Você está na página 1de 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Identifikasi
terhadap peraturan daerah provinsi Nomor 15 tahun 2013 tentang pelarangan
produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkahol, untuk memenuhi salah
satu syarat akademik guna memperoleh nilai pada mata kuliah perancangan
peraturan perundang-undangan. sebagai mata kuliah wajib yang sudah di
programkan oleh Fakultas Hukum Universitas Cendrawasih.

Penyusun menyadari bahwa rampungnya Identifikasi terhadap peraturan


daerah provinsi Nomor 15 tahun 2013 merupakan kerja sama rekan-rekan
Kelompok II ekstensi angkatan 2015 yang juga mendapatkan bantuan serta
partisipasi dari banyak pihak, oleh karena itu melalui kesempatan ini, kami
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada tim Dosen Mata
Kulia Perancangan peraturan perundang-undangan.

Akhir kata penyusun menyadari bahwa Identifikasi terhadap peraturan


daerah provinsi nomor 15 tahun 2013 tentang pelarangan produksi, pengedaran
dan penjualan minuman beralkahol jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari Bpk/Ibu Dosen Fakultas Hukum, khusus nya
pada mata kuliah perancangan peraturan perundang-undangan, sangat kami
harapkan demi kemajuan pengetahuan kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Hukum, kirannya laporan ini dapat berguna bagi para pembaca serta
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Cendrawasih.

Jayapura, 5 maret 2019

Kelompok II
IDENTIFIKASI TERHADAP PERDA NO 15 TAHUN 2015
TENTANG PELARANGAN PRODUKSI, PENGEDARAN
MINUMAN BERALKAHOL

1.1 Identifikasi Terhadap PERDA No 15 tahun 2013


Dalam upaya perlindungan terhadap orang asli papua, pemerintah provinsi
menegaskan lewat Perda nomor 15 tahun 2013 tentang pelarangan produksi,
pengadaran dan penjualan minuman beralkahol merupakan langkah protektif dari
pemerintah untuk menyelamatkan dan melindungi penduduk papua. maka dapat
dipahami melalui proses identifikasi secara sederhana, yang dapat di uraikan oleh
kelompok kami adalah identifikasi terhadap peraturan daerah provinsi papua
nomor 15 tahun 2013 tentang Pelarangan Produksi, Pengedaran dan Penjualan
Minuman Beralkahol.

Terhadap regulasi peraturan daerah provinsi papua nomor 15 tahun 2013


tentang pelarangan produksi minuman beralkahol, yang di bentuk dalam rangka
melindungi orang asli papua ada beberapa pasal yang menuai kontroversi dan
menjadi alasan untuk di identifikasi :

1. Masalah peraturan daerah (Perda) No. 15 tahun 2013 tentang pelarangan


produksi dan pengedaran Miras di papua yakni di cabut nya perda miras
oleh pemerintah pusat melalui kementrian dalam negeri (Kemendragi),
dengan alasan perda tersebut overlapping atau tumpang tindih dengan
peraturan presiden (perpres) No. 74 tahun 2013 tentang pengendalian dan
pengawasan minuman beralkahol, dan peraturan mentri perdagangan
(permendag) No. 6 tahun 2015 tentang pengendalian dan pengawasan
terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkahol.
Aturan-aturan ini pada intinya melegalkan peredaran miras, sedangkan
bagi perda No. 15 tahun 2013 melarang peradaran nya dalam bentuk
penjualan maupun produksi atau pengolahan. Akan tetapi Regulasi
pemerintah pusat terhadap pencabutan perda miras provinsi papua tentu
membuat kekuatiran pada para pemerintah daerah, antara tunduk pada
pemerintah pusat ataukah pada regulasi Pemprov papua, meskipun
gubernur telah menyatakan bahwa peraturan daerah yang di keluarkan
adalah mengacu pada undang-undang nomor 21 tahun 2001 tentang
otonomi khusus, sehingga harus tetap berlaku. Kekuatiran ini terlihat dari
sejumlah 29 kota/kabupaten di provinsi papua, baru sekitar 8 kabupaten
yang berkomitmen dalam merealisasikan perda miras provinsi papua baik
dalam bentuk penerbitan peraturan daerah kota/kabupaten yang mengatur
produksi dan peredaran miras maupun baru sebatas tindakan
pengoperasian pengedaran miras ilegal, tanpa penerbitan peraturan daerah
kota/kabupaten.

