Você está na página 1de 16

PENGEMBANGAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR

TINGKAT TINGGI POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET BILANGAN DI


KELAS IX AKSELERASI SMP XAVERIUS MARIA PALEMBANG

Lewy

Abstract: Teaching fast learning students is not enough by giving them ordinary
mathematics problems. Teaching activities for fast learning students bring
consequence for teacher to modify teaching activities from regular to activity that
needs Higher Order Thinking skills. Therefore it is need to develop problems to
measure higher order thinking skills. This study aims to (1) produce a valid and
practical prototype problems to measure Higher Order Thinking skills in Number
Sequences and Series for Acceleration Class Grade IX (2) see the effects of the
problems to measure higher order thinking skills on students’ achievement in
Number Sequence and Series was tried out to students of acceleration class grade
IX . This study use development research that consists of analyzing, designing,
evaluating, and revising. The instrument for collecting data is written test. Test is
used to see students’ achievement in Number Sequences and Series. All data are
analyzed using descriptive technique. Subjects in this research are students of
Acceleration Class Grade IX of SMP Xaverius Maria Palembang. The total subject
are 22 students The results of analysis are: (1) problems prototype which is
developed has been valid and practical. (2) based on developing process can be
obtained that problems which is developed contains potential effect to higher order
thinking skills of Acceleration Class Grade IX of SMP Xaverius Maria Palembang
shown by written test result score 35.59. It means that students’ thinking skill is
good category. The final conclusion is the problems which is developed can be used
to measure higher order thinking skills in Number Sequence and Series

Keywords: problems to measure higher order thinking skills, number sequences and
series, acceleration

Mengajar siswa yang belajar dengan cepat tidak cukup dengan memberikan mereka
masalah matematika biasa. Pengajaran untuk siswa yang belajar dengan cepat
membawa konsekuensi bagi guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran dari
biasa menjadi kegiatan yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Oleh karena itu perlu mengembangkan masalah untuk mengukur keterampilan
pemikiran yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan soal
soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang valid dan praktis pada
pokok bahasan barisan dan deret bilangan di SMP kelas IX.Akselerasi. 2) Melihat
potensial efek soal-soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan barisan dan deret bilangan di SMP
kelas IX Akselerasi. Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang
terdiri dari menganalisis, merancang, mengevaluasi, dan merevisi. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes tertulis. Tes digunakan untuk melihat
prestasi siswa pada pokok bahasan barisan dan deret. Semua data dianalisis
menggunakan teknik deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa akselerasi
Kelas IX SMP Xaverius Maria Palembang. Jumlah total subjek adalah 22 siswa.
Hasil analisis adalah: (1) masalah prototipe yang dikembangkan telah valid dan
praktis. (2) berdasarkan pada pengembangan proses dapat diperoleh bahwa masalah-
masalah yang dikembangkan mengandung efek potensial untuk keterampilan
berpikir orde tinggi kelas akselerasi Kelas IX SMP Xaverius Maria Palembang

Alumni Pendidikan Matematika FKIP Unsri


Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

ditunjukkan oleh skor tes hasil tertulis yaitu 35,59. Ini berarti bahwa kemampuan
berpikir siswa adalah kategori baik. Kesimpulan akhir adalah masalah yang
dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada pokok bahasan barisan dan deret.

Kata Kunci: Masalah untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Barisan dan
Deret, Akselerasi

