Você está na página 1de 336

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI

BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :
Rachmawati Dwi Maharani
NIM 6661100330

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2014
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Rachmawati Dwi Maharani


NIM : 6661100330
Judul Skripsi : Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Lebak

Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 16 Oktober
2014 dan dinyatakan LULUS.
Serang, Oktober 2014

Ketua Penguji
(Kandung Sapto Nugroho., S.Sos., M.Si)
NIP 197809182005011002 ..................................

Anggota :
(Drs. Hasuri Waseh, SE., M.Si)
NIP 196202032000121002 ...................................

Anggota :
(Deden Maulana Haris, S.Sos., M.Si)
NIP 197204072008121002 ...................................

Mengetahui,

Dekan Fisip Untirta Ketua Program Studi


Ilmu Administrasi Negara

Dr. Agus Sjafari, M.Si Rina Yulianti, SIP., M.Si


NIP: 197108242005011002 NIP: 197407052006042011
ABSTRAK

Rachmawati Dwi Maharani. NIM 1100330. Implementasi Program Penyediaan


Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak.
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Rina Yulianti, S.IP.,
M.Si dan Pembimbing II: Deden Maulana Haris, S.sos., M.Si

Kata Kunci : Implementasi Program, Penyediaan Air Minum, Sanitasi

Fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
implementasi program tersebut dilihat dari faktor pendukung serta faktor
penghambatnya. Program ini dibuat dengan tujuan dapat meningkatkan jumlah
masyarakat untuk dapat mengakses air minum dan sanitasi yang layak serta
mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrument dalam penelitian
ini adalah peneliti itu sendiri yang didasari pada indikator teori implementasi
kebijakan menurut model Merilee S. Grindle. Indikatornya terdiri dari isi kebijakan
dan konteks kebijakan. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis interaktif menurut Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian
ini adalah dalam implementasinya belum berjalan dengan baik. Kurangnya
profesionalitas kerja dan sanksi yang tegas, keterbatasan SDM serta kurangnya
keikutsertaan dari masyarakat terhadap program tersebut. peneliti memberikan saran
agar kinerja dari para pelaksana senantiasa dapat ditingkatkan lagi agar lebih
profesional dan bertanggung jawab.
ABSTRACT

Rachnawati Dwi Maharani. Nim 1100330. The Implementation of Water Supply


and Sanitation Community-based at Lebak Regency. Public Administration
Departement. Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng Tirtayasa University.
Advisor I: Rina Yulianti, S.IP. M.Si., and advisor II: Deden Maulana Haris, S.Sos.
M.Si.,

Keyword: Implementation Program, Water supply, Sanitation

This research focuses on the Implementation of Water Supply and Sanitation


Program to knowhow successful the implementation of the program see by the
supporting and unsupporting factors. This program is made to increase total amound
of citizen that not only can access water and sanitation but also practice clean and
healthy living. The research method is descriptive methodology in qualitative
approach. The instrument is the researcher herself based on the indicators of policy
implementation theory by Merilee S. Grindle. The indicators are content of policy
and context of policy. The data analyzing technique is interactive analysis technique
by Miles and Huberman. The result of this research is the implementation had not
gone well. The lack of professional work and strick sanctions, limitation of SDM, and
the lack of participation from citizen toward this program. The researcher suggest
that the executive should increase their performance in order to be professional and
responsible.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah Puja dan Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT

atas segala rahmat, ridho, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua.

Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita semua Nabi

Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan berkat rahmat,

ridho, dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Adapun dalam peelitian skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Program

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di

Kabupaten Lebak.” Penyusunan penelitian skripsi ini tentunya tak lepas dari

bantuan banyak pihak yang tentunya sangat berpengaruh dalam pembuatan proposal

skripsi ini, baik secara moril dan materil. Maka peneliti ingin mengucapkan rasa

terima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan do’a, kasih

sayang, serta dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga peneliti akan menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung


peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. peneliti ingin menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Bapak Gandung Ismanto., S.Sos., MM., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I

skripsi. Trimakasih atas kebaikan, bimbingan, waktu dan arahannya selama

proses penyusunan penelitian skripsi ini;

6. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

7. Bapak Deden M.Haris. S.Sos., M.Si., selaku Dosen Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing II


skripsi. Trimakasih atas kebaikan, waktu, bimbingan dan motivasi yang

selalu diberikan dalam penyusunan penelitian skripsi ini;

8. Ibu Titi Setiawati, M.Si., selaku Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tuaku tercinta, kepada

Apih Jajuli S.Sos., dan Mamah Rd. Yani Aryani atas do’a, cinta kasih dan

motivasi yang telah diberikan tanpa henti dan tak pernah putus kepada

peneliti dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini;

10. Terimakasih kepada kaka tersayang Wildan Alfariza SH M.Si atas segala

dukungannya yang telah diberikan kepada peneliti dalam penyelesaian

proposal skripsi ini;

11. Terimakasih kepada keluarga besar Jaka Wijaya, Keluarga besar Amar

Bastaman, Keluarga Besar AJ, terimakasih Uwa, Om, Tante, teteh, aa

Saudara Sepupu, dan Ponakan atas doa dan semangat yang diberikan

kepada peneliti;

12. Terimakasih kepada Rihat Faris Ardiansyah atas do’a, semangat, motivasi,

dan dukungan kepada penliti dalam pembuatan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada A Indra Pratama SE., Kang Alam, Intan Aisyah HR,

Rista Pebriyanti, A apis, A ncha, Gita, De Vina, Oling, Coffee Break,

Allbest, Atangers. Trimakasih atas segala bantuan dan semangatnya.


14. Terimakasih untuk para sahabat terbaik Laarons, Ka Safira, Tisa, Nuke,

Lina, Nidya, Citra, Fitra, Gita, Pita, Rurin, Njay atas doa, semangat dan

dukungannya.

15. Terimakasih untuk teman-teman satu angkatan 2010 baik Reguler maupun

Non Reguler, khususnya kelas ANE A dan ANE B yang menjadi motivasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Kepada para sahabat, Kanari Gemilang Al Ridha, Dwi Mayang Sari, Astri

Permata Sari, Pratiwi, Emma Marlini, Ivan Setiawan, yang selalu

mendukung dan memberikan semangat dan canda kebahagian selama

penyusunan skripsi ini.

17. Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan;

18. Terimakasih kepada Ibu Ela Arwati dan ibu Anik Arifah bagian Kesehatan

Lingkungan di Puskesmas Rangkasbitung dan Cibadak atas segala

informasi dan bantuannya kepada peneliti dalam proses penyelesaian

proposal skripsi ini;

19. Terimakasih kepada semua informan yang telah membantu peneliti dalam

proses pengerjaan proposal skripsi ini, terimakasih Ibu Windarti, Ibu

Phatma, Bapak Yayat, Bapak Helmi, Bapak Dadan, warga-warga desa

Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya atas segala informasi dan bantuannya

kepada peneliti dlam proses penyelesaian proposal skripsi ini;


Tidak lupa juga peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan dan penyadian skripsi ini. Peneliti mengharapkan kritik dan

saran untuk membangun kemujuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian

skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat berguna dan

memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti. Akhir kata peneliti

ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Rangkasbitung, September 2014

Rachmawati Dwi Maharani


DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. i

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekang…………………..……………………………………..... 1


1.2 Identifikasi Masalah……………….……………………………..…… 15
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………...….. 15
1.4 Rumusan Masalah……………………………………………….……. 16
1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 16
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 17
1.7 Sistematika Penelitian……………………………………………….. 17

BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Asumsi Dasar Penelitian

2.1 Kebijakan Publik…..………………………………………..… 24


2.1.1 Kebijakan dalam Pembangunan…………………………..…… 27
2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan…………. 30
2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan……………………..… 32
2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan…………………….. 34
2.1.5 Pengertian Pembangunan…………………………………... 44
2.1.6 Administrasi Pembangunan……………………………... 47
2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan…………….. 49
2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat…………………… 50

2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….. 51

2.3 Kerangka Berfikir…………………………………………….. 54

2.4 Asumsi Dasar…………………………………………………. 63

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian………………………….…. 64

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian………….………...………… 66

3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………… 66

3.4 Variabel Penelitian…………………………………………… 67

3.4.1 Definisi Konsep……………………………………… 67

3.4.2 Definisi Operasional…………………………………. 68

3.5 Instrumen Penelitian…………………………………………… 69

3.6 Informan Penelitian…………………………………………… 70

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………………………. 73

3.7.1 Wawancara………………………………………….. 73

3.7.2 Pedoman Wawancara………………………………... 74

3.7.3 Observasi……………………………………………... 80

3.7.4 Dokumentasi…………………………………………. 80

3.7.5 Teknik Analisis Data………………………….……... 80

3.7.6 Sumber Data…………………………………………. 82

3.7.7 Pengujian Keabsahan Data………………………….. 82

3.8 Jadual Penelitian………………………….…………………… 84


BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian………………………………….…. 85

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak………...………… 85

4.1.2 Gambaran Umum Desa Pasir Tanjung…………………. 93

4.1.3 Gambaran Umum Desa Tambakbaya………………….. 96

4.2 Deskripsi Data……………………………………………… 100

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………… 100

4.2.2 Daftar Informan………………………………………... 105

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………………………………… 108

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………….………………………………….…. 141

5.2 Saran………………………………………………………… 143

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas

Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung….……………………… 7

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas

Mandala di Desa Tambakbaya…………………………………. 8

Tabel 3.1 Informan Penelitian…………………………………………….. 71

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara………………………………………….. 75

Tabel 3.8 Jadual Penelitian………………………………………………. 84

Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan jumlah Desa Di Kabupaten Lebak…….. 87

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak……… 88

Tabel 4.3 Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung……………. 89

Tabel 4.5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Lebak…………………………………………….. 90

Tabel 4.6 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Pasir Tanjung…………. 94

Tabel 4.7 Pendidikan Di Desa Pasir Tanjung………………………………. 95

Tabel 4.8 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Pasir Tanjung……………….. 96

Tabel 4.9 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Tambakbaya…………… 98

Tabel 4.10 Pendidikan Di Desa Tambakbaya………………………………. 98

Tabel 4.11 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Tambakbaya………………… 99


Tabel 4.12 Daftar Informan….…………..…………………..…………...…. 106
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir……………………………………. 62

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Lebak…………………….. 86


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Dokumentasi Gambar……………………………………..…

LAMPIRAN 2 Matriks Sebelum Reduksi………………………………..…

LAMPIRAN 3 Matriks Setelah Reduksi……………..………………….….

LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian……………………………..…….……

LAMPIRAN 5 Member Check........................................................................

LAMPIRAN 6 Pedoman Umum pengelolaan Program Pamsimas…………..

LAMPIRAN 7 Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal

Nomor: 001/KEP/M-PDT/I/2005…………………………….

LAMPIRAN 8 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI

Nomor: 79/KPTS/DC/2013…………………………………..

LAMPIRAN 9 Daftar Riwayat Hidup………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan pembangunan pada hakikatnya harus bersifat adil, demokrasi, terbuka,

partisipatif dan terintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan daerah yang ada saat

ini dapat segera diatasi. Untuk mengatasi suatu ketertinggalan di daerah menjadi

tanggung jawab Pemerintah Daerah itu sendiri, namun Pemerintah Pusat lebih

berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Dalam pembangunan diperlukan

pembangunan yang menyeluruh, mulai dari pembangunan sektor kecil pembangunan

desa dengan berbagai faktor permasalahan di desa yang dilanjut ketingkatan yang

lebih tinggi ke pembangunan Kabupaten/Kota dan Nasional.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target Millenium

Development Goals dalam bidang sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yaitu

menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air

minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia

melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

(Pamsimas), yaitu adalah salah satu program nasional yang diselenggarakan secara

terstruktur oleh Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah untuk dapat

meningkatkan akses penduduk perdesaan dari peri urban terhadap fasilitas air minum
dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. program Pamsimas

dimulai padaTahun 2008, dimana sampai dengan Tahun 2012 telah berhasil

meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan

perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110

Kabupaten/Kota.

Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap

fasilitas air minum dan sanitasu dalam rangka pencapaian target MDG’s, Program

Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016. Program

Pamsimas II dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk

meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang

layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat.

Sebagai Pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No.32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah

menjadi urusan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib

berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah.

Untuk mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan air

minum dan sanitasi yang memenuhi SPM tersebut, Program Pamsimas berperan

dalam menyediakan dukungan financial baik investasi fisik dalam bentuk sarana dan

prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk manajemen dukungan teknis, dan

pengembangan kapasitas.
Pemerintah telah menetapkan 13 (tiga sebelas) prioritas dalam Program Aksi

Pembangunan Nasional 2010-2014 dengan misi untuk melanjutkan pembangunan

menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi dan memperkuat

dimensi keadilan di semua bidang. Ketiga belas prioritas ini dipandang mampu

menjawab semua tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa

mendatang, prioritas-prioritas tersebut meliputi :

1. Program aksi bidang pendidikan

2. Program aksi bidang kesehatan

3. Program aksi penanggulangan kemiskinan

4. Program aksi penciptaan lapangan kerja

5. Program aksi pembangunan infrastruktur dasar

6. Program aksi ketahanan pangan

7. Program aksi ketahanan dan kemandirian energi

8. Program aksi perbaikan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan

9. Program aksi penegakan pilar demokrasi

10. Program aksi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi

11. Program aksi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan

12. Program aksi di bidang lingkungan hidup

13. Program aksi pengembangan budaya

Terkait dengan program prioritas tersebut, maka Kementrian PU melakukan

dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat


yang dilaksanakan salah satunya melalui program-progeam pembangunan-

pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan

terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil dan terisolir.

Pembangunan yang berbasis pedesaan sangat penting dan perlu untuk

memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan

dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Sebagai solusi bagi

perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Pembangunan diperlukan untuk

merubah suatu kondisi dan situasi seperti sekarang yang dirasa kurang baik kearah

yang lebih baik lagi sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Pembangunan desa bisa

melalui beberapa program seperti misalnya listrik masuk desa, hotmix masuk desa,

pembangunan jalan atau jembatan, Pamsimas, pembangunan gedung sekolah baik

penambahan kelas dan pembangunan sarana yang lain.

Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia

baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan desa dan peningkatan

penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan meningkatkan kesehatan

masyarakat dan lingkungan di desa, serta berupaya menurukan angka penyakit diare

dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih.

Adapun ruang lingkup dari kegiatan program Pamsimas adalah :

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal

2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi


3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan

5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek

Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan.

Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada

masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki-laki,

baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap

terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,

melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta

melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

Program Pamsimas ini adalah salah satu program Pemerintah Pusat dalam

pembangunan yang masuk ke desa-desa untuk menyelesaikan segala permasalahan

yang berhubungan dengan air dan lingkungan yang berbasis masyarakat. Program ini

hadir tentu dengan tujuan awalnya adalah untuk membantu masyarakat di desa dalam

berbagai kebutuhan air untuk aktivitas kehidupan sehari-harinya serta kesehatan

lingkungan tempat mereka tinggal. Program ini memang tidak hanya untuk desa

tertinggal, tetapi untuk semua desa yang memang membutuhkan sarana air ataupun

kekurangan akses air di desa mereka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

desa tersebut.
Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses air minum.

2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses sanitasi.

3. Bertambahnya 80% masyarakat “stop BABS”.

4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai

sabun.

5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana

Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan

Pamsimas.

6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota)

untuk pencapaian target MDG’s.

Pencapaian keberhasilan Pamsimas:

1. Adanya keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi.

2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta

terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

3. Adanya prioritas program kepada masyarakat yang miskin dan termajinalkan.


Seleksi dan pemilihan lokasi sasaran dari program Pamsimas untuk mendapatkan

desa/kelurahan lokasi sasaran dilakukan tiap tahun, dan dilaksanakan pada 1 tahun

pelaksanaan program. Jumlah desa/kelurahan yang masuk dalam daftar panjang desa

layak (eligible longlist) sama dengan jumlah kouta lokasi sasaran per Kabupaten/Kota

dikurangi jumlah desa/kelurahan yang telah menjadi lokasi program Pamsimas pada

tahun-tahun sebelumnya. Untuk menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak dan

akan diundang dalam sosialisasi program di tingkat Kabupaten/Kota, TKK (Tim

Koordinasi Kecamatan) membuat suatu tabel daftar panjang (longlist) desa/kelurahan

dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut :

No. Kriteria Lokasi Sumber Daya

1. Indeks Kemiskinan desa/kelurahan yang tinggi BPS 2005

2. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap Potdes, PU, Dinkes

air minum

3. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap Potdes, PU, Dinkes

sanitasi

4. Desa/Kelurahan dengan prevalensi penyakit Dinkes/Puskesmas

diare/terkait air yang tinggi

5. Desa/Kelurahan yang belum mendapatkan Bappeda, PU, Dinkes

program sejenis (air minum & sanitasi) dalam

2tahun terakhir
Berdasarkan daftar tersebut, TKK (Tim Teknis Kabupaten/Kota) kemudian

membuat rangking dengan memberikan skor terhadap desa-desa ataupun kelurahan

yang bersangkutan agar dapat menentukan prioritas desa/kelurahan yang dipilih untuk

ikut sertadalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek. Jumlah desa/ kelurahan yang

akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat disesuaikan dengan jumlah desa calon

penerima proyek yang ditargetkan, dengan mempertimbankan dua hal utama sebagai

berikut ini :

1. Rangking desa/ kelurahan daftar calon lokasi proyek, dimana menunjukan

prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh bantuan dari proyek.

2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya

masih dalam satu wilayah, kecamaan, atau kecamatan yang berdekatan

agar menunjang efektivitas dan efiiensi proses pendampingan kepada

masyarakat.

Di setiap Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran lokasi Program Pamsimas

dibentuk Tim Evaluasi RKM (Rencana Kerja Masyarakat) oleh TKK (Tim

Koordinasi Kabupaten) dan menyampaikan laporannya kepada TKK. TKK dibentuk

berdasarkan SK Bupati/Walikota dengan diketuai oleh Kepala Bappeda setempat, dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya, Dinas/Instansi Pemberdayaan Masyarakat, Dinas

Kesehatan, serta perwakilan kelompok masyarakat sipil/LSM lokal atau kelompok

peduli dapat diundang sebagai pengamat atau partisipan. Aspek koordinasi pada

tingkat kecamatan memiliki posisi strategis dan penting terutama terkait dengan
distribusi dan geografi desa/kelurahan sasaran di wilayahnya. Kecamatan sangat tepat

untuk mengkoordinasi sekelompok desa/kelurahan sasaran Program Pamsimas.

Tujuan Umumnya adalah Meningkatkan masyarakat berpenghasilan rendah di

perdesaan dan pinggiran kota di lokasi Pamsimas dalam (Penggunaan sarana air

minum dan sanitasi dan juga praktik perilaku hidup bersih da sehat), sebagai upaya

pencapaian target WSS-MDG’s. Hal ini dapat dicapai melalui pengarusutamaan

program dan perluasan pendekatan berbasis masyarakat secara nasional.

Indikator dari penetapan lokasi sasaran dari Program tujuan umumnya adalah (1)

Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana air minum yang sesuai. (2)

Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana sanitasi yang sesuai. Kemudian

Intervensi dari Kegiatannya yaitu RKM I : (1)Pelatihan Manajemen administrasi dan

keuangan. (2) Pelatihan teknis sarana air minum dan sanitasi. (3) Pembangunan

sarana air minum umum di daerah pedesaan. (4) Pembangunan sarana sanitasi

komunal di daerah pinggiran kota. RKM II: (1) Pembangunan sarana sanitasi di

sekolah. (2) Pelatihan PHBS di masyarakat dan di sekolah. (3) Pelaksaaan PBHS di

masyarakat dan sekolah. (4) Penyiapan dan pelatihan pengelola sarana air minum dan

sanitasi.
Selanjutnya adalah tahapan dari Program Pamsimas adalah sebagai berikut :

Pelaku di Kabupaten/ Pelaku di Kecamatan dan


Kota Desa/Kelurahan
1. TKK Kecamatan :
2. Bappeda 1. TKKc
3. DPU 2. TTKc
4. Dinkes 3. Sanitarian Puskesmas
5. PMD 4. Kasi PMD
6. Bappedalda 5. Kaurbang
7. Pokja AMPL 6. TFM
8. Tim Penggerak PKK Desa/Kel :
9. DPMU 1. Aparat Desa
10. Koor Fasilitator 2. Lkm/Satlak Pamsimas
3. Natural Leader
4. Masyarakat

Proses pemilihan lokasi berdasarkan kriteria dengan menggunakan Metode

Rapid Participatory Assessment (RPA), mulai dari daftar panjang (Longlist) dan

daftar pendek (Shortlist) sampai dengan penetapan lokasi terpilih. Dari tabel diatas

adalah pelaku program tingkat Kabupaten/Kota serta tingkat Kecamatan dan

Desa/Kelurahan, adapun Pamsimas ini dilakukan dari tingkat Pemerintahan Pusat

sampai dengan desa. Dimana Tim Pusat bertanggungjawab penuh dalam menjamin

tercapainya tujuan antara indikator kinerja program sebagaimana disepakati dan

ditetapkan dalam Financing Agreement serta dokumen proyek.


Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs

dan Ctps Puskesmas Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Sebelum Implementasi


Dusun/ KK Rumah Penduduk
RW Kebiasaan Tempat Jumlah
BAB Kasus
BABS Jamban Diare

Sabagi 339 339 1,120 1,052 68 13


Babakan 104 104 455 381 74 -
Sawit 159 159 480 417 63 -
Pasir
Nangka 152 152 569 499 70 12
Cipancur
Lebak 184 184 617 586 31 7
Cipancur
Pasir 174 174 532 509 23 9
Cilengkeng
113 113 374 358 16 5
Ciunut
152 152 386 319 67 8
Jumlah
1,377 1,377 4,533 4,121 412 54

(Sumber: Dinas Kesehatan Rangkasbitung, 2009)

Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program

Pamsimas di Desa Pasir Tanjung tersebut ada sebanyak 4,121 jiwa penduduk di desa

tersebut yang membuang air besarnya sembarangan atau BABS dan ada sebanyak 412

jiwa penduduk yang melakukan aktivitasnya tersebut di jamban. Hal tersebut tentu

saja menggambarkan lebih banyak masyarakat yang BABS dibandingkan dengan


yang menggunakan jamban bersih, kemudian adanya kasus diare yangbtimbul karena

pola kebiasaan prilaku masyarakat sendiri sehingga di desa tersebut sebanyak 54

penduduk yang terdata yang terkena penyakit diare. Maka dapat dikatakan bahwa

masih banyak masyarakat di desa pasir tanjung yang masih BABS dibandingkan

dengan yang menggunakan jamban.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs

dan Ctps Puskesmas Mandala di Desa Tambakbaya

Jumlah Dusun/ Jumlah Jumlah Jumlah Sebelum Implementasi


RW KK Rumah Penduduk
Kebiasaan Tempat Jumlah
BAB Kasus
BABS Jamban Diare

Kampung Pasir
Melati RW 01 104 98 482 251 231 3
Kampung
Peucangeun RW
02 155 140 807 441 366 6
Kampung
Cidalung RW 02 158 116 593 190 390 4
Kampung Pasir
Cau RW 03 53 44 174 112 64 0
Kampung
Tambakbaya RW
04 201 141 792 90 615 22
Kampung
Pengkolan/Bojong
Kondang Rw 05 130 105 508 132 393 3
Kampung Pasir
Kadu RW 07
56 38 207 20 170 0
Kampung Sempur
Dua RW 07
56 45 229 135 90 2

Jumlah
913 727 3,792 1,371 2,319 40
(Sumber: Puskesmas Mandala Kec.Cibadak, 2012).

Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program

Pamsimas di desa Tambakbaya pada sebelum implementasi, masyarakat yang

melakukan BABS ada sebanyak 1,371 jiwa orang. Kemudian ada sebanyak 2,319

jiwa orang yang melakukannya di jamban. Hal ini tentu lebih baik dari Desa Pasir

Tanjung yang memang masyarakatnya masih banyak yang BABS, namun dilihat dari

banyaknya masyarakat yang menggunakan jamban apakah jamban tersebut jamban

bersih dan sehat, kemudian dalam tahap pengelolaan pembuangannya apakah

langsung ke sungai atau apakah sudah dengan baik pengelolaannya sehingga tidak

merusak dan mengganggu lingkungan. Pada desa Tambakbaya ada sekitar 40 jiwa

orang yang terkena kasus diare, memang jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan

dengan desa Pasir Tanjung.

Dari pelaksanaan implementasi program Penyediaan Sanitasi Berbasis

Masyarakat ini atau Pamsimas adalah program yang di keluarkan oleh Kementerian

PU, dan pelaksana di daerahnya Dinas Cipta Karya berkoordinasi dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan program Pamsimas tersebut.

Dinas Cipta Karya sendiri tentunya sebagai pelaksana pembangunan secara fisik

bangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat dan puskesmas sendiri


dibawah pengawasan Dinas Kesehatan memberikan pelayanan untuk merubah

kebiasaan dan perilaku masyarakatnya melalui kegiatan pemicuan bukan dari fisik

dalam pembangunannya seperti yang dilakukan Dinas Cipta Karya.

Pada awal mula sebelum adanya program ini masuk ke desa mereka, para

warga di desa Pasir Tanjung maupun Tambakbaya tersebut melakukan sebagaian

aktifitas kehidupannya yang berhubungan dengan air di sungai, seperti mandi,

membuang air besar/kecil, mencuci baju, mencuci piring. Aktivitas ataupun

kebiasaan yang dilakukan oleh warga Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya

tentu adalah kebiasaan yang tidak baik ataupun tidak sehat. Karena dengan aktivitas

tersebut maka dapat menimbulkan beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh air dan

lingkungan kotor seperti diare, dan bukan hanya itu saja lingkungan sekitarpun tentu

akan menjadi tidak bersih dan tidak sehat atas aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat

yang akan merugikan masyarakat itu sendiri.

Perilaku hidup tidak sehat ini dapat ditinggalkan dan dirubah dikit demi

sedikit dengan adanya program Program Pamsimas tersebut. Masyarakat dibuatkan

penampungan air yang telah ditentukan titik penyimpanan penampungan air

Pamsimasnya untuk dialirkan kerumah penduduk di desa tersebut, selain itu warga

atau penduduk di desa dibuatkan MCK untuk mereka melakukan aktifitas

kehidupannya untuk mengganti kebiasaan aktivitas sehari-hari masyarakat di sungai

menjadi ke MCK tersebut.


Di tahun 2008-2009 di Desa Pasir Tanjung sendiri sudah ada sebanyak

delapan titik pembangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat atau

Pamsimas, diantaranya yaitu berada di Kampung Sabagi, Kampung Babakan,

Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung

Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di Desa

Tambakbaya ada tujuh titik penyimpanan penampungan air ada sebanyak delapan

titik yang tersebar diantara di Kampung Pasir Melati, Kampung Peucangeun,

Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau, Kampung Tambakbaya, Kampung

Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir Kadu dan Kampung Sempur Dua.

Maka dapat dijelaskan permasalahan-permasalahan yang ada di Desa Pasir

Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak

Kabupaten Lebak mengenai Implementasi Program Penyediaan Air Minum Sanitasi

Berbasis Masyarakat, karena pada dasarnya permasalahan yang muncul dari kedua

desa tersebut adalah tidak jauh berbeda. Maka dari observasi awal peneliti

permasalahan yang muncul adalah:

1. Kurangnya keterlibatan langsung dari masyarakat di Desa Pasir Tanjung

dan kurang koordinasi pihak pengelolaa Pamsimas. Hal ini disampaikan

langsung oleh Ibu Ela sebagai Sanitarian di Puskesmas Kecamatan

Rangkasbitung, bahwa pada awal program Pamsimas ini masuk ke Desa

Pasir Tanjung masyarakat kurang terlibat langsung dalam pembangunan

Pamsimas karena pembangunan dilakukan oleh tukang dan bukan


masyarakat di desa tersebut yang membangun secara gotong royong. Serta

adanya kurang koordinasi yang baik antara pengelola atau penyelenggara

Pamsimas seperti dari Dinas Cipta Karya dan Puskesmas, karena

seharusnya dinas-dinas terkait melakukan sosialisasi ataupun pemicuan

sebelum program tersebut dilaksanakan.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Anik

sebagai sanitarian dari Puskesmas Mandala pada Desa Tambakbaya juga

masyarakatnya kurang terlibat langsung dalam pembangunan

penampungan airnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki yang kurang

dalam menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah disediakan

dari program tersebut. Hal tersebut dapat pula menyebabkan kurangnya

pemeliharaan dari masyarakat tentu dapat disebabkan karena kurangnya

partisipasi awal pada pembangunan sarana penampungan air tersebut,

sehingga kurangnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap penampungan

air tersebut.

2. Penempatan penyimpanan penampungan yang kurang strategis.

Penempatan titik penyimpanan atau penampungan air tersebut tidak di

tempatkan di tempat yang sesuai dan strategis dengan pemukiman warga

yang akan diairi, dalam prosesnya keputusan penempatannya di dasari

oleh aspek politik seperti kekerabatan dan kepentingan khusus ataupun

kepentingan pribadi. Sehingga menyebabkan penempatan yang tidak

sesuai, tidak strategis dan tidak adil atau tidak menyeluruh bagi
masyarakat di desa Pasir Tanjung tersebut yang dapat mengakibatkan

tujuan adanya program tersebut tidak dapat dirasakan secara menyeluruh

oleh warga di Desa Pasir Tanjung dan DesaTambakbaya.

Selain itu, penempatan kurang tepat yang menyimpan penampungan air di

rumah keluarga Kepala Desa ataupun di rumah Kepala Desanya membuat

warga segan dan mersa malu untuk menggunakan air tersebut. Sehingga

warga di desa pun tidak menggunakan penampungan air tersebut dengan

baik, dan tidak banyak dari warga yang memilih kembali ke sungai.

Bukan hanya dari penyimpanan yang kurang stategis saja memang, karena

pada penempatan penampungan yang kurang meratapun dirasakan

masyarakat di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya, sehingga hal

tersebut menyebabkan warga kembali BABS atau menjalankan aktivitas

kesehariannya seperti sebelum adanya Program Pamsimas masuk ke desa

mereka.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan dan kebersihan

lingkungan hidup. Pada awal sebelum adanya program ini masuk ke Desa

Pasir Tanjung dan Tambakbaya, aktivitas sehari-hari masyarakat di desa

tersebut yang berhubungan dengan air adalah denga melakukannya di

sungai ataupun di kebun-kebun sekitar desa. Seperti mencuci, mandi,

membuang air kecil/besar, sehingga kesehatan masyarakat pun dapat

terganggu dan kebersihan lingkungan pun dapat terganggu. Hal tersebut

menggambarkan masyarakat di desa yang kurang memiliki kesadaran


akan pentingnya kesehatan dan menjaga lingkungan hidup demi

keberlangsungan hidup mereka sendiri pula.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan diatas, dapat dikatakan bahwa

permasalahan yang terjadi pada program Pamsimas tersebut ialah pada awal program

tersebut akan direalisasikan di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan

Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak adalah masih kurangnya partisipasi dan

koordinasi yang selaras dari para pelaksana yang menjadi kendala awal dalam

program tersebut. Serta peran masyarakat yang kurang dalam implementasi program

ini agar dapat berjalan dengan baik dan berdayaguna. Sehingga pada pelaksanaan dan

impelementasi program tersebut masih memiliki beberapa kendala ataupun

permasalahan-permasalahan yang muncul dan mengganggu implementasi program

berjalan dengan baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang diperoleh

adalah sebagai berikut :

a. Adanya penempatan penampungan air dari Program Pamsimas yang tidak

merata di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya.

b. Masih kurangnya peran serta langsung dari masyarakat terhadap Program

Pamsimas di desa mereka.

c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan

dan kebersihan lingkungan hidup.


1.3 Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang dimiliki serta

minat dan perhatian penulis, masalah penelitian ini dibatasi dengan

“Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak”, adapun Kecamatan yang

diambil oleh peneliti yaitu hanya Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan

Cibadak.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

b. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menjadi pendukung dan penghambat

dalam dalam pelaksanaan implementasi Program Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?


1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini ;

a. Untuk mengetahui sejauh manakah program pembangunan desa di

Kabupaten Lebak dengan melalui program Pamsimas.

b. Untuk melihat perubahan di desa Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya

setelah adanya program Pamsimas.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneletian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Dalam rangka pengembangan teori yang telah diperoleh selama

perkuliahan

b. Mengetahui prinsip pembangunan desa

c. Dapat dijadikan sebagai bahan pemahaman yag lebih untuk peneliti.

2. Secara Praktis

a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir serta

memberikan wawasan yang luas bagi seluruh mahasiswa khususnya

peneliti.

b. Mengetahui secara langsung bagaimana implementasi kebijakan program

Pamsimas.
c. Hasil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan kepada para

pelaksana program Pamsimas.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang

akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling

umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan

judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema atau

judul penelitian dan dengan masalah atau variabel yang akan diteliti.

Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan diajukan

dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk

pernyataan. Selain itu pembatasan masalah juga perlu menjelaskan lokus,

tujuan dan waktu penelitian.


1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yag

paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah

adalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk

definnisi konsep dan definisi oprasional. Kalimat yang digunakan adalah

kalimat pernyataan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang igin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan

rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per bab yang terdapat dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dan

variabel penelitian, kemudian disusun secara teratur dan rapih yang digunakan

untuk merumuskan masalah.


2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakuka oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

Skripsi, Tesis, disertai Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan

minimal 2 jurnal.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai

hipotesisnya. Kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang

menunjukan alur piker peneliti sertakaitan antar variabel yang diteliti. Bagan

tersebut disebut paradigm atau model penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu: survey

(deskriptif analisis, eksplanatory, eksplanatory, eksperimental atau teknik

kuantitatif dan kualitatif lain).

