Você está na página 1de 2

Indonesia Punya 24 Juta Lansia yang Kurang

Diperhatikan
Merry Wahyuningsih - detikHealth

Your browser does not support iframes.

(Foto: thinkstock)

Jakarta, Tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7 miliar jiwa dan 1 miliar diantaranya
adalah penduduk lanjut usia (lansia). Indonesia sendiri menduduki rangking keempat di dunia dengan
jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian.

Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin meningkat, Indonesia juga menghadapi beban
ganda (double burden) dengan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) karena usia
harapan hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun.

"Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk lansia usia 60 tahun ke atas meningkat
secara signifikan. Kalau pada tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia mungkin hanya sekitar 2
persen, saat ini sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa)," ujar DR. Dr. Sugiri Syarief, MPA,
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam membuka seminar
'Mempersiapkan Lanjut Usia Agar Bisa Menjadi Bonus Demografi Kedua dan Mengatasi Dampak Negatif
Pertambahan Penduduk Lanjut Usia' di Auditorium BKKBN Pusat, Jakarta, Senin (11/7/2011).

Selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia juga merupakan negara keempat
dengan jumlah lansia terbanyak, setelah China, Amerika dan India, yaitu sekitar 24 juta jiwa.

Dengan jumlah lansia yang demikian besar tersebut, lanjut DR Sugiri, perlu perhatian yang serius dari
kita semua tentang bagaimana mempersiapkan dan mengarahkan para lansia ini menjadi tetap sehat,
produktif dan sejahtera.

Masalah warga lanjut usia ini dapat menjadi masalah besar atau peluang yang tidak kalah besarnya.
Pertambahan jumlah penduduk usia lanjut akan menyebabkan berubahnya berbagai sendi kehidupan,
ekonomi, sosial kemasyarakatan, seperti kebutuhan hidup, makanan dan minuman.
Untuk itu, perlu adanya strategi persiapan dan pemberdayaan bagi lansia agar dapat tetap aktif dan
berkarya.

"Lansia jangan ditolak karena jalannya lambat, suara tidak keras. Tetapi karena jumlahnya banyak, ini
perlu ditangani secara komprehensif," jelas Prof. DR. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS (Dewan
Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial).

Prof Haryono menjelaskan bahwa lansia sekarang berbeda dengan lansia tahun 70-an. Diperkirakan
sekarang hanya ada 20 persen lansia yang sakit-sakitan, sedangkan sisanya yaitu 80 persen adalah
lansia potensial yang masih bisa diperdayakan.

"Jangan terlambat mempersiapkan lansia. Lansia paling lambat dipersiapkan pada usia 50 tahun.
Sebelum pensiun, orang harus cepat-cepat mempersiapkan diri agar tetap aktif, seperti mengikuti
organisasi," lanjut Prof Haryono.

Selain itu, lansia juga perlu diberikan hak-hak khusus. DR Sugiri mengatakan di Indonesia masih sedikit
hak khusus yang diberikan bagi lansia, terutama pada fasilitas pelayanan umum seperti bus trasnjakarta
atau bus umum.

Menurut Prof Haryono, Indonesia kurang ramah dengan lansia. "Supaya ada (di Indonesia) pelayanan
yang naik-naiknya (tangga) tidak terlalu tinggi. Jalan-jalan dirombak, seperti di Singapura misalnya. Tidak
ada di Singapura yang jalannya naik-naik (tangga), semuanya landai karena lansia sudah tidak lagi bisa
lompat-lompat. Lalu ada tuntutan-tuntutan pensiun diundurkan," ujar Prof Haryono.

(mer/ir)

Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com
Informasi pemasangan iklan
Ines - 7941177 ext.523
Elin - 7941177 ext.520
email : iklan@detikhealth.com

Sumber: www.detikhealth.com

Você também pode gostar