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang menjelaskan dan mempertahankan proses
Tidak diragukan lagi bahwa dan hasil kerjanya dari kritik yang
matematika merupakan kebutuhan universal dilancarkan teman-temannya, membiasakan
yang mendasari perkembangan teknologi siswa menyelesaikan masalah dengan
modern mempunyai peran penting dalam berbagai macam strategi (open ended
berbagai disiplin dan mengembangkan daya approach) dan mengajak mereka
pikir manusia. Oleh karena itu, setiap orang mengevaluasi strategi-strategi tersebut
diharapkan dapat menjadi melek matematika ditinjau dari segi efektifitasnya dan
(mathematical literacy) sehingga mampu efisiennya serta melakukan praktik reflektif
menghadapi tantangan masa depan dalam (dengan membuat jurnal belajar).
persaingan global untuk proses Peserta didik cerdas mempunyai
pengambilan keputusan (decision making) kelebihan dalam kecepatan menyelesaikan
dalam pemecahan masalah sehari-hari. tugas, mempunyai tingkat keunggulan
Menurut As’ari (Fadjar,2007) yang dalam abstraksi berpikir memerlukan
mengatakan karakteristik pembelajaran perancangan yang lebih cepat dan lebih
matematika saat ini adalah lebih fokus pada unggul dalam tantangan berpikir (Renzulli,
kemampuan prosedural, komunikasi satu 1991, dalam Penatalaksanaan Psikologi
arah, pengaturan kelas monoton, low order Program Akselerasi, 2007).
thinking skill, bergantung pada buku paket, Penerapan kegiatan pembelajaran
lebih dominan soal rutin dan pertanyaan bagi peserta didik cerdas/istimewa
tingkat rendah. membawa konsekuensi kepada guru untuk
Karenanya perlu adanya perubahan memodifikasi kegiatan pembelajaran bagi
proses belajar di kelas yang meningkatkan peserta didik reguler ke corak kegiatan
pemikiran tingkat tinggi. Pembelajaran yang pembelajaran yang menuntut corak berpikir
baik adalah pembelajaran yang tingkat tinggi. Pola kegiatan pembelajaran
membiasakan pembelajaran berbasis yang demikian luas cakupan dimensinya
masalah, mengajak siswa untuk selalu tidak cukup menggunakan pola one way
59
traffic, sehingga pola pembelajaran berbasis 1. Bagaimana karateristik prototype
masalah maupun mengutamakan produk soal-soal untuk mengukur
lebih banyak digunakan. kemampuan berpikir tingkat tinggi
Sebagai konsekuensi dari pemilihan pada pokok bahasan barisan dan
tipe problem solving yang demikian deret bilangan?
selanjutnya mengharuskan guru menetapkan 2. Apakah soal-soal untuk mengukur
bobot materi jika menggunakan Taksonomi kemampuan berpikir tingkat tinggi
Bloom yang direvisi haruslah bertipe memiliki potensial efek terhadap
setidaknya C4 (menganalisis) dan jika hasil belajar siswa pada pokok
mungkin sampai C6 (mengkreasi) yang bahasan barisan dan deret bilangan?
mendorong peserta didik berpikir tingkat c. Tujuan
tinggi dan kritis. Untuk menunjang itu guru Penelitian ini bertujuan untuk :
tidak mungkin asal memindahkan materi 1. Menghasilkan soal soal untuk
dalam buku paket tetapi harus menyeleksi mengukur kemampuan berpikir
materi dari buku bahkan harus mencari tingkat tinggi yang valid dan praktis
rujukan lain yang lebih berbobot. Sudah pada pokok bahasan barisan dan
saatnya dalam konteks ini guru deret bilangan di SMP kelas
meninggalkan cara memilih materi pelajaran IX.Akselerasi
yang bertumpu pada buku paket. 2. Melihat potensial efek soal-soal
Masalah yang dihadapi oleh guru untuk mengukur kemampuan
adalah tidak tersedianya materi yang berpikir tingkat tinggi terhadap hasil
didesain khusus yang sesuai dengan potensi belajar siswa pada pokok bahasan
siswa dan karakter siswa cerdas ini sehingga barisan dan deret bilangan di SMP
diasumsikan bahwa potensi siswa pada kelas kelas IX Akselerasi.
akselerasi belum berkembang maksimal.
Oleh karena itu, peneliti mencoba TINJAUAN PUSTAKA
mengembangkan soal-soal berpikir tingkat a. Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order
tinggi, dengan harapan soal-soal tersebut Thinking)
dapat mengembangkan kemampuan berpikir Taksonomi Bloom dianggap
tingkat tinggi para siswa. merupakan dasar bagi berpikir tingkat
tinggi Pemikiran ini didasarkan bahwa
beberapa jenis pembelajaran memerlukan
b. Rumusan Masalah proses kognisi yang lebih daripada yang
Masalah yang akan diteliti adalah : lain, tetapi memiliki manfaat- manfaat
60
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