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Menjelaskan tentang substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan.


3.3 Lokasi penelitian

Menjelaskan tempat (lokus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat

penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi

deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penejalasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

Kerangka Teori yang digunakan.

3.4.2 Definisi Oprasional

Definisi oprasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitiandalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel

penelitian dilengkapi dengan tabel matriks variabel, indikator, sub

indikator, dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang

digunakan, pada penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

Sehingga perlu disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam

pengumpulan data dan observasi.

3.6 Informan Penelitian

Seorang informan yang baik adalah seorang yang mampu menangkap,

memahami, dan memenuhi permintaan penelitian penelitian, memiliki


kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk

wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Pada

penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan

kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus

penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary selection)

berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan

partisipan secara langsung.

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai.

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal peneliti secara rinci berserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas,

struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain

yangberhubungan dengan obyek penelitian.


4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pembahasan


akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil penelitian
orang lain yang relevan (sejenis).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil peneli yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan

sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindakan dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti

baik secara teoritis maupun praktis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

2.1 Kebijakan Publik

Menurut Riant Nugroho (2008:54) Kebijakan Publik adalah keputusan yang

dibuat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan

tujuan Negara yang bersangkutan.Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar

masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa awal, memasuki

masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang di cita-citakan.

Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau perda adalah jenis

kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering

diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung

operasional antara lain kepres, inpres, kepmen, keptusan kepala daerah, keputusan

kepala dinas. Jadi kebijakan publik dimulai dari program, ke proyek, dan kemudian

ke dalam bentuk kegiatan.

Kebijakan menurut Thomas R.Dye dalam Buku Budi Winarno (2012:20) adalah

apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public

policy is whatever governments choose to do or not to do). Maknanya adalah bahwa


kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta. Dan

kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh

badan pemerintah. Menurut Robert Eystone (Winarno, 2012:20) mengatakan bahwa

“secara luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit

pemerintahan dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Jeffrey L.Presman dan

Aaron Wildavsky yang dikutip oleh Budi Winarno (2012:22) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan

akibat-akibat yang bisa diramalkan.

Menurut James Anderson (Winarno,2012:23) kebijakan publik ini mempunyai

beberpa implikasi, yakni pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan

publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.

Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi

begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat di dalam sistem

politik. Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh

pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang

tersendiri.

Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-

undang mengenai suatu hal, tetapi juga keputusan-keputusan beserta dengan

pelaksanaannya. Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh

pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau

mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah.
Keempat, keijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.

Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas

untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin

mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk

mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan

yang memerlukan keterlibatan pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah dapat

mengambil kebijakan untuk tidak melakukan campur tangan dalam bidang-bidang

umum maupun khusus.

Maka kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di

masyarakat dimana dalam penyusuannya melalui berbagai tahapan. Kebijakan publik

merupakan suatu keputusan atau suatu pilihan keputusan untuk mengambil atau tidak

mengambil keputusan dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Kebijakan

publik mengatur baik secara langsung atau tidak langsung mengelolaan sumberdaya

alam, sumberdaya manusia, atau pengelolaan tatanan kenegaraan dan perekonomian

untuk kepentingan publik atau kepentingan umum, yaitu masyarakat luas, segala

lapisan penduduk dalam suatu negara.


2.1.1 Kebijakan Dalam Pembangunan

Kebijakan pemerintah suatu negara atau bangsa terhadap program

pembangunan adalah suatu hal yang sangat penting keberadaannya karena sangat

menentukan kemajuan suatu negara atau bangsa. Oleh sebab itulah hanya dengan

program pembangunan yang dapat menciptakan kemampuan negara atau bangsa

tersebut dalam rangka usaha untuk menetapkan suatu kebijakan di bidang

pembangunan di mana hasil-hasilnya diharapkan dapat dinikmati seluruh warga

negara yang bersangkutan.

Berdasarkan pola pemikiran yang telah dikemukakan diatas, masih dapat

dipertanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang berkaitan dengan kebijakan

pembangunan sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam

kehidupan masyarakat tentu juga termasuk penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut kita

dapat diperjelas:

1. Kebijakan pembangunan dalam perencanaan. Sebagaimana kita ketahui

bahwa perencanaan adalah sebuah proses kegiatan dalam rangka

menghasilkan rencana yang akan digunakan atau dengan kata lain sebagai

pedoman dalam rangka melaksanakan kegiatan yang rinciannya tergambar

dalam rencana tersebut.


2. Kebijakan pembangunan dalam pelaksanaan. Setiap terjadinya tindakan

manusia terdiri atas dua bagian: pertama karena digerakan oleh naluri yaitu

suatu tindakan yang dilakukan secara refleks tanpa melalui suatu

pertimbangan rasionalitas karena terdapat gangguan secara tiba-tiba dalam

kehidupan manusia yang bersangkutan, hal ini sebenarnya bukan tindakan

yang dimaksudkan dalam kebijakan pembangunan. Kedua, adalah tindakan

yang digerakan oleh pemikiran rasional agar kegiatan yang dilakukan itu

dapat dikerjakan secara sistematis serta dapat pula memberikan kegunaan

dan manfaat untuk memunjang dalam rangka pemenuhan kebutuhan

manusia, hal inilah yang sesungguhnya perlu ditetapkan atau diatur dalam

sebuah kebijakan pembangunan.

3. Kebijakan pembangunan dalam pengawasan. Pengawasan dibutuhkan dalam

pelaksanaan pembangunan tentunya bertujuan untuk dapat memberikan

hasil yang maksimal dengan meminimalisir pelanggaran agar tidak terjadi

kerugian yang lebih besar di mana kemungkinannya menyengsengsarakan

kepada semua pihak terutama semua anggota masyarakat.

4. Kebijakan pembangunan dalam penyebaran hasil-hasilnya. Tujuan

ditetapkannya suatu bentuk kebijakan terutama yang berkaitan dengan

pembangunan dalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya

untuk memenuhi faktor pemuas kehidupan yang dapat dicapai dengan

melalui proses pelaksanaan pembangunan baik yang diprogramkan oleh

pemerintah maupun diprogramkan oleh anggota masyarakat itu sendiri.


5. Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusi. Kemiskinan

adalah salah satu kondisi yang dapat merendahkan martabat antar manusia

dengan manusia organisasi lainnya, dan bahkan sampai kepada bangsa yang

satu dengan bangsa yang lain.

6. Kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat. kelancaran suatu

program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan bahkan

sampai kepada evaluasi atau penilaian sangat diperlukan keterlibatan atau

dengan kata lain partisipatif bagi aktif anggota masyarakat.

7. Kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa. Sebagaimana kita

maklumi bahwa unsur utama dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah

tertentu, kekuasaan pemerintahan, dan anggota masyarakat atau sering juga

disebut warga negara. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;122)

Maka memang kebijakan pemerintah suatu negara atau bangsa terhadap

program pembangunan adalah suatu hal yang sangat penting keberadaannya karena

sangat menentukan kemajuan suatu negara atau bangsa. Oleh sebab itu pemerintah

membuat kebijakan yang mengatur pembangunan dari segi perencanaan

pembangunan yang akan dilakukan baik sebelum dibuat kebijakan ataupun setelah

kebijakan dibuat dengan ditinjau secara berkala. Kemudian kebijakan pembangunan

dalam pelaksanaannya, kebijakan pembanguan dalam pengawasan, kebijakan

pembangunan dalam penyebaran hasil-hasilnya tentu sangat saling berhubungan

dalam mensukseskan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.


Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusia tentu sebagai

alasan kebijakan tersebut dibuat adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

di tegah masyarakat dan mengharapkan masyarakat dapat hidup secara sejahtera.

Kemudian, kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat dimaksudkan

dalam kelancaran suatu kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah tentu

diperlukan partisipasi atau peran serta langsung dari amsyarakat untuk mensukseskan

program yang dibuat oleh pemerintah tersebut, karena tentu pemerintah prospeknya

adalah untuk masyarakat.

Dalam kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa unsur yang utama

dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah tertentu, kekuasaan pemerintah, dang

anggota masyarakat. Maka perlu pembinaan oleh pemerintah dan jajarannya kepada

masyarakat untuk lebih terlibat dalam berbagai program pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah.

2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah salah satu usaha yang

dilakukan oleh sebagian orang atau sekelompok orang untuk menjaga lingkungan

alam sekitarnya agar alam dapat bersinergi dan seimbang dengan kehidupan manusia.

lingkungan merupakan suatu sahabat hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,

misalnya dengan kerusakan lingkungan akan menciptakan bencana yang bisa

berakibat kematian bagi manusia dan kemusnahan makhluk hidup yang lainnya.
Tindakan memelihara dan melestarikan lingkungan adalah suatu tindakan

yang sangat terpuji dan patut menjadi kebanggaan suatu bangsa dan negara, karena

pengalaman pelaksanaan pembangunan terutama bagi kasus di Indonesia lebih

berorientasi kepada memperjelas kemiskinan dan memperjelas kekayaan bagi warga

negara, sehingga Indonesia lahir sebagai negara yang memiliki kesenjangan yang

sangat melebar antara orang kaya dan orang miskin, misalnya ada anggota

masyarakat memiliki penghasilan hanya sekitar puluhan ribu dan ada yang

berpenghasilan ratusan juta perbulan. Jika kita menyelusuri proses pembangunan

yang berwawasan lingkungan pada dasarnya bahwa masyarakat yang memiliki

penghasilan di atas ratusan juta itu senantiasa menginvestasi atau dengan lain

merusak lingkungan dalam rangka mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memperoleh penghasilan yang relative kecil

kelihatannya sangat memedulikan kelestarian lingkungan dalam proses pelaksanaan

kegiatannya. Oleh sebab itulah peranan kebijakan pembangunan yang berwawasan

lingkungan sangat penting. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;129)

1. Kelestarian lingkungan sosial.

2. Kelestarian lingkungan pendidikan.

3. Kelestarian lingkungan kerja.

4. Kelestarian lingkungan alam.

5. Kelastarian lingkungan pergaulan.

6. Kelestarian lingkungan keluarga


Maka memang kita harus sadar bahwa lingkungan adalah penting dalam

keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya yang ada di bumi ini.

kebijakan dalam rangka pembangunan yang berwawasan lingkungan semakin

dibutuhkan mengingat bahwa sudah semakin menurun tingkat kesadaran dan

kepedulian masyarakat atau manusia dalam menjaga lingkungan sekitar tempat

tinggalnya tersebut dilihat dari berbagai lingkungan, baik lingkungan sosial

tempat mereka hidup, lingkungan sekolah tempat mereka mencari ilmu,

lingkungan kerja dimana tempat mereka mencari nafkah, lingkungan alam tempat

mereka tinggal, lingkungan pergaulan dimana mereka melakukan sosialisasi

dengan sesame manusia serta lingkungan keluarga sebagai salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas keberlangsungan kehidupan mereka.

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Lester dan Stewart dalam Winarno (2012:147) Implementasi

kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses

kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara

luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor,

organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Menurut

Ripley dan Frankin (Winarno, 2012:148) berpendapat bahwa implementasi adalah

apa yang terjadi setalah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas

program, kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah
implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud

tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat

pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan)

oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat

program berjalan.

Merilee S.Grindle dalam Budi Winarno (2012:149) implementasi adalah

membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa

direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas

implementasi mencakup terbentuknya “a policy delivery system”, dimana sarana-

sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan

yang diinginkan. Selanjutnya menurut Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2012:149)

membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-

keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk

mengubah keputusan-keputusan menjadi tindaka-tindakan operasional dalam kurun

waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai

perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan

kebijakan.

Maka dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah salah satu proses

tahapan dari kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah untuk melihat sejauh
mana program pemerintah dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan maksud dan

tujuan awal apakah masih ada berbagai permasalahan atau penghambat dalam

penerapan atau pencapaian kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah.

Jadi implementasi adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana kebijakan dilaksanakan

seusai dengan sasaran awal sebagai upaya penyelesaian masalah di lingkungan

sasaran tersebut.

2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan.

2.1.4.1 Model Van Meter dan Van Horn

Model van Meter dan van Horn dalam Budi Winarno (2012:158) mempunyai

enam variabel yang membentuk kaitan (linkage) antara kebijakan dan kinerja

(performance). Model ini tidak hanya menentukan hubungan-hubungan antara

variabel-variabel bebas dan variabel terikat mengenai kepentingan-kepentingan,

tetapi juga menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas. Variabel

tersebut dijelaskan oleh van Meter dan van Horn sebagai berikut :

1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan-Tujuan Kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang

menentukan kinerja kebijakan. Menurut van Meter dan van Horn, identifikasi

indikator-indikator kinerja merupakan tahap yang krusial dalam analisis

implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana

ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-


ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan

keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber-sumber kebijakan

Sumber-sumber yang tersedia dianggap perlu mendapatkan perhatian dalam

proses implementasi kebijakan. Sumber-sumber layak mendapatkan perhatian

karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, sumber-sumber yang

dimaksud mencakup dana atau perangsang (insentive) lain yang mendorong

dan mempelancar implementasi yang efektif.

3. Komunikasi antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

Implementasi akan berjalan dengan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-

tujuan dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam

kinerja kebijakan. Dengan begitu, sangat penting untuk memberi perhatian

yang besar kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan

kebijakan.

4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana

Struktur birokrasi diartikan sebagaikarakteristik-karakteristik, norma-norma,

dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan

eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan

apa yang mereka miliki dengan menajalankan kebijakan. Van Meter dan Horn

mengetengahkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu

organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan :


1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan;

2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan

proses-proses dalam badan pelaksana;

3) Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan di antara

anggota-anggota legislatif dan eksekutif).

4) Vitalitas suatu organisasi;

5) Tingkatkomunikasi-komunikasi “terbuka”, yang didefinisikansebagai

jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertical secara bebas serta

tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan

invividu-individu di luar organisasi;

6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan “pembuat

keputusan” atau “pelaksana keputusan”.

5. Kondisi-kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik

Dampak kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada kebijakan publik

merupakan pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Para

peminat perbandingan politik dan kebijakan publik secara khusus tertarik

dalam mengidentifikasikan pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil-

hasil kebijakan.

6. Kecenderungan Pelaksana (Implementator)

Arah kecenderungan-kecenderungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar

dan tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang sangat pentig. Para

pelaksana mungkin gagal dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan denga


tepat karena mereka menolak tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan-

kebijakan tersebut.

7. Kaitan antara Komponen-Komponen Model

Implementasi merupakan proses yang dinamis, faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan dalam tahap-tahap awal mungkin

akan mempunyai konsekuensi yang kecil dalam tahap selanjutnya.

8. Masalah kapasitas

Kapasitas sebagai faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan.

Menurut van Meter dan Horn, implementasi yang berhasil juga merupakan

fungsi dari kemampuan organisasi pelaksana untuk melakukan apa yang

diharapkan untuk dikerjakan.

2.1.4.2 Model George C. Edwards

Menurut Edwards (Winarno,2012:177), studi implementasi kebijakan adalah

krusial bagi public administration dan public policy. Implementasi kebijakan adalah

salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-

konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Edward memberikan

empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik, faktor

tersebut adalah sebagai berikut :


1. Komunikasi

Secara umum Edward membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi

kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Jika kebijakan-

kebijakan ingin diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka petunjuk-

petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan petunjuk-

petunjuk tersebut harus dikomunikasikan secara jelas.

2. Sumber-sumber

Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas, dan

konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang

diperluan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan maka implementasipun

cenderung tidak efektif. Dengan demikian, sumber-sumber dapat merupakan

faktor yang penting dalam melasanakan kebijakan publik.

3. Kecenderungan-kecenderungan

Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang

mempunyai konsekuensi penting bagi implementasikebijakan yang efektif.

Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dna hal

ini berarti danya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan

kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan awal.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi baik secara sadar atau


tidak sadar memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif,

dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern.

2.1.4.3 Model Mazmanian dan Sabatier

Model implementasi kebijakan publik yang ditawarkan oleh Daniel Mazmanian

dan Paul Sabatier dalam buku Leo Agustino (2012,144). Model yang ditawarkan

mereka disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Kedua ahli

ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah

kemampuan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercpainya

tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan, variabel-variabel

yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Mudah atau Tidaknya yang akan Digarap, meliputi:

1. Kesukaran-kesukaran Teknis

Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada

sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk

mengembangkan indikator-indikator pengukur prestaserai kerja yang tidak

terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal

yang mempengaruhi masalah. Disamping itu tingkat keberhasilan suatu

kebijakan dipengaruhi juga oleh tersedianya atau telah dikembangkannya

teknik-tekik tertentu.
2. Keberagaman Perilaku yang Diatur

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam

pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat

peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin besar

kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat dan pelaksana

(administrator atau birokrat) di lapangan.

3. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan

diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang

untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan

dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.

4. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh

kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh

implementasi yang berhasil. Artinya, ada sejumlah masalah yang jauh

lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang

dikehendaki tidaklah terlalu besar.

2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Cepat

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk

menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang

akan dicapai.
b. Keterkendalaan teori kausalitas yang diperlukan.

c. Ketetapan alokasi sumberdana.

d. Keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-

lembaga atau instansi-instansi pelaksana.

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam

undang-undang.

g. Akses formal pihak-pihak luar.

3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi Implementasi.

a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi.

b. Dukungan publik.

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat.

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

2.1.4.4 Model Grindle

Model Grindle yang dikemukakan oleh Wibawa dalam Buku Riant Nugroho

(2012:690), model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan,

barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat

implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal

berikut :
1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan.

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan.

4. Kedudukan pembuat kebijakan.

5. (siapa) pelaksana program.

6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.

2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

Namun demikian, jika kita yang menyangkut dengan implementator, penerima

implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para aktor

implementasi, serta kondisi mencermati model Grindle, kita dapat memahami bahwa

keunikan model Grindle teletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks

kebijakan, khususnya -kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.


2.1.4.5 Model Hogwood dan Gunn

Model Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (Riant Nugroho, 2009:630)

yang dalam pemetaan kita beri label “MS” yang terletak di kuadran “puncak ke

bawah” dan berada di “mekanisme paksa” dan “mekanisme pasar”. Menurut kedua

pakar tersebut untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat,

yaitu :

1. Syarat pertama adalah, jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh

lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.

2. Syarat kedua adalah, apakah untuk melaksanakan tersedia sumber daya yang

memadai, termasuk sumber daya waktu.

3. Syarat ketiga adalah, perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

ada.

4. Syarat keempat, apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari

hubungan kausal yang andal.

5. Syarat kelima adalah, seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.

6. Syarat keenam adalah, apakah hubungan saling kebergantungan kecil.

7. Syarat ketujuh adalah, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap

tujuan.

8. Syarat kedelapan adalah, bahwa tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan

dalam urutan yang benar.


2.1.4.6 Model Elmore, dkk.

(Richard Elmore, Michael Lipsky, Benny Hjern & David O’portor)

Model yang disususn oleh Richard Elmore, Benny Hjern dan David O’Porter

dalam Riant Nugroho (2002:635) model ini diberi lebel “RE, dkk” yang terletak di

kuadran “bawah ke puncak” dan berada di “mekanisme pasar”. Model ini dimulai

dari identifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan

kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka

miliki.model implementasi ini didasarkan pada jeniskebijakan publik yang

mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakan atau tetap

melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah.

2.1.5 Pengertian Pembangunan

Saul M. Katz (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;34) mendefinisikan

pembangunan sebagai perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat dan

bukan sekedar pada sektor ekonomi saja melainkan sektor lainnya seperti perubahan

pendapatan perkapita atau perubahan pada grafiktenaga kerja dan lainnya.

Menurut Sondang P.Siagian (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;35),

mengemukakan arti pembangunan adalah :


a) Seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata

kehidupan sebagai suatu bangsa, dalam berbagai aspek kehidupan bangsa

tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

b) Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana

yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation Building).

Maka pembangunan adalah melakukan perubahan secara sadar kearah yang lebih

baik lagi dengan tujuan memperbaiki kondisi ataupun situasi yang ada sekarang

menjadi kesituasi yang lebih baik lagi yang lebih ideal dan berbasis kepada

kebutuhan atau kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan awal dari suatu

pembangunan tersebut.

2.1.5.1 Prinsip-prinsip Pembangunan

1. Prinsip Pembangunan

Beberapa prinsip dan proses pembangunan yang penting antara lain (Adam

Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;50):

a. kesemestaan.

b. Partisipasi masyarakat.

c. Keseimbangan.

d. Kesinambungan.
e. kekuatan sendiri.

f. Kesisteman.

g. Strategi jelas.

h. Skala prioritas.

i. Kelestarian ekologis.

j. Pemerataan dan pertumbuhan.

2. Proses Pembangunan

a. Konseptualisasi.

b. Motivasi (Felt needs).

c. Keputusan Politik.

d. Dasar hukum.

e. Rencana Pembangunan.

f. Programming.

g. Proyek.

h. Pelaksanaan.

i. Evaluasi dan monitoring.

j. Feed back.

k. Politik.

l. Sosial budaya.

m. Hankam.

n. Teknologi.

o. Agama
Pembangunan daerah adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan

perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus,

berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan

perkembangan keadaan daerah, nasional, dan global. Maka semua point atau prinsip-

prinsip pembangunan dan proses pembangunan adalah satu kesatuan yang saling

berhubungan dan berkesinambungan dalam melakukan suatu pembangunan wilayah.

2.1.6 Administrasi Pembangunan

Menurut Mustopadidjaya (dalam Afifuddin 2010:51) mengatakan administrasi

pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem

administrasi yang mampu menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan

pembangunan secara efektif dan efisien.

Menurut Montgomery dan Esman (dalam Afifuddin (2010: 53) dalam

“Development Administration In Malaysia” mengemukakan Administrasi

pembangunan meliputi perbaikan aparatur serta pelaksanaan dari pemerintaan (The

Development of Administration) dan juga berarti perbaikan dan pelaksanaan usaha

pembangunan (Administration of The Development).

Menurut Thompson (Afifuddin 2010:52) seperti dikutip Bintoro

Tjokroamidjojo dalam bukunya Pengantar Admiistrasi Pembangunan menyebutkan


bahwa Administrasi pembangunan melawati kemampuan organisasi untuk melakukan

pembaharuan.

Menurut Fred W. Riggs (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan

menunjuk pada berbagai usaha yang diorganisasikan untuk melaksanakan program-

program , atau proyek-proyek terkait guna mencapai sasaran pembangunan.

Menurut Sondang P.Siagan (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan

adalah rangkaian usaha dalam mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara

terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa atau negara untuk mencapai

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

Administrasi pembangunan adalah administrasi negara dan publik yang

berperan sebagai agen perubahan dengan tujuan menyukseskan pembangunan dalam

berbagai aspeknya, melalui perencanaan yang berorientasi pada pelaksanaan, transfer

teknologi,transformasi sosial, pengembangan kapasitas, dan partisipasi masyarakat

serta pemerataan hasil pembangunan. (Weidner, Unites Nation, Gaiden, Naomi,

Wildawsky dan Aaron dalam buku Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;24)

Jadi administrasi pembangunan adalah suatu proses merubah bentuk kearah

yang lebih baik atau memperbaiki bentuk atau susunan yang lama menjadi susunan

yang baru sesuai dengan kebutuhan ataupun kondisi yang diperlukan secara efektif

dan efisien serta berdaya guna. Maka melakukan perubahan atas permintaan
masyarakat ataupun desakan lingkungan mengenai memenuhi kebutuhan yang

diinginkan dengan proses yang administratif.

2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Mengenai ruang lingkup Administrasi Pembangunan, Bintoro Tjokroamidjojo

(Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;31) mengemukakan bahwa Administrasi

Pembangunan mempunyai tiga fungsi yaitu :

a) Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan Administrasi Negara yang

meliputi upaya penyempurnaan organisasi, pembinaan lembaga yang

diperlukan, kepegawaian dan pengurusan sarana-sarana Administrasi lainnya.

Ini disebut the development of administration yang kemudian lebih dikenal

dengan istilah “administrative reform”.

b) Perumusan kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan di

berbagai serta, pelaksanaannya secara efektif. Ini disebut the administration of

development.

Administrasi untuk pembangunan (the development of administration) dapat

dibagi dua, yaitu:

a) Perumusan kebijakan pembangunan, perumusan kebijakan-kebijakan

pemerintah/negara, sekarang masuk wilayah administrasi negara. Oleh karena

itu, mekanisme dan tata kerja dalam proses analisis perumusan dan

pengambilan keputusan mengenai kebijakan-kebijakan dan program-program


pembangunan harus disempurnakan. Hal-hal tersebut termasuk ke dalam

wilayah penyempurnaan administrasi yang diperlukan dalam proses

perumusan kebijakan.

b) Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan secara efektif, untuk ini diperlukan

penyusunan instrument-instrumen yang baik, seperti kepemimpinan,

koordinasi, pengawasan, dn fungsi-fungsi administrasi yang lain sebagai

unsur pembaharuan, dan administrasi fungsional dalam arti sempit seperti:

kepegawaian, pembiayaan pembangunan dan lain-lain sebagai sarana

pencapaian tujuan kebijakan dan program-program pembangunan.

c) Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak mungkin terlaksana dari hasil

kegiatan pemeritahan saja. Oleh karena itu, ada fungsi lain yang penting

dalam administrasi pembangunan yaitu membangun partisipasi masyarakat.

2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat

Menurut PBB, pembangunan masyarakat atau Pembangunan Komunitas

adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan

pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut

Sanders, Pembangunan Masyarkat dapat dipaang pada:

1. Proses

2. Program

3. Gerakan
4. Metode

Maka pembangunan masyarakat adalah berorientasi kepada perubahan aktivitas

manusia yang tidak baik menjadi aktivas yang lebih baik, seperti merubah kebiasaan

masyarakat yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan, Buang Air

Besar Sembarangan, dan hal-hal lainnya aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat yang

buruk ataupun tidak baik diharapkan dapat berubah kearah yang lebih baik lagi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Judul Implementasi Program

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Di Desa

Cileles Kecatamatan Jatinangor Sumedang” oleh Vina Eka Yuliani dari Universitas

Padjajaran.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Di

Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Berdasarkan latar

belakang yang memuat beberapa permasalahan diantaranya kurang koordinasi antara

unit-unit terkait serta kurang optimalnya proses sosialisasi dan partisipasi dari

masyarakat, sehingga maksud dan tujuan dari program tersebut belum tersampaikan

secara merata keseluruh lapisan masyarakat.


Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode

penelitian deduktif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi

kepustakan dan studi lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik penentu informan menggunakan purposive sampling dengan jumlah informan

sebanyak 10 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model

analisis data dari Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification. Peneliti menggunakan teori implementasi dari

Charles O. Jones yang di dalamnya terdapat aspke-aspek kegiatan implementasi

program yaitu organisasi, interpretasi, dan aplikasi, sebagai pedoman peneliti dalam

melakukan penelitian.

Maka dapat disimpulkan jika secara umum implementasi program Pamsimas

dapat dinilai belum cukup efektif mencapai tujuan formalnya. Beberapa hal yang

harus diperhatikan agar program ini dapat mencapai tujuannya dengan baik adalah

penetapan sasaran program yang tepat dan konsisten dilaksanakan sesuai ketentuan,

pengelolaan yang transparan dan akuntabel oleh pihak pelaksana di desa dan

pelaksanaan pengawasan yang tepat dan rutin untuk mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan program di lapangan.

Sedangkan penelitian terdahulu dari BarkahWelli Sanjaya dengan judul “Evaluasi

Pelaksanaan Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat) Tahun 2009-2010 Di Kabupaten Grobogan program Pamsimas


merupakan program pemerintah pusat yang membantu penyediaan air minum dan

sanitasi dengan konsep berbasis kebutuhan masyarakat bagi kabupaten dan kota di

seluruh Indonesia yang memiliki kesulitan di dalam pemenuhan akses air dan

sanitasi.

Salah satu kabupaten yang telah melaksanakan Program Pamsimas Tahun 2008

adalah Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian di Kabupaten Grobogan Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah pada proses pelaksanaan

Pamsimas yakni pada komponen pendukung keberhasilan Program Pamsimas seperti

perencanaan (Komponen I: Keterlibatan Masyarakat), Pembangunan (Komponen II:

Pelayanan sanitasi dan kesehatan masyarakat), dan pengelolaannya (Komponen III:

penyediaan sarana air minum dan sanitasi). Proses perencanaan (Komponen I) tidak

selamanya berbasis masyarakat didalam perencanaan program, karena yang terlibat

adalah perwakilan masyarakat dan pemerintah desa dan hasil perencanaan tidak

disampaikan kepada masyarakat luas.

Sehingga masyarakat dari keempat desa hanya mengetahui perencanaan program

dari komponen kontribusi biaya (in-cash) dan tenaga (in-kind) untuk Pembangunan

Program Pamsimas tanpa mengerti perincian pembangunan Program Pamsimas. Di

sisi lain, Desa Jetaksari memiliki permasalahan pada pembangunan (Komponen II)

yang berdampak pada pelaksanaan pengelolaan (Komponen III) yakni masalah pada

proses penentuan sumber air yang tidak melalui uji kelayakan dan kesehatan sehingga
air yang dihasilkan tidak layak konsumsi oleh masyarakat, yang pada akhirnya

membuat sarana tidak pernah dipakai serta tidak dirawat oleh masyarakat. Desa

Kenteng, Ngrandah dan Pakis memiliki masalah pada upaya penambahan jumlah

sumur (Komponen III) untuk melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih,

meskipun telah dilakukan pengembangan akeses sarana air.

Namun penggunaan sarana air pribadi daripada sumur Pamsimas ketika musim

penghujan, sedangkan penggunaan sarana Pamsimas hanya ketika musim kemarau.

Padahal, Program Pamsimas mengharapkan adanya keberlanjutan penggunaan untuk

membantu pemasukan biaya untuk pengelolaan sarana air. Sedangkan dari sisi

kegiatan pengelolaan sanitasi, hanya Desa Kenteng yang memiliki kegiatan rutin

untuk melaksanakan pemantauan tingkat kesadaran sanitasi dan PHBS masyarakat,

sedangkan Desa Jetaksari, Ngrandah, dan Desa Pakis memiliki masalah-masalah

koordinasi dan bantuan serta pemahaman mengenai konsep “relawan” (sukarela)

antar anggota kader sanitasi maupun pemerintah. Sehingga membuat pelaksanaan

kegiatan pemantauan sanitasi dan PHBS masyarakat terkendala, meskipun memiliki

potensi untuk dilanjutkan kembali.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah sebuah alur pemikiran peneliti di dalam sebuah

penelitian yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena atau permasalahan-

permasalahan yang terjadi di dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan Teori Implementasi dengan menggunakan Model Implementasi dari

Merilee S. Grindle yang ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

ditransformasikan mak barulah implementasi kebijakan dilakukan. Model

implementasi menurut Grindle dibagi menjadi dua, yaitu yag pertama adalah isi

kebijakan dan konteks kebijakan, isi dari kebijakan tersebut terbagi menjadi 6 (enam)

yaitu:

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan.

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan.

4. Kedudukan pembuat kebijakan.

5. (siapa) pelaksana program.

6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.

2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

Kebijakan pembangunan pada hakikatnya harus bersifat adil, demokrasi,

terbuka, partisipatif dan terintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan daerah

yang ada saat ini dapat segera diatasi. Untuk mengatasi ketertinggalan suatu

daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah itu sendiri, namun


Pemerintah Pusat lebih berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi.

Dalam pembangunan diperlukan pembangunan yang menyeluruh, mulai dari

pembangunan sektor kecil pembangunan desa dengan berbagai faktor

permasalahan di desa yang dilanjut ketingkatan yang lebih tinggi ke

pembangunan Kabupaten/Kota dan Nasional.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target Millenium

Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yaitu

menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air

minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, Pemerintah

Indonesia melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (Pamsimas), yaitu salah satu program nasional (Pemerintah dan

Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan dari peri

urban terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan

berbasis masyarakat. program Pamsimas dimulai padaTahun 2008, dimana

sampai dengan Tahun 2012 telah berhasil meningkatkan pelayanan air minum dan

sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar

6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110 Kabupaten/Kota.

Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota

terhadap fasilitas air minum dan sanitasu dalam rangka pencapaian target MDG’s,

Program Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016.

Program Pamsimas II dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk


meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang

layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat.

Pembangunan yang berbasis pedesaan sangat penting dan perlu untuk

memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan

dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Sebagai solusi bagi

perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Pembangunan diperlukan untuk

merubah suatu kondisi dan situasi seperti sekarang yang dirasa kurang baik kearah

yang lebih baik lagi sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Pembangunan desa bisa

melalui beberapa program seperti misalnya listrik masuk desa, hotmix masuk desa,

pembangunan jalan atau jembatan, Pamsimas, pembangunan gedung sekolah baik

penambahan kelas dan pembangunan sarana yang lain.

Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia

baik pusat maupun daerah dalam kesehatan masyarakat terutama dalam menurukan

angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan

lingkungan. Adapun ruang lingkup upaya peningkatan penyediaan air minum dan

sanitasi, dan meningkatkan derajat dari kegiatan program Pamsimas adalah :

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal.

2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi.

3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum.


4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan

5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek.

Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan.

Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada

masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki-laki,

baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap

terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,

melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta

melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses air minum

2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses sanitasi

3. Bertambahnya 80% masyarakat “stop BABS”

4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai

sabun
5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana

Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan

Pamsimas.

