Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini , banyak masyarakat khususnya remaja yang telah terinfeksi penyakit menular
seksual. Ini disebabkan karena bebasnya pergaulan remaja, penggunaan jarum suntik yang
tidak steril, dan sebab lainnya. Jumlah kasus PMS dari tahun ke tahun di seluruh bagian
dunia terus meningkat, meskipun upaya preventif telah dilaksanakan..
Penularan penyakit menular seksual perlu dicegah dan jika telah sudah tertular untuk
segera diberikan pengobatan agar tidak terjadi keterlambatan ataupun menjadi suatu
komplikasiDalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang infeksi menular seksual
menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan
terbaik bagi dirinya. Maka, pelayanan konseling sangat diperlukan oleh remaja. Meskipun
kepedulian pemerintah, masyarakat, maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi
dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat namun dalam akses
pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan karena jumlah
fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas disamping itu kemampuan tenaga
konselor dalam memberikan konseling kepada remaj di pusat-pusat pelayanan informasi, dan
konsultasi kesehatan reproduksi remaja masih terbatas.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu penyakit menular seksual?
b. Apa yang menjadi penyebab penyakit menular seksual?
c. Apa saja macam-macam dari penyakit seksual?
d. Apa peran bidan dalam menghadapi penyakit seksual?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu penyakit menular seksual?
b. Untuk mengetahui pa yang menjadi penyebab penyakit menular seksual?
c. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari penyakit seksual?
d. Untuk mengetahui apa peran bidan dalam menghadapi penyakit seksual?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat
vagina).

PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi
gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan
organ tubuh lainnya.

2.2 Ciri-Ciri PMS

1. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.


2. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan
kelamin
3. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam
arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi
kenyataan masih juga terjangkit.

2
2.3 Penyebab PMS

. Macam-macam penyebab PMS

PMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :

a. Infeksi bakteri

1. Neisseria gonorroeae (gonore)


2. Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)
3. Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
4. Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
5. Haemophillus ducrei (chancroid)
6. Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
7. Spesies shigella
8. Gardanela vaginalis (vaginitis)

b. Infeksi virus

1. Virusherper simpleks (HSV)


2. Hepatitis A, B, C
3. Sitomegalovirus (infeksi CMV)
4. Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
5. Moloskum kontangiosum
6. Human immunodeficiency virus (HIV)

c. Infeksi protozoa

1. Trichomonas vaginalis
2. Entamoba histolyca
3. Giardia lambia

3
d. Parasit

1. Phthirus pubis (kutu kepiting)


2. Sarcoples scabies (tungau scabies)

2.4 Macam-Macam PMS

Penyakit menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya yaitu :

1. Gonorhhoe

a. Pengertian

Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri
Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun
berpasangan.

b. Tanda dan gejala

ada wanita

Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala, namun
beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat mukopurulen
dari os serviks, Infeksi pada kelenjar pada uretra.

 Pada Pria

Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan
yang terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :

1. Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar.


2. Uretritis
3. Keluar nanah di uretra
4. Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.(Jan
Tambayong, 2000: 196)
5. Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadang-
kadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan

4
6. Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering
asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri
perdarahan, tenesmus)

 Pada wanita

Sebagian besar wanita dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala,
namun beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria

1. Eksudat mukopurulen dari os serviks


2. Infeksi pada kelenjar pada uretra

Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil yang
menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta. Dampak tersebut antara
lain :

1. Aborsi spontan septic


2. Preterm
3. Premature
4. Korioamnionitis
5. Infeksi post partum

gonore ditularkan ke janin pada kelahiran jika ibu dibiarkan tidak diterapi, sehingga dapat
menyebabkan efek negative terhadapjanin / bayi antara lain :