lebih umum. Dalam Taksonomi Bloom (3). Mengkreasi


sebagai contoh, kemampuan melibatkan  Membuat generalisasi suatu ide
analisis, evaluasi dan mengkreasi dianggap atau cara pandang terhadap sesuatu
berpikir tingkat tinggi (Pohl, 2000).  Merancang suatu cara untuk
Menurut Krathwohl (2002) dalam A menyelesaikan masalah
revision of Bloom's Taxonomy: an overview  mengorganisasikan unsur-unsur
- Theory Into Practice menyatakan bahwa atau bagian-bagian menjadi
indikator untuk mengukur kemampuan struktur baru yang belum pernah
berpikir tingkat tinggi meliputi: ada sebelumnya
(1). Menganalisis Stein dan Lane(1996) dikutip oleh
 menganalisis informasi yang masuk Tony Thomson dalam Jurnal International
dan membagi-bagi atau Electronic Journal of Mathematics
menstrukturkan informasi ke dalam Education (2008) mendefinisikan berpikir
bagian yang lebih kecil untuk tingkat tinggi adalah
mengenali pola atau the use of complex, nonalgorithmic
hubungannya thinking to solve a task in which there
 mampu mengenali serta is not a predictable, well-rehearsed
membedakan faktor penyebab dan approach or pathway explicitly
akibat dari sebuah skenario yang suggested by the task, task instruction,
rumit. or a worked out example
 Mengidentifikasi/merumuskan
pertanyaan Menurut Stein berpikir tingkat tinggi
(2). Mengevaluasi menggunakan pemikiran yang kompleks,
 memberikan penilaian terhadap non algorithmic untuk menyelesaikan suatu
solusi, gagasan, dan metodologi tugas, ada yang tidak dapat diprediksi,
dengan menggunakan kriteria yang menggunakan pendekatan yang berbeda
cocok atau standar yang ada untuk dengan tugas yang telah ada dan berbeda
memastikan nilai efektivitas atau dengan contoh. Senk,et al (1997) dikutip
manfaatnya. oleh Tony Thomson dalam Jurnal
 Membuat hipotesis, mengkritik International Electronic Journal of
dan melakukan pengujian Mathematics Education (2008) menjelaskan
 Menerima atau menolak suatu karakteristik berpikir tingkat tinggi sebagai:
pernyataan berdasarkan kriteria solving tasks where no algorithm has

yang telah ditetapkan been taught, where justification or


61
explanation are required, and where  involves nuanced judgement and
more than one solution may be interpretation.
possible  involves the application of multiple
criteria, which sometimes conflict
Jadi berpikir tingkat tinggi adalah with one another.
kemampuan untuk menyelesaikan tugas-  often involves uncertainty. Not
tugas dimana tidak ada algoritma yang telah everything that bears on the task at
diajarkan, yang membutuhkan justifikasi hand is known.
atau penjelasan dan mungkin mempunyai  involves self-regulation of the
lebih dari satu solusi yang mungkin. thinking process. We do not
Menurut Resnick (1987) yang recognise higher-order thinking in
dikutip oleh Laurance J. Splitter (1991) an individual when someone else
dalam “Teaching for Higher Order “calls the plays” at every step.
Thinking Skills” menjelaskan karakteristik  involves imposing meaning, finding
Berpikir Tingkat Tinggi (higher-order structure in apparent disorder.
thinking) adalah:  is effortful. There is considerable
 non algorithmic.That is, the path of mental work involved in the kinds of
action is not fully specified in elaborations and judgements
advance. required.
 tends to be complex. The total path is Dari definisi-definisi diatas peneliti
not “visible” (mentally speaking) menyimpulkan bahwa soal untuk mengukur
from any single vantage point. kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
Complexity – not in terms of degree penelitian ini mempunyai indikator sebagai
of difficulty, but in terms of needing berikut:
to be observed from a number of 1. non algorithmic
vantage points or perspectives. Here 2. cenderung kompleks,
is a crucial feature of communal 3. memiliki solusi yang mungkin lebih dari
inquiry: forging, together, a more satu (open ended approach),
objective viewpoint than would 4. membutuhkan usaha untuk menemukan
normally be gained by any one struktur dalam ketidakteraturan.
individual;
 often yields multiple solutions, each c.Penelitian yang relevan
with costs and benefits, rather that Pengembangan Kemampuan
unique solutions. Berpikir Tingkat Tinggi sudah pernah
62
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