6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota)

untuk pencapaian target MDG’s

Dari data monitoring hasil implementasi program Pamsimas di Desa Pasir

Tanjung tersebut ada sebanyak 4,121 jiwa penduduk di desa tersebut yang

membuang air besarnya sembarangan atau BABS dan ada sebanyak 412 jiwa

penduduk yang melakukan aktivitasnya tersebut di jamban serta adanya kasus

diare di desa tersebut sekitar 54 jiwa penduduk. Maka dapat dikatakan bahwa

masih banyak masyarakat di desa pasir tanjung yang masih BABS dibandingkan

dengan yang menggunakan jamban.

Sedangkan dari data monitoring di desa Tambakbaya pada sebelum

implementasi, masyarakat yang melakukan BABS ada sebanyak 1,371 jiwa

orang. Kemudian ada sebanyak 2,319 jiwa orang yang melakukannya di jamban.

Hal ini tentu lebih baik dari Desa Pasir Tanjung yang memang masyarakatnya

masih banyak yang BABS. Pada desa Tambakbaya ada sekitar 40 jiwa orang

yang terkena kasus diare, jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan desa

Pasir Tanjung.
Di tahun 2008-2009 di Desa Pasir Tanjung sendiri sudah ada sebanyak

delapan titik pembangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat atau

Pamsimas, diantaranya yaitu berada di Kampung Sabagi, Kampung Babakan,

Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung

Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di Desa

Tambakbaya ada tujuh titik penyimpanan penampungan air ada sebanyak delapan

titik yang tersebar diantara di Kampung Pasir Melati, Kampung Peucangeun,

Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau, Kampung Tambakbaya, Kampung

Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir Kadu dan Kampung Sempur Dua.

Pada implementasi program ini memang belum semua kampung di masing-

masing desa tersebut, baik Desa Pasir Tanjung ataupun Desa Tambakbaya masih

ada kampung-kampung yang belum mendapatkan penampungan air dari program

Pamsimas tersebut. Seperti di Desa Pasir Tanjung menurut data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Lebak, kampung Cikirai dan Kampung Sabagi Uyang

belum mendapatkan penampungan air hasil dari Program Pamsimas yang ada di

desa mereka. Sedangkan di Desa Tambakbaya masih ada sembilan kampung yang

belum mendapatkan program tersebut, yang diantaranya adalah Kampung Cikupa,

Kampung Parung, Kampung Bojong Girang, Kampung Pasir Haleuang, Kampung

Bojong Hilir, Kampung Pasir Lame, Kampung Lebak Wangi, Kampung Sumur

Leuweung, dan Kampung Pasir Pogor.


Memang bukan tidak ada masalah di dalam proses penempatan titik

penyimpanan penampungan air pamsimas di pemukiman warga, karena pada

proses musyawarah penempatan masih banyak keputusan-keputusannya yang

didasari oleh aspek politik seperti penempatan di wilayah keluarga petinggi di

desa, adanya kekerabatan, adanya hubungan relasi dengan pihak penyedia atau

pelaksana pamsimas, dsb. Sehingga menyebabkan penempatan yang tidak sesuai,

tidak strategis dan tidak adil atau tidak menyeluruh bagi masyarakat di desa-desa

tersebut yang mengakibatkan masyarakat di Desa Pasir Tanjung maupun Desa

Tambakbaya kembali melakukan segala aktivitas kesehariannya di sungai dan di

kebun seperti sebelum adanya Program Pamsimas masuk ke desa mereka.

Permasalahan yang lain muncul pada proses implementasi program ini adalah

pada awal program ini akan direalisasikan, adanya kurang koordinasi dari pihak

pelaksana program baik dari Dinas Cipta Karya dan Puskesmas Kecamatan yang

terkait pada program tersebut. Karena seharusnya pada awal pembangunan,

Puskesmas melalui sanitariannya melakukan pemicuan kepada masyarakat di desa

agar pembangunan dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta adanya

keikutsertaan dari masyarakat dalam pembangunannya, sehingga muncul rasa

memiliki dari masyarakat terhadap program tersebut.


Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Input
a. Adanya penempatan penampungan air dari Program Pamsimas yang tidak
merata di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya.
b. Masih kurangnya peran serta langung dari masyarakat terhadap Program
Pamsimas di desa mereka.
c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan dan
kebersihan lingkungan hidup.

Proses Proses
Model Implementasi Grindle (Riant konteks implementasinya:
Nugroho (2012:690), konten kebijakan : 1. Kekuasaan, kepentingan, dan
1. Kepentingan yang terpengaruhi strategi aktor yang terlibat.
oleh kebijakan. 2. Karakteristik lembaga dan
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan. penguasa.
3. Derajat perubahan yang diinginkan. 3. Kepatuhan dan daya tanggap.
4. Kedudukan pembuat kebijakan.
5. (siapa) pelaksana program.
6. Sumber daya yang dikerahkan.

Feedback
Output Mengetahui bagaimanakah
Diperoleh gambaran umum Implementasi Program Pamsimas di
mengenai Implementasi Kabupaten Lebak
program Pamsimas di
Kabupaten Lebak
2.4 Asumsi Dasar

Dari hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan terhadap obyek

penelitian ini, maka peneliti membuat suatu kerangka pemikiran seperti yang

telah di paparkan sebelumnya di atas. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa

penelitian mengenai Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi

berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak ternyata implementasinya

belum berjalan dengan maksimal.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian sangat erat kaitannya dengan tipe penelitian yang

digunakan, karena setiap penelitian yang dilakukan tentu untuk mencapai sebuah

tujuan dari penelitian itu sendiri. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong

(2012:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada

latar dan indibidu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut,

Kirk dan Miller (Moleong, 2012:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif

adalah tradisis tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun

dalam peristilahannya. Sedangkan menurut Denzin dan Locolin (Moleong,

2012:5) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Selanjutnya menurut Jane Richie dalam Moleong (2012:6), penelitian kualitatif


adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia,

dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih

dahulu sebagai yang lazim digunkan dalam penelitian kalsik, maka sangat tidak

mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada

di lapangan (Moleong, 2012:9). Data yang dikumpulkan dalam penelitian

kualitatif adalah berupa kata-kata, gambar, dan buka angka-angka yang biasa

disebut dengan deskriptif. Dengan demikian menurut Moleong (2012,11) laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data utuk member gambaran penyajian

laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen

resmi lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini mencoba melihat implementasi

di lapangan mengenai program penyediaan air minum sanitasi berbasis

masyarakat di desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung, dan dalam

penelitian ini peneliti akan melakukan serangkaian kegiatan di lapangan mulai

dari mencari lokasi penelitian, pengamatn lapangan, pengumpulan data,

melakukan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.


Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui sejauh manakah implementasi

program Pamsimas di Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan Cibadak Kabupaten

Lebak. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk melihat dan mengetahui faktor apa

sajakah yang menyebabkan Kabupaten Lebak tersebut tertinggal melihat dari satu

pandangan mengenai kesehatan, masyarakat, dan lingkungan dengan melalui program

penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Pada ruang lingkup atau fokus penelitian sendiri dimaksudkan adalah segala

hal yang dijadikan sebagai pusat perhatian peneliti dalam penelitian ini untuk

memudahkan dalam menentukan data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, maka fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui

“Implementasi Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat

(Pamsimas) di Kabupaten Lebak.” Adapun dalam penelitian ini hanya

melibatkan dua Kecamatan saja, yaitu Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan

Cibadak.
3.3 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah berada di Kabupaten

Lebak dengan Melibatkan dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Rangkasbitung dan

Kecamatan Cibadak. Adapun desa di kecamatan Rangkasbitung yang diambil

oleh peneliti adalah di desa Pasir dengan 8 (Sembilan) titik penyimpanan

penampungan air yang tersebar di di Kampung Sabagi, Kampung Babakan,

Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung

Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di

Kecamatan Cibadak adalah peneliti mengambil desa yang mendapat Program

Pamsimas di Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak-Kabupaten Lebak ada 8

(delapan) titik penyimpanan penampungan air yang tersebar diantara di Kampung

Pasir Melati, Kampung Peucangeun, Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau,

Kampung Tambakbaya, Kampung Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir

Kadu dan Kampung Sempur Dua.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan pejelasan tentang konsep dari variabel yang

akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan Kerangka Teori yang

digunakan. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori Implementasi
dengan Model Implementasi yang di paparkan oleh Merilee S.Grindle

(2012:690), menurutnya implementasi kebijakan dapat dilihat dari dua hal yaitu :

1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada

aksi kebijakannya.

2. Apakah tujuan kebijakan tercapi. Dimensi ini diukur dengan melihat 2

faktor yaitu :

a. Dampak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran

dan perubahan yang terjadi.

3.4.2 Definisi Operasional

Mengacu dari definisi konsep serta teori yang digunakan sebagai pisau

dalam penelitian ini, berdasarkan teori implementasi menurut Grindle

(2012:690) kebijakan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh

tingkat implementability itu sendiri yang terdiri dari content of policy dan

contex of policy atau isi kebijakan dan konteks kebijakan, adapun isi

kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut :

1. Content of policy menurut Grindle meliputi :

a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan.


b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

c. Derajat perubahan yang diinginkan.

d. Kedudukan pembuat kebijakan.

e. (siapa) pelaksana program.

f. Sumber daya yang dikerahkan.

2. Contex of policy menurut Grindle meliputi :

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.

b. Karakteristik lembaga dan penguasa.

c. Kepatuhan dan daya tanggap.

3.5 Instrumen penelitian

Menurut Moleong seorang peneliti dalam pengumpulan datanya lebih banyak

bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data (Moleong, 2005:19). Dalam

penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri, maka

penelitilah yang akan mengungkapkan gejala-gejala atau fenomena-fenomena sosial

yang terjadi di dalam masyarakat, intansi terkait atau yang terjadi di lapangan. Dalam

hal instrument kualitatif menurut Nasution (Sugiyono, 2008:60) menyatakan sebagai

berikut :

“Dalam penelitian kualitatif, segala sesuatunya masih perlu dikembangkan

sepanjang penelitian itu berlangsung oleh sebab itu dalam keadaan yang serba
tidak pasti dan tidak jelas tersebut, tidak ada pilihan lain selain peneliti itu

sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya”.

Di sini peneliti kualitatif berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, mentafsirkan data dan kesimpulan atas semuanya. Maka dalam

penelitian kualitatif pada awalnya memang permasalahan belum jelas dan pasti,

maka yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Tetapi setalah masalah

yang akan dipelajari itu jelas barulah dapat dikembangkan suatu instrument.

3.6 Informan Penelitian

Di dalam penelitian ini mengenai Implementasi pProgram Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak,

penentuan informannya menggunakan teknik purposive. Dimana menurut Morse

dan Denzim K (2009:189), seorang informan yang baik adalah seorang yang

mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti, memiliki

kemampuan reflektif, bersifat arkulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan

bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian penentuan informan dalam

penelitian ini. menurut Morse dan Denim K (2009:290) bahwa penentuan key

informan disebut pemilihan partisipan pertama (the primary selection), yaitu

pemilihan secara langsung member peluang bagi peneliti untuk menentukan


sampel dari sekian informan yang ditemui. Sedangkan jika peneliti tidak dapat

menentukan partisipan secara langsung, secara alternative peneliti dapat

melakukanpemilihan informan kedua (secondary selection). Dalam penelitian ini

yang menjadi key informan adalah sanitarian Puskesmas Kecamatan

Rangkasbitung/Bagian Kesehatan Lingkungan Kecamatan Rangkasbitung serta

pengurus Pamsimas di Desa Pasir Tanjung, Sanitarian Puskesmas Mandala

Kecamatan Cibadak dan informan yang lain adalah dari pihak Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak, Dinas Cipta Karya, dan juga masyarakat di Desa Pasir

Tanjung yang mengurus dan penanggung jawab atas Pamsimas di kampungnya

masing-masing.

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Nama Informan Nama Instansi Jabatan

1. Ibu Ela Arwati Puskesmas Bag.

Rangkasbitung Kesling/Sanitarian

Puskesmas

Rangkasbitung

2. Ibu Anik Anifah Puskesmas Bag.

Mandala Kesling/Sanitarian

Puskesmas Mandala

3. Bapak Yayat Kantor Balai Pengurus Pamsimas

Desa Pasir Desa Pasir Tanjung


Tanjung

4. Bapak dadan Kantor Balai Pengurus Pamsimas

Desa Desa Tambakbaya

Tambakbaya

5. a. Bapak Aat Warga di Desa Penanggung

b. Bapak Selamet Pasir Tanjung jawab/Pengurus

c. Ibu Ratna Pamsimas di

d. Ibu Rodiah kampung masing-

e. Ibu Awot masing

f. Ibu Mustopa

g. Bapak Jari

h. Bapak Sain

i. Bapak Nuthasan

6. a. Ibu Nur Warga-warga di Masyarakat sasaran

b. Bapak Aang Desa program di Desa

c. Ibu Diah Tambakbaya Tambakbaya

7. Ibu Windarti Dinas Bagian Pelaksana

Kesehatan Penyehatan

Kabupaten Lingkungan (PPL)

Lebak

8. Ibu Phatma Sari Dewi Dinas Staf Surveilans dan


Kesehatan Penyehatan

Kabupaten Lingkungan

Lebak

9. Bapak Helmi Bappeda Kab Kasubid Perencanaan

Lebak Pembangunan

Permukiman dan

Perencanaan wilayah

10. Ibu Vina Cipta Karya Kasi Program dan

Kabupaten anggaran Dinas Cipta

Lebak Karya Kabupaten

Lebak

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan data-data yang diperlukan di dalam penelitiannya. Di dalam

penelitian kualitatif lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, 4) diskusi

terfokus.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat teknik

seperti wawancara, observasi, dokumentasi, diskusi terfokus dimana teknik-teknik


tersebut diharapkan dapat memperolehkan data dan informasi yang diperlukan

oleh peneliti dalam penelitian ini.

3.7.1 Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011:321) mendefinisikan

wawancara sebagai “a meeting of two person to exchange information and

idea through question and responses, resulting in communication and join

construction of meaning about a particular topic.” Atau wawancara

merupakan pertemuan antara dua oranguntuk bertukar informasi dan ide

melalui Tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dan suatu topik.

Dalam proses wawancara ini, peneliti meminta informan untuk dapat

menjelaskan, menggambarkan, dan menceritakan tentang berbagai hal yang

terkait dengan penelitian seperti fenomena yanga da di lapangan. Di dalam

penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung dari narasumber

sebagai informan utama yaitu bagian sanitarian Puskesmas Kecamatan

Rangkasbitung dan sanitarian Puskesmas Mandala mengenai Implementasi

program Pamsimas di Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan Cibadak

Kabupaten Lebak.
3.7.2 Pedoman Wawancara

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti

berdasarkan tugas pokok dan fungsi setiap informan dalam penelitian. Hal ini

dimaksudkan dalam proses wawancara bisa berjalan dan menghasilkan

informasi yang sesuai yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

NO Dimensi Wawancara Model

Implementasi Grindle Informan

Menurut Isi Kebijakan

1. Kepentingan yang 1. Ibu Ela sebagai


Sanitarian dan bagian
terpengaruhi oleh kebijakan
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung.
2. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
3. Ibu Windarti, Bagian
Pelaksana Penyehatan
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
2 Jenis manfaat yang akan di 1. Ibu Ela sebagai
Sanitarian dan bagian
hasilkan
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung.
2. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
3. Warga Desa Pasir
Tanjung
4. Warga Desa
Tambakbaya
5. Bapak Yayat
Penanggung jawab
Pamsimas di Desa
Pasir Tanjung
3. Derajat perubahan yang 1. Ibu Windarti,

diinginkan Bagian Pelaksana

Penyehatan

Lingkungan (PPL)

Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak.

2. Ibu Phatma Sari

Dewi, Staf
Surveilans dan

Penyehatan

Lingkungan Dinas

Kesehatan

Kabupaten Lebak.

3. Ibu Ela sebagai

Sanitarian dan

bagian Kesling di

Puskesmas

Rangkasbitung

4. Kedudukan Pembuat 1. Ibu Windarti, Bagian

kebijakan Pelaksana

Penyehatan

Lingkungan (PPL)

Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak.

2. Ibu Phatma Sari

Dewi, Staf

Surveilans dan

Penyehatan
Lingkungan Dinas

Kesehatan

Kabupaten Lebak.

3. Ibu Ela sebagai

Sanitarian dan

bagian Kesling di

Puskesmas

Rangkasbitung

5. (siapa) Pelaksana program 1. Ibu Ela sebagai


Sanitarian dan bagian
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung
2. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
3. Ibu Windarti, Bagian
Pelaksana Penyehatan
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
4. Ibu Phatma Sari Dewi,
Staf Surveilans dan
Penyehatan
Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Lebak.
5. Ibu Vina, Kasi
Perencanaan dan
anggaran dana Dinas
Cipta Karya Kabupaten
Lebak

6. Sumber daya yang 1. Ibu Ela sebagai


Sanitarian dan bagian
dikerahkan
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung
2. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
3. Ibu Windarti, Bagian
Pelaksana Penyehatan
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
4. Ibu Phatma Sari Dewi,
Staf Surveilans dan
Penyehatan
Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Lebak.
5. Ibu Vina, Kasi
Perencanaan dan
anggaran dana Dinas
Cipta Karya Kabupaten
Lebak.

No Dimensi Wawancara Model

Implementasi Menurut Informan

Konteks Implementasinya

1. Kekuasaan, kepentingan, dan 1. Ibu Windarti, Bagian


Pelaksana Penyehatan
strategi aktor yang terlibat.
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
2. Ibu Phatma Sari Dewi,
Staf Surveilans dan
Penyehatan
Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Lebak.
3. Ibu Vina, Kasi
Perencanaan dan
anggaran dana Dinas
Cipta Karya Kabupaten
Lebak.Ibu Ela sebagai
Sanitarian dan bagian
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung.
4. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
2. Karakteristik lembaga dan 1. Ibu Windarti, Bagian
Pelaksana Penyehatan
penguasa.
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
2. Bapak Helmi, Kasubid
Perencanaan
Pembangunan
Permukiman dan
Perencanaan wilayah
3. Ibu Vina, Kasi
Perencanaan dan
anggaran dana Dinas
Cipta Karya Kabupaten
Lebak.Ibu Ela sebagai
Sanitarian dan bagian
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung.
4. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
3. Kepatuhan dan daya tanggap 1. Ibu Windarti, Bagian
Pelaksana Penyehatan
Lingkungan (PPL)
Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
2. Ibu Phatma Sari Dewi,
Staf Surveilans dan
Penyehatan
Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten
Lebak.
3. Ibu Vina, Kasi
Perencanaan dan
anggaran dana Dinas
Cipta Karya Kabupaten
Lebak.Ibu Ela sebagai
Sanitarian dan bagian
Kesling di Puskesmas
Rangkasbitung.
4. Ibu Anik Anifah
Sebagai Sanitarian di
Puskesmas Mandala
Kecamatan Cibadak
5. Warga Desa Pasir
Tanjung
6. Warga Desa
Tambakbaya
3.7.3 Observasi

Observasi yaitu dengan cara terjun langsung ke lapangan melihat langsung

bagaimana implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak.

3.7.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui

rekaman suara, foto-foto, dokumen yang terkait dengan penelitian baik yang

tertulis maupun gambar-gambar.

3.7.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti

melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian,

analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut

bersifat jenuh. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005:248)

menjelaskan bahwa data kualitatif adalah :


“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”

Data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang

diteliti. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus hingga tuntas sampai datanya sudah jenuh.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dimana data yang

diperoleh akan di analisis dan dikembangkan menjadi sebuah asumsi dasar

penelitian.

Pemaparan diatas mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai

dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam

analisis meliputi pengumpulan data, reduksi, penyajian data, serta penarikan

kesimpulan.

Analisis data dapat dilakukan meliputi tahap-tahap sebagai berikut :


1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data-data yang berupa

data verbal dari hasil wawancra diubah menjadi bentuk tulisan.

2. Reduksi data

Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah

penelitian dalam mengumpulkan data selanjutnya, makan dilakukan

mereduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilahan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan.

Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data masih

berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean,

meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian). Proses informasi ini

berlanjut terus menerus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.

Dengan kata lain, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Data yang diperoleh melalui penggunaan instrumen, selanjutya data

dipilih sesuai dengan tujuan permasalahan yang ingin dicapai.

3. Penyajian data

Penyajian dta dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan


dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Akan tetapi dalam penelitian ini, penyajian data yang peneliti

lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi, seperti yang dikatakan

oleh Miles & Huberman, “the frequent from display data for qualitative

research data in the past has been narrative text” ( yang paling sering

digunakan untuk penyajian data kualitatif pada masa lalu adalah bentuk teks

naratif). Penyajian data bertujuan agar penelitian dapat memahami apa yang

terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

Dengan kata lain, penyajian data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori yang berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Penarikan kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data,peneliti mulai mencari arti dari

hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik

kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan

sebelumnya masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses

pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan

tersebut didukung dengan bukti-bukti data valid dan konsisten yang peneliti

temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.


Intinya adalah penarikan kesimpulan diperoleh setelah menyajikan

data. Kesimpulan hasil kegiatan mengaitkan antara pernyataan-pernyataan

penelitian dengan data yang diperoleh di lapangan.

Teknik analisis data yang telah diuraikan tersebut mengacu pada

model interaktif (Milles dan Huberman, 2009:20)

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

(Miles dan Huberman, 2009:20)

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Penarikan kesimpulan
Reduksi Data dan verifikasi
4.7.6 Sumber Data

Menurut Lofland dalam Sugiyono (2011:224), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumentasi dan lain-lain. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa ada perantara dari

sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda, situs, atau manusia. seorang

peneliti sosial bisa mendapatkan data-data primernya dengan cara

menyebarkan kuisoner, melakukan wawancara mendalam, atau melakukan

pengamatan langsung terhadap suatu aktifitas masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen seperti

laporan, karya tulis, Koran, majalah, dan sebagainya.

4.7.7 Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pengujian keabsahan data dilakukan dengan cara :

1. Perpanjang pengamatan ini berarti hubungan penelitidengan narasumber akan

semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran

dalam penelitian, di mana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku

yang dipelajari (Sugiyono, 2008:271)

2. Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the

data according to the convergence of multiple data sources or multiple data

collection procedures (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono 2008:273).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

3. Mengadakan Membercheck, member check adalah proses pengecekan data

yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah

untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, dan apabila

perbedaannya tajam maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan

membercheck adalah agar data atau informasi yang di dapat sesuai dengan apa

yang dimaksud oleh sumber data atau informan. (Sugiyono 2008:276).


3.8 Jadual penelitian

No Nama Desember Januari Februari Maret April Mei


Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke ke ke ke ke ke
1. Pengamatan

Lapangan

2. Menentukan

tema penelitian

3. Izin penelitian

4. Pengumpulan

data

terkait/melaku

kan penelitian

5. Bimbingan

6. Penyusunan

laporan

penelitian

7. Seminar
Proposal

8. Acc Lapangan
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Lebak

Secara Geografis wilayah Kabupaten Lebak terletak pada koordinat 6 18’-7

00’ Lintang Selatan dan 105 25’ - 106 30’ Bujur Timur. Jarak terpanjang

menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang

dari barat ke timur sekitar 90 km, dengan lurus wilayah 1.467,35 Km2, dan

berbatasan langsung dengan wilayah lain yaitu :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang

2. Sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang, Kabupaten Bogor

dan Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan topografinya, Kabupaten Lebak terbagi dalam 3 (tiga)

karakteristik yaitu wilayah selatan dengan ketinggian 0-200 meter dpl (di

atas permukaan laut) terutama berada di sepanjang pantai selatan; wilayah

tengah dan utara dengan ketinggian antara 201-500 meter; serta wilayah
timur yang memiliki ketinggian antara 501-1000 meter dengan puncaknya

berupa Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

Tabel 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Lebak

Luas wilayah dari Kabupaten Lebak adalah 304.472 hektar atau sebesar 3.044,72

km². Wilayah Kabupaten Lebak yang memiliki luas terbesar berada di Kecamatan

Cibeber, yaitu sebesar 38.315 hektar, sedangkan wilayah yang memiliki luas terkecil

yaitu berada di Kecamatan Kalanganyar dengan luas sebesar 2,591 hektar. Secara

administrative, Kabupaten Lebak terdiri atas 345 Desa yang berada di 28 Kecamatan

dengan luas dan jumlah desa sebagai berikut :


Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kabupaten Lebak

Laki-
Kecamatan Perempuan Jumlah
laki

Malingping 32.584 31.137 63.721

Wanasalam 27.316 25.868 53.184

Panggarangan 18.587 17.966 36.553

Cihara 15.709 14.901 30.610

Bayah 21.420 20.817 42.237

Cilograng 16.939 15.922 32.861

Cibeber 28.741 27.522 56.263

Cijaku 14.105 13.749 27.854

Cigemblong 10.336 9.921 20.254

Banjarsari 30.477 29.011 59.488

Cileles 24.624 23.772 59.488

Gunung Kencana 17.438 16.414 33.852

Bojongmanik 11.233 10.753 21.986

Cirinten 13.412 12.216 25.673

Leuwidamar 26.764 25.480 52.244

Muncang 16.768 15.983 32.751

Sobang 15.081 14.321 29.402

Cipanas 24.006 23.038 47.044


Lebakgedong 11.637 10.643 22.280

Sajira 24.626 23.430 48.056

Cimarga 32.234 30.930 63.164

Cikulur 24.476 23.827 48.303

Warunggunung 27.662 26.172 53.834

Cibadak 30.952 29.178 60.130

Rangkasbitung 62.030 58.778 120.808

Kalanganyar 17.246 15.873 33.119

Maja 27.294 25.058 52.352

Curugbitung 16.128 14.998 31.126

Sumber : Lebak Dalam Angka, 20014

Dari data diatas, Setiap kecamatan tentu memiliki kepadatan penduduk yang

berbeda-beda, di Kabupaten Lebak sendiri kepadatan penduduk berada di Kecamatan

Rangkasbitung dengan jumlah penduduk 120.808 jiwa dan yang paling sedikit

jumlah penduduknya berada di kecamatan Bojongmanik. Kecamatan Rangkasbitung

adalah pusat pemerintahan dari Kabupaten Lebak yang disebut juga Ibu Kota dari

Kabupaten Lebak, dimana aktivitas masyarakatseperti perkantoran, pendidikan,

kesehatan berada di Kecamatan Rangkasbitung.


Tabel 4.3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lebak Tahun 2008

Luas
No. Kecamatan Wilayah No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha)
(Ha)
1 Malingping 92,17 15 Leuwidamar 146,91
2 Wanasalam 134,29 16 Muncang 84,98
3 Panggarangan 163,36 17 Sobang 107,20
4 Cihara 159,57 18 Cipanas 75,38
5 Bayah 153,74 19 Lebakgedong 62,55
6 Cilograng 107,20 20 Sajira 110,98
7 Cibeber 383,15 21 Cimarga 183,43
8 Cijaku 74,36 22 Cikulur 66,06
9 Cigemblong 75,29 23 Warunggunung 49,53
10 Banjarsari 145,31 24 Cibadak 41,34
11 Cileles 124,98 25 Rangkasbitung 49,51
Gunung
12 145,77 26 Kalanganyar 25,91
Kencana
13 Bojongmanik 58,21 27 Maja 59,87
14 Cirinten 91,12 28 Curugbitung 72,55

Sumber: Lebak Dalam Angka 2014

Dari tabel diatas, Kecamatan yang memiliki luas paling terluas di Kabupaten

Lebak adalah Kecamatan Cibeber dengan luas 383,15 Ha. Sedangkan yang paling

sempit adalah Kecamatan Kalanganyar dengan luas 25,91 Ha. Sedangkan dari

kondisi jarak dari Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung sebagai Ibu Kota
Kabupaten Lebak, Kecamatan paling jauh adalah Kecamatan Cilograng sejauh 160

KM, Kecamatan paling dekat adalah Kecamatan Rangkasbitung dengan jarak 1 KM.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Jarak Ibu Kota Kecamatan

ke Kota Rangkasbitung

No. Kecamatan Jarak (KM) No. Kecamatan Jarak (KM)


1 Malingping 100 15 Leuwidamar 20
2 Wanasalam 99 16 Muncang 37
3 Panggarangan 127 17 Sobang 62
4 Cihara 105 18 Cipanas 38
5 Bayah 135 19 Lebakgedong 47
6 Cilograng 160 20 Sajira 27
7 Cibeber 152 21 Cimarga 9
8 Cijaku 80 22 Cikulur 17
9 Cigemblong 77 23 Warunggunung 10
10 Banjarsari 70 24 Cibadak 5
11 Cileles 50 25 Rangkasbitung 1
12 Gunungkencana 58 26 Kalanganyar 1
13 Bojongmanik 36 27 Maja 21
14 Cirinten 45 28 Curugbitung 34
Sumber : Lebak Dalam Angka, 2014
b. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Lebak tahun 2011 berdasarkan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil sebanyak 1.282.858 Jiwa terdiri dari 663.404 laki-

laki dan 619.454 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lebak

rata-rata pertahun pada 2011 adalah 1,72% laju pertumbuhan penduduk nasional

adalah 1,49%, bila dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi Banten pada tahun

2011 adalah 2,80% relative dibawah angka Provinsi Banten.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Lebak sebesar 380 jiwa/ Km²dengan

penyebaran penduduk yang tidak merata. Konsetrasi terbesar berada di Lebak Utara

39,90% dan Lebak Selatan 32,15%, kemudian Lebak Timur 22,42%.

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kabupaten Lebak sebagian besar

berada dalam kelompok umur 15-64 tahun. Hal ini berarti sebagian penduduk berusia

produktif dan merupakan angkatan kerja. Komposisi penduduk berdasarkan golonga

umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Lebak Tahun 2011

Golongan Umur Laki-laki perempuan Lakui-laki + Perempuan

0-14 tahun 192.590 179.067 371.657 (28,97%)

15-59 tahun 433.345 387.519 820.864 (63,99%)


60 tahun ke atas 37.469 52.868 90.337 (7.04%)

Jumlah 663.404 619.454 1.282.858 (100%)

Sumber: BPPKBMPD Kabupaten Lebak, Tahun 2011

Dari tabel 1 terlihat gambaran penduduk laki-laki dan perempuan menurut

golongan umur 0 sampai 14 tahun berjumlah 371.657 umur 15 sampai 59 tahun

jumlahnya 90.337. dengan demikian dapat digambarkan bahwa usia produktif di

Kabupaten Lebak lebih tinggi dibadingkan golongan umur lainnya.

Gambaran tingkat kesejahteraan dengan alasan ekonomi dan non ekonomi dapat

terlihat pada Tabel 2 dengan jumlah keseluruhan tahun 2011 sebanyak 351.602 KK,

degan jumlah rincian Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 72.056 KK atau 20,50%,

Keluarga Prasejahtera dengan alasan Ekonomi dan non Ekonomi I sebanyak 100.351

atau 28,54%, Keluarga Sejahtera II sebanyak 118.751 atau 33,77% dan Keluarga

Sejahtera III sebanyak 49.688 atau 14,13%. Dan keluarga Sejahtera III Plus sebanyak

10,756 atau 3,06%. Jadi dari gambaran tersebut maka dapat di lihat bahwa tahapan

keluarga sejahtera di Kabupaten Lebak masih bayak yang kuramg Sejahtera.

Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan dominasi aktivitas pertanian, bukan

hanya karena banyak terdapat lahan pertanian (50% dari total luas wilayah) namun

juga didukung oleh komposisi penduduk yang mayoritas bekerja disektor pertanian.

Terbukti bahwa hingga tahun 2010, penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai
53,68%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran dijadikan tumpuhan

harapan hidup oleh 76.376 penduduk (16,08% dari total tenaga kerja).

Kabupaten Lebak memiliki dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciujung

yang meliputi sungai Ciujung, Sungai Cilaki, Sungai Ciberang, dan Sungai Cisimeut;

serta DAS Ciliman – Cimandur yang meliputi Sungai Ciliman dengan anak sunginya,

Sungai Cimandur, Sungai Cisiih, Sungai Cihara, Sungai Cipager, dan Sungai

Cibaliung. Dari sisi demografi, jumlah penduduk Kabupaten Lebak berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 2010 mencapai 1.204.095 jiwa dengan sex ration sebesar

105,81%, sedangkan pada tahun 2001 jumlah penduduk Kabupaten Lebak berjuml;ah

1.282.858 jiwa dengan rincian 663.404 laki-laki dan 619.454 perempuan. Dari data

tersebut jumlah penduduk mengalami kenaikan sebesar 78.763 jiwa. Mencermati

perkembangan jumlah penduduk dalam sebelas tahun terakhir, dengan laju

pertumbuhan rata-rata sebesar 1,34%.

Kabupaten Lebak memiliki moto atau semboyan yaitu Iman, Aman, Uman,

Amin. Yng mana dari keempat kata tersebut mengandung pengertiannya masing-

masing:

1. Iman

Keyakinan yang teguh kepada Tuhan yang Maha Esa, menurut perintah dengan

penuh rasa tanggung jawab.


2. Aman

Tiada gangguan dan tak sudi mengganggu, tentram, damai, sauyunan, sehat lhir batin.

3. Uman

Milik teratur, tanah subur, rakyat makmur, dagang untung, tani berbukti (mukti).

4. Amin

Ibadah dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pemberiannya yang telah

dilimpahkan kepada daerah dan rakyat Lebak.

