Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
com
Ilmu Hukum
Hukum Perusahaan
Hukum Keluarga & Waris
Buruh & Tenaga Kerja
Hukum Perdata
Hukum Pidana
EVENTS & TRAINING
Events & Training
Kegiatan Terkini
Kalender Kegiatan
4 Arsip Kegiatan
Shares Coffee Break
Narasumber
Produk
4
Memahami Hukum Persaingan Usaha dan Kemitraan pada Era Digital dan Data Raksasa: Regulasi dan
Praktik Beracara (Angkatan V)
Hukumonline.com Human Resources Day 2019: Tantangan Perubahan Hubungan Industrial dalam
Revolusi Industri 4.0
PRODUK & JASA
KLINIK
Senin, 07 Mei 2018
Pertanyaan :
4
Shares
Jawaban :
Intisari:
4
Secara sederhana peristiwa hukum itu adalah sebuah peristiwa yang dapat menggerakkan
hukum/menimbulkan akibat hukum. Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai peristiwa
hukum. Contoh peristiwa hukum: kelahiran, kematian, jual beli, dan sewa menyewa.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subjek
hukum. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak
dan kewajiban pihak yang lain. Tidak semua hubungan merupakan hubungan hukum karena suatu
hubungan hukum harus ada dasar hukum yang mengaturnya dan diikuti dengan adanya peristiwa
hukum.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan:
Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum (hal. 35) adalah sesuatu yang bisa
menggerakkan peraturan hukum sehingga ia secara efektif menunjukkan potensinya untuk mengatur.
Lebih lanjut Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa peristiwa hukum ini adalah suatu kejadian dalam masyarakat
yang menggerakkan suatu peraturan hukum tertentu, sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya
lalu diwujudkan. Suatu peraturan hukum yang mengatur tentang kewarisan karena kematian akan tetap
merupakan rumusan kata-kata yang diam sampai ada seorang yang meninggal dan menimbulkan masalah
kewarisan. Kematian orang itu merupakan suatu peristiwa hukum. Secara lebih rinci: apabila dalam masyarakat
timbul suatu peristiwa, sedangkan peristiwa itu sesuai dengan yang dilukiskan dalam peraturan hukum, maka
peraturan hukum itu pun lalu dikenakan kepada peristiwa tersebut.[1]
Satjipto Rahardjo menyimpulkan bahwa tidak setiap peristiwa bisa menggerakkan hukum. Apabila A mengambil
sepeda motor miliknya sendiri, maka timbullah suatu peristiwa. Peristiwa ini tidak menggerakkan hukum untuk
bekerja, lain halnya apabila yang diambil oleh A adalah sepeda motor orang lain. Di sini hukum digerakkan untuk
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum 7/17
2/19/2019 Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum - hukumonline.com
bekerja, oleh karena hukum memberikan perlindungan terhadap orang lain yang mempunyai sepeda motor
tersebut. Oleh karena itu hanya peristiwa-peristiwa yang dicantumkan dalam hukum saja yang bisa
menggerakkan hukum dan untuk itu ia disebut sebagai peristiwa hukum.[2]
Hal yang sama juga disampaikan oleh R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum (hal. 251).
Menurutnya, peristiwa hukum adalah:
4
Jadi secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa peristiwa hukum itu adalah sebuah peristiwa yang dapat
menggerakkan hukum/menimbulkan akibat hukum. Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai peristiwa
hukum.
1. Keadaan:
Contoh:
a. Perbuatan manusia
b. Keadaan
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum 8/17
2/19/2019 Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum - hukumonline.com
Contoh:
Pasal 1239 KUHPerdata, yang berbunyi:
Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu apabila tidak dipenuhi kewajiban itu
oleh si berutang maka ia berkewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.
Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa adanya peristiwa-peristiwa tidak memenuhi kewajiban untuk
berbuat atau tidak berbuat sama sekali, akibat hukumnya mengganti biaya, rugi dan bunga.
4
Shares
2. Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum majemuk
a. Dalam perjanjian jual-beli akan terjadi peristiwa tawar menawar, penyerahan barang, penerimaan
barang.
b. Sebelum perjanjian kredit akan terjadi perundingan, penyerahan uang dan di pihak lain penyerahan
barang bergerak sebagai jaminan gadai. Dengan pengembalian uang, maka di pihak lain berarti
pengembalian barang jaminan.
Hubungan Hukum
Menurut Soeroso (hal. 269), hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum. Dalam
hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
Hukum sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan sosial memberikan suatu hak kepada
subjek hukum untuk berbuat sesuatu atau menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak itu, dan terlaksananya
kewenangan/hak dan kewajiban tersebut diijamin oleh hukum.[3]
Setiap hubungan hukum mempunyai dua segi: Segi bevoegdheid (kekuasaan/kewenangan atau hak) dengan
lawannya plicht atau kewajiban. Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum (orang atau
badan hukum) dinamakan hak.[4]
Mengenai hubungan hukum ini, Logemann sebagaimana dikutip oleh Soeroso (hal. 270) berpendapat bahwa
dalam tiap hubungan hukum terdapat pihak yang berwenang/berhak meminta prestasi yang disebut dengan
prestatie subject dan pihak yang wajib melakukan prestasi disebut plicht subject.
Contoh:
A menjual rumahnya kepada B.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum 9/17
2/19/2019 Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum - hukumonline.com
2. Adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut di atas (dalam contoh di atas objeknya
adalah rumah).
3. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya hubungan atas objek yang
bersangkutan.
Contoh:
4 A dan B mengadakan hubungan sewa menyewa rumah.
Shares
A dan B sebagai pemegang hak dan pengemban kewajiban.
Rumah adalah objek yang bersangkutan.
4
Syarat-syarat hubungan hukum adalah:[6]
1. Adanya dasar hukum, ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum itu, dan
2. Timbulnya peristiwa hukum.
Contoh:
A dan B mengadakan perjanjian jual-beli rumah
a. Dasar hukumnya Pasal 1474 dan Pasal 1513 KUHPerdata yang masing-masing menetapkan bahwa si
penjual mempunyai kewajiban menyerahkan barang (Pasal 1474 KUHPerdata) dan sebaliknya si
pembeli berkewajiban membayar harga pembelian (Pasal 1513 KUHPerdata).
b. Karena adanya perjanjian jual-beli, maka timbul peristiwa hukum (jual-beli), ialah suatu perbuatan
hukum yang akibatnya diatur oleh hukum.
Jadi menjawab pertanyaan Anda, berdasarkan syarat tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua hubungan
merupakan hubungan hukum karena suatu hubungan hukum harus ada dasar hukum yang mengaturnya dan
diikuti dengan adanya peristiwa hukum.
Dasar hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Referensi:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum 10/17