diteliti oleh Jean Butkowski (1994) dalam research tipe formative research
tesisnya yang berjudul Improving Student (Tessmer,1999 dalam Zulkardi, 2002).
Higher Order Thinking Skills in Penelitian pengembangan sebagai jenis
Mathematics untuk tingkat Sekolah Dasar penelitian yang ditujukan untuk
kelas tiga, lima dan enam. Kesimpulannya menghasilkan soal-soal untuk mengukur
adalah kemahiran siswa dalam strategi kemampuan berpikir tingkat tinggi, melalui
pemecahan masalah menjadi baik, tingkat beberapa tahap, sebagai berikut:
keyakinan siswa dalam matematika . 1. Tahap Preliminary
Selanjutnya oleh Raudenbush, Stephen W. (1) Persiapan
dan kawan-kawan (1992) dalam penelitian Pada tahap ini adalah menentukan
yang berjudul Teaching for Higher-Order tempat dan subjek penelitian dengan cara
Thinking in Secondary Schools: Effects of menghubungi Kepala Sekolah dan guru
Curriculum, Teacher Preparation, and mata pelajaran matematika di sekolah yang
School Organization. Dari penelitian ini akan dijadikan lokasi penelitian serta
disimpulkan bahwa pemahaman guru mengadakan persiapan-persiapan lainnya,
tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti mengatur jadwal penelitian dan
yang baik memberikan pengaruh yang prosedur kerjasama dengan guru kelas yang
signifikan untuk persiapan guru dalam akan dijadikan tempat penelitian.
mengajarkan materi pengembangan berpikir
tingkat tinggi bagi siswanya 2. Tahap Self Evaluation
a. Analisis
METODOLOGI PENELITIAN Pada tahap analisis ini, merupakan
a. Subjek Penelitian dan Lokasi langkah awal penelitian pengembangan.
Penelitian Peneliti dalam hal ini akan menganalisis
Penelitian dilakukan pada semester siswa, analisis materi, kurikulum dan
genap tahun akademik 2008/2009. Subjek literatur, yang sesuai dengan KTSP SMP
penelitian adalah seluruh siswa kelas IX dan tuntutan lingkungan.
Akselerasi SMP Xaverius Maria
Palembang. Mereka berjumlah 22 orang, b. Desain
yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 15 Pada tahap ini, peneliti mendesain
orang perempuan. soal-soal untuk mengukur kemampuan
b. Metode dan Prosedur Penelitian berpikir tingkat tinggi pokok bahasan
Penelitian merupakan metode barisan dan deret bilangan. Desain produk
penelitian pengembangan atau development ini sebagai prototype. Masing-masing
63
prototype fokus pada tiga karakteristik yaitu Pada tahap ini produk yang telah
:konten, konstruks dan bahasa. dibuat tadi akan dievaluasi. Dalam tahap
Tabel 1. Karakteristik yang menjadi evaluasi ini produk akan diujicobakan.
fokus prototype Ada 3 kelompok uji coba ini :
Konten Soal-soal tes mengukur a. Expert Review dan One-to-one
kemampuan berpikir kritis Hasil desain pada prototipe pertama
sesuai dengan: yang dikembangkan atas dasar self
* Kompetensi Dasar evaluation diberikan pada pakar (expert
* Indikator review) dan seorang siswa (one-to-one)
* Tujuan Pembelajaran secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan
Soal sesuai dengan teori yang bahan revisi.
mendukung dan kriteria :  Pakar ( expert judgement )
* Mengembangkan Pada tahap uji coba pakar disini atau
kemampuan menganalisis, biasanya disebut uji validitas, produk yang
mengevaluasi telah didesain akan dicermati, dinilai dan
Konstruk dan mengkreasi dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi akan
* Kaya dengan Konsep menelaah konten, konstruks dan bahasa dari
* Sesuai dengan level siswa masing-masing prototype.
kelas IX SMP Pada tahap ini, tanggapan dan saran
*Mengundang pengembangan dari para validator tentang desain yang telah
konsep lebih lanjut dibuat, saran-saran validator ditulis pada
* Sesuai dengan EYD lembar validasi sebagai bahan merevisi dan
* Soal Tidak berbelit belit menyatakan bahwa soal-soal untuk
* Soal tidak mengandung mengukur kemampuan berpikir tingkat
Bahasa penafsiran ganda tinggi tersebut telah valid.
* Batasan pertanyaan dan  one-to-one
jawaban jelas Pada tahap one-to-one ini, peneliti
* Menggunakan bahasa umum memanfaatkan seorang pelajar sebagai
Ketiga karakteristik ini divalidasi tester. Hasil komentar siswa akan digunakan
oleh pakar dan teman sejawat. Cara ini untuk merevisi desain soal yang telah
dikenal dengan teknik triangulasi. dibuat.
2. Prototyping ( validasi, evaluasi dan
revisi ). b. Small Group (kelompok kecil )