1. Neonatal gonococal arthritis


2. Septicemia
3. Meningitis
4. Vaginitis
5. Abses pada kulit kepala
6. Oftalmiagonorea

5
c.Pengobatan

Terapi / pengobatan
 Pada dewasa
1. Pennisilline
2. cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg atau oral
cefixime (400 mg)
3. spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap penisilin atau
antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.
4. Dipantau selama 24-48jam. Jika ada kemajusn diteruskan dengan :
1. Cefixime 400 mg /2 kali sehari
2. Ciprofloxacin (tidak hamil)
5. Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk gonore
meningitis selama 10-14 hari

 Pada neonatus
1. cefriaxone 25-50mg/kg IV/IM
2. Terapimata eritromisin pada saat kelahiran
3. Karioamnitis → ampisilin/seftriaxone

1. Clamidia trachomatis

Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering


dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang aktif
secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)

1. Tanda dan gejala


 Pada pria
1. Timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen
2. Disuria

6
 Pada wanita
a. Sebagian besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak memperlihatkan gejala
tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan disuria
b. Mungkin tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak normal /
mungkin terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.
c. Nyeri tekanan adneksa yang ringan

(Anna Glasier, 2005 : 309 – 310)

2. Faktor Penyebab
 usia muda
a. pasangan seksual yang banyak
b. penggunaan kontrasepsi oral
c. ras (angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)

c. Komplikasi

 Pada pria
a. Uretritis
b. Epidedimitis
c. Proktitis
d. Sindromreiter (konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)

 Pada wanita
1. Servisitis
2. Uretritis
3. Penyakit peradangan pelvis
4. Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan semakin terasa
apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual, anoreksia dan demam ringan.

(Anna Glasier, 2005 : 310)

7
3. Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan

Ibu hamil yang terkenai nfeksi clamidia trachomatis mempunyai kemungkinan


melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.

d. Terapi

a. Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus kalau terjadi
pneumonia atau otitis media
b. Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
c. Golongan tetrasiklin dan makrolid

(Anna Glasier, 2005 : 311)

3. Genitalis/Herpes Simplek

Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan ditularkan
lewat kontak mukokutaneus yang intim (Neville F. Hacker , 2001: 199). Herpes simpleks
adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes Hominls) tipe I atau tipe II yang
ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah muka
kutan (Arif Mansjoer jilid II, 2000 : 151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus
herpes simpleks tipe I dan II (M. William Schwarts, 2004 : 701)

1. Gejala klinis Herper simplek


1. Infeksi Primer

Berlangsung kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik, misalnya :

1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Pembengkakan kelenjar getah bening regional
5. Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih
dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal

8
2. Fase Laten

1. Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.
2. Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus berlangsung
meskipun dalam jumlah sedikit.

3. Infeksi Rekuren

Reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis
yang dapat dipacu oleh :

1. Trauma fisik : demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seks


2. Trauma psikis : gangguan emosional
3. Obat-obatan : kortikoseteroid, imuno supresif
4. Menstruasi
5. Makan dan minuman yang merangsang

(Arif Mansjoer jilid II,2000: 151 -152)

2. Gejala Klinis Herpes Genitalis


2. Vesikel tunggal atau multiple
3. Vesikel pecah spontan setelah 24-72 jam
4. Ulkus merah
5. Nyeri, tetapi sembuh sendiri
6. Lesi pada preputium, glans penis, bokong dan pada paha bagian dalam
7. Disuria
8. Demam
9. Edema
10. Limfadenopati bilateral

9
3. Dampak pada kehamilan

Pasien yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi peningkatan resiko
komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :

a. Aborsi spontan
b. IUGR
c. Persalinan kurang bulan

kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :

1. Ensefalopati
2. Keratokonjungtivitis
3. Lesi pada kulit

(Arif Mansjoer, 2000 : 152)

d. Terapi/ Pengobatan

1. Medikamentosa
2. Belum ada terapi radikal
3. Pada episode pertama, berikan :
1. Asiklovir 200 mg peroral 5 x/hr selama 7 hr atau
2. Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
3. Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
4. Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat → komplikasi pada alat
dalam.
5. Pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa membalik → tapi dapat
diobati dengan krim asiklovir.