1.2 Subjek Hukum


Subjek hukum dari lahir nya peraturan daerah provinsi papua nomor 15
tahun 2013, merupakan gagasan dari Pemerintah Provinsi Papua bersama DPRP
melalui persetejuan Majelis Rakyat Papua. Perda ini juga tentu mendapat
dukungan kuat dari semua elemen masyarakat di Papua. Salah satu bentuk
dukungan yang kuat itu adanya penandatanganan pakta integritas pelarangan
minuman beralkohol oleh Forkompimda tingkat provinsi maupun kabupaten kota.
Penandatanganan pakta integritas itu dilakukan saat rapat kerja daerah para
Bupati/Walikota seprovinsi Papua di Jayapura.

Isi dari pakta integritas tersebut, antara lain:

1. Mencegah pemusnahan penduduk di Provinsi Papua yang disebabkan oleh


minuman beralkohol,

2. Pelarangan produksi pengedaran, dan penjualan minuman beralkohol ke


Provinsi,Kabupaten,Kota,Distrik, dan Kampung-kampung diseluruh
Provinsi Papua,

3. Pemerintah Papua akan bekerjasama dengan instansi terkait dalam


mengawasi pelarangan kegiatan produksi, pengedaran dan penjualan
minuman beralkohol;
4. Melaksanakan Perda Provinsi Papua Nomor 15 Tahun 2013, tentang
Miras;

5. Sejak penandatanganan pakta integritas ini, maka semua kegiatan dalam


bentuk produksi, distribusi, dan penjualan minuman beralkohol di Provinsi
Papua tidak berlaku.

Menyusul Perda yang didukung oleh komitmen dalam pakta integritas


tersebut, Gubernur juga telah menerbitkan instruksi nomor 3/INSTR-GUB/Tahun
2016 tentang pendataan orang asli Papua dan pelarangan produksi pengedaran dan
penjualan minuman beralkohol di bumi Cendrawasih. Instruksi tersebut dalam
rangka untuk mendata penduduk orang asli Papua di seluruh Kabupaten/Kota,
maupun yang berada di luar Papua sesuai status kependudukannya. Kebijakan ini
tentu dilakukan demi menyelamatkan dan melindungi penduduk Papua dari
ancaram kehancuran akibat minuman keras.

1.3 Perilaku Subjek


Langkah kongkrit dan protektif dari Pemerintah Provinsi Papua, DPRP,
dan MRP, dengan lahir nya undang-undang No. 15 tahun 2013 tentang
pelarangan produksi, dan peredaran minuman beralkahol, tentu untuk
menyelamatkan dan melindungi penduduk papua dan generasi berikut nya,
sehingga regulasi ini di bentuk sebagai Tindakan pencegahan dari pemerintah
provinsi papua terhadap tingkat kejahatan maupun kekerasan. Hal ini tentu dapat
di evaluasi melalui kesadaran pemerintah kabupaten/kota dan dukungan oleh
segenap stekholder yang memiliki kewenangan.

Dalam Perda ini, melarang atau tidak merekomendasikan produksi,


pengedaran, dan penjualan minuman beralkool jenis apapun yang memabukan di
wilayah Provinsi Papua. Pemerintah juga dalam hal ini meminta agar semua
pemangku kepentingan yang ada di Provinsi paling timur Indonesia wajib
mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan dan disepakati bersama, karena
pemerintah ingin melndungi orang asli Papua atau penduduk pada umumnya dari
kepunahan yang sedang mengincar, lewat peredaran minuman beralkohol yang
bisa berujung pada perbuatan kriminal dan kematian.
Tentu Pemerintah harapkan langkah terobosan pembuatan perda ini
menjadi sejarah yang sedang kita buat untuk masa depan anak cucu generasi
papua dan pemberdayaan orang asli Papua yang diprioritaskan dengan pendidikan
dan kesehatan yang terjamin. Pemerintah juga menyatakan dukungannya kepada
Pemerintah Pusat melalui Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua yang
gencar melakukan pencegahan dan pemberantasan narkotika demi menyelamatkan
generasi Papua.