64
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

Hasil revisi dari expert dan kesulitan tinggi. Tes terdiri dari 13 soal berbentuk
yang dialami siswa saat uji coba pada uraian/Essay yang mengacu pada indikator
prototipe pertama dijadikan dasar untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi.
revisi desain prototype pertama dinamakan Dalam penelitian ini, indikator
prototipe ke dua. Kemudian hasilnya berpikir tingkat tinggi yang digunakan
diujicobakan pada small group (5 orang adalah sebagai berikut :
siswa sebaya non subjek penelitian). (1). Menganalisis
Pada tahap ini akan diminta 5 orang  Menganalisis informasi yang masuk
siswa kelas IX Akselerasi SMPK Xaverius I dan membagi-bagi atau
Palembang untuk menyelesaikan soal yang menstrukturkan informasi ke dalam
telah didesain. Berdasarkan hasil hasil tes bagian yang lebih kecil untuk
dan komentar siswa inilah produk direvisi mengenali pola atau hubungannya
dan diperbaiki.  mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari
3. Field Test ( Uji lapangan ) sebuah skenario yang rumit.
Saran-saran serta hasil uji coba pada  Mengidentifikasi/merumuskan
prototipe ke dua dijadikan dasar untuk pertanyaan
merevisi desain prototype kedua. Hasil
revisi diujicobakan ke subjek penelitian (2). Mengevaluasi
dalam hal ini sebagai field test.  Memberikan penilaian terhadap
Uji coba tahap ini produk yang telah solusi, gagasan, dan metodologi
direvisi tadi diujicobakan kepada siswa dengan menggunakan kriteria yang
Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria cocok atau standar yang ada untuk
Palembang yang menjadi subjek penelitian. memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
c. Metode Pengumpulan Data  Membuat hipotesis, mengkritik
Berdasarkan metode dan prosedur dan melakukan pengujian
penelitian diatas, maka metode  Menerima atau menolak suatu
pengumpulan data yang digunakan dalam pernyataan berdasarkan kriteria
penelitian ini adalah dengan tes tertulis yang telah ditetapkan
Tes digunakan untuk memperoleh (3). Mengkreasi
data tentang keefektifan atau memiliki  Membuat generalisasi suatu ide
potential effect dari soal-soal untuk atau cara pandang terhadap sesuatu
mengukur kemampuan berpikir tingkat
65
 Merancang suatu cara untuk maksimumnya adalah 13 x 4 = 52
menyelesaikan masalah sedangkan skor minimumnya adalah 13 x 1
 mengorganisasikan unsur-unsur = 13, sehingga interval skor rata-rata
atau bagian-bagian menjadi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
struktur baru yang belum pernah adalah 52 – 13 = 39, peneliti membagi
ada sebelumnya interval menjadi 4 selang dengan rentang
10.
d. Teknik Analisis Data Data hasil tes kemudian dianalisis
1. Analisis data hasil tes. untuk menentukan rata-rata skor akhir pada
Data hasil tes untuk mengukur setiap pertemuan dan kemudian dikonversi
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kedalam data kualitatif untuk menentukan
dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam kategori tingkat kemampuan berpikir tingkat
mengerjakan soal tes kemampuan berpikir tinggi siswa. Kategori tingkat berpikir
tingkat tinggi. Skor yang diperoleh siswa, tingkat tinggi siswa tersebut ditentukan
kemudian dihitung persentasenya untuk seperti pada tabel berikut.
mengukur kemampuan berpikir tingkat Tabel 3 Kategori tingkat
tinggi. Sistem penskoran tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi.
kemampuan tersebut dibuat seperti pada Nilai Tingkat kemampuan
siswa berpikir tingkat tinggi
tabel berikut :
siswa
Tabel 2.Sistem penskoran tingkat 43 – 52 Sangat Baik
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa 33 – 42 Baik
Skor Kriteria 23 – 32 Cukup
4 Tampak 3 deskriptor 13 –22 Kurang
3 Tampak 2 deskriptor
2 Tampak 1 deskriptor HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Tampak 0 deskriptor a.Prototyping (validasi, evaluasi, revisi )
Validasi pertama
Skor kemampuan berpikir tingkat
Pada validasi pertama, panelis
tinggi dari masing-masing siswa adalah
diberikan soal yang telah didesain, diminta
jumlah skor yang diperoleh sesuai dengan
tanggapannya untuk dilakukan revisi bila
banyaknya deskriptor yang tampak pada
diperlukan. Dan secara paralel dilakukan uji
saat menyelesaikan soal tes kemampuan
coba one to one pada seorang siswa. Pada
berpikir tingkat tinggi. Skor maksimum
penelitian ini siswa yang menjadi subjek one
adalah skor tertinggi (skor 4) dikalikan
to one adalah siswa kelas X. Peneliti
dengan jumlah soal (13 butir soal), skor
66
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