(Arif Mansjoer, 2000 : 152)

10
4. Sifilis

Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum (Dewi
Pujiati,2011:33).

a. Tanda dan gejala

1. Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)

 Pada laki-laki :
a. Timbul ulkus (Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan keras ( seperti
kancing)
b. Mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri. Ulkus primer ini
akan sembuh spontan, meninggalkan parut seumur hidup.
c. Pada perempuan : timbul ulkus (chancre) pada serviks

2. Sifillis sekunder (4-10mgg)


1. Timbul kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
2. Pada genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
3. Limfadenopati umum
4. Adenopati, demam, faringitis, malase

3. Sifilis tersier

1. Semua organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia dan perubahan
perilaku) dan jantung
2. Interval dari infeksi menjadi neurosifilis berkisar antara 20-30 tahun
3. Terjadi gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes

11
1. Dampak pada kehamilan

Infeksi ibu dapat menyebabkan penularan transplasental ke janin pada setiap gestasi.
Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin menularkan infeksi dengan
manifestasi lebuih berat yang terjadi pada janin. Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara
lain :

a. Hidrops yang tidak imun


b. Hipatosplenomegali
c. Anemia
d. Trombositopenia yang hebat
e. Lesi kulit
f. Ruam
g. Ostertis
h. Periostitis
i. Pneumonia
j. Hepatitis

c. Terapi

1. Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan tidak hamil (terapi
yang dipilih adalah penisilin G).
2. Pada pasien dengan sifilis primer, sekunder atau laten yang berlangsung < dari 12
bulan menggunakan terapi dosis tunggal benzatin penisilin : 2,4 juta unit yang
dilakukan secara intramuscular (IM)
3. Pasien dengan sifilis laten yang lebih lama dari satu tahun diberi terapi mingguan ini
selama 3 minggu.

12
5. Kandidosis vaginal

Kandidosis vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut pada
vagina danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C. albicans.

(Arif Mansjoer, 2000 : 150)

a. Tanda dan gejala

 Tanda
1. Radang
2. Disertai maserasi
3. Pseudomembran
4. Fisura
5. Lesi satelit papulopustular

 Gejala
1. Gatal
2. Biasa disertai keputihan
3. Tidak berbau / berbau asam
4. Jumlah biasa banyak
5. Berwarna putih keju, seperti kepala susu / krim atau seperti susu pecah
6. Pada dinding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju ( cottage cheeses) yang
menenpel

13
1. Dampak pada kehamilan

Infeksi pada bayi saat dilahirkan, seringkali terbatas pada bagian mulut dan daerah
yang ditutupi popok.

1. Kandidosis oral ( sariawan / stomatitis )

a. Tanda dan gejala :

1. Plak putih pada mukosa oral, gusi dan lidah


2. Tidak bisa dibersihkan
3. Cenderung berdarah bila disentuh
4. Kesulitan menelan

b. Penanganan :

1. Mengolesi lesi dengan larutan gentian violet cair ( 1% - 2%)


2. Nistatin dimasukkan ke dalam mulut bayi dengan alat tetes yang sebelumnya
dibersihkan dulu

2.Candidal diaper dermatitis

Terlihat pada daerah perianal,lipatan inguinal dan di bagian abdomen yang lebih rendah.

1. Tanda dan gejala :


a. Mengalami eritema hebat
b. Dengan garis tajam
c. Pinggir bergerigi
d. Seringkali disertai berbagai lesi kecil yang meluasdiluar lesi yang lebih besar

14
2. Penanganan

Mengoles salep anti jamur (seperti nistantin) tiap ganti popok

e. AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162).