4.1.2 Gambaran Umum Desa Pasir Tanjung

Desa Pasir Tanjung adalah salah satu desa dari sekian banyak desa di

Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan mempunyai

jarak dan waktu tempuh sebagai berikut :

a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan Rangkasbitung : ± 4 Km

b. Jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Lebak : ± 4 Km

c. Jarak dengan Ibu Kota Provinsi Banten : ± 40 Km

d. Jarak dengan Desa Terdekat : ± 2 Km

e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan Rangkasbitung : ± 15 Menit

f. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kabupaten Lebak : ± 15 Menit

g. Waktu tempuh ke Ibu Kota Provinsi Banten : ± 120 Menit

h. Waktu tempuh Desa Terdekat : ± 10 Menit

i. Luas Wilayah Desa Pasir Tanjung : ± 2.646 Ha


Batas-Batas Wilayah Desa Pasir Tanjung adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Rangkasbitung

Timur Kecamatan Rangkasbitung

b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Tambak Kecamatan

Cimarga

c) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sindang mulya

Kecamatan Maja

d) Sebelah Barat : Berbatasan Desa Sangiang Tanjung Kecamatan

Kalanganyar

Potensi Sumber Daya Manusia :

Tabel 4.6 Potensi Sumber Daya Manusia

Di Desa Pasir Tanjung


Jumlah Laki-laki 2.441 Orang

Jumlah Perempuan 2305 Orang

Jumlah Total 4.746 Orang

Jumlah Kepala Keluarga 1.648 KK


Pendidikan:

Tabel 4.7 Pendidikan

Di Desa Pasir Tanjung

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

Usia 3 - 6 tahun sedang 35 Orang 80 Orang

TK/Play group

Usia 7 – 18 tahun yang 31 Orang 85 Orang

tidak pernah sekolah

Usia 7 – 18 tahun yang 451 Orang 337 Orang

sedang sekolah

Usia 18 – 56 tahun yang 87 Orang 93 Orang

tidak pernah sekolah

Tamat SD/Sederajat 861 Orang 421 Orang

Usia 12 – 56 tahun yang 115 Orang 158 Orang

tidak tamat SLTP

Usia 18 – 56 tahun yang 165 Orang 145 Orang

tidak tamat SLTA

Tamat SMP/Sederajat 297 Orang 108 Orang

Tamat SMA/Sederajat 125 Orang 65 Orang

Tamat D-3/Sederajat 4 Orang 1 Orang

Tamat S-1/Sederajat 4 Orang 2 Orang


Jumlah Total 2.175 Orang 1.493 Orang

Mata Pencaharian Pokok:

Tabel 4.8 Mata Pencaharian Pokok

Di Desa Pasir Tanjung

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 579 Orang 129 Orang

Buruh Tani 501 Orang 598 Orang

Pegawai Negeri Sipil 5 Orang -

Pengrajin 4 Orang -

Ahli Pengobatan 1 Orang -

Alternatif

POLRI 1 Orang -

Pengusaha kecil, 2 Orang 1 Orang

menengah, dan besar

Pedagang keliling 10 Orang 49 Orang

Purnawirawan/Pensiunan 5 Orang 4 Orang

Jumlah Total 1.889 Orang


4.1.3 Gambaran Umum Desa Tambakbaya

Desa Tambakbaya adalah salah satu desa dari sekian banyak desa di

Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan mempunyai

jarak dan waktu tempuh sebagai berikut :

a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan Rangkasbitung : ± 7 Km

b. Jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Lebak : ± 12 Km

c. Jarak dengan Ibu Kota Provinsi Banten : ± 60 Km

d. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan Rangkasbitung : ± 25 Menit

e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kabupaten Lebak : ± 25 Menit

f. Waktu tempuh ke Ibu Kota Provinsi Banten : ± 120 Menit

g. Luas Wilayah Desa Tambakbaya : ± 51.107 Ha

Batas-Batas Wilayah Desa Tambakbaya adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Bojongleles

Kecamatan Cibadak

b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Cigoong Kecamatan

Cikulur

c) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Cilangkap

Kecamatan Kalanganyar

d) Sebelah Barat : Berbatasan Desa Sukadaya/Warunggunung


Kecamatan Cikulur/Warunggung

Potensi Sumber Daya Manusia :

Tabel 4.9 Potensi Sumber Daya Manusia

Di Desa Tambakbaya

Jumlah Laki-laki 2.118 Orang

Jumlah Perempuan 2.006Orang

Jumlah Total 4.118Orang

Jumlah Kepala Keluarga 1.001 KK

Pendidikan:

Tabel 4.10 Pendidikan

Di Desa Tambakbaya

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

Usia 3 - 6 tahun yang 112 Orang 104 Orang

belum masuk TK

Usia 3 - 6 tahun sedang 4 Orang 8 Orang


TK/Play group

Usia 7 – 18 tahun yang 7 Orang 5 Orang

tidak pernah sekolah

Usia 7 – 18 tahun yang 162 Orang 173 Orang

sedang sekolah

Usia 18 – 56 tahun yang 4 Orang 3 Orang

tidak pernah sekolah

Tamat SD/Sederajat 367 Orang 589 Orang

Usia 12 – 56 tahun yang 163 Orang 209 Orang

tidak tamat SLTP

Usia 18 – 56 tahun yang 236 Orang 397 Orang

tidak tamat SLTA

Tamat SMP/Sederajat 147 Orang 193 Orang

Tamat SMA/Sederajat 98 Orang 115 Orang

Tamat D-2/Sederajat 3 Orang 2 Orang

Tamat S-1/Sederajat 5 Orang 2 Orang

Tamat S-1/Sederajat 2 Orang -

Jumlah Total 1.608 Orang 1.999 Orang


Mata Pencaharian Pokok:

Tabel 4.11 Mata Pencaharian Pokok

Di Desa Tambakbaya

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan


Petani 316 Orang 33 Orang

Buruh Tani 289 Orang 148 Orang

Buruh Migran - 10 Orang

Pegawai Negeri Sipil 11 Orang 6 Orang

Pengrajin 6 Orang 9 Orang

Peternak 2 Orang -

Montir 2 Orang -

Ahli Pengobatan 2 Orang -


Alternatif
POLRI 2 Orang -
Pengusaha kecil, 81 Orang 158 Orang
menengah, dan besar

Pembantu rumah tangga 6 Orang 40 Orang

Karyawan Perusahaan 136 Orang 89 Orang


Swasta
Karyawan Perusahaan 1 Orang -
Pemerintah
Purnawirawan/Pensiunan 6 Orang 7 Orang

Jumlah Total 1.396 Orang

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil observasi penelitian Implementasi program penyediaan air

minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak. Meningat

jenis dan analisis data adalah kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif

berbentuk kata-kata berupa kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan

serta data, atau hasil dokumentasi lainnya. Sumber data utama dicatat dalam catatan

tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam proses wawancara

adalah menggunakan handphone. Adapun proses dokumentasi yang penelioti ambil

selama proses pengamatan adalah berupa catatan lapangan dan foto-foto, karena data

berupa foto dapat menghasilkan data deskriptif yang berharga dan sering digunakan

untuk menganalisis obyek yang sedang diteliti melalui segi-segi subyektif.

Berdasarkan teknik analisis data kualitatif, data-data tersebut dianalisis

selama penelitian berlangsung. Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif

model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huburman. Data yang diperoleh

dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi, maupun observasi


dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya dan memberikan kode pada

setiap aspek berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan

masalah penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam penyusunan jawaban

penelitian ini, peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu, diantaranya yaitu

1. Kode QA,B ….. dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan

2. Kode I1-7 …... dan seterusya menandakan daftar urutan informan

3. Kode I1,A,B ….. dan seterusnya menandakan informan desa Pasir Tanjung

4. Kode I1,A1-7…. dan seterusnya menandakan daftar informan desa Tambakbaya

Setelah peneliti memberikan kode-kode pada setiap aspek tertentu yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian sehingga dapat diketemukan tema dan

polanya, maka peneliti melakukan kategorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang

telah dikemukakan peneliti dilapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-

jawaban tersebut dan mencari data penunjang lain yang akan memperkuat hasil

penelitian dilapangan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif, bagan, matriks, hubungan antar

kategori, dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti

lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi Merille S.

Grindle mengingat hal ini merupakan penelitian kualitatif dengan tidak


menggeralisasikan jawaban penelitin, maka semua jawaban yang dikemukakan oleh

informan dalam pembahasan penelitian yang telah disesuaikan dengan teori Merilee

S Grindle. Teori tersebut menjelaskan bahwa keberhasilan pada suatu Implementasi

kebijakan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat

(Pamsimas) di Kabupaten Lebak adalah dapat dilihat dari dua hal yaitu contex of

policy dan content of policy mengenai keberhasilan suatu implementasi kebijakan

dalam program tersebut. Berikut ini merupakan kategori yang telah disusun oleh

peneliti berdasarkan hasil penelitian di lapangan.

A. Isi Kebijakan (content of policy) yang terdiri dari beberapa indikator yaitu:

1. Kepentingan-kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, dengan

kategori :

a. Yang menjadi latarbekang adanya program penyediaan air minum

dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas)

b. Adanya kepentingan-kepentingan yang terpengaruhi dengan adanya

program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat

(Pamsimas)

2. Tipe Manfaat yang Dihasilkan, dengan kategori :

a. Manfaat yang di dapat dari adanya program penyediaan air minum

dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) untuk masyarakat

keseluruhan
b. Manfaat yang di dapat dari adanya program penyediaan air minum

dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak

3. Derajat Perubahan yang Ingin Dicapai, dengan dikategorikan :

Dengan adanya program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) diharapkan dapat memberikan pelayanan dan

penyedian air minum yang maksimal terhadap masyarakat.

4. Letak Pengambilan Keputusan, dikategorikan :

Letak pengambilan keputusan mengenai penetapan penyimpanan

penampungan air bersih yang dilakukan oleh para pelaksana untuk

menyimpan titik pelayanan dari program Pamsimas.

5. Pelaksana Progrm, dengan kategori :

Koordinasi antar pelaksana program penyediaan air minum dan sanitasi

berbasis masyarakat (Pamsimas) berjalan sesuai dengan prosedur.

6. Sumber Daya yang Digunakan, dengan kategori:

a. Sumber daya manusia sebagai pelaksana program baik dari tingkat

Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan tingkat masyarakat desa

b. Kurangnya sarana dan prasarana dri program ini mengenai titik

penyimpanan penampungan air yang memang jumlahnya sedikit

dibadingan dengan jumlah keseluruhan kampung di desa.


B. Konteks Kebijakan (contex of Policy) yang terdiri dari :

1. Kekuasaan, Kepentintingan-kepentingan dan Strategi dari Aktor yang

Terlibat, dengan kategori :

Strategi yang dilakukan oelh pihak dinas terkait dalam upaya

membangun kesadaran masyarakat mengenei pentingnya kesehatan

lingkungan untuk menunjang program penyediaan air minum dan sanitasi

berbasis masyarakat (Pamsimas).

2. Karakteristik Lembaga dan Rezim yang Berkuasa, dengan kategori :

Karekteristik pihak dinas terkait, baik Dinas Kesehatan, Bappeda, Dinas

Cipta Karya dan Puskesmas sebagai pelaksana kebijakan yang masing-

masing memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dalam program

Pamsimas.

3. Kepatuhan dan Respom dari Pelaksana, dengan kategori :

a. Tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh setiap dinas terkait dengan

program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat

(Pamsimas) cukup baik dalam tugasnya.

b. Tingkat kepatuhan masyarakat dalam program penyediaan air

minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) masih sangat

kurang baik dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matriks agar

data yang didapat dari hasil kategorisasi diatas dapat dipahami secara
keseluruhan oleh para pembaca, setelah data dan informasi yang dipaparkan

bersifat jenuh maka dapat diambil kesimpulan untuk dijadikan jawaban

dalam pembahasan masalah dalam penelitian.

4.2.2 Daftar Informan

Seperti yang sudah dipaparkan oleh peneliti di bab sebelumnya, dalam

pemilihan informannya peneliti menggunakan teknik purposive sampling

(sample bertujuan). Informan dalam penelitian ini adalah para stakeholder

dalam Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak. Untuk dpat mengumpulkan dt

yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yang terdapat di dalam

BAB I, maka peneliti melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berikut ini akan dipaparkan daftar informan yang berkaitan dengan

penelitian.

Tabel 4.2
Daftar Informan

NO Kode Informan Status Sosial Jenis Kelamin

1. I1 Bagian Kesehatan Perempuan


Lingkungan dan Sanitarian
Puskesmas Rangkasbitung
2. I2 Bagian Kesehatan Perempuan

Lingkungan dan Sanitarian

Puskesmas Mandala

3. I3 Kasubid Perencanaan Laki-laki

Pembangunan Permukiman

dan Perencanaan wilayah

4. I4 Kasi Program dan anggaran Perempuan

Dinas Cipta Karya

5. I5 Pengurus Pamsimas Desa Laki-laki

Pasir Tanjung

6. 16 Pengurus Pamsimas Desa Laki-laki

Tambakbaya

7. I7 Staf Surveilans dan PL Perempuan

Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebak

8. 18 Pelaksana Penyehatan Perempuan

Lingkungan

9. I9 Warga Desa Pasir Tanjung -

10. I10 Warga Desa Tambakbaya -

(Sumber: Peneliti, 2014)

Keterangan Informan :
1. Ibu Ela, Bagian Kesehatan Lingkungan dan Sanitarian dari Puskesmas

Cisalam Kecamatan Rangkasbitung.

2. Ibu Anik, Bagian Kesehatan Lingkungan dan Sanitarian dari Puskesmas

Mandala Kecamatan Cibadak.

3. Bapak Helmi, Kasubid Perencanaan Pembangunan Permukiman dan

Perencanaan wilayah Bappeda Kabupaten Lebak.

4. Ibu Vina, Kasi Program dan anggaran Dinas Cipta Karya Kabupaten

Lebak.

5. Bapak Yayat, Pengurus dan Pelaksana Pamsimas tingkat desa- di desa

Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung.

6. Bapak Dadan, Pengurus dan Pelaksana tingkat desa- di desa

Tambakbaya

7. Ibu Windarti, Bagian Pelaksana Penyehatan Lingkungan (PPL) Dinas

Kesehatan Kabupaten Lebak.

8. Ibu Phatma Sari Dewi, Staf Surveilans dan Penyehatan Lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.

9. Warga-warga Desa Pasir Tanjung, diantaranya sebagai berikut:

A. Bapak Aat

B. Bapak Selamet

C. Ibu Ratna

D. Ibu Rodiah

E. Ibu Awot
F. Ibu Mustopa

G. Bapak Jari

H. Bapak Sain

I. Bapak Nuthasan

10. Warga-warga Desa Tambakbaya, diantaranya sebagai berikut:

A. Ibu Nur

B. Bapak Aang

C. Ibu Diah

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pamsimas

Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari

pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan

desa dan peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat,

dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan di desa, serta

berupaya menurukan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang

ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih. Adapun ruang

lingkup dari kegiatan program Pamsimas adalah :

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal

2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi

3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan


5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek

Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan

kesehatan. Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila

berbasis pada masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan

dan laki-laki, baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan

yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap

kebutuhan masyarakat tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara

aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara

sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat

kesehatan.

Program Pamsimas ini adalah salah satu program Pemerintah Pusat dalam

pembangunan yang masuk ke desa-desa untuk menyelesaikan segala

permasalahan yang berhubungan dengan air dan lingkungan yang berbasis

masyarakat. Program ini hadir tentu dengan tujuan awalnya adalah untuk

membantu masyarakat di desa dalam berbagai kebutuhan air untuk aktivitas

kehidupan sehari-harinya serta kesehatan lingkungan tempat mereka tinggal.

Program ini memang tidak hanya untuk desa tertinggal, tetapi untuk semua desa

yang memang membutuhkan sarana air ataupun kekurangan akses air di desa

mereka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut.


Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses air minum.

2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses sanitasi.

3. Bertambahnya 80% masyarakat “stop BABS”.

4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai

sabun.

5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana

Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan

Pamsimas.

6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota)

untuk pencapaian target MDG’s.

Pencapaian keberhasilan Pamsimas:

1. Adanya keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi.

2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta

terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

3. Adanya prioritas program kepada masyarakat yang miskin dan termajinalkan.

Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya program Pamsimas ini adalah

dengan meningkatnya jumlah masyarakat untuk mengakses air bersih atau air
minum dan sanitasi yang layak serta mempraktekan perilaku hidup bersih dan

sehat (hygiene), sebagai bagian usaha pencapaian target MDG’s sektor air minum

dan sanitasi melalui upaya pengarusutamaan (mainstreaming) dan perluasan

(scaling up) program berbasis masyarakat secara nasional. Adapun secara rinci

manfaat yang dihasilkan program Pamsimas adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan manusia

2. Mencegah atau memberikan kompensasi kerugian atas kehilangan asset

dan/atau mata pencaharian

3. Mencegah kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh pembangunan

secara individu atau bersama-sama.

4. Mendorong tercepainya dampak positif bagi lingkungan hidup.

5. Mengindari atau meminimalkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkugan

hidup yang tidak diinginkan.

6. Perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat serta

peningkatan pelayanan kesehatan.

Kemudian para pelaksana program tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota

dalam hal ini Bupati/Walikota adalah sebagai penanggung jawab pelaksana

program Pamsimas lingkup Kabupaten/Kota. Pokja AMPL Kabupaten/Kota

bertugas:
1. Mensosialisasikan program Pamsimas kepada masyarat di tingkat

Kabupaten/Kota.

2. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program

di Kabupaten/Kota.

3. Menetapkan daftar desa sasaran untuk disahkan dengan Surat

Keputusan Bupati/Walikota.

4. Menetapkan susunn anggota yang akan bertugas sebagai Panitia

Kemitraan.

5. Menyampaikan surat persetujuan RKM sebagai dasar penyusunan

SPPB antara Satker Kabupaten/Kota dengan KKM.

6. Memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota terkait kebijakan

yang diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan program.

7. Menfasilitasi dan memediasi penanganan berbagai masalah antar

sektor yang timbul dalam pelaksanaan program.

8. Memberikan pembinaan kepada pelaku program tingkat

Kabupaten/Kota terkait kebijakan operasional pelaksanaan program,

implementasi pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program.

9. Mengevaluasi kemajuan dan kinerja program dan melaporkannya

kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Pokja AMPL

Provinsi.

10. Memberikan pembinaan kepada pakem dalam penanganan

pengaduan masyarakat dan melaporkan hasil penanganan pengaduan


masyarakat kepada Pokja AMPL Provinsi dengan tembusan kepada

Bupati/Walikota.

11. Memberikan saran dan rekomendasi kepada DPMU dalam

pengelolaan program dan menjamin efektivitas dan efisiensi dana

bantuan luar negri

12. Memfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan RAD

AMPL, PJM Proaksi, Rencana Kerja BP SPAMS, dan Rencana

Kerja Asosiasi BP-SPAMS.

13. Melaporkan kepada Bupati/Walikota hasil pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan RAD AMPL Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung

pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Maka dapat disimpulkan bahwa program Pamsimas ini terstruktur dan

terkoordinasi mulai dari tingkat Pusat hingga ke tingkat desa, pada tingkat

kelembagaan di pusat terdiri dari Tim Pengarah Koordinasi Program, Tim

Teknis Program, dan Project Managemen Unit Pusat (PMU). Koordinasi

program dilakukan melalui Tim Pengarah Koordinasi Program dan Tim

Teknis Program diketuai oleh BAPPENAS dan beranggotakan departemen

dan kementrian terkait. Direktorat Jendral Cipta Karya sebagai executing

agency membentuk Central Project Management Unit (CPMU) untuk

mengendalikan pelaksanaan program secara operasional.


Adapun di tingkat Provinsi terdapat Tim Koordinasi Provinsi (TKP)

yang dibentuk melalui SK Gubernur diketuai oleh Bappeda Provinsi dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan

instansi lain yang terkait dengan kebutuhan. Untuk tingkat Kabupaten/Kota

setiap Kabuapten/Kota memiliki Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) yang

dibentuk melalui SK Bupati/Walikota diketuai oleh Kepala Bappeda

setempat, yang beranggotakan Dinas Cipta Karya dan Dinas Kesehatan serta

instansi terkait pemberdayaan masyarakat serta perwakilan kelompok

peduli/masyarakat sipil/LSM lokal.

Kemudian untuk Kriteria penempatan ataupun lokasi program untuk

tingkat provinsi adalah :

1. Tingginya angka kemiskinan

2. Terbatasnya akses terhadap air minum dan sanitasi

3. Tingginya prevalensi penyakit terkait air dan sanitasi

4. Bukan termasuk lokasi CWSHP (Community Water Suply and Healt

Project)

5. Mengikuti lokakarya sosialisasi program Pamsimas untuk

penjaringan minat.
Untuk tingkat Kabupaten/Kota juga digunakan kriteria seperti yang

disebutkan di atas, adapun criteria untuk Kabupaten/Kota lokasi sasaran

program adalah :

1. Bupati/Walikota membuat pernyataan minat keikutsertaan dalam

program Pamsimas.

2. Bersedia menyediakan dana kontribusi minimal sebesar 10% dari

total biaya RKM desa/kelurahan

3. Bersedia membentuk LKM, satuan pelaksana program, serta unit

pengelola untuk pasca program.

4. Menyediakan dana pendukung untuk operasional penyelenggaraan

program di tingkat Kabupaten/Kota.

5. Bersedia melaksanakan replikasi desa/kelurahan.

Untuk seleksi menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak

menjadi lokasi sasaran program Pmasimas diantarnya sebagai berikut :

1. Indeks kemiskinan desa.kelurahan yang tinggi

2. Desa/kelurhan yang memiliki keterbatasan akses terhadap air

bersih/air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

3. Desa/kelurhan dengan tingkat penyakit diare atau penyakit

terkait dengan air yang tinggi.


4. Desa/kelurahan yang belum mendapatkan program sejenis di 2

tahun terakhir.

Selanjutnya peneliti akan memaparkan pembahasan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti dri hasil observasi, wawancara, dokumentasi, serta studi

kepustakaan mengenai Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi

berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak, dengan beberapa indikator

yang diambil menurut teori Implementasi Model Merilee S Grindle. Indikatornya

adalah sebagai berikut :

A. Indikator Isi Kebijakan

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat adalah suatu

program yang dibuat oleh pemerintah untuk menanggulangi dan menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat mengenai

kekurangannya atau terbatasnya penerimaan cakupan air minum dan akses air bersih

di lingkungan masyarakat. dengan dikeluarkannya Program Pamsimas ini pada tahun

2008 adalah salah satu bukti nyata dari Pemerintah Indonesia untuk mencapai

Millennium Development Goals sektor Air minum dan Sanitasi, yaitu dengan tujuan

dapat menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air
minum dan sanitasi dasar. Adapun konteks dari isi kebijakan menurut Teori

Implementasi Grindle adalah sebagai berikut :

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh Kebijakan

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah peraturan yang

dibuat oleh pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan-

permasalahan di tengah masyarakat dengan melibatkan kepentingan-

kepentingan dari pihak tertentu ataupun pihak terkait pada tahap

implementasinya. Kepentingan-kepentingan yang terpengaruhi oleh

kebijakan tentu saja adalah sasaran dari kebijakan tersebut, seperti

masyarakat. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai indikator

kepentingan yang mempengaruhi dalam implementasinya.

Dalam sebuah kebijakan ataupun Program Pamsimas ini sasaran

utamanya adalah masyarakat, yaitu bertujuan untuk meningkatkan jumlah

warga masyarakat yang kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapat

rendah di wilayah perdesaan yang dapat mengakses pelayanan air minum

dan sanitasi yang berkelenjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku

hidup bersih dan sehat. Untuk lebih jelasnya peneliti menanyakan kepada

Ibu Ela sebagai Sanitarian di Puskesmas Rangkasbitung mengenai

kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan atau program Pamsimas

tersebut, berikut pemaparannya :

“Tentu tujuan awal dari Pamsimas ini untuk memenuhi cakupan air

bersih untuk masyarakat yang memang cakupan air bersihnya kurang, serta
mencoba untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang

kekurangan cakupan air bersih tersebut. Karena mereka biasanya

melakukan aktifitas keseharian mereka seperti mandi-mencuci pada

sebelum adanya program ini yaitu dengan kesungai, tentu perilaku

masyarakat kurang bisa menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya sendiri.

Tentu saja kepentingan yang terpengaruhi oleh Pamsimas adalah pada

masyarakat yang cakupan air bersihnya kurang, seperti sebagai sasaran

utama Program Pamsimas tersebut”

Ibu Anik sebagai sanitarian dari Puskesmas Mandala Kecamatan

Cibadak mengemukanan hal yang serupa seperti yang dipaparkan oleh Ibu

Anik, adalah sebagai berikut :

“kepentingan-kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan dari Program

Pamsimas ini adalah pada masyarakat yang memang mendapatkan fasilitas

ataupun pelayanan dari Program Pamsimas ini, seperti di desa

Tambakbaya yang dimana saya menjadi sanitariannya disana. Masayarakat

memang menjadi sasaran utama dalam Program Pamsimas ini, dimana

diharapkan masyarakat tersebut yang mendapatkan pelayanan Pamsimas

dapat terpenuhi cakupan air bersih dan dapat menjaga lingkungannya.”

Ibu Windarti sebagai Pelaksana Penyehatan Lingkungan Dinas

Kesehatan Kabupaten Lebak mengemukanan hal yang serupa seperti yang

dipaparkan sebelumnya oleh kedua sanitarian diatas, pemaparannya sebagai

berikut :
“Untuk kepentingan yang terpengaruhi oleh Pamsimas ini jelas untuk

penerima pelayanan adalah masyarakat di desa-desa ditempat tinggalnya

yang menerima ataupun mendapatkan pelayanan atas Program Pamsimas

tersebut. Adapun kepentingan terkait dari peleksana program terkait adalah

seperti dari Dinas Kesehatan, Dinas Cipta karya sebagai pembangunan

fisiknya, dan Sanitarian-sanitarian di puskesmas yang secara langsung ikut

serta dalam pembangunan Program Pamsimas tersebut.”

Berdasarkan uraian-uraian dari para informan diatas, dapat peneliti simpulkan

bahwa memang masyarakat sebagai sasaran utama di dalam pembuatan suatu

kebijakan oleh pemerintah, yaitu untuk mensejahterakan masyarakatnya tentu saja

kepentingan-kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan dari Program Pamsimas

ini adalah masyarakat. Dimana masyarakat menjadi penerima pelayanan dari

Pamsimas tersebut, dan para pelaksana ataupun penyelenggara dalam Program

Pamsimas. Karena tujuan dari program Pamsimas ini adalah untuk meningkatkannya

akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat, baik masyarakat dipedesaan

yang memiliki kekurangan cakupan air bersih dan air minum serta masyarakat miskin

khususnya yang berada di daerah tertinggal. Adapun secara rinci program Pamsimas

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat;


2. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan

sanitasi yang berkelanjutan;

3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah

daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan

sanitasi berbasis masyarakat;

4. Meningkatnya efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan

sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

Adapun sasaran program dalam indikator kinerja di Pedoman Umum

Pengelolaan Program Pamsimas adalah :

a. Terdapat tambahan 5,6 juta penduduk yang dapat mengakses sarana air

minum aman³ dan berkelanjutan;

b. Terdapat tambahan 4 juta penduduk yang dapat mengakses sarana sanitasi

yang layak dan berkelanjutan;

c. Minimal 50% masyarakat dusun (lokasi Program) menerapka Stop Buang

Air Besar Sembarangan (BABS)

d. Minimal 60% masyarakat mengadopsi program Cuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS)

e. Minimal 80% Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki dokumen perencanaan

daerah bidang air minum dan sanitasi untuk mendukung adopsi dan
pengarusutamaan Pendekatan Pamsimas dan pencapaian target

pembangunan air minum dan sanitasi daerah;

f. Minimal 80% Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran dari

APBD untuk pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang telah

dibangun serta peluasan program air minu, dan sanitasi untuk mencapai

MDG’s

2. Jenis Manfaat yang Dihasilkan

Suatu kebijakan yang dibuat oeleh pemerintah baik itu program, peraturan,

atau perundang-undangan sebagai landasan hukumnnya harus dapat

memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif serta dapat

merubah kearah yang lebih baik dari hasil pengimplementasiannya. Setiap

kebijakan tentunya adalah suatu upaya ataupun usaha dari pemerintah untuk

menjadikan sesuatu menjadi lebih baik lagi dan dapat menyelesaikan

permasalahan di tengah masyarakat serta bermanfaat. Tipe manfaat yang

dalam suatu program seperti dalam Program Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) adalah bertujuan untuk

meningkatkan jumlah warga masyarakat yang kurang terlayani termasuk

masyarakat berpendapat rendah di wilayah perdesaan yang dapat mengakses

pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelenjutan, meningkatkan

penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Untuk dapat mengetahui apakah manfaat yang dihasilkan dalam

Program Pamsimas ini, maka peneliti melakukan wawancara dengan para


pelaksana program yang menangani langsung dalam proses

pengimplementasian Program Pamsimas ini. Adapun pemaparan menurut

Ibu Ela sebagai Sanitarian Puskesmas Rangkasbitung mengenai tipe manfaat

adalah sebagai berikut :

“manfaat-manfaat yang dihasilkannya dari pamsimas itu seperti sekarang

masyarakat gak harus pergi ke sungai kalau mau mandi, nyuci, pokoknya

melakukan aktifitas kesehariannya bisa dirumah. Sedikit demi sedikit

masyarakat tau pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan badan

sendiri. Jadi setalah adanya Pamsimas ini, masyarakat di desa

Alhamdulillah cakupan airnya bisa terpenuhi dan kesadaran

masyarakatpun ikut tumbuh.”

Selanjutnya pemaparan menurut Ibu Anik sebagai Sanitarian Puskesmas

Mandala Kecamatan Cibadak mengenai tipe manfaat adalah sebagai berikut

“manfaat dari Pamsimas itu kan untuk menyediakan dan memenuhi

kebutuhan air minum ataupun air bersih disuatu daerah dan mencoba

merubah kebiasaan para warga atau masyarakat untuk bisa berprilaku

hidup bersih dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya menjaga lingkungan dimana mereka tinggal untuk

keberlangsungan hidup masyarakat juga. Jadi manfaat yang dihasilkan

dengan adanya Pamsimas adalah, masyarakat terpenuhi kebutuhan air


minum dan air bersih ditempat mereka tinggal serta mulai adanya

perubahan pola sikap ataupun kebiasaan dari masyarakat itu sendiri.”

Adapun pemaparan dari Bapak Yayat sebagai Pengurus Pamsimas di desa

Pasir Tanjung adalah sebagai berikut :

“Dengan adanya Pamsimas ini masuk ke desa kami tentu membawa

perubahan dan manfaat yang baik dan positif, masyarakat di desa menjadi

tidak perlu harus ke sungai kalau mau mandi, nyuci, buang air segala

macemnya itu sudah tidak perlu lagi. Manfaat dari Pamsimas ini sangat

positif, sangat berguna, sangat membantu sekali masyarakat di desa dalam

kehidupan keseharian masyarakat di desa ini, jadi merasa tertolong dengan

Pamsimas ini.”

Bapak Aat sebagai salah satu warga di Desa Pasir Tanjung

memaparkan pendapatnya sebagai berikut :

“saya sebagai warga Pasir Tanjung sangat merasa tertolong adanya

bantuan dari pemerintah ini keluarga saya serta masyarakat desa bisa

tertolong kebutuhan air bersihnya, jadi bisa mandi mencuci tidak harus

jauh kesungai lagi”

Berdasarkan uraian ataupun hasil pemaparan para informan mengenai tipe

manfaat yang dihasilkan oleh Program Pamsimas tentu manfaatnya sangat baik,

sangat berguna dan membantu para masyarakat di dalam melakukan aktivitas

keseharian mereka, Karena seperti yang kita tahu bahwa manusia pasti membutuhkan
air dalam kehidupan sehari-hari kita, baik untuk minum, untuk mencuci, untuk mandi

dan sebagainya. Maka dengan adanya Program Pamsimas ini, masyarakat yang

awalnya kesulitan memnuhi kebutuhan air mereka, atau masyarakat yang biasnya

melakukan aktifitasnya diluar rumah seperti di kebun atau disungai, sekarang dengan

adanya Pamsimas ini masyarakat dapat melakukannya di rumah masing-masing.

Bukan hanya itu, Program Pamsimas ini juga bertujuan untuk dapat merubah

kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Dan menimbulkan rasa

kepedulian terhadap kebersihan dan lingkungan sekitar mereka tinggal, karena hal

tersebut pula lah dapat mempengaruhi terhadap kebersihan dan kesehatan diri

masyarakat masing-masing. Karena dengan aktifitas masyarakat untuk kegiatan

sehari-hari mereka dengan di sungai atau di kebun, tentu masyarakat tidak menjaga

kebersihan lingkungannya. Maka dapat mengakibatkan tercemarnya lingkungan serta

menyebarkan atau membuat lingkungan kotor dan menyebakan munculnya penyakit-

penyakit yang dapat menularkandari air dan lingkungan seperti contohnya diare.

Maka tipe manfaat yang diharapkan dengan adanya program Pamsimas ini

adalah dengan meningkatnya jumlah masyarakat untuk mengakses air bersih atau air

minum dan sanitasi yang layak serta mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat

(hyangiene), sebagai bagian usaha pencapaian target MDG’s sektor air minum dan

sanitasi melalui upaya pengarusutamaan (mainstreaming) dan perluasan (scaling up)


program berbasis masyarakat secara nasional. Adapun secara rinci manfaat yang

dihasilkan program Pamsimas adalah sebagai berikut:

7. Menjaga kesehatan manusia

8. Mencegah atau memberikan kompensasi kerugian atas kehilangan asset

dan/atau mata pencaharian

9. Mencegah kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh pembangunan

secara individu atau bersama-sama.

10. Mendorong tercepainya dampak positif bagi lingkungan hidup.

11. Mengindari atau meminimalkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkugan

hidup yang tidak diinginkan.

12. Perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat serta

peningkatan pelayanan kesehatan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan

Dalam suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan dari adanya suatu target

yang hendak atau ingin dicapai. Derajat perubahan yang ingin dicapai dari

Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak ini untuk para penyelenggara

atau pelaksana program adalah untuk memberikan pelayanan yang optimal

untuk masyarakat agar dapat memenuhi kecukupan air minum dan air bersih

serta sanitasi yang berbasis masyarakat. dalam pembuatan suatu kebijakan


ataupun program tentu melihat suatu fenomena di tengah masyarakat yang

cukup meresahkan, urgent yang tentunya sangat perlu untuk diselesaikan

segera mungkin. Dari suatu fenomena atau situasi yang awal tentu

diharapkan setelah adanya kebijakan atau program yang menangani dapat

berubah menjadi situasi yang lebih baik lagi sesuai dengan tujuan yang awal

dibuatnya kebijakan tersebut.

Adapun Tujuan Program Pamsimas yang dipaparkan oleh Ibu Windrti

selaku Pelaksana Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebak adalah :

“Dari desa penerima Pamsimas tentu saja desa tersebut memiliki

ketidakmampuan untuk menyediakan kecukupan air bersih untuk

masyarakatnya, kemudian dari masyarakatnya yang masih memiliki

kebiasaan BABS ataupun banyaknya kasus diare di desa tersebut yang

menyebabkan perlu adanya Program Pamsimas masuk ke desa mereka,

setelah adanya Program Pamsimas tentu saja hal-hal seperti yang telah

saya jelaskan sebelumnya diharapkan dapat terjawab ataupun bisa dapat

terselesaikan. Dengan adanya Pamsimas tentu diharapkan desa tersebut

memiliki kecukupan air bagi masyarkatnya, masyarakat Stop BABS,

masyarakat dapat memelihara lingkungan tempat tinggalnya dengan

adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta

terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.”


Pernyataan serupapun dipaparkan oleh Ibu Phatma Sari Dewi bagian

Staf Surveilans dan PL Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, pemaparannya

sebagai berikut :

“Dengan adanya Program Pamsimas ini tentunya diharapkan masyarakat

dipedesaan dapat terpenuhi kebutuhan air minum dan air bersih, akses

sanitasi, adanya kegiatan Stop BABS dan CTPS. Serta meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk dapat hidup bersih dan sehat, serta menjaga

kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Memang dalam

pengimplementasinya tidak semudah membalikan telapak tangan yah,

karena untuk merubah suatu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh

masyarakat itu sulit. Ya, untuk merubah kebiasaan itu memang sulit, semua

membutuh proses dengan jangka waktu yang lumayan panjang. Tetapi

tujuan dari Program Pamsimas ya tentunya saja setiap warga masyarakat

dapat mengakses sarana air minum yang bersih serta akses sanitasi yang

layak dan berkelanjutan.”

Ibu Ratna sebagai salah satu warga di Desa Pasir Tanjung memaparkan

pendapatnya sebagai berikut :

“adanya Pamsimas ini saya sebagai warga berharap program ini

dapat berkelanjutan dalam pemenuhan kebutuhan warga di desa yang

memang seperti di Desa Pasir Tanjung pada awal sebelum ada Pamsimas

pada ke sungai atau kebun yah, jadi diharapkan tidak adalagi warga di
desa yang ke kebun atau ke sungai untuk mencuci, mandi, buang air

kecil/besarnya.”

Dari pemaparan diatas, maka derajat perubahan yang diinginkan dari

program Pamsimas tersebut adalah :

1. Terpenuhinya kebutuhan sarana air minum dan air bersih serta dan adanya

peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat dan

bersih serta menerapkan stop BABS dan mengadopsi program Cuci Tangan

Pakai Sabun (CTPS).

3. Adanya pengurangan kasus penyakit diare dan penyakit lainnya yang

ditularkan dari air dan lingkungan.

Maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa derajat perubahan yang

ingin dicapai atau capaian dari Program Pamsimas tersebut tentu saja adalah

terpenuhnya kebutuhan masyarakat akan air bersih dan air minum serta

terlaksananya sanitasi yang berbasis masyarakat. kemudian adanya

perubahan perilaku masyarakat yang stop BABS dan CTPS dan

meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan

sehat. Adapun pemarannya sebagai berikut :

1. Sekitar 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

mengakses air minum.


2. Sekitar 6-10 juta penduduk menurut status sosial ekonomi dapat

mengakses sanitasi.

3. Sekitar 80% masyarakat Stop BABS

4. Sekitar 80% masyarakat mengadopsi program Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS)

5. Adanya rencana capacity building untuk mendukung adopsi dan

pengarusutamaan pendekatan Pamsimas dan kemajuan mencapai

tujuan.

6. Pemda mengalokasikan anggaran kabupaten yang diperlukan untuk

pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi serta perluasan untuk

mencapai MDG’s.

4. Kedudukan Pembuat Kebijakan

Letak pengambilan keputusan tentunya sangat erat kaitannya dengan

para stakeholders dimana setiap keputusan yang diambil dalam menjalankan

suatu kebijakan satu program harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan

yang ada dan keputusan yang diambil tentu untuk kepentingan bersama.

Pengambilan keputusan di dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam menentukan keberhasilan suatu program dalam

pengimplementasiannya, seperti yang kita tahu juga bahwa kebijakan

menurut Thomas R.Dye dalam Buku Budi Winarno (2012:20) adalah


apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

(public policy is whatever governments choose to do or not to do).

Dalam bagian ini peneliti akan menjelaskan letak pengambilan

keputusan mengenai koordinasi dari instansi terkait serta menjelaskan letak

pengambilan keputusan yang terkait dengan Implementasi Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Pemaparan pertama

adalah menurut Ibu Windarti sebagai Pelaksana Penyehatan Lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak terkait dengan kegiatan penyelenggaraan

ProgramPamsimas.

“Instansi terkait pada Program Pamsimas ini tentu selain kita dari Dinas

Kesehatan ada pula dari Bappeda, Cipta Karya serta puskesmas-puskesmas

di Kecamatan terkait. Kami melakukan koordinasi-seleksi-dan penetapan

kepada desa/kelurahan sasaran program tersebut. Dinas Kesehatan beserta

puskesmas sebagai dinas terkait untuk melakukan pembangunan di sektor

non fisik seperti melakukan pemicuan ataupun sosialisasi terhadap

masyarakat, Dinas Cipta Karya adalah sebagai instansi pembangunan di

sektor fisik, serta Bappeda sebagai pemberi arahan pembangunan,

melakukan pengawasan atau monitoring dan evaluasi program.”

Selanjutnya pemaparan dari Ibu Phatma Sari Dewi mengenai letak

pengambilan keputusan dalam Program Pamsimas sebagai berikut:

“Dalam penetapan nama desa-desa telah diatur oleh dinas terkait yaitu

Bappeda, kita Dinas Kesehatan telah menerima desa-desa yang termasuk


sebagai penerima program tersebut hanya meneruskan dan berkoordinasi

langsung dengan puskesmas terkaits esuai cakupan wilayah kerjanya serta

berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya sebagai instansi pembangunan

secara fisiknya.”

Kemudian penjelasan terkait mengenai letak pengmbilan keputusan

menurut Ibu Ela sebagai sanitarian Puskesmas Rangkasbitung adalah

sebagai berikut:

“Untuk Puskesmas sendiri atau khususnya Sanitarian di desa terkait

penerima Program Pamsimas saya bertugas untuk melakukan pemicuan

terhadap masyarakat pada saat sebelum program tersebut terealisasikan

sampai program tersebut selesai pengerjaan secara fisiknya. Saya

melakukan pemicuan setiap minggunya bertujuan untuk memberikan

informasi dan mencoba merubah kebiasaan masyarakat menjadi

masyarakat yang pedeuli dengan kesehatan, kebersihan dan lingkungan

yang bersih. Karena untuk emrubah kebiasan itu sulit, makanya perlu

dilakukannya pemicuan secara berkelanjutan”

Berdasarkan jawaban wawancara tersebut maka dapat dipahami

bahwa koordinasi yang dilakukan dalam Program Pamsimas ini adalah

adanya koordinasi dari Bappeda – Dinas Kesehatan – Dinas Cipta Karya dan

Puskesmas-Puskesmas terkait dengan wilayah kerjanya melihat dari

penerima Program di wilayah sektor kerjanya. Adapun kegiatan pokok


penyelenggaraan program untuk mencapai tujuan dan sasaran program

Pamsimas menurut Pedoman Umum Pengelolaan Program Pamsimas yaitu :

a. Sosialisasi program kepada Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota

b. Seleksi Kabupaten/Kota

c. Sosialisasi program oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada

Pemerintah Desa/Kelurahan

d. Seleksi desa/kelurahan sasaran

e. Penetapan desa/kelurahan sasaran

f. Pelaksana program di tingkat masyarakt (perluasan, pengembangan,

atau optimalisasi SPAM)

g. Pemantauan dan pelaporan kemajuan dan hasil kegiatan berbasis

sistem informasi manajeme

h. Peningkatan kapasitas Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam

pengelolaan program air minum dan sanitasi perdesaan berbasis

masyarakat yang berkelanjutan.

i. Evaluasi dampak untuk mengetahui efektifitas, efisiensi, dan

perubahan yang dihasilkan program.

5. (Siapa) Pelaksana Program

Pelaksanaan program adalah suatu hal yang sangat penting dalam suatu

kebijakan, karena pelaksana program adalah penggerak ataupun alat untuk


mencapai suatu keberhasilan yang telah ditetapkan pada awal pembuat

kebijakan. Dapat dikatakan para pelaksana ini adalah penyedia dan yang

pemberi pelayanan bagi masyarakat di dalam suatu program, selain itu

pelaksana program juga sebagai tolak ukur untuk melihat sejauh mana suatu

program diimplementasikannya. Untuk mengetahui pelaksanaan program

dalam Pamsimas, peneliti melakukan pengamatan di lapangan, wawancara

yang mendalamkepada para informan terkait.

Berikut ini merupakan pemaparan secara yang dilakukan oleh Ibu

Windarti yang peneliti temui di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.

Berikut pemaparan beliau :

“Pelaksana dari Program Pamsimas seperti yang telah saya jelaskan pada

jawaban sebelumnya kita Dinas Kesehatan berkoordinasi langsung dengan

Bappeda, Dinas Cipta Karya dan Puskesmas terkait dengan sektor wilayah

kerjanya. Maka pelaksana dari program adalah bagian Pelaksana

Penyehatan Lingkungan (PPL) para Sanitaria dari setiap puskesmas dan

bagian Bappeda dan Cipta Karya sebagai pelaksana pembangunan secara

fisik dan tidak lupa adanya peranan aktif dari masyarakat yang ikut serta

mensukseskan Program Pamsimas ini.”

Pendapat selanjutnya yang dikemukan oleh Ibu Ela sebagai Sanitarian

Puskesmas Rangkasbitung adalah sebagai berikut :

“Pelaksana Pada Program Pamsimas ini adalah dari Dinas terkait seperti

Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya, Bappeda. Kita sebagai pelaksana


program melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk

dilaksanakan atau diimplementasikan di suatu Kabupaten/Kota ataupun di

desa yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima program tersebut.

Selain itu masyarakat sendiri pun selain menjadi sasaran penerima

program, masyarakatpun menjadi pelaksana program juga. Karena

masyarakat pun ikut serta dalam pembangunan program tersebut.”

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini Bupati/Walikota adalah

sebagai penanggung jawab pelaksana program Pamsimas lingkup

Kabupaten/Kota. Pokja AMPL Kabupaten/Kota bertugas:

14. Mensosialisasikan program Pamsimas kepada masyarat di tingkat

Kabupaten/Kota.

15. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program

di Kabupaten/Kota.

16. Menetapkan daftar desa sasaran untuk disahkan dengan Surat

Keputusan Bupati/Walikota.

17. Menetapkan susunn anggota yang akan bertugas sebagai Panitia

Kemitraan.

18. Menyampaikan surat persetujuan RKM sebagai dasar penyusunan

SPPB antara Satker Kabupaten/Kota dengan KKM.

19. Memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota terkait kebijakan

yang diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan program.


20. Menfasilitasi dan memediasi penanganan berbagai masalah antar

sektor yang timbul dalam pelaksanaan program.

21. Memberikan pembinaan kepada pelaku program tingkat

Kabupaten/Kota terkait kebijakan operasional pelaksanaan program,

implementasi pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program.

22. Mengevaluasi kemajuan dan kinerja program dan melaporkannya

kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Pokja AMPL

Provinsi.

23. Memberikan pembinaan kepada pakem dalam penanganan

pengaduan masyarakat dan melaporkan hasil penanganan pengaduan

masyarakat kepada Pokja AMPL Provinsi dengan tembusan kepada

Bupati/Walikota.

24. Memberikan saran dan rekomendasi kepada DPMU dalam

pengelolaan program dan menjamin efektivitas dan efisiensi dana

bantuan luar negri

25. Memfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan RAD

AMPL, PJM Proaksi, Rencana Kerja BP SPAMS, dan Rencana

Kerja Asosiasi BP-SPAMS.

26. Melaporkan kepada Bupati/Walikota hasil pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan RAD AMPL Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung

pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).


Maka dapat disimpulkan bahwa program Pamsimas ini terstruktur dan

terkoordinasi mulai dari tingkat Pusat hingga ke tingkat desa, pada

tingkat kelembagaan di pusat terdiri dari Tim Pengarah Koordinasi

Program, Tim Teknis Program, dan Project Managemen Unit Pusat

(PMU). Koordinasi program dilakukan melalui Tim Pengarah

Koordinasi Program dan Tim Teknis Program diketuai oleh BAPPENAS

dan beranggotakan departemen dan kementrian terkait. Direktorat

Jendral Cipta Karya sebagai executing agency membentuk Central

Project Management Unit (CPMU) untuk mengendalikan pelaksanaan

program secara operasional.

Adapun di tingkat Provinsi terdapat Tim Koordinasi Provinsi (TKP)

yang dibentuk melalui SK Gubernur diketuai oleh Bappeda Provinsi dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi

dan instansi lain yang terkait dengan kebutuhan. Untuk tingkat

Kabupaten/Kota setiap Kabuapten/Kota memiliki Tim Koordinasi

Kabupaten (TKK) yang dibentuk melalui SK Bupati/Walikota diketuai

oleh Kepala Bappeda setempat, yang beranggotakan Dinas Cipta Karya

dan Dinas Kesehatan serta instansi terkait pemberdayaan masyarakat

serta perwakilan kelompok peduli/masyarakat sipil/LSM lokal.


6. Sumber daya yang digunakan

Dalam pelaksanaan atau pengimplementasian suatu kebijakan perlu

didukung dengan adanya sumber daya yang dapat memberikan pengaruh

positif dan berguna untuk mensukseskan dalam pelaksanaan suatu kebijakan

ataupun program tersebut. Sumber daya yang memadai tentunya sangat

membantu di dalam pelaksanaan suatu kebijakan tersebut agar dapat

berjalan dengan baik, maksimal, efektif dan efisien.

Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila

didalam pelaksanaannya dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang

mencukupi dan tentunya berkualitas. Dalam pencapaian tersebut tentu

membutuhkan SDM yang sesuai dengan kemampuan, yang memiliki

kecakapan dan kecukupan untuk menjalankan suatu kebijakan tersebut.

Pemaparan yang dilakukan oleh Ibu Anik sebagai Sanitarian dari

Puskesmas Mandala adalah sebagai berikut:

“ Sumber daya yang digunakan dalam Program Pamsimas tentu saja dari

Sumber Daya Manusia yang dikerahkan baik dari Pusat, provinsi dan

Kabupaten/Kota hingga tingkat desa. Baik dimulai dari pegawai dari

instansi terkait, masyarakat di desa sasaran program, tokoh ulama dan

tokoh masyarakat disekitar wilayah desa, kepala desa beserta stafnya,

kemudian dari sumber daya alam yang digunakan dalam program adalah

lahan-lahan untuk lokasi penyimpanan penampungan air bersih atau air

minum berbasis masyarakat. Serta perlunya penyehatan lingkungan


ataupun menjaga kesehatan dan kebersihan dari sungai dan lingkungan di

desa.”

Pemaparan yang dilakukan oleh Ibu Ela sebagai Sanitarian dari

Puskesmas Rangkasbitung adalah sebagai berikut:

“keikutsertaan berbagai para pelaksana tentunya yang sudah ditetapkan

melalui SK masig-masing, berbagai instansi terkait dengan Pamsimas ini

tentu memiliki tupoksinya masing-masing dalam melaksanakan tugasnya.

Selain itu memang fungsi lokasi ataupun lingkungan di sekitar desa menjadi

sumber daya alam yang menunjang untuk keberhasilan dari program ini.

Memang yang terpenting adalah dari sumber daya manusianya, dimana

kesediaannya masyarakat untuk berkontribusi seperti berpartisipasi aktiof

dalam seluruh kegiatan pamsimas, kemauan masyarakat untuk merubah

kebiasaan atau perilaku mereka seperti menghilangkan kebiasaan BABS

dan mulai berprilaku hidup bersih dan sehat. Kemudian barulah ditunjang

oleh para pelaksana atau pemberi pelayanan yang memiliki kecakapan dan

komitmen dalam mensukseskan program ini.”

Untuk sumber daya manusia yang dikerahkan pada tingkat kelembagaan

di pusat terdiri dari Tim Pengarah Koordinasi Program, Tim Teknis

Program, dan Project Managemen Unit Pusat (PMU). Koordinasi program

dilakukan melalui Tim Pengarah Koordinasi Program dan Tim Teknis

Program diketuai oleh BAPPENAS dan beranggotakan departemen dan

kementrian terkait. Direktorat Jendral Cipta Karya sebagai executing agency


membentuk Central Project Management Unit (CPMU) untuk

mengendalikan pelaksanaan program secara operasional.

Adapun di tingkat Provinsi terdapat Tim Koordinasi Provinsi (TKP)

yang dibentuk melalui SK Gubernur diketuai oleh Bappeda Provinsi dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan

instansi lain yang terkait dengan kebutuhan. Untuk tingkat Kabupaten/Kota

setiap Kabuapten/Kota memiliki Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) yang

dibentuk melalui SK Bupati/Walikota diketuai oleh Kepala Bappeda

setempat, yang beranggotakan Dinas Cipta Karya dan Dinas Kesehatan serta

instansi terkait pemberdayaan masyarakat serta perwakilan kelompok

peduli/masyarakat sipil/LSM lokal.

Kemudian untuk Kriteria penempatan ataupun lokasi program untuk

tingkat provinsi adalah :

6. Tingginya angka kemiskinan

7. Terbatasnya akses terhadap air minum dan sanitasi

8. Tingginya prevalensi penyakit terkait air dan sanitasi

9. Bukan termasuk lokasi CWSHP (Community Water SUply and Healt

Project)

10. Mengikuti lokakarya sosialisasi program Pamsimas untuk

penjaringan minat.
Untuk tingkat Kabupaten/Kota juga digunakan kriteria seperti yang

disebutkan diatas, adapun criteria untuk Kabupaten/Kota lokasi sasaran

program adalah :

6. Bupati/Walikota membuat pernyataan minat keikutsertaan dalam

program Pamsimas.

7. Bersedia menyediakan dana kontribusi minimal sebesar 10% dari

total biaya RKM desa/kelurahan

8. Bersedia membentuk LKM, satuan pelaksana program, serta unit

pengelola untuk pasca program.

9. Menyediakan dana pendukung untuk operasional penyelenggaraan

program di tingkat Kabupaten/Kota.

10. Bersedia melaksanakan replikasi desa/kelurahan.

Untuk seleksi menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak

menjadi lokasi sasaran program Pmasimas diantarnya sebagai berikut :

5. Indeks kemiskinan desa.kelurahan yang tinggi

6. Desa/kelurhan yang memiliki keterbatasan akses terhadap air

bersih/air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

7. Desa/kelurhan dengan tingkat penyakit diare atau penyakit

terkait dengan air yang tinggi.


8. Desa/kelurahan yang belum mendapatkan program sejenis di 2

tahun terakhir.

B. Indikator Konteks Kebijakan

Selain dari isi kebijakan, konteks kebijakan pun perlu diperhatikan

dalam pengimplementasian suatu kebijakan agar dapat diketahui hal apa saja

yang termasuk kedalam konteks kebijakan dalam sebuah implementasi

kebijakan. Berdasarkan teori implementasi model Merille S.Grindle, konteks

kebijakan merupakan hal yang menentukan bagi keberhasilan suatu

implementasi kebijakan termasuk juga Program Pamsimas. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai konteks kebijakan tersebut.

1. Kekuasaan, kepentingan, dan Strategi Aktor yang Terlibat

Pelaksanaan dari suatu kebijakan tidak akan lepas terpengaruhi dari

kekuasaan, kepentingan dan juga strategi yang dilakukan oleh para aktor,

baik oleh pembuat kebijakan, pelaksana bahkan juga aktor lain di luar itu

baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, dan baik secara langsung

ataupun tidak langsung. Di dalam Implementasi Program Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di dalamnya masih

terdapat penyalahgunaan kepentingan-kepentingan dari aktor yang terlibat,

baik secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut ini adalah pemaparan

dari Ibu Ela Sebagai Sanitarian di desa Pasir Tanjung adalah sebagai

berikut:
“Mengenai permasalahan penyalahgunaan kepentingan-kepentingan

ataupun permasalahan yang muncul pada tahap implementasi Pamsimas di

desa Pasir Tanjung adalah pada saat awal akan masuknya program ini di

desa Pasir Tanjug terjadi kurang koordinasi , karena pada awal

permusyawarahan saya tidak mengikuti agenda tersebut karena tidak ada

konfirmasi ataupun koordinasi dri pihak lain. Kemudian selanjutnya pada

tahap pembangunan tempat penampungan air di setiap titik tersebut

seharusnya amsyarakat sendiri yang melakukannya secara kerja bakti

namun masyarakat malah menggunakan tukang bangunan untuk

membangun penampungan air tersebut, kurang keikutsertaan langsung

ataupun partisipasi masyarakat kurang terhadap pembangunan

penampungan air terebut. Selain itu, pada proses penentuan penyimpanan

atau letak dari penampungan tersebut masih dipengaruhi oleh faktor-faktor

kedekatan warga dengan aktor yang terlibat sehigga penampungan airnya

diletakkan disekitar rumahnya yang menyebabkan ketidak merataannya

distribusi air tersebut kerumah-kerumah yang lain.

Bahkan ada kejadian pembangunan penampungannya sudah tahap di bor,

ada masyarakat yang keukeuh pengen di deket rumahnya pembangunannya

sampai bawa golok dan mengancam para petugas dan warga disekitar situ.

Sehingga membuat warga yang awal akan dibangun disekitar rumahnya

pun mengikhlaskan dan para petugaspun membangun penampungannya di

dekat rumahnya.”
Hal yang sama disampaikan pula oleh Ibu Anik sebagai Sanitarian di

Tambakbaya sebagai berikut:

“ Sumber daya manusia dalam pelaksana program ii adalah tentu orang-

orang yang memang ditugaskan untuk melaksanakan tugas pelayanan

Pamsimas di desa sasaran yang telah ditetapkan sebagai desa penerima

Program Pamsimas tersebut. mengenai adanya keterlibatan aktor terlibat

selama pembuatan atau pembangunan penampungan air minum dan air

bersih Pamsimas ini tidak lepas dari masyarakat yang ingin

penampungannya disimpan di wilayah rumahnya agar dapat menerima dan

memanfaatkan fasilitas dengan mudah, tanpa melihat dan memperhitungkan

masyarakat lain akan sampai atau akan dapat memanfaatkan juga atau

tidak.

Masyarakatpun ada yang memanfaatkan kekerabatan, kekeluargaan

dengan aktor terlibat untuk memperoleh atau mendapatkan ijin

pembangunan penampungannya di wilayah tempat tinggal atau rumahnya

tersebut. Kejadian ini benar terjadi di desa Tambakbaya yang

penampungannya diletakkan di dekat atau di halaman keluarga kepala

desa, yang menyabkan para warga yang akan menggunakan fasilitas

merasa canggung. Dan hal tersebut tentu menimbulkan suatu permasalahan

lagi karena jadi masyarakat tidak mendapatkan pelayanan air bersih secara

merata, karena masyarakat menjadi canggung untuk meminta dan


menikmati air tersebut dan akhirnya masyarakat kembali ke sungai untuk

melakukan aktifitas keseharian mereka.”

Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa di dalam

penetapkan titik penampungan air minum dan air bersih baik di desa Pasir

Tanjung maupun di desa Tambakbaya, di dalam implementasinya tersebut

tidak di dasarkan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tingkat kepatuhan.

Dimana Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor menjadi

penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para aktor yang terlibat

sehingga dapat memperlambat dan pengimplementasian program yang

kurang optimal.

Adanya penetapan penampungan tersebut tentu saja menyebabkan

pengairan ataupun distribusi air minum dan air bersih yang tidak merata

kesetiap masyarakat di desa tersebut, baik di desa Pasir Tanjung ataupun di

desa Tambakbaya. Bahkan seperti yang telah dipaparkan oleh Ibu Anik

diatas, di desa Pasir Tanjung sampai ada warga yang mengancam membawa

golok yang memaksa pembangunanya dilakukan di dekat rumahnya untuk

kepentingan pribadinya. Hal tersebut tentunya tidak sesuai dengan ketentuan

yang ada dan ada ketidak profesionalitas dan adanya campur tangan dari

aktor yang terlibat atau penguasa seperti karna faktor kerabat, family, dan
sebagainya yang dapat mementingkan kepentingan pribadi diatas

kepentingan bersama atau kepentingan masyarakat banyak.

Di desa Tambakbaya pada penempatannya ada satutitik yang diletakan

dihalaman sekitar rumah kepala desa, yang menyebabkan beberapa warga

masyarakan enggan atau merasa canggung untuk meminta air ataupun

menggunakan fasilitas air bersih tersebut untuk aktifitas keseharian mereka.

Karena penetapannya yang tidak merata dengan adanya campur tangan

Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang baik secara langsung

terlibat dan tidak langsung terlibat maka pengimplementasiannya atau

distribusi air kepada warga masyarakat tidak berjalan secara optimal.

2. Karakteristik Lembaga dan Penguasa

Dalam implementasi kebijakan yang telah dibuat, maka pelaksanaannya

akan terlepas dari karakteristik atau peran dari para pelaksana kebijakan itu

sendiri. Karakteristik stakeholders dalam hal ini sesuai dengan tugas dan

pokok masing-masing dinas atau instansi terkait dalam melaksanakan

tugasnya. Setiap dinas tentu memiliki perannya amsing-masing di dalam

pengimplementasian program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak. Ibu Ela memaparkan


mengenai koordinasi dalam proses pengimplementasian Pamsimas di desa

Pasir Tanjung yaitu sebagai berikut :

“Koordinasi awal adalah dengan menyiapkan kader AMPL (Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan) beserta Pembentukan KKM (Kelompok

Keswadayaan Masyarakat) dilakukannya musyawarah di desa dengan

pihak-pihak tersebut dengan instansi terkait dengan program ini. idealnya

memang seperti ini, namun pada tahap tersebut puskesmas sebagai

komponen B tidak mendapatkan informasi atau koordinasi dari instansi lain

untuk melakukan musyawarah, sehingga puskesmas memulai tugasnya

ketahap pemicuan masyarakat untuk memberikan informasi dan wawasan

mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kemudian dilakukannya

Revitalisasi Lembaga Pengelola Program dan Penyusunan Rencana Kerja

Masyarakat (RKM) yang dilanjutkan dengan pengumpulanan dana iuran

oleh masyarakat di desa untuk mencairkan dana untuk pelaksanaan

kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan penampungan

dibawah pengawasan oleh Dinas Cipta Karya, setelah jadi maka operasi

dan pemeliharaan juga dilakukannya evaluasi dan monitoring program

tersebut tiap bulannya.”

Kemudian pemaparan mengeni kelembagaan yang disaampaikan oleh

ibu Windarti adalah sebagai berikut :

“Dukungan kelembagaan untuk program Pamsimas dilaksanakan oleh

pemerintah pusat, kelembagaan tingkat provinsi, kelambgaan tingkat


Kabupaten/Kota dan Kelembagaan Tingkat Masyarakat dan Unit

Pelaksanaan. Untuk tim pengelolaan tingkat pusat terdiri dari Tim

Pengarah Koordinasi Program, Tim teknis Program dan Project

Management Unit (PMU) Pusat. Adapun tingkat provinsi melibat institusi

Tim Koordinasi Provinsi (TKP) tim pengelola tingkat Kabupaten/Kota

dibentuk berdasarkan Sk Bupati/Walikota yang dikepalai oleh Bappeda dan

anggotanya Dinas kesehatan, Dinas Cipta Karya dan dinas terkait lainnya.

Untuk struktur kelembagaan masyarakat dan unit pelaksana di tingkat

desa/kelurahan berbeda dengan yang lainnya, unit utama di desa adalah

Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LSM) dan satuan pelaksana kegiatan

(Satlak).”

Pada tingkat kelembagaan di pusat terdiri dari Tim Pengarah Koordinasi

Program, Tim Teknis Program, dan Project Managemen Unit Pusat (PMU).

Koordinasi program dilakukan melalui Tim Pengarah Koordinasi Program

dan Tim Teknis Program diketuai oleh BAPPENAS dan beranggotakan

departemen dan kementrian terkait. Direktorat Jendral Cipta Karya sebagai

executing agency membentuk Central Project Management Unit (CPMU)

untuk mengendalikan pelaksanaan program secara operasional.

Adapun di tingkat Provinsi terdapat Tim Koordinasi Provinsi (TKP)

yang dibentuk melalui SK Gubernur diketuai oleh Bappeda Provinsi dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan

instansi lain yang terkait dengan kebutuhan. Untuk tingkat Kabupaten/Kota


setiap Kabuapten/Kota memiliki Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) yang

dibentuk melalui SK Bupati/Walikota diketuai oleh Kepala Bappeda

setempat, yang beranggotakan Dinas Cipta Karya dan Dinas Kesehatan serta

instansi terkait pemberdayaan masyarakat serta perwakilan kelompok

peduli/masyarakat sipil/LSM lokal.

3. Kepatuhan dan Daya Tanggap

Hal ini juga bagian penting dari proses implementasi suatu kebijakan,

dimana tingkat kepatuhan dan adanya respon dari para pelaksana kebijakan

merupakan aksi nyata dari para pelaksna untuk melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya dalam pengimplementasian Program Pamsimas agar dapat

terlaksana dengan baik, secara optimal dan berdaya guna. Maka berkaitan

dengan hal tersebut, ada beberapa aturan serta mekanismenya dari setiap

instansi dalam melaksanakan tugasnya. Untuk pelaksanaan Program

Pamsimas ini tentunya terkoordinasi dengan baik dari tingkat Pusat,

Provinsi, Kabupaten/Kota serta tingkat unit masyarakat atau tingkat desa.

Semua elemen atau para pelaksana tersebut tentunya memiliki tupoksi

masing-masing dalam melaksanakan perannya masing-masing dalam

Program Pamsimas tersebut. Adapun peran dari masing-masing tersebut

yang dipaparkan oleh Ibu Phatma adalah sebagai berikut :

“peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Pusat dalam

Program Pamsimas ini seperti yang dilakukan oleh Bappenas adalah


melakukaan koordinasi program secara menyeluruh dan terstruktur

ketingkat Provinsi-Kabupaten/Kota, kemudian Dirjen Cipta Karya yang

mempuyai peran pelaksanaan infrastruktur ataupun pembangunan danitasi

dan pelayanan air minum, Departemen Kesehatan dengan perannya

pelaksana komponen pelayanan dan perbaikan perilaku sanitasi. Kemudian

pada tahap Provinsi/Kabupaten/Kota Tim koordinasinya masing-masing

melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi kerjasama antar lembaga atau

instansi, melakukan monitoring perkembangan hasil, evaluasi program

secara efektif dan berkelanjutan.”

Pemaparan selanjutnya dari Ibu Windarti adalah sebagai berikut:

“Kesadaran untuk melaksanakan tupoksinya masing-masing merupakan

sebagai bukti kepatuhan dan adanya respon dari para pelaksana, dari

pemerintahPusat sampai pemerintah daerah tentu memiliki peran dan

tanggung jawabnya amsing-masing terkait dengan program Pamsimas ini.

Dinas Kesehatan sendiri tentunya bersama Bappeda melakukan koordinasi

dan memfasilitasi berbagai pihak terkait sera melakukan evaluasi dan

monitoring terhadap hasil dari program tersebut. Untuk pelaksanannya

Puskesmas setempat dan Dinas Cipta Karya beserta LSM yang

melaksanakan pembangunan di sektor lapangan.”

Ibu Diah sebagai salah satu warga di Desa Tambakbaya memaparkan

pendapatnya sebagai berikut :


”untuk di desa saya sendiri memang masih banyak masyarakatnya masih ke

sungai untuk mencuci baju, piring, mandi, dan buang airnya. Tentu saja

menggambarkan bahwa kurangnya kepatuhan dari masyarakat dalam

Pamsimas ini, kurang menggunakan saran yang diberikan oleh pemerintah

ini dengan berbagai alasan, seperti tempat penampungannya di halaman

rumah sodara kepala desa yang membuat masyarakat canggung

menggunakannya, dan ada yang memang sudah terbiasa karena letak

sungainya lebih dekat dari rumahnya.”

Kemudian pemaparan oleh Bapak Selamet sebagai salah satu warga di

Desa Pasir Tanjung memaparkan pendapatnya sebagai berikut :

“pada awal munculnya Pamsimas ini memang rata-rata masyarakat

antusias dengan menggunakan sarana dari pemerintah, namun memang

pada awal pembangunan yang kurang gotong royong dari masih ada aja

masyarakatnya yang tidak secara rutin membayar iuran untuk perawatan

sarana tersebut. Kemudian lokasi rumah dengan sarana pamsimas

mempengaruhi masyarakat, jadi yang dekat sering menggunakan dan

membayar iuran sedangkan yang jauh rasa memilikinya kurang dan

memang sedikit acuh dengan program ini.”

Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa semua pelaksana

baik mulai dari implementator atau pelaksana tingkat pusat hingga tingkat

desa memiliki peranannya masing-masing di dalam melaksanakan dan

mengimplementasian program ini, dimana kelembagaan tingkat pusat seperti


Direktoral Jendral PU, Kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri,

dan Kementrian Pendidikan Nasional. Adapun tingkat provinsi terdapat Tim

Koordinasi Provinsi (TKP) yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur

diketuai oleh Kepala Bappeda Provinsi, dengan beranggotakan Dinas

Bidang Cipta Karya Provinsi, Dinas/ Badan/ Instansi Pemberdayaan

Masyarakat Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi, dan instansi terkait sesuai

kebutuhan.

Tingkat Kabupaten/ Kota diketuai oleh Kepala Bappeda setempat, dan

beranggotakan Dinas Cipta Karya, Dinas Bidang Cipta Karya Provinsi,

Dinas/ Badan/ Instansi Pemberdayaan Masyarakat Provinsi, Dinas

Kesehatan dan instansi terkait pemberdayaan masyarakat serta perwakilan

kelompok masyarakat sipil/ LSM lokal. Aspek koordinasi sangat penting

dalam mensukseskan Program Pamsimas ini, yang lebih penting adalah

berada pada tingkat Kecamatan karena terkait dengan distribusi dan geografi

desa/ kelurahan sasaran di wilayahnya, karena Kecamatan sangat tepat untuk

mengkoordinasi kelompok sasaran Program Pamsimas.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan mengenai

Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

(Pamsimas) di Kabupaten Lebak, studi pada Kecamatan Rangkasbitung dan

Kecamatan Cibadak peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada implementasi yang

dilaksanakan belum dapat dikatakan berhasil dan berjalan optimal. Berbagai temuan

dilapangan diketemukan bahwa di dalam implementasinya terdapat penyimpanan

penampungan air bersih dari Program pamsimas yang tidak merata di dalam

penempatannya. Kemudian masih kurangnya peran serta dari masyarakat di dalam

mensukseskan program pemerintah ini, dimana di dalam pembangunannya ditemukan

masyarakat yang tidak berpartisipasi secara langsung ataupun bergotong-royong

membangun penampungan tersebut. Pada pelaksanaan Pamsimas di lapangan juga

adanya kurang berkoordinasi dinas atau instansi terkait, dan kurang menjalankan

petunjuk atau acuan teknis pada Program Pamsimas.

Maka dapat dikatakan faktor-faktor yang menjadi penghambat dari

kesuksesan implementasi pada Program Pamsimas ini adalah yang pertama kurang

profesionalitas kerja dari para dinas ataupun pejabat terkait dalam program ini, dilihat
dari awal program ini akan masuk ke desa, peneliti mendapatkan bahwa adanya

kurang koordinasi dari dinas pada saat melakukan musyawarah awal di desa tidak

semua dinas terkait ikut hadir dalam rapat. Kemudian adanya penempatan

penampungan yang kurang strategi skarena dalam penempatannya masih melibatkan

peran atau kekuasaan dari para aktor terlibat untuk memutuskan lokasi penyimpanan

penampungan air bersih tersebut, sehingga menempatkan penampungan tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan masyarakat tidak mendapatkan air bersih secara

adil dan merata. Faktor dari kurangnya Sumber daya pelaksana juga menjadi faktor

penyebab kurang optimalnya pengimplementasian program ini, karena peneliti hanya

dapat menemukan satu sanitarian dari puskesmas yang melakukan pemicuan di setiap

desa, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan dan perubahan perilaku masyarakat

untuk hidup bersih dan sehat.

Kemudian adanya kurang keikutsertaan atau peran langsung dari masyarakat

dalam pembangunan serta masih kurang kesadaran masyaraka tmengenai pentingnya

kesehatan dan kebersihan lingkungan, dilihat dari pembangunan penampungan air

bersih dari Program Pamsimas tidak dibangun oleh masyarakat di desa melainkan

oleh tukang bangunan yang dibayar oleh para masyarakat desa terkait yang

menyebabkan kurangnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap program tersebut.

Sehingga keselanjutan dari Program Pamsimas tempat penampungannya-pun kurang

terawat dan kurang bersifat berkelanjutan yang menyebabkan kurangnya optimal dari

implementasian program Pamsimas ini.


5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka agar implementasi pada program

penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten

Lebak dapat berjalan dengan baik dan sesuai, maka kiranya peneliti menyampaikan

bebrapa saran terkait hal tersebut, diantaranya :

1. Diperlukannya profesionalitas yang tinggi serta bertanggung jawab dan

adanya aturan atau sanksi jelas yang mengatur kinerja dari para pelaksana

program agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik

agar program Pamsimas dapat berjalan dengan baik dan program ini dapat

sukses dan mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Perlu adanya sosialisasi ataupun pemicuan secara berkelanjutan dan

menambah Sumber Daya Manusia dari pelaksana pemicuannya agar

perubahan perilaku masyarakat dapat terkontrol dan menjadi masyarakat

yang hidup bersih dan sehat.

3. Kepada masyarakat diharapkan dapat menjaga dan merawat fasilitas yang

telah disediakan, serta dapat memanfaatkan fasilitas dengan baik dan

optimal guna menunjang kebutuhan masyarakat sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta : Salemba Humanaika

Afiffuddin. 2010. Pengantar Administrasi Pembangunan Konsep, Teori, dan


Implikasinya di Era REformasi. Bandung : CV Alfabeta

Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabeta

Denzim K, Norman dan Yvonna S. Lincoln, 2009. Handbook of Qualitative

Research. Yogyakarta: Pusaka Pelajar

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press

Indrawijaya, Adam Ibrahim & Juni Pranoto. 2011. Revitalisasi Administrasi


Pembangunan. Bandung : CV Alfabeta

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: DIa Fisip Universitas Indonesia

Makmur. 2011. Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung : PT


Refika Aditama

Miles, Matthew B & A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif, Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Moleong, Lexy. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Siagian, Sondang P. 2012. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan


Strateginya. Jakarta ; PT Bumi Aksara

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : PT


Pustaka LP3ES Indonesia

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta : PT
Buku Seru

Dokumen lain:

Pedoman Umum pengelolaan Program Pamsimas

Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 001/KEP/M-


PDT/I/2005

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor: 79/KPTS/DC/2013

Laporan Akhir Verifikasi Desa Tertinggal Tahun 2014

pustaka.unpad.ac.id thesis tidak terpublikasi

fisipundip.ac.id thesis terpublikasi


MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

I I1

Q
Q1 Apakah yang melatar belakangi adanya program Pamsimas ini bu?

Jadi awalnya program ini untuk desa-desa yang tertinggal yang tentunya

kurang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya

soal air bersih. Kemudian dari ketidak mampuan desa untuk menyediakan

air bersih, para warganya pada mandi, buang air kecil dan besar

sembarangan atau pada di sungai sama kebon.

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut ibu bagaimana?

Program pamsimas itu program penyediaan air minum sanitasi berbasis

masyarakat, dimana di dalam program ini tuh mencoba menyediakan air

bersih dan air minum untuk masyarakat di desa serta mencoba merubah

kebiasaan cara hidup atau pola hidup masyarakat yang kurang bersih

menjadi pola hidup bersih dan sehat.

Q3 Menurut ibu, apakah faktor pendorong dan penghambat pada saat

program ini masuk ke desa Pasir Tanjung?

Pada awal program ini masuk sih saya telat ikut memulainya, jadi tidak ikut

dari awal musyawarah itu. saya gak dikasih tau awal musyawarah awal di

desa itu, berarti kan adanya kurang koordinasi pada awalnya. Kemudian
dari masyarakat di desanya yang antusiasnya cukup baik namun pada saat

pembuatan penampungan dikerjakannya oleh tukang bangunan yang

dibayar oleh masyarakat. Mungkin pada awalnya mah dikarenakan kurang

sosialisasi terlebih dahulu ke masyarakatnya aja.

Q4 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Masalahnya intinya partisipasi masyarakatnya yang kurang, kurang berbaur

dengan program pamsimas pada awalnya yang mengakibatkan kurangnya

rasa memiliki dari masyarakat sehingga masyarakat kurang memelihara

sarana yang disediakan dari program ini.

Q5 Menurut Ibu bagaimanakah gambaran dari awal program ini masuk

ke Desa Pasir Tanjung sampai sekarang?

Cukup baik yah walaupun awalnya memang sangat sulit untuk merubah

suatu kebiasaanitu, tidak semudah membalikkan telapak tangan yah.

Kebiasaan kan sudah lama sering dan terus dilakukan, maka pada saat

merubah kebiasaan itu memang dibutuhkan waktu ataupun proses yang

panjang. Namun di Desa Pasir Tanjung ini termasuk cepat dan bagus hasil

dari program ini.

Q6 Dengan adanya program ini tentu ada perubahan, perubahan apa saja

yang dihasilkan oleh program ini khususnya di Desa Pasir Tanjung?

Awalnya tentu saja masyarakat BABS, pada mandi, nyuci di sungai, setelah
adanya program ini tentu masyarakat ga usah ke sungai atau ke kebon kalau

mau buang air kecil/besar. Masyarakat tentunya lebih hidup sehat dan bersih

setalah adanya pemenuhan cakupan air bersih untuk aktifitas keseharian

mereka.

Q7 Menurut ibu dengan adanya Pamsimas ini kepentingan apa saja yang

terpengaruhi oleh program ini?

Yang terpengaruhi tentunya masyarakat sebagai sasaran awal program ini,

kemudian lingkungan pun ikut terpengaruhi dengan menjadikannya

lingkungan sekitar pemukiman warga menjadi bersih dan sehat sehingga

masyarakat pun dapat hidup bersih dan sehat.

Q8 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Selain masyarakat dapat terpenuhi soal air bersih dan air minumnya,

masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya. Karena

dengan lingkungan yang kotor dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit ya minimal diare, jadi program ini juga bertujuan untuk

menurunkan angka diare tersebut.

Q9 Siapa saja yang ikut serta atau ikut andil dalam program ini?

Puskesmas sendiri sebagai komponen B tugasnya melakukan pemicuan

kepada masyarakat, selain kami dari puskesmas ada dinas Cipta Karya dan

Dinas Kebersihan yang tentunya melibatkan Bappeda juga.

Q10 Bagaimana sih bu dalam proses penempatan penampungan air bersih


itu?

Yang melakukan pembangunan secara fisik tentunya dari Dinas Cipta Karya

ya, namun dalam pemabngunannya tentu saja melihat aspek-aspek

kepentingan dari masyarakat juga sebagai pengaksesnya. Tapi ada kejadian

sudah di tentukan lokasi penyimpanan, sudah dibor ada masyarakat yang

marah-marah sampe bawa golok minta penyimpanan penampungan itu di

simpan di dekat rumahnya aja. Harusnya kan gak gitu, sesuai dengan

prosedur kebutuhan masyarakat saja.

Q11 Pada awal program pamsimas ini ada berapa titik penampungan bu?

Apakah itu sudah cukup memenuhi kebutuhan satu desa?

Untuk Desa Pasir Tanjung ada delapan titik penyimpanan penampungan

yang tersebar di desa, di kampung Sabagi, Babakan, Sawit, Pasir Nangka,

Cipancur Lebak, Cipancur Pasir, Cilengkeng dan Ciunut. menurut ibu dari

kedelapan itu belum cukup memenuhi kebutuhan cakupan air bersih dan air

minum seluruh warga, karna masih ada beberapa desa yang tidak

mendapatkan sarana dari program ini.

Keterangan :

I1 = Sanitarian Puskesmas Rangkasbitung

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara


I I2

Q
Q1 Apakah yang melatar belakangi adanya program Pamsimas ini?

Dengan adanya program ini tentu untuk membantu pemenuhan kebutuhan

masyarakat mengenai air bersih dan air minum. Program ini ada untuk

membantu masyarakat dan desa untuk memenuhan cakupan air bersih dan

air minum yang berbasis masyarakat

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut ibu bagaimana?

Program pamsimas adalah penyediaan air minum sanitasi berbasis

masyarakat, dimana di dalam program ini mencoba memenuhi air bersih

dan air minum untuk masyarakat di desa dan mencoba merubah kebiasaan

masyarakat yang kurang bersih menjadi pola hidup bersih dan sehat.

Q3 Menurut ibu, apakah faktor pendorong dan penghambat pada saat

program ini masuk ke Desa Tambakbaya?

Program ini ada di desa Tambakbaya tentunya pemerintah melalui Bappeda

melihat bahwa ketidakmampuannya desa dalam upaya pemenuhan cakupan

air bersih dan air minum untuk masyarakatnya, serta adanya tingkat

penyakit diare yang tinggi yang ditularkan atau dihasilkan dari lingkungan

dan air yang tercemar. Hal tersebut yang mendorong program ini ada di

Desa Tambakbaya ini, karena masyarakat biasanya melakukan aktivitasnya


ke sungai untuk mandi, mencuci, dan buang airya itu.

Q4 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Tentunya permasalahan awalnya di merubah kebiasaan masyarakat,

merubah kebiasaan sangat sulit ya tentunya. Karena mereka sudah terbiasa

untuk melakukan berbagai aktivitas di sungai atau di kebun, kemudian

kebiasaan hidup bersih dan sehat pun agak susah untuk diterapkan kepada

masyarakat.

Q5 Menurut Ibu bagaimanakah gambaran dari awal hingga sekarang

program ini masuk ke desa?

Belum begitu berjalan denga baik dilihat dari hasil monitoring dan

pemicuan yang saya lakukan, masyarakat yang masih belum mau merubah

perilaku mereka menjadi perilaku bersih dan sehat dan menikmati fasilitas

yang telah disediakan oleh pemerintah. Masih banyak warga desa tuh masih

tetep balik lagi ke sungai dengan alesan lebih enak di sungai karena lebih

terasa kebersamaan dan sebagainya.

Q6 Dengan adanya program ini tentu ada perubahan, perubahan apa saja

yang dihasilkan oleh program ini khususnya di Desa Tambakbaya?

Perubahan memang ada, walaupun sedikit namun itu sudah termasuk

adanya perubahan kearah yang lebih baik. Sebagian warga sudah mulai

menggunakan fasilitas yang telah disediakan,dengan mulai melakukan


aktifitas kesehariannya tidak ke sungai. Mulai berhenti jebiasaan BABS dan

mulai melakukan CTPS, walaupun belum semuanya namun itu adalah

perubahan yang sedikit demi sedikit terlihat di desa.

Q7 Menurut ibu dengan adanya Pamsimas ini kepentingan apa saja yang

terpengaruhi oleh program ini?

Hal utama yang terpengaruhi tentu warga di desa, karena mereka menjadi

sasran utama dari program ini. program ini ada sebenarnya untuk

mempermudah dan menolong warga yang memang cakupan air bersihnya

kurang, selain itu lingkungan pun diharapkan menjadi penunjang kualitas

penyehatan hidup.

Q8 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Masyarakat bisa terpenuhi kebutuhan air bersih dan air minumnya,

masyarakat dapat merubah kebiasaan lama dan buruknya menjadi kebiasaan

untuk hidup bersih dan sehat. Sehingga adanya peningkatan kualitas mutu

kesehatan baik kesehatan lingkungan ataupun kualitaskesehatan pada diri

masyarakat sendiri.

Q9 Siapa saja pelaksana dalam program ini?

Dalam bagian Kesehatan tentunya Dinas Kesehatan dengan Puskesmas

bekerja sama untuk melakukan pemicuan dan pembangunan dari segi

sanitasi, kemudian dalam pembangunannya Bappeda dengan Cipta Karya

dan tentunya melibatkan warga desa juga.


Q10 Bagaimana proses penempatan penampungan air bersih itu bu?

Apakah dalam penetapannya ada kendala yang terjadi?

Proses penetapan penampungan tentunya melihat dari lokasi penyimpanan

yang strategis untuk dapat digunakan oleh warga desa, namun pada

penempatannya masih melibatkan kekuasaan dan kepentingan golongan

tertentu. Pada salah satu penampungan ada yang di letakan dilokasi

pekarangan rumah kepala desa, hal tersebut tentu membuat masyarakat

malu dan segan untuk menggunakan fasilitas tersebut karena malu. Dari hal

kaya gitu, tentu aja bikin masyarakat kembali lagi ke kebiasaan mereka

yang lama karena mereka tidak bisa memanfaatkan fasilitas dari program

tersebut.

Keterangan :

I2 = Sanitarian Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara


I I3

Q
Q1 Apakah yang menjadi latar belakang munculnya Program Pamsimas?

Tujuannya untuk mencukupi kebutuhan warga desa dalam segi air bersih

dan air minum, dimana warga Desa Pasir Tanjung pada saat awal sebelum

adanya program ini mengalami kekurangan cakupan air bersih dan

masyarakat desa masih melakukan keseharian mereka seperti mandi,

mencuci itu ke sungai.

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut bapak sendiri bagaimana?

Program pamsimas itu program penyediaan air minum sanitasi berbasis

masyarakat, dimana di dalam program ini tuh mencoba menyediakan air

bersih dan air minum untuk masyarakat di desa serta mencoba merubah

kebiasaan cara hidup atau pola hidup masyarakat yang kurang bersih

menjadi pola hidup bersih dan sehat.

Q3 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Masalahnya partisipasi masyarakat desa memang agak kurang, kemudian

dari pemeliharaan dan pembiayaan untuk pemeliharaan juga agak susah

untuk di koordinasikannya. Sehingga fasilitas pamsimas ini memang ada

sebagaian yang tidak jalan perawatannya sehingga ada kerusakan-


kerusakan pada alatnya.

Q4 Menurut Bapak bagaimanakah gambaran dari awal program ini

masuk ke Desa Pasir Tanjung sampai sekarang?

Sangat bagus yah, antusias dari warga desa pad program ini bagus. Sangat

berterimakasih dengan adanya program ini masuk ke desa kami, jadi warga

desa bisa terpenuhi air bersih dan air minumnya. Dulunya kan yag punya

sumur juga paling satu dua orang, belum kalau kemarau kan kering. Warga

yang lainnya biasanya ke sungai, sekarang jadi gak usah ke sungai lagi.

Q5 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Selain masyarakat dapat terpenuhi soal air bersih dan air minumnya,

masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya. Karena

dengan lingkungan yang kotor dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit ya minimal diare, jadi program ini juga bertujuan untuk

menurunkan angka diare tersebut.

Keterangan :
I3 = Pengurus Pamsimas Desa Pasir Tanjung
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara
I I3

Q
Q1 Apakah yang menjadi latar belakang munculnya Program Pamsimas?

Awal desa Tambakbaya mendapatkan program ini tentunya dengan melihat

ketidakmampuan desa untuk menyediakan air bersih dan air minum untuk

warganya. Kemudian adanya penyakit diare yang cukup tinggi di desa

kami sebagai salah satu bukti penularan atau pencemaran lingkungan dan

air karena aktifitas warga yang masih di sungai.

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut bapak sendiri bagaimana?

Program pamsimas itu adalah program penyediaan air minum sanitasi

berbasis masyarakat, dimana di dalam program mencoba menyediakandan

mencukupi kebutuhan air bersih dan air minum untuk masyarakat di desa.

Serta berupaya untuk menurunkan angka diare tersebut dan menciptakan

lingkungan permukiman desa yang nyaman, bersih, dan sehat.

Q3 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Masalahnya memang masih kurang partisipasi dan kepedulian dari

masyarakat desa mengenai program ini, sehingga memang masih banyak

warga yang masih melakukan aktifitas seperti BABS, mandi dan mencuci

ke sungai walaupun telah disediakan fasiltas penampungan air bersih


tersebut. sehingga menyebabkan kurang terpeliharanya sarana, kurang

suksesnya untuk pencapaian tujuan awal program ini untuk diterapkan di

desa ini. Memang tidak dipungkiri bahwa merubah kebiasaan itu tidak

mudah, dibutuhkan waktu untuk dapat merubah perilaku dan sikap hidup

bersih tersebut.

Q4 Menurut Bapak bagaimanakah gambaran dari awal program ini

masuk ke Desa Pasir Tanjung sampai sekarang?

Sangat kurang bagus yah, dimana seperti saya sampaikan sebelumnya

antusias dari warga yang kurang, minat dari warga kurang, sehingga masih

banyak warga yang acuh terhadap program ini sehingga implementasian

program ini di desa kami masih belum berjalan dengan bagus.

Q5 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Sebenarnya dengan adanya program ini masyarakat dapat terpenuhi soal air

bersih dan air minumnya, masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan dan

kesehatan dirinya serta lingkungan permukiman dimana mereka tinggal.

Karena dengan kita sehat, air bersih dan lingkungan bersih akan terjauh

dari penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan tersebut.

Keterangan :

I4 = Pengurus Pamsimas Desa Tambakbaya

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara


I I5

Q
Q1 Apakah yang menjadi latar belakang munculnya Program Pamsimas?

Tujuannya untuk meningkatkan jumlah warga yang kurang terlayani

mengenai akses kemampuan pemenuhan air minum yang berih dan sanitasi

yang berbasis masyarakat, selain itu guna menurunkan angka tingginya

diare disuatu desa yangdisebkan oleh kerusakan lingkungan hidup atau yang

ditularkan dari air.

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut ibu bagaimana?

Program pamsimas merupakan program penyediaan air minum sanitasi

berbasis masyarakat, dimana di dalam program ini tuh mencoba

menyediakan ir bersih dan air minum untuk masyarakat di desa serta

mencoba merubah kebiasaan cara hidup atau pola hidup masyarakat yang

kurang bersih menjadi pola hidup bersih dan sehat. Dengan tujuannya untuk

meinngkatkan jumlah warga yang kurang terlayani tadi, mengenai akses

kemampuan pemenuhan air minum yang berih dan sanitasi yang berbasis

masyarakat, selain itu guna menurunkan angka tingginya diare disuatu desa

yangdisebkan oleh kerusakan lingkungan hidup atau yang ditularkan dari

air.

Q3 Menurut ibu, apakah faktor pendorong dan penghambat pada saat


program ini masuk ke desa?

Tantangan dalam program ini beragam yah, dari misalnya tantangan dari

pembentukan tim kader pengurus di desa, sistem koordinasinya dan kerja

sama, kemudian partisipasi dri masyarakatnya. Hal itu bisa menjadi

pendukung dan penghambat, dimana sesuai dengan apakah tinggi dan

rendahnya dari kategori tantangan tadi.

Q4 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Masalahnya tentu saja apabila para pelaksana tidak dapat menjawab ataupun

melaksanakan tantangan yang saya sebutkan sebelumnya dengan baik, tentu

menjadikan suatu permasalahan di dalam implementasinya.

Q5 Dengan adanya program ini tentu ada perubahan, perubahan apa saja

yang dihasilkan oleh program ini khususnya di Desa Pasir Tanjung dan

Desa Tambakbaya?

Dari kondisi awal di desa dengan kekurangan air bersih dan air minum serta

adanya perilaku yang kurang bersih atau higenis tentu dengan adanya

Pamsimas ini, masyarakat di desa baik Pasir Tanjung dan Tambakbaya

tentunya ada perubahan walaupun tidak terlalu banyak atau signifikan. Di

harapkan masyrakat dapat terpenuhi cakupan air bersih dan air minumnya,

kemudian adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dari

masyarakat untuk menjaga kesehatan pribadinya sendiri.


Q6 Menurut ibu dengan adanya Pamsimas ini kepentingan apa saja yang

terpengaruhi oleh program ini?

Yang terpengaruhi tentunya masyarakat sebagai sasaran awal program ini,

kemudian lingkungan pun ikut terpengaruhi dengan menjadikannya

lingkungan sekitar pemukiman warga menjadi bersih dan sehat sehingga

masyarakat pun dapat hidup bersih dan sehat.

Q7 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Selain masyarakat dapat terpenuhi soal air bersih dan air minumnya,

masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya. Karena

dengan lingkungan yang kotor dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit ya minimal diare, jadi program ini juga bertujuan untuk

menurunkan angka diare tersebut.

Q8 Siapa saja yang ikut serta atau ikut andil dalam program ini?

Untuk wilayah kerja Kabupaten/Kota yang ikut berpartisipasi sebagai

pelaksana dari program ini adalah dinas Kesehatan bersama puskesmas

wilayah kerja terkait, Bappeda, dan Cipta Karya.

Keterangan :

I5 = Pelaksana Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab.Lebak

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara


I I6

Q
Q1 Apakah yang menjadi latar belakang munculnya Program Pamsimas?

Tujuannya untuk meningkatkan jumlah warga yang kurang terlayani

mengenai akses kemampuan pemenuhan air minum yang berih dan sanitasi

yang berbasis masyarakat, selain itu guna menurunkan angka tingginya

diare disuatu desa yangdisebkan oleh kerusakan lingkungan hidup atau yang

ditularkan dari air.

Q2 Jadi penjelasan singkat mengenai Program Pamsimas itu sendiri

menurut ibu bagaimana?

Program pamsimas merupakan program penyediaan air minum sanitasi

berbasis masyarakat, dimana di dalam program ini tuh mencoba

menyediakan ir bersih dan air minum untuk masyarakat di desa serta

mencoba merubah kebiasaan cara hidup atau pola hidup masyarakat yang

kurang bersih menjadi pola hidup bersih dan sehat. Dengan tujuannya untuk

meinngkatkan jumlah warga yang kurang terlayani tadi, mengenai akses

kemampuan pemenuhan air minum yang berih dan sanitasi yang berbasis

masyarakat, selain itu guna menurunkan angka tingginya diare disuatu desa

yangdisebkan oleh kerusakan lingkungan hidup atau yang ditularkan dari

air.

Q3 Menurut ibu, apakah faktor pendorong dan penghambat pada saat


program ini masuk ke desa?

Tantangan dalam program ini beragam yah, dari misalnya tantangan dari

pembentukan tim kader pengurus di desa, sistem koordinasinya dan kerja

sama, kemudian partisipasi dri masyarakatnya. Hal itu bisa menjadi

pendukung dan penghambat, dimana sesuai dengan apakah tinggi dan

rendahnya dari kategori tantangan tadi.

Q4 Permasalahan apa sajakah yang terjadi di lapangan pada

pengimplementasian program ini?

Masalahnya tentu saja apabila para pelaksana tidak dapat menjawab ataupun

melaksanakan tantangan yang saya sebutkan sebelumnya dengan baik, tentu

menjadikan suatu permasalahan di dalam implementasinya.

Q5 Dengan adanya program ini tentu ada perubahan, perubahan apa saja

yang dihasilkan oleh program ini khususnya di Desa Pasir Tanjung dan

Desa Tambakbaya?

Dari kondisi awal di desa dengan kekurangan air bersih dan air minum serta

adanya perilaku yang kurang bersih atau higenis tentu dengan adanya

Pamsimas ini, masyarakat di desa baik Pasir Tanjung dan Tambakbaya

tentunya ada perubahan walaupun tidak terlalu banyak atau signifikan. Di

harapkan masyrakat dapat terpenuhi cakupan air bersih dan air minumnya,

kemudian adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dari

masyarakat untuk menjaga kesehatan pribadinya sendiri.


Q6 Menurut ibu dengan adanya Pamsimas ini kepentingan apa saja yang

terpengaruhi oleh program ini?

Yang terpengaruhi tentunya masyarakat sebagai sasaran awal program ini,

kemudian lingkungan pun ikut terpengaruhi dengan menjadikannya

lingkungan sekitar pemukiman warga menjadi bersih dan sehat sehingga

masyarakat pun dapat hidup bersih dan sehat.

Q7 Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari program ini?

Selain masyarakat dapat terpenuhi soal air bersih dan air minumnya,

masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya. Karena

dengan lingkungan yang kotor dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit ya minimal diare, jadi program ini juga bertujuan untuk

menurunkan angka diare tersebut.

Q8 Siapa saja yang ikut serta atau ikut andil dalam program ini?

Untuk wilayah kerja Kabupaten/Kota yang ikut berpartisipasi sebagai

pelaksana dari program ini adalah dinas Kesehatan bersama puskesmas

wilayah kerja terkait, Bappeda, dan Cipta Karya.

Keterangan :

I6 = Pelaksana Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab.Lebak

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara


MATRIKS SESUDAH REDUKSI DATA

1. Konten Kebijakan

A. Kepentingan yang terpengaruhi oleh Kebijakan

Q Kepentingan apa dan siapa saja yang terpengaruhi oleh program ini?

I
I1 Kepentingan yang terpengaruhi mah tentunya masyarakat yah, karena

sasaran dari program ini sendiri yaitu untuk mencukupi kebutuhan air

minum masyarakat di desa.

I2 Selain masyarakat yang terpengaruhi oleh program ini, lingkungan pun

menjadi terpengaruhi dengan adanya program ini. karena lingkungan pun

menjadi terjaga, terawatt kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Seiring

dengan masyarakatnya yang mulai meninggalkan kebiasaan mereka yang

BABS gitu.

I3 yang terpengaruhi tentu dari warga di desa, pemerintah memberikan

program ini untuk warga desa agar supaya warga desayang kekurangan air

bersih dan air minum bisa tertolong dengan adanya program ini.

I5 Tentunya yang terpengaruhi yaitu dari masyarakat di desa sebagai sasaran

awal dari program ini, dimana dengan tujuan program ini t Tujuannya untuk

meningkatkan jumlah warga yang kurang terlayani mengenai akses


kemampuan pemenuhan air minum yang berih dan sanitasi yang berbasis

masyarakat, selain itu guna menurunkan angka tingginya diare disuatu desa

yang disebkan oleh kerusakan lingkungan hidup atau yang ditularkan dari

air.

B. Jenis Manfaat Yang Dihasilkan

Q Manfaat apa sajakah yang dihasilkan dari Program Pamsimas ini


untuk masyarakat di desa?
I
I1 manfaat-manfaat yang dihasilkannya dari pamsimas itu seperti sekarang

masyarakat gak harus pergi ke sungai kalau mau mandi, nyuci, pokoknya

melakukan aktifitas kesehariannya bisa dirumah. Sedikit demi sedikit

masyarakat tau pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan badan

sendiri. Jadi setalah adanya Pamsimas ini, masyarakat di desa

Alhamdulillah cakupan airnya bisa terpenuhi dan kesadaran masyarakatpun

ikut tumbuh

I2 manfaat dari Pamsimas itu kan untuk menyediakan dan memenuhi

kebutuhan air minum ataupun air bersih disuatu daerah dan mencoba

merubah kebiasaan para warga atau masyarakat untuk bisa berprilaku hidup

bersih dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

menjaga lingkungan dimana mereka tinggal untuk keberlangsungan hidup

masyarakat juga. Jadi manfaat yang dihasilkan dengan adanya Pamsimas


adalah, masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum dan air bersih ditempat

mereka tinggal serta mulai adanya perubahan pola sikap ataupun kebiasaan

dari masyarakat itu sendiri

I3 Dengan adanya Pamsimas ini masuk ke desa kami tentu membawa

perubahan dan manfaat yang baik dan positif, masyarakat di desa menjadi

tidak perlu harus ke sungai kalau mau mandi, nyuci, buang air segala

macemnya itu sudah tidak perlu lagi. Manfaat dari Pamsimas ini sangat

positif, sangat berguna, sangat membantu sekali masyarakat di desa dalam

kehidupan keseharian masyarakat di desa ini, jadi merasa tertolong dengan

Pamsimas ini

C. Derajat perubahan yang diinginkan

Q Perubahan apa yang diharapkan dengan adanya Program Pamsimas


ini untuk masyarakat?
I
I5 Dari desa penerima Pamsimas tentu saja desa tersebut memiliki

ketidakmampuan untuk menyediakan kecukupan air bersih untuk

masyarakatnya, kemudian dari masyarakatnya yang masih memiliki

kebiasaan BABS ataupun banyaknya kasus diare di desa tersebut yang

menyebabkan perlu adanya Program Pamsimas masuk ke desa mereka,

setelah adanya Program Pamsimas tentu saja hal-hal seperti yang telah saya
jelaskan sebelumnya diharapkan dapat terjawab ataupun bisa dapat

terselesaikan. Dengan adanya Pamsimas tentu diharapkan desa tersebut

memiliki kecukupan air bagi masyarkatnya, masyarakat Stop BABS,

masyarakat dapat memelihara lingkungan tempat tinggalnya dengan adanya

perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta terjadi

peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi

I6 “Dengan adanya Program Pamsimas ini tentunya diharapkan masyarakat

dipedesaan dapat terpenuhi kebutuhan air minum dan air bersih, akses

sanitasi, adanya kegiatan Stop BABS dan CTPS. Serta meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk dapat hidup bersih dan sehat, serta menjaga

kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Memang dalam

pengimplementasinya tidak semudah membalikan telapak tangan yah,

karena untuk merubah suatu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh

masyarakat itu sulit. Ya, untuk merubah kebiasaan itu memang sulit, semua

membutuh proses dengan jangka waktu yang lumayan panjang. Tetapi

tujuan dari Program Pamsimas ya tentunya saja setiap warga masyarakat

dapat mengakses sarana air minum yang bersih serta akses sanitasi yang

layak dan berkelanjutan.”