berinteraksi untuk melihat kesulitan-


kesulitan yang mungkin terjadi selama
proses pengerjaan soal, sehingga dapat
memberikan indikasi apakah soal-soal
tersebut perlu diperbaiki atau tidak.
Berdasarkan one-to-one evaluation
dan Expert Reviews yang diberikan secara
paralel maka prototipe pertama akan
direvisi, keputusan revisi sebagai berikut Gambar 3. Komentar siswa
1. Beberapa kesalahan redaksi soal (small group evaluation)
diperbaiki Hasil small group dan expert review
2. Soal yang kurang memancing pada prototipe dua di revisi untuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi mendapatkan prototipe ketiga. Keputusan
diganti dengan soal yang revisi sebagai berikut :
memerlukan kemampuan berpikir Tabel 4. Saran validator terhadap perangkat
tingkat tinggi pembelajaran pada prototipe kedua serta
3. Ditambah beberapa pertanyaan yang keputusan langkah tindakan revisi.
menanyakan rumus dari hasil
menganalisis pola Saran Validator Keputusan revisi
dan komentar
siswa
b.Uji Coba small group
Gambar segitiga Gambar segitiga
Soal-soal untuk mengukur dengan latar diganti dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kuning pada soal segitiga hitam
nomor 8 putih
prototipe kedua diujicobakan pada small
sebaiknya hitam
group yang terdiri dari 5 orang siswa SMPK putih saja agar
Xaverius I Palembang, diminta untuk lebih fokus
mengamati serta mengerjakan soal-soal
yang diberikan secara bertahap untuk c. Field Test ( Uji lapangan )

mensimulasikan waktu pengerjaan sesuai Soal-soal pada prototipe ketiga

dengan banyak pertemuan. diujicobakan pada subjek penelitian yaitu


siswa kelas IX Akselerasi SMP Xaverius
Maria Palembang. Soal-soal itu diberikan
pada 2 kali pertemuan.