Tindakan Pemerintah Provinsi telah dibuktikan lewat ribuan botol


minuman beralkohol hasil sitaan dalam razia tim gabungan di Jayapura.
Pemerintah menegaskan bahwa wilayah kepemimpinannya harus wajib bebas dari
minuman beralkohol yang diawali dengan langkah penyitaan dari distributor dan
tempat hiburan malam. Tim gabungan Pemerintah Provinsi Papua terdiri dari
SATPOL PP, TNI, dan POLRI beserta Satgas Papeda, menyita sekitar 11.000
botol minuman beralkohol dari gudang tempat distributor di Kota Jayapura. Tentu
ribuan botol minuman beralkohol berhasil disita akan dimusnahkan dihadapan
masyarakat.

Pemerintah juga mengingatkan selaluruh masyarakat Indonesia yang ingin


berkunjung ke bumi Cendrawasih agar tidak membawa minuman beralkohol.
Penegasan ini dilakukan untuk memberikan efek jerah. Pasalnya setiap tahun pasti
ada orang asli Papua yang rumah tangganya rusak/hancur akibat minuman
beralkohol. Pemerintah juga telah menyiapkan tim gabungan untuk melakukan
razia minuman beralkohol secara berkelanjutan hingga dapat dipastikan Papua
telah bebas dari minuman beralkohol.

1.4 Faktor yang dibuat

Faktor yang menjadikan adanya peraturan daerah nomor 15 tahun 2013


ialah saat ini tidak hanya kalangan dewasa yang mengkonsumsi minuman keras
tetapi terjadi juga pada anak-anak dibawah umur juga mengkonsumsinya, karena
sangat mudah untuk memperoleh minuman beralkohol tersebut.

Efek yang ditimbulkan dari miras terhadap anak dibawah umur yakni,
dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan hal ini tentu mengarah pada salah
satu faktor yang dapat memicu terjadinya perkelahian hingga konflik antar
kelompok masyarakat. Selain itu, faktor lemahnya pengawasan dari pihak
pemerintah dalam hal ini kepolisian terhadap peredaran miras dikota jayapura.

Pasca penandatanganan pakta integritas aksi penertiban peredaran


minuman beralkohol terjadi dimana-mana, bukan hanya di Kota Jayapura selaku
Ibukota Provinsi Papua, tetapi juga di Kabupaten lainnya di Wilayah Provinsi
Papua. Apabila minuman beralkohol yang terlihat langsung disita selanjutnya
dimusnahkan di hadapan publik, sementara untuk para distributor diminta untuk
menghentikan pemesanan stok minuman beralkohol, jika tidak ingin dirugikan.

Dampak dari minuman beralkohol sangat merugikan khususnya bagi


rakyat Papua, karena menjadi penyebab perkelahian dan kecelakaan hingga
banyak yang meninggal dunia, selain itu minuman beralkohol juga memicu
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan yang leih memprihatinkan korban
adalah anak-anak dan perempuan sehingga diharapkan upaya penertiban tersebut
mendapat dukungan dari semua pihak.

1.5 Solusi dari identifikasi terhadap Perda No 15 tahun 2013

Jalan keluar yang di ambil terhadap perda No. 15 tahun 2013 yakni
Pemerintah Provinsi papua, DPRP, Tokoh Agama, Tokoh Adat dan seluruh elemen
Masyarakat wajib mendukung peraturan daerah provinsi No 15 tahun 2013,
karena regulasi ini tentu demi keselamatan masyarakat papua. Perda No 15 tahun
2013 merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi Papua, DPRP, untuk
melindungi segenap masyarakat papua. Perda ini melindungi OAP dengan Payung
Hukum agar pendistribusian dan peradaran minuman keras harus di hentikan dari
tanah papua. Menyangkut sanksi juga Terhadap beberapa pasal dalam perda No 15
tahun 2013 tentu perlu ada evaluasi dan revisi sehingga aturan yang di buat tidak
menimbulkan multitafsir dan bertentangan dengan peraturan di atas nya atau
Hirarki penjenjangan peraturan perundang-undangan.

Você também pode gostar