D. Kedudukan Pembuat Kebijakan

Q Bagaimanakah letak pengambilan keputusan dan kedudukan dari para


pelaksana program?
I
I5 Instansi terkait pada Program Pamsimas ini tentu selain kita dari Dinas

Kesehatan ada pula dari Bappeda, Cipta Karya serta puskesmas-puskesmas

di Kecamatan terkait. Kami melakukan koordinasi-seleksi-dan penetapan

kepada desa/kelurahan sasaran program tersebut. Dinas Kesehatan beserta

puskesmas sebagai dinas terkait untuk melakukan pembangunan di sektor

non fisik seperti melakukan pemicuan ataupun sosialisasi terhadap

masyarakat, Dinas Cipta Karya adalah sebagai instansi pembangunan di

sektor fisik, serta Bappeda sebagai pemberi arahan pembangunan,

melakukan pengawasan atau monitoring dan evaluasi program

I6 Dalam penetapan nama desa-desa telah diatur oleh dinas terkait yaitu

Bappeda, kita Dinas Kesehatan telah menerima desa-desa yang termasuk

sebagai penerima program tersebut hanya meneruskan dan berkoordinasi

langsung dengan puskesmas terkaits esuai cakupan wilayah kerjanya serta

berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya sebagai instansi pembangunan

secara fisiknya

I1 Untuk Puskesmas sendiri atau khususnya Sanitarian di desa terkait

penerima Program Pamsimas saya bertugas untuk melakukan pemicuan

terhadap masyarakat pada saat sebelum program tersebut terealisasikan


sampai program tersebut selesai pengerjaan secara fisiknya. Saya

melakukan pemicuan setiap minggunya bertujuan untuk memberikan

informasi dan mencoba merubah kebiasaan masyarakat menjadi masyarakat

yang pedeuli dengan kesehatan, kebersihan dan lingkungan yang bersih.

Karena untuk emrubah kebiasan itu sulit, makanya perlu dilakukannya

pemicuan secara berkelanjutan

E. (Siapa) Pelaksana Program

Q Siapa sajakah pelaksana dalam Program Pamsimas ini?

I
I5 Pelaksana dari Program Pamsimas seperti yang telah saya jelaskan pada

jawaban sebelumnya kita Dinas Kesehatan berkoordinasi langsung dengan

Bappeda, Dinas Cipta Karya dan Puskesmas terkait dengan sektor wilayah

kerjanya. Maka pelaksana dari program adalah bagian Pelaksana

Penyehatan Lingkungan (PPL) para Sanitaria dari setiap puskesmas dan

bagian Bappeda dan Cipta Karya sebagai pelaksana pembangunan secara

fisik dan tidak lupa adanya peranan aktif dari masyarakat yang ikut serta

mensukseskan Program Pamsimas ini.


I6 Pelaksana Pada Program Pamsimas ini adalah dari Dinas terkait seperti

Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya, Bappeda. Kita sebagai pelaksana

program melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk

dilaksanakan atau diimplementasikan di suatu Kabupaten/Kota ataupun di

desa yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima program tersebut.

Selain itu masyarakat sendiri pun selain menjadi sasaran penerima program,

masyarakatpun menjadi pelaksana program juga. Karena masyarakat pun

ikut serta dalam pembangunan program tersebut.

I1 Pelaksana Pada Program Pamsimas ini adalah dari Dinas terkait seperti

Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya, Bappeda. Kita sebagai pelaksana

program melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk

dilaksanakan atau diimplementasikan di suatu Kabupaten/Kota ataupun di

desa yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima program tersebut.

Selain itu masyarakat sendiri pun selain menjadi sasaran penerima program,

masyarakatpun menjadi pelaksana program juga. Karena masyarakat pun

ikut serta dalam pembangunan program tersebut.


F. Sumber daya yang digunakan

Q Sumberdaya apa sajakah yang dikerahkan dalam pengimplementasian


Program Pamsimas ini?
I
I2 Sumber daya yang digunakan dalam Program Pamsimas tentu saja dari

Sumber Daya Manusia yang dikerahkan baik dari Pusat, provinsi dan

Kabupaten/Kota hingga tingkat desa. Baik dimulai dari pegawai dari

instansi terkait, masyarakat di desa sasaran program, tokoh ulama dan tokoh

masyarakat disekitar wilayah desa, kepala desa beserta stafnya, kemudian

dari sumber daya alam yang digunakan dalam program adalah lahan-lahan

untuk lokasi penyimpanan penampungan air bersih atau air minum berbasis

masyarakat. Serta perlunya penyehatan lingkungan ataupun menjaga

kesehatan dan kebersihan dari sungai dan lingkungan di desa.

I1 keikutsertaan berbagai para pelaksana tentunya yang sudah ditetapkan

melalui SK masig-masing, berbagai instansi terkait dengan Pamsimas ini

tentu memiliki tupoksinya masing-masing dalam melaksanakan tugasnya.

Selain itu memang fungsi lokasi ataupun lingkungan di sekitar desa menjadi

sumber daya alam yang menunjang untuk keberhasilan dari program ini.

Memang yang terpenting adalah dari sumber daya manusianya, dimana

kesediaannya masyarakat untuk berkontribusi seperti berpartisipasi aktiof

dalam seluruh kegiatan pamsimas, kemauan masyarakat untuk merubah

kebiasaan atau perilaku mereka seperti menghilangkan kebiasaan BABS


dan mulai berprilaku hidup bersih dan sehat. Kemudian barulah ditunjang

oleh para pelaksana atau pemberi pelayanan yang memiliki kecakapan dan

komitmen dalam mensukseskan program ini.

2. Konteks Kebijakan

A. Kekuasaan, kepentingan, dan Strategi Aktor yang Terlibat

Q Kekuasaan, kepentingan dan Strategi apa sajakah yang terlibat dalam


Program Pamsimas ini?
I
I1 Mengenai permasalahan penyalahgunaan kepentingan-kepentingan ataupun

permasalahan yang muncul pada tahap implementasi Pamsimas di desa

Pasir Tanjung adalah pada saat awal akan masuknya program ini di desa

Pasir Tanjug terjadi kurang koordinasi , karena pada awal

permusyawarahan saya tidak mengikuti agenda tersebut karena tidak ada

konfirmasi ataupun koordinasi dri pihak lain. Kemudian selanjutnya pada

tahap pembangunan tempat penampungan air di setiap titik tersebut

seharusnya amsyarakat sendiri yang melakukannya secara kerja bakti

namun masyarakat malah menggunakan tukang bangunan untuk

membangun penampungan air tersebut, kurang keikutsertaan langsung

ataupun partisipasi masyarakat kurang terhadap pembangunan


penampungan air terebut. Selain itu, pada proses penentuan penyimpanan

atau letak dari penampungan tersebut masih dipengaruhi oleh faktor-faktor

kedekatan warga dengan aktor yang terlibat sehigga penampungan airnya

diletakkan disekitar rumahnya yang menyebabkan ketidak merataannya

distribusi air tersebut kerumah-kerumah yang lain.

Bahkan ada kejadian pembangunan penampungannya sudah tahap di bor,

ada masyarakat yang keukeuh pengen di deket rumahnya pembangunannya

sampai bawa golok dan mengancam para petugas dan warga disekitar situ.

Sehingga membuat warga yang awal akan dibangun disekitar rumahnya pun

mengikhlaskan dan para petugaspun membangun penampungannya di dekat

rumahnya.

I2 Sumber daya manusia dalam pelaksana program ii adalah tentu orang-orang

yang memang ditugaskan untuk melaksanakan tugas pelayanan Pamsimas

di desa sasaran yang telah ditetapkan sebagai desa penerima Program

Pamsimas tersebut. mengenai adanya keterlibatan aktor terlibat selama

pembuatan atau pembangunan penampungan air minum dan air bersih

Pamsimas ini tidak lepas dari masyarakat yang ingin penampungannya

disimpan di wilayah rumahnya agar dapat menerima dan memanfaatkan

fasilitas dengan mudah, tanpa melihat dan memperhitungkan masyarakat

lain akan sampai atau akan dapat memanfaatkan juga atau tidak.
Masyarakatpun ada yang memanfaatkan kekerabatan, kekeluargaan dengan

aktor terlibat untuk memperoleh atau mendapatkan ijin pembangunan

penampungannya di wilayah tempat tinggal atau rumahnya tersebut.

Kejadian ini benar terjadi di desa Tambakbaya yang penampungannya

diletakkan di dekat atau di halaman keluarga kepala desa, yang menyabkan

para warga yang akan menggunakan fasilitas merasa canggung. Dan hal

tersebut tentu menimbulkan suatu permasalahan lagi karena jadi masyarakat

tidak mendapatkan pelayanan air bersih secara merata, karena masyarakat

menjadi canggung untuk meminta dan menikmati air tersebut dan akhirnya

masyarakat kembali ke sungai untuk melakukan aktifitas keseharian mereka

B. Karakteristik Lembaga dan Penguasa

Q Bagaimanakah karakteristik lembaga dan penguasa dari Program


Pamsimas ini?
I
I1 Koordinasi awal adalah dengan menyiapkan kader AMPL (Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan) beserta Pembentukan KKM (Kelompok

Keswadayaan Masyarakat) dilakukannya musyawarah di desa dengan

pihak-pihak tersebut dengan instansi terkait dengan program ini. idealnya

memang seperti ini, namun pada tahap tersebut puskesmas sebagai


komponen B tidak mendapatkan informasi atau koordinasi dari instansi lain

untuk melakukan musyawarah, sehingga puskesmas memulai tugasnya

ketahap pemicuan masyarakat untuk memberikan informasi dan wawasan

mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kemudian dilakukannya

Revitalisasi Lembaga Pengelola Program dan Penyusunan Rencana Kerja

Masyarakat (RKM) yang dilanjutkan dengan pengumpulanan dana iuran

oleh masyarakat di desa untuk mencairkan dana untuk pelaksanaan

kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan penampungan

dibawah pengawasan oleh Dinas Cipta Karya, setelah jadi maka operasi dan

pemeliharaan juga dilakukannya evaluasi dan monitoring program tersebut

tiap bulannya

I5 Dukungan kelembagaan untuk program Pamsimas dilaksanakan oleh

pemerintah pusat, kelembagaan tingkat provinsi, kelambgaan tingkat

Kabupaten/Kota dan Kelembagaan Tingkat Masyarakat dan Unit

Pelaksanaan. Untuk tim pengelolaan tingkat pusat terdiri dari Tim Pengarah

Koordinasi Program, Tim teknis Program dan Project Management Unit

(PMU) Pusat. Adapun tingkat provinsi melibat institusi Tim Koordinasi

Provinsi (TKP) tim pengelola tingkat Kabupaten/Kota dibentuk berdasarkan

Sk Bupati/Walikota yang dikepalai oleh Bappeda dan anggotanya Dinas

kesehatan, Dinas Cipta Karya dan dinas terkait lainnya. Untuk struktur

kelembagaan masyarakat dan unit pelaksana di tingkat desa/kelurahan


berbeda dengan yang lainnya, unit utama di desa adalah Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LSM) dan satuan pelaksana kegiatan (Satlak).

C. Kepatuhan dan Daya Tangkap

Q Bagaimanakah tingkat kepatuhan dan daya tangkap dari para


pelaksana dan penerima dari Program Pamsimas ini?
I
I6 Peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Pusat dalam Program

Pamsimas ini seperti yang dilakukan oleh Bappenas adalah melakukaan

koordinasi program secara menyeluruh dan terstruktur ketingkat Provinsi-

Kabupaten/Kota, kemudian Dirjen Cipta Karya yang mempuyai peran

pelaksanaan infrastruktur ataupun pembangunan danitasi dan pelayanan air

minum, Departemen Kesehatan dengan perannya pelaksana komponen

pelayanan dan perbaikan perilaku sanitasi. Kemudian pada tahap

Provinsi/Kab/Kota Tim koordinasinya masing-masing melaksanakan

koordinasi dan memfasilitasi kerjasama antar lembaga atau instansi,

melakukan monitoring perkembangan hasil, evaluasi program secara efektif

dan berkelanjutan.
I5 Kesadaran untuk melaksanakan tupoksinya masing-masing merupakan

sebagai bukti kepatuhan dan adanya respon dari para pelaksana, dari

pemerintahPusat sampai pemerintah daerah tentu memiliki peran dan

tanggung jawabnya amsing-masing terkait dengan program Pamsimas ini.

Dinas Kesehatan sendiri tentunya bersama Bappeda melakukan koordinasi

dan memfasilitasi berbagai pihak terkait sera melakukan evaluasi dan

monitoring terhadap hasil dari program tersebut. Untuk pelaksanannya

Puskesmas setempat dan Dinas Cipta Karya beserta LSM yang

melaksanakan pembangunan di sektor lapangan.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

1. Nama : Rachmawati Dwi Maharani


2. Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 22 November 1991
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Golongan Darah :A
5. Agama : Islam
6. Bangsa : Indonesia
7. Status Perkawinan : Belum Kawin
8. Alamat : Jln. Kh Syam’un No 44 RT/RW 05/04
Kelurahan Muara Ciujung Barat. Kecamatan
Rangkasbitung- Banten

Riwayat Pendidikan

1. TK Bhayangkari Angkatan tahun 1998


2. SDN Kejaksaan Rangkasbitung Angkatan 2004
3. SMPN 4 Rangkasbitung Angkatan 2007
4. SMAN 3 Rangkasbitung Angkatan 2010
5. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Angkatan 2010 s/d Sekarang
PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN
PROGRAM PAMSIMAS
2’/4+/’4 $"#%

KATA SAMBUTAN
Pasal 5 Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyatakan bahwa negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari
guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Tujuan Pembangunan
Millennium Indonesia menetapkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia menyediakan akses air
minum yang layak bagi 68.87% penduduk dan akses sanitasi layak bagi 62.41% penduduk.
Untuk kebutuhan air minum, secara nasional sampai dengan tahun 2011 Indonesia baru mampu
menyediakan akses yang layak bagi 55.04% dari total penduduk Indonesia, sedangkan untuk
kebutuhan sanitasi dasar, Indonesia baru mampu menyediakan akses sanitasi layak bagi 55.53%
dari total penduduk Indonesia. Di antara masyarakat yang belum terlayani, masyarakat
berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran kota termasuk kelompok yang rentan
mengakses air minum dan sanitasi yang layak tersebut.
Pelaksanaan Program Pamsimas Tahun 2008-2012 telah berhasil meningkatkan jumlah warga
miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi,
serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat melalui upaya pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini telah meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai
mitra strategis Pemerintah Daerah dan Pemerintah dalam menyediakan dan meningkatkan
kualitas pelayanan air minum dan sanitasi.

Program Pamsimas II, Tahun 2013-2016 merupakan kelanjutan program Pamsimas 2008-2012
sebagai instrument pelaksanaan dua agenda nasional untuk meningkatkan cakupan penduduk
terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih
untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpenghasilan
rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan
sanitasi, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka
pencapaian target Milennium Development Goals (sektor air minum dan sanitasi) melalui
pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. Program
Pamsimas II dilaksanakan untuk menunjang pengembangan permukiman yang berkelanjutan
pada 219 kabupaten/kota yang tersebar di 32 provinsi.

Buku Pedoman maupun Petunjuk Pelaksanaan Program Pamsimas yang cukup lengkap ini
diharapkan membantu penyelenggaraan program agar lebihefektif, baik di tingkat Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat, sehingga pada akhir 2016 tujuan Program Pamsimas
dapat dicapai.

Jakarta, Mei 2013


Direktur Jenderal Cipta Karya,

Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc


NIP 110025718

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 i


2’/4+/’4 $"#%

KATA PENGANTAR (

Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi secara kuantitas, kualitas,
terjangkau, dan kontinu. Namun masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan
air bersih yang layak, terutama masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran
kota. Program Pamsimas adalah salah satu program andalan Pemerintah di dalam penyediaan
air bersih dan sanitasi bagi masyarakat perdesaan dan pinggiran kota melalui pendekatan
berbasis masyarakat.

Sejak 2008 Pamsimas dilaksanakan, dampaknya positif bagi masyarakat desa yang tersebar di
sekitar 6800 desa/kelurahan.Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis
masyarakat, program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus
sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan.Untuk membantu penyelenggaraan program
agar dapat berjalan efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan pedoman dan
petunjuk teknis.

Buku Pedoman ini telah disempurnakan sesuai dengan konsep dan pendekatan pelaksanaan
Program Pamsimas II. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat
ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari buku pedoman dan buku petunjuk teknis
Program Pamsimas lainnya, yaitu:
1) Petunjuk Teknis Pemilihan Desa
2) Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan di Tingkat Masyarakat
3) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Masyarakat
4) Petunjuk Teknis Pengoperasian dan Pemeliharaan
5) Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
6) Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
7) Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa di Tingkat Masyarakat
8) Petunjuk Teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial
9) Petunjuk Teknis Penguatan Keberlanjutan
10) Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
11) Petunjuk Teknis Hibak Insentif Kabupaten/Kota
12) Petunjuk Teknis Hibah Insentif Desa

Manfaat dari buku-buku ini antara lain:


· Memberikan panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat;
· Memberikan panduan bagi peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pembinaan,
fasilitasi, dan pengelolaan penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis
masyarakat;
· Memberikan panduan bagi pengelol program dalam memberi pendampingan kepada
masyarakat dalam perencaaan, pelaksanaan, dan pengelolaan kegiatan pasca konstruksi;
· Memberikan arahan bagi para pengelola program dalam mengendalikan pencapaian target
masing-masing komponen program;
· Memberikan panduan bagi pemantauan dan evaluasi pendampingan masyarakat dalam
penyusunan semua laporan pertanggungjawaban;
· Memberikan panduan bagi Pemerintah Daerah dalam kegiatan pengarusutamaan dan
pengadopsian pendekatan berbasis masyarakat dalam kebijakan pembangunan air minum
dan sanitasi perdesaan;

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 ii


2’/4+/’4 $"#%

Dengan demikian diharapkan seluruh komponen program Pamsimas dapat berjalan dengan baik,
masyarakat dapat menikmati air bersih dan sanitasi yang layak sepanjang masa dalam
pengelolaan yang berkelanjutan.

Jakarta, Mei 2013


Direktur Pengembangan Air Minum

Ir. Danny Sutjiono


110021833

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 iii


2’/4+/’4 $"#%

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Mengapa Diperlukan Pedoman ..................................................................... 2
1.3 Siapa Pengguna Buku Pedoman .................................................................. 2
1.4 Sistematika Buku Pedoman .......................................................................... 3
1.5 Buku-Buku Panduan Pamsimas.................................................................... 5
1.6 Client Connection Website ............................................................................ 6
BAB 2. TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN PENDEKATAN ............................. 7
2.1 Tujuan........................................................................................................... 7
2.2 Sasaran ........................................................................................................ 7
2.2.1 Sasaran Program .............................................................................. 7
2.2.2 Sasaran Lokasi.................................................................................. 8
2.3 Strategi, Pendekatan Dan Prinsip ................................................................. 9
2.3.1 Strategi .............................................................................................. 9
2.3.2 Pendekatan ..................................................................................... 10
2.3.3 Prinsip ............................................................................................. 10
2.4 Kondisi Yang Diarahkan ............................................................................. 11
2.5 Tantangan .................................................................................................. 11
2.6 Langkah Langkah Yang Perlu Dilakukan Untuk Menjawab Tantangan ....... 12
BAB 3. KOMPONEN PROGRAM ........................................................................... 17
3.1 Komponen 1: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan
Kelembagaan Daerah ................................................................................. 17
3.1.1 Pelaksanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat (CommunityDriven
Development) .................................................................................. 17
3.1.2 Pengembangan Mekanisme dan Kapasitas Kelembagaan Provinsi,
Kabupaten/kota dan Kecamatan untuk Kualitas Manajemen Program
........................................................................................................ 19
3.1.3 Pengembangan Mekanisme dan Kapasitas Kelembagaan Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan untuk Pengarusutamaan
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi dengan Pendekatan Berbasis
Masyarakat ...................................................................................... 20
3.2 Komponen 2: Peningkatan Perilaku dan Layanan Hidup Bersih dan Sehat
Melalui STBM ............................................................................................. 22
3.2.1 Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi ........................... 22
3.2.2 Program Pemasaran Hygiene dan Sanitasi ..................................... 23
3.2.3 Program Hygiene dan Sanitasi Sekolah .......................................... 24
3.2.4 Penciptaan dan Penguatan Lingkungan Pendukung Program Hygiene
dan Sanitasi..................................................................................... 24

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 iv


2’/4+/’4 $"#%

3.3 Komponen 3: Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi ......................... 28


3.3.1 Penggunaan Dana Bantuan ............................................................ 30
3.3.2 Bantuan Perencanaan dan Dukungan Teknik.................................. 31
3.4 Komponen 4: Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota....................... 31
3.5 Komponen 5: Dukungan Manajemen pelaksanaan Proyek ......................... 31
3.5.1 Central Management Advisory Consultants (CMAC) ....................... 32
3.5.2 Regional Oversight Management Services (ROMS) ........................ 32
3.5.3 Penilai Proyek Independen .............................................................. 32
BAB 4. PENGELOLAAN PROGRAM .................................................................... 33
4.1 Dukungan Penyediaan Jenis-Jenis Bantuan/Layanan ................................ 33
4.2 Kegiatan Pokok Penyelenggaraan Program Pamsimas .............................. 35
4.3 Dukungan Kelembagaan............................................................................. 35
4.4 Pengadaan Barang/Jasa............................................................................. 38
4.5 Sistem Pengelolaan Keuangan ................................................................... 38
4.6 Rencana Tindak ANTI Korupsi.................................................................... 39
4.7 Pengamanan/Safeguard ............................................................................. 40
4.7.1 Lingkup Kerangka Kerja Safeguard ................................................. 40
4.7.2 Perlindungan Daerah Tangkapan Air (P-DTA) ................................. 40
4.8 Operasional Dan Pemeliharaan .................................................................. 41
4.9 Pemantauan ............................................................................................... 41
4.9.1 Jenis Kegiatan Pemantauan dalam Pamsimas ................................ 42
4.9.2 Instrumen Pemantauan Program Pamsimas ................................... 43
4.9.3 Pemantauan Indikator Capaian Program Pamsimas....................... 44
4.10 Evaluasi Program Pamsimas ...................................................................... 47
4.11 Pelaporan ................................................................................................... 47
BAB 5. PENDANAAN PROGRAM ......................................................................... 48
5.1 Sumber Dana.............................................................................................. 48
5.1.1 Dana PHLN Bank Dunia .................................................................. 48
5.1.2 Dana Rupiah Murni.......................................................................... 48
5.1.3 Kategori Pembiayaan PHLN Bank Dunia......................................... 50
5.2 Penanganan Pengelolaan Keuangan.......................................................... 50
5.2.1 Penganggaran ................................................................................. 51
5.2.2 Pembukuan dan Akuntansi .............................................................. 51
5.2.3 Pelaporan ........................................................................................ 52
5.3 Arus Dana Dan Pengaturan Pencairan Dana .............................................. 53
5.4 Mekanisme Penyaluran Dana Pamsimas Di Tingkat Masyarakat................ 53
5.5 Audit ........................................................................................................... 54
5.5.1 Internal Audit ................................................................................... 54
5.5.2 External Audit .................................................................................. 55

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 v


2’/4+/’4 $"#%

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata Cara Seleksi Kabupaten/Kota Dan Desa Sasaran ....................... 56
Lampiran 2. Pengelola Dan Pelaksana Program Pamsimas .................................... 60
Lampiran 3. Rencana Tindak Anti Korupsi ............................................................... 86
Lampiran 4. Rencana Tindak Kesetaraan Gender ................................................... 98
Lampiran 5. Rencana Tindak Konvensi Hak Penyandang Disabilitas .................... 101
Lampiran 6. Daftar Sumber Air Minum Dan Sarana Sanitasi Yang Layak
(Improved) .......................................................................................... 103

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 vi


2’/4+/’4 $"#%

DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 4.1. Penerapan Jenis Bantuan pada Komponen Program.......................................... 34

Tabel 4.2. Peran dan Indikator Kinerja Capaian Pamsimas ................................................ 36

Tabel 4.3. Pemantauan Indikator Capaian Kunci Program Pamsimas ................................. 45

DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 1-1. Struktur Pedoman Program Pamsimas ............................................................. 4

Gambar 4-1. Struktur Organisasi Pengelola dan Pelaksana Program Pamsimas ................ 36

Gambar 5-1. Mekanisme Penyaluran Dana Pamsimas Tingkat Masyarakat ........................ 54

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 vii


2’/4+/’4 $"#%

DAFTAR SINGKATAN
ACAP : Anti Coruption Action Plan
Air Minum : Air yang siap diminum dengan melalui pengolahan (mengacu kepada peraturan
yang berlaku)
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS : Buang Air Besar Sembarangan
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BI : Bank Indonesia
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Program
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
CD : Community Development
CDD : Community Driven Development
CLTS : Community Led Total Sanitation
CMAC : Central Management Advisory Consultant
CPIU : Central Project Implementaion Unit
CPMU : Central Project Mangement Unit
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
DED/RRK : Detailed Engineering Design / Rancangan Rinci Kegiatan
Kem. PU : Kementerian Pekerjaan Umum
Kemendagri : Kementerian Dalam Negri
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kemenkeu : Kementerian Keuangan
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DitPAM : Direktorat Pengembangan Air Minum
DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya
DJPb Depkeu : Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
DPPHLN Depkeu : Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, Kementerian
Keuangan
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DRA : Demand Responsive Approach
FA : Financing Agreement
Fasilitator : Tenaga Pendamping Program Pamsimas di masyarakat
FGD/DKT : Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok Terarah
FMR : Financial Management Report
GA : Grant Agreement
GoI : Government of Indonesia
HU : Hidran Umum
IDA : International Development Association
IMIS : Integrated Management Information System

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 viii


2’/4+/’4 $"#%

IFR : Interim Financial Report


IMAS : Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
Initial Deposit : Dana Awal
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KKM : Kelompok Keswadayaan Masyarakat, merupakan nama generik yang dahulu
dinamakan LKM/BKM
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MDGs : Millennium Development Goals
MPA : Methodology for Participatory Assessment
MIS : Management Indormation System
NGO : Non Goverment Organization
NOL : No Objection Letter
NPPHLN : Nota/Naskah Perjanjian Pinjaman / Hibah Luar Negeri
ODF : Open Defecation Free
OMS : Organisasi Masyarakat Setempat
P2KP/UPP : Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan / Urban Poverty Project
PA/KPA : Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran
PAD : Project Appraisal Document
Pamsimas : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
P-DTA : Perlindungan Daerah Tangkapan Air
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PHAST : Participatory Higiene and Sanitation Transformation
PHLN : Pinjaman / Hibah Luar Negeri
PMS : Provincial Management Services
PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa
PMM : Project Management Manual
Pokja AMPL : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, merupakan nama
generic untuk seluruh kelompok kerja yang fokus pada penanganan isu air
minum dan sanitasi
POM : Project Operational Manual
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPM : Penanganan Pengaduan Masyarakat
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PRA : Participatory Rural Appraisal
PT/KU : Public Tap / Kran Umum
RAB : Rencana Anggaran Biaya
Renstra : Rencana Strategis
RFP : Request for Proposal
RISPAM : Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
RKA-KL : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga
RKA-SKPD : Rencana Kerja dan Anggaran – Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKM/CAP : Rencana Kerja Masyarakat / Community Action Plan
RPIJM : Rencana Program Investasi Jangka Menengah
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 ix


2’/4+/’4 $"#%

SA : Special Account (Rekening Khusus)


Sanitasi : Usaha pencegahan penyakit dengan mengendalikan faktor lingkungan,
terutama lingkungan fisik, biologis dan sosial.
Satker : Satuan kerja
SBS : Stop Buang Air Besar Sembarangan
SE-DJP KemenKeu : Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SOP/POB : Standard Operational Procedures / Prosedur Operasional Baku
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
SPK : Surat Perintah Kerja
SPKMK : Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Kegiatan
SPM : Surat Perintah Membayar
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
Tim Interdept : Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Kementerian Terkait di Tingkat
Nasional
TNA : Training Need Assessment
TOR/KAK : Terms of Reference / Kerangka Acuan Kerja
TPK : Tim Pelaksana Kegiatan
TSSM/SToPS : Total Sanitation & Sanitation Marketing / Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi
WB : World Bank
VIM : Village Implementation Manual
WSLIC-2 : Second Water Supply and Sanitation for Low Income Community
WSLIC-3 : Third Water Supply and Sanitation for Low Income Community/Pamsimas

INFORMASI PENTING

Semua kegiatan dan proses yang dilakukan dalam program PAMSIMAS harus
mengikuti prinsip dan pendekatan yang telah ditetapkan dalam Pedoman dan
Petunjuk Teknis. Segala bentuk penyesuaian atau perbedaan penerapan dari
Pedoman dan Petunjuk Teknis harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
CPMU setelah dievaluasi oleh DPMU dan PPMU. Proses persetujuan dilakukan
secara online melalui website Pamsimas (www.pamsimas.org).

Segala bentuk penyimpangan terhadap Pedoman dan Petunjuk Teknis, serta


prinsip, pendekatan dan nilai-nilai yang diterapkan dapat mengakibatkan
penghentian sementara atau pembatalan terhadap kegiatan maupun keseluruhan
program Pamsimas di lokasi dan/atau kabupaten/kota terkait.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 x


2’/4+/’4 $"#%

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target Millennium


Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yaitu menurunkan
separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan
sanitasi dasar pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia
melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Pamsimas), yaitu salah satu program nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah)
untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan dan peri urban terhadap fasilitas air
minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. Program
Pamsimas dimulai pada Tahun 2008, dimana sampai dengan Tahun 2012 telah
berhasil meningkatkan jumlah warga miskin perdesaan dan pinggiran kota yang
dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan
perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110
kabupaten/kota.

Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap
fasilitas air minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian target MDGs, Program
Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016. Program
Pamsimas II (WSLIC-3 AF) dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional
untuk meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi
yang layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat.

Sebagai pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No. 32


Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah
menjadi urusan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib
berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah.
Untuk mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan air
minum dan sanitasi yang memenuhi SPM tersebut, Program Pamsimas berperan
dalam menyediakan dukungan finansial baik untuk investasi fisik dalam bentuk
sarana dan prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk manajemen,
dukungan teknis, dan pengembangan kapasitas.

Program Pamsimas II dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui


pelibatan masyarakat (perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin, dan lain-lain.) dan
pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 1


2’/4+/’4 $"#%

approach)1. Kedua pendekatan tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan


masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif, dan partisipasi aktif masyarakat
dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoperasikan
dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan
peningkatan derajat kesehatan di masyarakat termasuk di lingkungan sekolah.

Ruang lingkup program Pamsimas II mencakup 5 (lima) komponen program:


1) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah;
2) Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi; 3) Penyediaan sarana air
minum dan sanitasi umum; 4) Insentif desa/kelurahan dan kabupaten/kota; dan 5)
Dukungan manajemen pelaksanaan program.

1.2 MENGAPA DIPERLUKAN PEDOMAN

Program Pamsimas adalah program yang bersifat nasional dan melibatkan berbagai
unsur dan pihak dengan para pelaku yang berbeda baik dari kedudukan dan
pengetahuansehingga memerlukan pedoman yang mengatur pelaksanaannya.

Sekurang-kurangnya ada 4 (empat) hal yang dibutuhkan dari pedoman agar tercapai
hal-hal sebagai berikut:
a) Ada kesamaan pandang antara pelaku Pamsimas di berbagai tataran mengenai
apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, dan apa yang harus
dicapai oleh program.
b) Ada tuntunan bagi para pelaku Pamsimas dalam melaksanakan kegiatan
Pamsimas di desa/kelurahan.
c) Ada standar baku mutu untuk pencapaian hasil kerja Pamsimas di desa/kelurahan
sehingga memudahkan untuk dilakukan evaluasi secara nasional untuk
menentukan apakah program berhasil atau tidak.
d) Memudahkan replikasi atau adopsi oleh para pelaku yang berbeda.

1.3 SIAPA PENGGUNA BUKU PEDOMAN

Secara umum Pedoman ini diperuntukkan bagi para pelaku pelaksana/pengelola


Pamsimas di Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten, Anggota Legislatif, Fasilitator
Masyarakat, Kader Masyarakat dan Badan Pengelola. Secara rinci pengguna
pedoman dan manfaat masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.1.

1 Pendekatan Tanggap Kebutuhan (Demand Responsive Approach) adalah pendekatan yang menempatkan
kebutuhan masyarakat sebagai faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan termasuk di dalamnya
pendanaan. Karakteristik utama pendekatan ini adalah (i) tersedianya pilihan yang terinformasikan; (ii)
pemerintah berperan sebagai fasilitator; (iii) terbukanya akses seluas-luasnya bagi partisipasi dari seluruh pihak
yang berkepentingan; (iv) aliran informasi yang memadai bagi masyarakat.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 2


2’/4+/’4 $"#%

Tabel 1.1. Pengguna dan Manfaat Pedoman

Pengguna Manfaat
Pengelola Program (Pimpinan · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
dan Staf) · Merencanakan pelaksanaan program
· Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan
program
Konsultan Pelaksana · Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan program
· Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan program
· Memantau dan evaluasi kemajuan program
· Acuan untuk melakukan perbaikan dan/atau perubahan Buku
Pedoman
Pemerintah Pusat · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
· Masukan kebijakan dalam rangka integrasi dan koordinasi serta
mengembangkan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada
umumnya dan khususnya pengembangan layanan air minum dan
sanitasi berkelanjutan
Pemerintah Daerah (Provinsi, · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
Kota/Kabupaten, Desa) · Menciptakan kesinambungan program
· Membangun jaringan kerjasama di tingkat pelaksanaan
· Acuan untuk replikasi dan adopsi program Pamsimas
Anggota Legislatif · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
· Acuan pengembangan kebijakan

1.4 SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN

Secara umum Pedoman Pamsimas mengacu kepada Pedoman Nasional PNPM


Mandiri yang merupakan induk dari berbagai buku pedoman PNPM, dimana
Pamsimas adalah bagian dari program PNPM Pendukung.
Program Pamsimas memiliki dua buku Pedoman Pelaksanaan, yaitu:
a) Pedoman Pengelolaan Program, yang terutama diperuntukkan bagi pelaku dan
pengelola Pamsimas di tingkat pemerintah
b) Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat, yang terutama
diperuntukkan bagi pelaku dan pelaksana Pamsimas di tingkat masyarakat.