67
Pengumpulan data dengan cara Dari hasil analisis data tes soal untuk
memberikan soal-soal prototipe ketiga yang mengukur kemampuan berpikir tingkat
telah valid secara bertahap. Pertemuan tinggi siswa pada pokok bahasan barisan
pertama berlangsung selama 120 menit dan deret bilangan dapat diketahui bahwa 4
dengan jumlah soal yang diberikan siswa ( 18,18 % ) yang termasuk dalam
sebanyak 8 soal dan pertemuan kedua kategori memiliki kemampuan berpikir
berlangsung selama 120 menit dengan tingkat tinggi sangat baik, dan ada 11 siswa
jumlah soal 5 soal.Setiap siswa menjawab ( 50,00 % ) termasuk dalam kategori
pertanyaan pada lembar jawaban yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
tersedia dan dikumpulkan setelah waktu dengan kategori baik. Ini berarti secara
yang ditentukan selesai. keseluruhan ada 15 siswa ( 68,18 % ) dari
Data hasil tes kemampuan berpikir 22 siswa yang telah memiliki kemampuan
tingkat tinggi siswa dianalisis untuk berpikir tingkat tinggi dengan kategori
menentukan rata-rata nilai akhir pada setiap baik.
pertemuan dan kemudian dikonversikan ke Dari hasil tes dalam dua kali
dalam data kualitatif untuk menentukan pertemuan ini diketahui bahwa kemampuan
kategori tingkat kemampuan berpikir tingkat analisis siswa sudah cukup baik, sebagian
tinggi siswa. Adapun persentase tingkat besar siswa telah mampu menganalisis
kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut informasi yang masuk dan membagi-bagi
selama dilakukan tes 2 kali, dapat dilihat atau menstrukturkan informasi ke dalam
sebagai berikut: bagian yang lebih kecil untuk mengenali
Tabel 5. Distribusi skor rata-rata pola atau hubungannya, mampu mengenali
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa serta membedakan faktor penyebab dan
Inter- Fre- Persen- Kate- akibat dari sebuah skenario yang rumit dan
val kuensi tase gori
telah mampu mengidentifikasi/merumuskan
Skor (%)
43 – 52 4 18,18 Sangat pertanyaan.
Baik Kemampuan siswa dalam
33 – 42 11 50,00 Baik
23 – 32 7 31,82 Cukup mengevaluasi dalam kategori baik. Siswa
13 –22 0 0 Kurang telah mampu memberikan penilaian
Jumlah 22 100
Rata- 35.59 baik terhadap solusi, gagasan, dan metodologi
rata dengan menggunakan kriteria yang cocok
Sumber : Hasil analisi peneliti, 2009
atau standar yang ada untuk memastikan
Pembahasan
nilai efektivitas atau manfaatnya. Siswa juga
telah mampu membuat hipotesis, mengkritik
68
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

dan melakukan pengujian walaupun dengan


cara pengujian dengan memasukkan
beberapa variabel uji. Hanya beberapa siswa
yang mempunyai kemampuan mengevaluasi
dengan pembuktian induktif
Soal yang diberikan juga berhasil
menimbulkan kemampuan mengkreasi
dengan cara membuat beberapa strategi
yang baru dalam menyelesaikan masalah.
Siswa dapat membuat generalisasi suatu ide
atau cara pandang terhadap sesuatu,
merancang suatu cara untuk menyelesaikan
masalah dan mengorganisasikan unsur-
unsur atau bagian-bagian menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Berikut adalah beberapa soal dan
jawaban siswa
Soal 3
Tentukan rumus suku ke n dari pola
bilangan 6,12,20,30,42,56,72...
Jawaban siswa:

Gambar 4. Hasil jawaban siswa soal 3

69
Dari berbagai jawaban siswa terlihat
bahwa siswa telah mampu menganalisis dan
mengembangkan strategi untuk menemukan
pola dan menemukan rumus

Soal 8.
(a). Coba kamu selidiki mengapa barisan Gambar 5. Hasil jawaban siswa soal 8
bilangan 1, 3, 6, 10, 15,... disebut barisan
segitiga! Soal 9.
(b) Jika rumus suku ke n suatu barisan (a). Dapatkah kamu membuktikan bahwa
n(n  1) pada barisan aritmatika berlaku persamaan
segitiga adalah Un = . Tunjukkan
2 Un = Sn – Sn-1 ?
bahwa jumlah dua suku barisan segitiga (b). Apakah rumus yang dimaksud pada
2
berdekatan adalah (n+1) poin (a) juga berlaku untuk barisan
Jawaban Siswa: geometri?
Jawaban Siswa:

70
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

Gambar 6. Hasil jawaban siswa soal 9

Dari jawaban siswa untuk


menyelesaikan soal nomor 8 dan nomor 9
diketahui bahwa siswa mampu
mengevaluasi rumus dan memberikan
argumen walaupun secara deduktif. Ini
dapat dipahami karena siswa kurang dilatih
untuk membuktikan rumus secara induktif.
Kemampuan siswa memecahkan masalah
dan menggeneralisasi rumus juga terlihat
dalam beberapa contoh strategi yang
dikreasi siswa berikut ini

