Você está na página 1de 3

AKSESIBILITAS JARINGAN

A. Pengertian
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna
lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Dengan kata lain,Aksesibilitas adalah suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tataguna lahan berinteraksi
satu dengan yang lain dan bagaimana “Mudah” atau “Susah”nya lokasi tersebut
dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Setiap lokasi memiliki geografis yang
berbeda maka tingkat aksesibilitasnya pun berbeda, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan kegiatan dari masing-masing tata guna lahan.
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang
(spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang
alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau
pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (aktifitas).
Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa
fakto seperti:
- Bahan baku lokal (local input)
- Permintaan lokal (local demand)
- Bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input)
- Dan permintaan luar (outside demand)
(Hoover dan Giarratani, 2007)
Menurut Isard (1959), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara
biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang
berbeda-beda. Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksebilitas, dan
keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan
lokasi. Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau
perusahaan cenderung untuk beralokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha
untukmengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna
meminimunkan risiko. Dalam hal ini, baik kenyamanan (amenity) maupun
keuntungan aglomerasi merupakan factor penentu lokasi yang penting, uang
menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga hasil konsentrasi
industri dan aktivitas lainnya.

B. Teori-teori Aksesibilitas
1. Aksesibilitas berdasarkan Tujuan dan Kelompok Sosial
Aksesibilitas menyediakan ukuran kinerja antara tata guna lahan dan
sistem transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan
aksesibilitas tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan, dan tempat
rekreasi. Pedagang lebih memperhatikan aksesibilitas menuju konsumen,
sedangkan para pemilik industri bergantng dengan aksesibilitas ke pasar
tenaga kerja dan penyedia bahan baku transportasi ( J. Black, Urban
Transport Planning, 1981)
2. Indikator Aksesibilitas
Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan
jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan
aksesibilitas kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan
aksesibilitas antar keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya
merupakan indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki
waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat tersebut
memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga mendapatkan menunjukkan
tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang
menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran bentuk hubungan
transportasi.
3. Aksesibilitas dalam Kebijakan Tata Guna Lahan Perkotaan
Aksesibilitas menjadi kunci penting terhadap kebijakan tata guna
lahan dimana tata guna lahan yan memiliki aksesibilitas tinggi akan
mempunyai nilai tinggi yang lebih baik. Fakta ini telah menjadi pendorong
utama bagaimana suatu daerah perkotaan dikembangkan dan berpengaruh
langsung terhadap kebijakan tata guna lahan saat ini.
4. Keterkaitan Tata Ruang dengan Transportasi
Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan
transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang “ditempatkan” diatas lahan
kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik
menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan kegiatan lainnya. Antara
ruang kegiatan dengan transportasi disebut siklus penggunaan ruang
transportasi.

C. Klasifikasi Aksesibilitas

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa suatu tempat dikatakan “Aksesibel”


jika sangat dekat dengan tempat lainnya dan “Tidak Aksesibel” jika berjauhan. Ini
merupakan konsep yang sangat sederhana dimana hubungan transportasi
dinyatakan dalam jarak (Km). Karena jarak (Km) merupakan suatu variabel yang
tidak begitu cocok. Pada umumnya orang lebih cenderung menggunakan variabel
waktu tempuh sebagai ukuran aksesibilitas.
D. Contoh Aksesibilitas

Jika jarak sebagai ukuran aksesibilitas, maka AB lebih tinggi


aksesibilitasnya dibandingkan AC. Sebaliknya jika ukurannya adalah waktu
tempuh, maka AC > AB (aksesibilitas AC lebih tinggi dari AB).
sebagai contoh 2 lokasi yang berjauhan akan tetapi mempunyai sistem
transportasi yang dapat dilewati dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan
waktu perjalanan menjadi pendek, yang mana kondisi ini menunjukkan bahwa
aksebilitas kedua lokasi tinggi.
Untuk meningkatkan aksesibiltas dapat dilakukan dengan memperbaiki
sistem transportasi seperti pelebaran jalan, pembuatan jalan baru, peningkatan
layanan angkutan umum. (eningkatan aksesibilitas tidak menjamin meningkatan
mobilitas penduduk dalam memanfaatkan jaringan jalan yang ada.
ketidakmampuan orang membayar biaya transportasi mengakibatkan investasi
yang telah dilakukan terasa sia-sia, karena tidak semua kalangan merasakan
manfaatnya, yang secara tidak langsung mengakibatkan rendahnya mobilitas.
Sehingga dalam pengambilan kebijakan terkait mengatasi permasalahan
transportasi tidak hanya fokus pada peningkatan aksesibilitasnya saja, akan tetapi
harus dapat menjamin bahwa setiap orang mampu memanfaatkan infrastruktur
yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur aksesibilitas &
lokasi dapat dilhat dari jarak, waktu dan faktor biaya, yang mana ketiga komponen
ini merupakan suatu faktor hambatan perjalanan.

Você também pode gostar