
melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari
distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin
mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai
selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu
dari pada bertanya ,”Bagaimana saudara di sekolah?”.
Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan
informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu
mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di
dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life
records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.
3. Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang
masih kurang jelas. Kemungkinan judgment :
Dorongan agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
Perilaku klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
Perilaku minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang
tidak disadarinya.
Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari
pendekatan ini adalah psikoanalisa atau fenomenologi
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini,
relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis
merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang
penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan
yang rendah.
3. Cognitive-Behavioral
I. Deskripsi tentang penampilan fisik dan perilaku selama asesmen
II. Permasalahan
A. Masalah saat ini
B. Latar belakang masalah
C. Situasi tertentu yang menentukan masalah
D. Variabel yang relevan
III. Masalah yang lain ( diobservasi oleh asesor, tidak dinyatakan oleh klien )
V. Target Perubahan
VIII. Prognosis
X. Harapan Klien
a. Penyelesaian masalah yang spesifik
b. Pada treatmen secara umum
XI. Komentar Lain.