Soal 12
Dalam rapat direksi suatu perusahaan,
manajer, sekretaris dan 4 stafnya duduk
mengitari meja besar yang bulat. Ada berapa
cara penempatan tempat duduk mereka jika
sekretaris selalu duduk bersebelahan dengan
manajernya?
Beberapa strategi yang digunakan siswa
untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah Gambar 7. Hasil jawaban siswa soal 12
sebagai berikut:
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Prototype perangkat soal yang
dikembangkan dikategorikan valid dan
praktis. Valid tergambar dari hasil
71
penilaian validator, dimana hampir sebagai bahan pertimbangan untuk
semua validator menyatakan baik mengkaji lebih mendalam mengenai
berdasarkan konten, konstruks, dan soal-soal dalam pembelajaran
bahasa dan praktis tergambar dari hasil matematika di sekolah menengah dalam
uji coba, dimana semua siswa dapat upaya mengukur kemampuan berpikir
menggunakan perangkat soal dengan tingkat tinggi siswa.
baik.
2. Berdasarkan proses pengembangan DAFTAR PUSTAKA
Akker, J.v.d. 1999. Principles and Methods
diperoleh bahwa prototype perangkat of Development Research. Dalam J.v.d
soal yang dikembangkan telah memiliki Akker (Ed). Design Approaches and
Tools in Education and Training.
potensial efek, hal ini terlihat dari hasil Dordrecht: Kluwer Academic
tes kemampuan berpikir tingkat tinggi Publishers.

siswa dengan nilai 35,59 dimana nilai ini Bloom. 1964.Taxonomy of Educational
termasuk memiliki kemampuan Objectives: Handbook I: Cognitive
Domain
berpikir tingkat tinggi kategori baik.
Butkowski, Jean. 1994. Improving Student
Higher Order Thinking Skills in
5.2 Saran Mathematics. Tesis, Educational
1. Bagi siswa dalam belajar matematika Resources Information Center

dengan menggunakan soal-soal Departemen Pendidikan Nasional. 2008.


diharapkan dapat termotivasi untuk Pengembangan Kurikulum
(BukuSuplemen Kurikulum CI/BI)
membiasakan diri berpikir tingkat tinggi, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
meningkatkan kemampuan berpikir Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar
tingkat tinggi pada pokok bahasan Biasa
barisan dan deret bilangan.
_____________.2007. Penatalaksanaan
2. Bagi guru matematika, agar dapat Psikologi Program Akselerasi Jakarta:
menggunakan perangkat soal yang telah Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
dibuat pada pokok bahasan barisan dan Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar
deret bilangan, sebagai alternatif dalam Biasa

memperkaya variasi pembelajaran ____________. Peraturan Menteri


sehingga dapat digunakan untuk melatih Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
terhadap pembelajaran matematika. Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3. Bagi peneliti lain, perangkat
pembelajaran ini dapat dipergunakan Fadjar Shadiq,M.App Sc,Laporan Hasil
Seminar dan Lokakarya Pembelajaran
72
Lewy, Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan

Matematika 15-16 Maret 2007 di P4TK Tersedia


(PPPG) Matematika Yogyakarta :http://www.geocities.com/zulkardi/boo
Forehand,M .2005. Bloom Taxonomy: ks.html. (diakses : 14 Desember 2008
Original and Revised tersedia di
http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.ht
ml (diakses tanggal 30 Desember 2008)

Krathwohl, Bloom & Masia.1964.The


Taxonomy of Educational Objectives:
Handbook II

Krathwohl, D. R. 2002. A revision of


Bloom's Taxonomy: an overview -
Theory Into Practice,College of
Education, The Ohio State University
Learning Domains or Bloom's
Taxonomy: The Three Types of
Learning, tersedia di
www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.
html

Pohl . 2000. Learning to Think, Thinking to


Learn: tersedia di www.purdue.edu/geri

Raudenbush, Stephen W.1992.Teaching for


Higher-Order Thinking in Secondary
Schools: Effects of Curriculum, Teacher
Preparation, and School Organization.
Center for Research on the Context of
Secondary School Teaching. Office of
Educational Research and Improvement
(ED)

Washington, D.Thompson,Tony.
Mathematics Teachers’ Interpretation
of Higher Order Thinking In Bloom
Taxonomy, International Electronic
Journal of Mathematics Education
Volume 3, Number 2, July 2008
tersedia di www.iejme.com

Zulkardi. 2002. Developing a Learning


Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian student
teachers. Disertasi.
(http://projects.edte.utwente.nl/cascade/
imei/dissertation/disertasi.html. (diakses
tanggal 10 Desember 2008)

_______. 2006. Formatif Evaluation : What,


Why, When, and How. (On Line).
73

Você também pode gostar