a. Faktor risiko penularan HIV

1. Memiliki banyak pasangan seksual


2. Menyalahgunakan obat intravena
3. Memiliki pasangan seksual dari penyalahgunaan obat intravena
4. Memiliki pasangan seksual dari orang yang terinfeksi HIV
5. Pelacuran
6. Memiliki riwayat penyakit yang ditularkan lewat kontak seksual (terutama ulseratif)

b. Manifestasi klinis

1. keganasan

1. Sarcoma Kaposi
2. Limfoma burkit
3. Limfoma imunoblastik
4. Limfoma primer pada otak
5. Kanker leher rahim invasive
6. Penurunan imunitas yang hebat

15
2. infeksi oportunistik

1. Kandidosis pada bronkus, trachea atau paru


2. Kandidosis pada esophagus
3. Kniptokokosis ekstrapulmoner
4. Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
5. Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
6. Toksoplasmosis pada otak
7. Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner )

c. Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV sebelum dan selama persalinan

1. Persalinan di RS setempat yang mengetahui pasien


2. Penentuan tatacara persalinan yang diharapkan
3. Set partus untuk HIV selalu tersedia
4. Hindari tindakan infasif pada ibu dan janin jangan memasang elektroda kepada kepala
dan jika mungkin jangan melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam secara
operatif
5. Peralatan aspirasi oleh janin
6. Perawatan khusus saat memotong tali pusat dan pelahiran plasenta : serologi pada
daerah tali pusat dan menentukan adanya virus
7. Lakukan desinfektan secara cermat

7. Ulkus mole

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada kelamin yang akut, setempat, disebabkan
oleh haemopilus ducrey.

a. Tanda dan gejala :

1. Ulkus yang multiple4


2. Nyeri pada tempat inokulasi
3. Sering disertai penanahan kelenjar getah bening regional

16
Ulkus pada wanita tidak senyeri laki-laki, berupa :

1. Disuria
2. Nyeri pada waktu defekasi
3. Dispareunia
4. Atau duh tubuh vagina

b.Komplikasi

Dapat timbul mixed chancre, abses kelenjar inguinal, fimosis, parafimosis, fistula
urethra dan infeksi campuran. Bila terjadi infeksi campuran dengan treponema pallidum
disebut ulkus mikstum : mulanya menunjukkan gambaran ulkus mole tetapi semakin
berkurang nyerinya dan lebih berindurasi.

c. Pngobatan

1) Medikamentosa

1. Pengobatan sistemik dapat diberikan salah satu obat di bawah ini :


2. Siprofoksasin * 500 mg per oral dosis tunggal
3. Ofloksasin * 400 mg per oral dosis tunggal
4. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal
5. Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari
6. Seftriakson 250 mg injeksi IM sebagai dosis tunggal
7. Trimetropim – sulfametoksasol 80-400 mg, 2x2 tablet peroral selama 7 hari

17
2.5 Peran Bidan Dalam Mengatasi PMS
Sebagai seorang bidan dalam hal ini dapat mengambil perannya sebagai pelaksana
yaitu :
b. memberikan penyuluhan kepada remaja atau orang dewasa tentang seks, sebelum
terjadi penularan IMS melalui hubungan seksual, betapa bahayanya jika melakukan
hubungan seks bebas seperti berganti-ganti pasangan seks, melakukan hubungan seks
lewat dubur (anal), oral seks.
c. Pada seseorang yang telah terkena IMS, bidan disini memberikan konseling
memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang IMS, Seseorang yang
terkena IMS di anjurkan untuk tidak berhubungan seks untuk menghindari tertularnya
kepada patner seksnya, Jika melakukan hubungan seks sebaiknya menggunakan
kondom, IMS yang masi dapat disembuhkan sebaiknya penderita di anjurkn untuk
melakukan pengobatan yang rutin.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan
melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi
terutama di daerah genital. HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, virus inilah yang menyebabkan AIDS.
AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan
kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan.
Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui senggama, transfusi darah, jarum suntik
dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll. secara
teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.

3.2 Saran
1. Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi kewajiban untuk memerangi infeksi menular
seksual
2. Sebagai remaja dan masyarakat umum agar dapat mencegah infeksi menular seksual

19

Você também pode gostar