Kedua Pedoman tersebut bersifat umum yang menjelaskan ketentuan dan garis
besar dari tata cara pelaksanaan dan pengelolaan program. Penjelasan lebih lanjut
dari kedua Pedoman tersebut diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) dan jika
diperlukan dalam Pedoman Operasional Baku (POB). Secara rinci susunan buku
pedoman terkait dengan pelaksanaan Pamsimas dapat dilihat di Gambar 1.1.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 3


2’/4+/’4 $"#%

Gambar 1-1. Struktur Pedoman Program Pamsimas

Dokumen Apraisal Proyek


(PAD)

PAMSIMAS I Pedoman Umum Pengelolaan


Pamsimas II

Pedoman Pelaksanaan
Tingkat Masyarakat

PETUNJUK TEKNIS

1. Pemilihan Desa

2. Perencanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat

3. Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat 1.Petunjuk TeknisHID


4. Pengoperasian dan Pemeliharaan
2. Petunjuk Teknis HIK
5. Pengelolaan Keuangan

6. Pengadaan Barang dan Jasa Tingkat Masyarakat

7. Pengamanan Lingkungan dan Sosial

8. Penguatan Keberlanjutan

9. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Katalog Informasi

1. Kumpulan Format

2. Prosedur Operasional Baku(POB)

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 4


2’/4+/’4 $"#%

1.5 BUKU-BUKU PANDUAN PAMSIMAS

Program Pamsimas adalah program bersama antara pemerintah, pemerintah daerah,


dan masyarakat yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat
provinsi, kabupaten/kota sampai dengan desa/kelurahan dan komunitas. Dengan
demikian, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program Pamsimas diperlukan
kesamaan persepsi dan kapasitas yang memadai dari berbagai pemangku
kepentingan. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan menyusun berbagai buku
panduan Pamsimas, baik uraian secara umum maupun uraian detail teknis
operasional yang menjadi acuan/rujukan.

Program Pamsimas menyediakan dua pedoman umum, yaitu:


1. Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas (Project Management Manual/PMM)
yang memuat konsep, tujuan dan sasaran program, strategi dan pendekatan,
komponen program, pengelolaan serta pendanaan program.
2. Pedoman Pelaksanaan Pamsimas Tingkat Masyarakat (Village Implementation
Manual /VIM) yang memuat tujuan, ketentuan, dan siklus kegiatan Pamsimas di
tingkat masyarakat.

Untuk mendukung kedua pedoman umum tersebut, terdapat beberapa buku Petunjuk
Teknis, Katalog Informasi Pilihan, dan Gambar Tipikal yang menjelaskan lebih detail
mengenai aspek-aspek khusus bagi para pelaku atau pihak tertentu maupun
stakeholder terkait, yaitu sebagai berikut:
1) Buku Petunjuk Teknis Pemilihan Desa
2) Buku Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat
3) Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat
4) Buku Petunjuk Teknis Pengoperasian dan Pemeliharaan
5) Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
6) Buku Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa Tingkat Masyarakat
7) Buku Petunjuk Teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial
8) Buku Petunjuk Teknis Penguatan Keberlanjutan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi berbasis Masyarakat
9) Buku Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
10) Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Hibah Insentif Desa/Kelurahan
11) Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Hibah Insentif Kabupaten/Kota
Untuk rujukan lebih lanjut terhadap petunjuk teknis diatas, disediakan katalog
informasi yang terdiri dari:
1. Buku Kumpulan Format
2. Buku Gambar Tipikal Standar Sarana Air Minum dan Sanitasi Program
Pamsimas

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 5


2’/4+/’4 $"#%

3. Katalog Informasi Pilihan Sarana Air Minum Program Pamsimas


4. Katalog Informasi Pilihan Sarana Sanitasi Program Pamsimas
Selain rujukan diatas, terdapat Buku Prosedur Operasional Baku lainnya sesuai
dengan kebutuhan di lapangan.

1.6 CLIENT CONNECTION WEBSITE

Client Connection Website adalah website yang dibuat oleh Bank Dunia yang dapat
digunakan oleh pemerintah, proyek/satuan kerja untuk memantau informasi terkini
mengenai dana pinjaman yang telah ditarik (disbursement of funds) dan pengadaan
untuk proyek Bank Dunia.

Informasi yang dapat diakses di website ini antara lain:


1) Status pinjaman/hibah berupa loan, credit, grant, dan trust funds
2) Detail atas penarikan dana (disbursement) dan biaya pinjaman (loan charges
dan debt services)
3) Dokumen-dokumen Perjanjian dan Proyek
4) Detail atas transaksi pengadaan (procurement)
5) Dokumen aplikasi penarikan dana
6) Petunjuk bagi penerima dana (borrower) dan proyek

Hal yang dapat dimonitor meliputi:

1) Status aplikasi penarikan dana


2) Status kategori pengeluaran
3) Status kontrak yang harus direview sebelumnya (contracts subject to prior
review)
4) Rangkuman penarikan dana bulanan (monthly disbursement summary)
5) Peringatan (alerts) dalam hal:
a. Tanggal penutupan RK (closing dates)
b. Tanggal limit penerimaan aplikasi penarikan dana (disbursement deadline
dates)
c. Penarikan dana yang ditahan (suspension disbursement)
d. Jumlah penarikan yang melebihi dana yang ada dalam RK
e. Informasi tentang pinjaman (debt service information).

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 6


2’/4+/’4 $"#%

BAB 2. TUJUAN, SASARAN, STRATEGI


DAN PENDEKATAN

2.1 TUJUAN

Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat


kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah
perdesaan dan peri-urban2 yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam rangka pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui
pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.

2.2 SASARAN

2.2.1 Sasaran Program

Tujuan program Pamsimas tersebut diatas akan tercapai bila sasaran program
tersebut dibawah ini, sebagaimana diuraikan dalam indikator kinerja kunci (Key
Performance Indicator) Pamsimas, tercapai:

a. Terdapat tambahan 5,6 juta penduduk yang dapat mengakses sarana air minum
aman3 dan berkelanjutan;
b. Terdapat tambahan 4 juta penduduk yang dapat mengakses sarana sanitasi yang
layak dan berkelanjutan;
c. Minimal 50% masyarakat dusun (lokasi Program) menerapkan Stop Buang Air
Besar Sembarangan (BABS);
d. Minimal 60% masyarakat mengadopsi program Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS);
e. Minimal 80% Pemerintah kabupaten/kota memiliki dokumen perencanaan daerah
bidang air minum dan sanitasi untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan

2
Pinggiran kota yang dapat menjadi lokasi Program Pamsimas II adalah dengan karakteristik: (1) terletak di
perbatasan atau pinggiran wilayah kota, (2) cakupan penduduk dengan akses terhadap fasilitas air minum dan
sanitasi yang layak masih rendah, dan (3) tidak terdapat layanan jaringan PDAM atau PDAL
3Kriteria air minum dan sanitasi yang layak mengikuti definisi dari program pemantauan bersama WHO-UNICEF untuk
pencapaian target MDGs..

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 7


2’/4+/’4 $"#%

Pendekatan Pamsimas dan pencapaian target pembangunan air minum dan


sanitasi daerah;
f. Minimal 80% Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran dari APBD
untuk pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun serta
perluasan program air minum dan sanitasi untuk mencapai MDGs.

Penjelasan lebih detail mengenai tujuan, sasaran dan indikator capaian dapat dilihat
pada Tabel 4.2 tentang Indikator Capaian Kunci Program Pamsimas

2.2.2 Sasaran Lokasi

Program Pamsimas diutamakan bagi kabupaten/kota yang memiliki cakupan


pelayanan air minum aman perdesaan di bawah rata-rata nasional.
Pemilihan kabupaten/kota sasaran dilakukan oleh Pemerintah Nasional sedangkan
pemilihan desa sasaran dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.Desa sasaran Pamsimas sedikitnya 5000 desa pada 219
kabupaten/kota di 32 provinsi.
Secara umum, kriteria desa sasaran Pamsimas terdiri dari:
1) Belum pernah mendapatkan program Pamsimas;
2) Cakupan akses air minum aman masih rendah; yaitu di bawah 68.87%;
3) Cakupan akses sanitasi aman masih rendah; yaitu di bawah 62.41%;
4) Prevalensi penyakit diare (atau penyakit yang ditularkan melalui air dan
lingkungan) tergolong tinggi berdasarkan data Puskesmas;
5) Memenuhi biaya per penerima manfaat yang efektif dan efisien4;
6) Adanya pernyataan kesanggupan masyarakat untuk:
a. Menyediakan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) bidang AMPL
(selanjutnya disebut dengan Kader AMPL) minimal 3 orang;
b. Menyediakan kontribusi sebesar minimal 20% dari kebutuhan biaya RKM,
yang terdiri dari 4 % in cash dan 16 % in kind
c. Menghilangkan kebiasaan BABS.

Penjelasan lebih detail mengenai kriteria dan proses seleksi kabupaten dan desa
dapat dilihat pada Lampiran 1

4 Secara nasional, biaya per penerima manfaat adalah Rp 340 ribu/jiwa.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 8


2’/4+/’4 $"#%

2.3 STRATEGI, PENDEKATAN DAN PRINSIP

2.3.1 Strategi

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diatas maka diterapkan strategi sebagai
berikut :

· Melalui pembangunan sistem air minum dan sanitasi berbasis masyarakat,


membangun masyarakat hidup bersih dan sehat

· Mengarusutamakan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat dalam


pembangunan sistem air minum dan sanitasi

· Melalui sharing program APBN dan APBD; dimana dana APBN membiayai BLM
untuk sejumlah 80% dari kebutuhan pendanaan desa sasaran, dan APBD wajib
membiayai BLM minimal 20% kebutuhan pendanaan desa sasaran.
· Penerapan tiga pilihan pembangunan SPAM pada desa sasaran, sebagai berikut:
o optimalisasi yaitu kegiatan pemulihan SPAM yang tidak/ berfungsi sebagian
untuk menambah jumlah penerima manfaat.
o pengembangan yaitu kegiatan peningkatan kapasitas SPAM pada desa
/kelurahan yang telah memiliki SPAM dengan tingkat keberfungsian yang baik
untuk menambah jumlah penerima manfaat.
o perluasan yaitu kegiatan pembangunan SPAM baru pada desa yang belum
memiliki SPAM.
· Penerapan pagu BLM pada tingkat kabupaten/kota; pagu BLM diterapkan di
tingkat kabupaten/kota dengan jumlah sesuai dengan usulan target tambahan
penerima manfaat program lingkup kabupaten/kota. Alokasi BLM pada setiap
desa sasaran Pamsimas II selanjutnya diputuskan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota berdasarkan hasil evaluasi RKM desa/kelurahan.
· Penerapan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); pendekatan
STBM diterapkan pada skala kabupaten/kota dengan pelibatan aktif dan intensif
para Sanitarian, Promkes, Puskesmas, bidan desa, kader kesehatan, dan
Fasilitator STBM di tingkat kabupaten/kota.
· Penguatan kelembagaan; penguatan kelembagaan di tingkat kabupaten/kota
dilakukan sebagai bagian dari fungsi Panitia Kemitraan pada Pokja AMPL dan
Asosiasi Pengelola SPAM perdesaan. Kedua lembaga/organisasi ini akan tetap
terus berperan dalam membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat, memastikan
keberlanjutan program, dan menfasilitasi kemitraan pembangunan air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat.
· Penguatan peran Kader AMPL di perdesaan untuk mampu berperan aktif mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pasca konstruksi di tingkat
masyarakat sampai dengan tahap pemutakhiran informasi/data pengelolaan air
minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat serta prioritisasi program air

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 9


2’/4+/’4 $"#%

minum dan sanitasi perdesaan pada Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, dan
forum pembangunan lainnya.

2.3.2 Pendekatan

Seluruh pelaksanaan dan pengelolaan program Pamsimas ini menganut pendekatan


sebagai berikut :

· Kolaborasi antar kementerian dan lembaga berbasis TUPOKSI, artinya


program Pamsimas merupakan program bersama antara Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan dan Bappenas
berdasarkan tupoksi masing-masing
· Berbasis Masyarakat; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat
sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan
pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
· Berbasis Nilai; artinya program Pamsimas diselenggarakan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai luhur terutama kejujuran, dapat dipercaya, tanpa
pamrih, dan saling bantu/gotong royong

2.3.3 Prinsip

Prinsip yang diterapkan dalam program Pamsimas adalah sebagai berikut:

1. Berbasis Masyarakat; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat


sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan
pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
2. Tanggap Kebutuhan; artinya program Pamsimas diberikan kepada lokasi yang
membutuhkan dan bersedia memelihara serta mengelola sistem terbangun.
Alokasi bantuan dana stimulan (Bantuan Langsung Masyarakat) disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan dan kesiapan masyarakat.
3. Partisipatif; artinya seluruh masyarakat (baik miskin, kaya, perempuan, laki-laki)
menjadi pelaku utama dan terlibat secara aktif dalam seluruh tahapan kegiatan
Pamsimas.
4. Kesetaran gender; artinya program Pamsimas memberikan kesempatan yang
sama kepada perempuan maupun laki-laki, untuk mengambil keputusan,
berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan dan bertanggung jawab terhadap
pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
5. Keberpihakan pada masyarakat miskin; artinya program Pamsimas
memastikan masyarakat miskin mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang
aman.
6. Akses bagi semua masyarakat; artinya program Pamsimas memastikan semua
masyarakat termasuk masyarakat berkebutuhan khusus (disable) dapat
mengakses air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan;

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 10


2’/4+/’4 $"#%

7. Keberlanjutan; artinya sarana terbangun dan perubahan perilaku memberikan


manfaat secara menerus. Keberlanjutan harus diciptakan bersama oleh para
pelaku program sejak awal pelaksanaan program;
8. Transparansi dan akuntabilitas; artinya pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan
sarana harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Seluruh pelaku terkait dan masyarakat berhak mendapatkan informasi secara
akurat dan terpercaya;
9. Berbasis Nilai; artinya program Pamsimas diselenggarakan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai luhur terutama kejujuran, dapat dipercaya, tanpa
pamrih, dan saling bantu/gotong royong.

2.4 KONDISI YANG DIARAHKAN

Strategi, pendekatan dan prinsip dalam Program Pamsimas adalah untuk


mewujudkan lingkungan strategis yang mendukung pencapaian tujuan program
yaitu:

1) Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota bersediameningkatkan kinerja


kelembagaan dalam sistem pengelolaan pelayanan air minum dan sanitasi
perdesaan untuk meningkatkan akses penduduk terhadap air minum yang aman,
perilaku hidup bersih dan sehat, dan sanitasi berkelanjutan yang layak untuk
masyarakat di wilayah perdesaan dan pinggiran kota;
2) Masyarakat sasaran bersedia menerapkan perilaku dan praktik perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS);
3) Masyarakat sasaran memperoleh akses yang keberlanjutan terhadap pelayanan
sanitasi dan air minum yang aman, serta mampu menggunakan, memelihara,
dan mengelola keberlanjutan sistem pelayanan secara mandiri dan efektif;
4) Pemerintah Desa memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung dan
mengupayakan keberlanjutan serta perluasan pelayanan air minum dan sanitasi
di desa dengan berpegang pada prinsip Pamsimas.
5) Pemerintah daerah memiliki komitmen yang kuat dalam mengupayakan
keberlanjutan serta perluasan pelaksanaan program dan pengelolaan air minum
dan sanitasi perdesaan dengan menggunakan pendekatan Pamsimas;

2.5 TANTANGAN

Tantangan utama dalam pengelolaan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi
perdesaan antara lain adalah:

1) Penerapan pendekatan SPAM Berbasis Masyarakat;

2) Belum tersedianya lembaga yang khusus menangani pengelolaan air minum


dan sanitasi perdesaan sebagaimana PDAM di perkotaan;

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 11


2’/4+/’4 $"#%

3) Belum tersedianya sistem data/informasi air minum dan sanitasi perdesaan,


untuk menjadi bagian dari sistem informasi kinerja penyelenggaraan
pembangunan daerah, yang andal sebagai basis pengambilan keputusan
program dan anggaran pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan.

4) Belum memadainya dukungan program dan anggaran daerah yang


memberikan fokus pada peningkatan kinerja pelayanan air minum dan sanitasi
perdesaan;

5) Belum memadainya investasi bagi sistem penyediaan air minum dan sanitasi
perdesaan; pendanaan masih bertumpu pada anggaran Pemerintah, alokasi
APBD untuk pembangunan air minum dan sanitasi masih rendah, dan belum
dimanfaatkannya potensi pendanaan dari swasta dan masyarakat.

2.6 LANGKAH LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENJAWAB


TANTANGAN

Menyadari hal itu, Pamsimas menyediakan dukungan dan pendampingan dalam


rangka menjawab berbagai tantangan tersebut diatas antara lain sebagai berikut:

1) Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Perdesaan


Berbasis Masyarakat
Aspek penguatan kelembagaan pengelolaan air minum dan sanitasi perdesaan
berbasis masyarakat meliputi:
l Penguatan fungsi Panitia Kemitraan pada Pokja AMPL dan Asosiasi
Pengelola SPAMS Perdesaan sebagai lembaga/organisasi yang bertanggung
jawab membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan air minum
dan sanitasi perdesaan,
l Dukungan kerangka kebijakan dan regulasi baik dari pemerintah daerah
maupun pemerintah desa,
l Peningkatan kinerja BPSPAMS sebagai badan pengelola SPAMterbangun
dan sanitasi desa/kelurahan,
l Penguatan peran Kader AMPL dalam pemutakhiran data air minum dan
sanitasi perdesaan dan dalam prioritisasi program air minum dan sanitasi
perdesaan di tingkat kecamatan.

2) Penguatan Fungsi Panitia Kemitraan dan Asosiasi Pengelola SPAM dan


Sanitasi Perdesaan
Panitia Kemitraan, selanjutnya disingkat dengan Pakem, adalah suatu unsur
Pokja AMPL yang bertugas dalam perencanaan, koordinasi program,
pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan program air minum dan sanitasi
termasuk Pamsimas. Pada tahap lanjutan—yaitu setelah program Pamsimas
berakhir—Pakem diharapkan tetap menjadi fungsi yang tersedia dalam
memberikan evaluasi, saran/rekomendasi, dan pertimbangan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Pokja AMPL dalam pengelolaan sistem air
minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 12


2’/4+/’4 $"#%

Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan adalah wadah/forum perkumpulan dari


badan/kelompok pengelola SPAM berbasis masyarakat di perdesaan (melalui
program Pamsimas maupun non Pamsimas) yang berada di dalam satu wilayah
administrasi kabupaten/kota dan mewakili organisasi masyarakat tingkat desa
atau dusun untuk kepentingan pembangunan air minum dan sanitasi.Asosiasi
pengelola SPAMS perdesaan berfungsi sebagai:
· Wadah koordinasi pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang
mendukung keberlanjutan pelayanan SPAMS berbasis masyarakat;
· Mitra Pemerintah Kabupaten/Kota dan penyedia AMPL berbasis masyarakat
lainnya dalam interaksi pelaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraan
pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
· Koordinator program sejenis dan kegiatan peningkatan kapasitas pengelola
SPAMS perdesaan
· Wadah komunikasi dan pembelajaran (learning center) bagi pengembangan
pengelolaan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat.

3) Dukungan Kerangka Kebijakan dan Regulasi


Dukungan kerangka kebijakan dan regulasi daerah meliputi:
· Mekanisme pendataan dan pelaporan kinerja SPAM perdesaan berbasis
masyarakat,
· Kebijakan pendanaan penyelenggaraan SPAM perdesaan berbasis
masyarakat,
· Adanya dukungan regulasi daerah yang mengatur standar penyelenggaraan
SPAM perdesaan berbasis masyarakat

Dukungan kerangka kebijakan dan regulasi desa meliputi:


· Adanya regulasi/kebijakan terhadap penerapan dan pengumpulan iuran
pemanfaat SPAM,
· Adanya regulasi/kebijakan yang terkait dengan keberlanjutan SPAM, seperti
perlindungan daerah tangkapan air.

4) Peningkatan Kinerja BPSPAMS


Peningkatan kapasitas BPSPAMS berorientasi pada kemandirian BPSPAMS.
Kapasitas pengelolaan BPSPAMS merupakan faktor kunci keberlanjutan
pelayanan SPAM terbangun di tingkat desa/kelurahan, sehingga pembinaan
BPSPAMS diharapkan menjadi salah satu agenda Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam rangka pengelolaan air minum dan sanitasi perdesaan yang
berkelanjutan.

Terkait dengan hal ini, penyediaan data/informasi tentang kinerja BPSPAMS


perlu dibangun secara tersistem mulai dari tahap pemantauan dan pengumpul
data sampai pada pengolahan dan analisis data.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 13


2’/4+/’4 $"#%

5) Pengelolaan Data/Informasi Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi


(SPAMS) Perdesaan Terpadu
Program Pamsimas membantu mengembangkan sistem informasi manajemen
(SIM) SPAMS Perdesaan. SIM dipergunakan sebagai alat untuk memantau
pelaksanaan dan pencapaian program, dan diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan terkait perencanaan dan penganggaran program
air minum dan sanitasi perdesaan. SIM meliputi informasi kegiatan, capaian dan
kinerja pelaksanaan, maupun kinerja kelembagaan pasca program SPAMS
perdesaan. Dalam hal ini peran Kader AMPL Desa dan Asosiasi Pengelola
SPAMS Perdesaan sangat besar dalam mendukung penyediaan data kinerja
kelembagaan pengelola SPAM di tingkat desa/masyarakat.

Dukungan Pamsimas untuk pengelolaan data/informasi SPAMS Perdesaan


terpadu adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) SPAMS Perdesaan
secara online.
2. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola dan
menggunakan sistem pengelolaan informasi SPAMS Perdesaan untuk
perencanaan, penganggaran, dan pemantauan program dan kinerja kegiatan
serta pelayanan SPAMS perdesaan.
Pada tahap pasca program, sistem pengelolaan data.informasi SPAMS
perdesaan diharapkan dapat menjadi bagian dari sistem pemantauan pemerintah
dan pemerintah daerah untuk bidang air minum dan sanitasi perdesaan.

Penjelasan lebih detail mengenai tata cara/mekanisme pengelolaan informasi


SPAMS Perdesaan dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan
Pelaporan

6) Penguatan Peran Kader AMPL dalam Pemutakhiran Data Air Minum Dan
Sanitasi Perdesaan dan Prioritasi Program Air Minum Dan Sanitasi
Perdesaan di Tingkat Kecamatan.
Kader AMPL adalah kader pemberdayaan masyarakat (KPM) desa bidang
AMPL.Kader AMPL menjadi mitra kerja KKM dan BPSPAMS dalam
mengembangkan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Kader
AMPL membantu Pemerintah desa/kelurahan dalam pemutakhiran data air
minum dan sanitasi perdesaan, pemetaan kebutuhan program air minum dan
sanitasi desa/kelurahan, advokasi penggunaan air minum dan sanitasi layak, dan
dalam memprioritaskan program air minum dan sanitasi perdesaanpada
musrenbang kecamatan, forum SKPD, dan forum pembangunan lainnya.

Penjelasan lebih rinci mengenaitata cara/mekanisme Penguatan Kelembagaan


Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Perdesaan Berbasis Masyarakat dapat dilihat
dalam Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) dan
Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 14


2’/4+/’4 $"#%

7) Pengintegrasian Perencanaan Air Minum dan Sanitasi tingkat desa dalam


Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Pada tingkat desa/kelurahan, perencanaan air minum dan sanitasi disusun
dalam Program Jangka Menengah Air Minum, Kesehatan, dan Sanitasi (PJM-
ProAKSi).PJM ProAKsi memuat rencana pengembangan kapasitas pelayanan
air minum dan promosi penyehatan lingkungan di tingkat desa/kelurahan.
Pelaksanaan PJM ProAKSi dilakukan melalui pengintegrasian program/kegiatan
ke dalam RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa serta ke dalam
program/kegiatan dengan sumber dana di luar APBDesa.

Pada tingkat kabupaten/kota, perencanaan air minum dan sanitasi disusun


dalam Rencana Aksi Daerah bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(RAD AMPL). RAD AMPL adalah namageneric untuk dokumen perencanaan
daerah lima tahunan yang memuat program dan kegiatan bagi keberlanjutan,
perluasan, dan pengarusutamaan pendekatan Pamsimas dalam pengelolaan air
minum dan sanitasi perdesaan. Program/kegiatan pembangunan system
penyediaan air minum dan sanitasi dengan pendekatan berbasis masyarakat
dalam RAD AMPL diharapkan sudah merupakan sinkronisasi dari PJM ProAKSi
atau RPJM Desa.

RAD AMPL berfungsi sebagai:

8) Rencana pengembangan kapasitas pelayanan air minum dan sanitasi yang


menerapkan pendekatan berbasis masyarakat dan pendekatan
kelembagaan;
· Instrumen pelaksanaan kewajiban daerah dalam menyediakan pelayanan air
minum dan sanitasi sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)2014;
· Media internalisasi program/kegiatan dengan pendekatan Pamsimas ke
dalam program/kegiatan SKPD yang menangani bidang AMPL;
· Acuan alokasi pendanaan program air minum dan sanitasi dalam rangka
pencapaian SPM 2014 dan target MDGs 2015 melalui integrasi RAD AMPL
ke dalam RKPD dan APBD.

Pelaksanaan RAD AMPL dilakukan melalui pengintegrasian program/kegiatan ke


dalam RPJMD, RKPD dan APBD kabupaten/kota serta ke dalam
program/kegiatan dengan sumber dana di luar APBD. Setiap tahun, Pemerintah
Daerah melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan RAD AMPL
sebagai dasar penyesuaian/perbaikan kebijakan pembangunan air minum dan
sanitasi tahun berikutnya.

Penjelasan lebih rinci tentang RAD AMPL dapat dilihat dalam Buku Petunjuk
Teknis Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) dan Penguatan Kelembagaan
Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 15


2’/4+/’4 $"#%

9) Membangun Kerjasama/Kolaborasi
Pembangunan SPAMS tidak hanya membutuhkan modal/investasi yang cukup
besar namun juga membutuhkan teknologi serta dukungan non teknis lainnya.
Untuk itu, membangun kerjasama sangat dibutuhkan. Pembangunan kerjasama
harus dikembangkan disemua lini, tingkatan dan aspek.

10) Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota


Insentif desa/kelurahan dan kabupaten/kota dilaksanakan sebagai dukungan
keberlanjutan pengembangan jangkauan dan kualitas pelayanan SPAM
perdesaan.Insentif diberikan kepada desa/kelurahan atau kabupaten/kota yang
telah melaksanakan Pamsimas dengan kinerja baik namun masih memiliki
kesenjangan antara kondisi pelayanan saat ini dengan minimal pelayanan yang
harus tersedia dalam penyediaan air minum dan sanitasi.

Insentif diberikan dalam 2 jenis, yaitu Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) dan
Hibah Insentif Kabupaten/Kota (HIK). HID diperuntukkan bagi pengembangan
SPAM sedangkan HIK diperuntukkan bagi pengembangan dan optimalisasi
SPAM di desa/kelurahan yang telah mendapat program Pamsimas.

Pelaksanaan insentif tetap mengharuskan adanya kontribusi masyarakat (dalam


in-cash dan in-kind) dan usulan kegiatan dari desa/kelurahan dalam bentuk
proposal.

Penjelasan lebih rinci tentang HID dan HIK dapat dilihat dalam Buku Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Hibah Insentif Desa/Kelurahan dan Buku Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Hibah Insentif Kabupaten/Kota

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 16


2’/4+/’4 $"#%

BAB 3. KOMPONEN PROGRAM


Program Pamsimas terdiri dari 5 (lima) komponen program, yaitu:
1) Komponen 1: Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah
2) Komponen 2: Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi
3) Komponen 3: Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum
4) Komponen 4: Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota
5) Komponen 5: Dukungan manajemen pelaksanaan program

3.1 KOMPONEN 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN


KELEMBAGAAN DAERAH

Tujuan dari Komponen 1 adalah: (i) memampukan masyarakat untuk mengorganisasi


dirinya, merencanakan, mengelola dan menjaga keberlanjutan pelayanan air minum
dan sanitasi yang aman; (ii) memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat dalam
rangka menjamin kualitas pengelolaan pelayanan SPAMS desa/kelurahan, dan (iii)
membangun komitmen dan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dan provinsi dalam
peningkatan kinerja sistem pengelolaan pelayanan air minum dan sanitasi perdesaan
berbasis masyarakat yang berkelanjutan melalui pengarusutamaan pendekatan
Pamsimas dalam kebijakan pembangunan air minum dan sanitasi daerah.

Dengan demikian, komponen 1 memuat kegiatan-kegiatan dalam rangka


meningkatkan keberdayaan masyarakat dan kapasitas Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan program dan keberlanjutan pengelolaan air minum dan sanitasi
perdesaan berbasis masyarakat. Melalui kegiatan Komponen 1, diharapkan
masyarakat dan Pemerintah Daerah mampu menjadi pelaku utama pembangunan,
khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan pasca program.

Komponen 1 terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:

3.1.1 Pelaksanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat (CommunityDriven


Development)

Sejalan dengan prinsip pendekatan pembangunan berbasis masyarakat (Community


Driven Development), maka masyarakat memiliki peran penuh dalam memutuskan,
merencanakan, melaksanakan, mengoperasikan, serta memelihara sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi yang ada secara swakelola. Dalam hal ini
masyarakat akan difasilitasi oleh fasilitator, khususnya dalam hal menyusun rencana
Program Jangka Menengah (PJM) air minum, kesehatan dan sanitasi (ProAKSi)

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 17


2’/4+/’4 $"#%

termasuk Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan tahapan-tahapan lainnya dalam


program Pamsimas.

Jika masyarakat/desa/kelurahan telah memiliki dokumen perencanaan jangka


menengah dengan nama lain namun penyusunannya partisipatif dan memuat
substansi sesuai PJM ProAKSi, maka masyarakat/desa/kelurahan tersebut tidak
diharuskan menyusun PJM ProAKSi. PJM ProAKsi selanjutnya dijabarkan/dirinci per
tahun dalam bentuk RKM.

Muatan RKM diantaranya berisikan hal-hal sebagai berikut:


1) Hasil IMAS, hasil kajian terhadap dokumen perencaaan desa/kelurahan bidang
air minum sanitasi yang menunjukkan data akses masyarakat miskin dan rumah
tangga non miskin terhadap fasilitas air minum dan sanitasi.
2) Rencana (target) tambahan akses melalui pembangunan
baru/pengembangan/optimalisasi SPAMS dan perubahan menuju PHBS.
3) Rancangan Rinci Kegiatan penyediaan sarana air minum, sanitasi di sekolah
dasar atau fasum (Pustu, Posyandu/Polindes), peningkatan kapasitas
masyarakat, dan lembaga pengelola.
4) Rencana biaya kegiatan konstruksi (seluruh pekerjaan fisik), peningkatan
kapasitas, promosi kesehatan dan sanitasi, termasuk rincian biaya yang didanai
BLM dan kontribusi masyarakat.
5) Rencana pekerjaan yang akan dilakukan oleh tenaga kerja setempat, rencana
pengadaan, dan usulan skema pembayaran.
6) Rencana kegiatan pemantauan pekerjaan oleh masyarakat.
7) Rencana pemeliharaan dan pengelolaan sarana terbangun (jenis kegiatan
pemeliharaan, pembiayaan/iuran, perlindungan daerah tangkapan air)
8) Dokumen kelengkapan lainnya (surat hibah/ijin pakai, persetujuan pelaksanaan,
dan hasil pemeriksaan air)
Proses yang sangat penting di tingkat masyarakat adalah fasilitasi kajian partisipatif
yang dilakukan oleh masyarakat (Methodology for Participatory Assessments/MPA)
dan pemicuan perubahan perilaku sanitasi (Community Led Total Sanitation/CLTS)
oleh fasilitator masyarakat yang terlatih. Selain itu, mengingat program Pamsimas
sangat menekankan keterlibatan perempuan dan warga miskin, maka hal ini perlu
didukung oleh kebijakan program, pelatihan khusus dan pemantauan mengenai
pelibatan perempuan dan warga miskin tersebut.

Komponen 1 Program Pamsimas akan mendanai kebutuhan biaya kegiatan sebagai


berikut:
1) Kontrak layanan konsultan nasional untuk mengkaji ulang dokumen-dokumen
program air minum dan sanitasi dan mengembangkan kebijakan pendukung,
pedoman dan petunjuk proses kegiatan di masyarakat, termasuk di dalamnya:
proses seleksi desa, petunjuk teknis bagi Fasilitator Masyarakat; pedoman
proses evaluasi dan indikator untuk persetujuan Rencana Kerja Masyarakat

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 18


2’/4+/’4 $"#%

(RKM), petunjuk teknis pengelolaan SPAMS berbasis masyarakat, dan petunjuk


pemantauan (tingkat) keberlanjutan;
2) Kontrak layanan antara Pemerintah dengan lembaga daerah untuk mengontrak
dan melatih Fasilitator Masyarakat mengenai teknik penyediaan air minum,
hygiene dan sanitasi, pengelolaan keuangan, penggunaan bahan-bahan standar
program Pamsimas untuk pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat
serta pengelolaan keuangan;
3) Kontrak layanan konsultan provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung
pelaksanaan proses Community Driven Development (CDD) dengan
memberikan coaching dan mentoring secara berkelanjutan kepada Fasilitator
Masyarakat, menjamin kualitas pelatihan di tingkat masyarakat dan transfer
keterampilan kepada perangkat pemerintah daerah dalam hal pelaksanaan dan
monitoring proses di masyarakat sebagai upaya menjamin keberlanjutan
Pamsimas.
4) Pelatihan masyarakat dan kegiatan pasca konstruksi untuk menjamin
keberlanjutan pengelolaan layanan air minum, sanitasi, dan hygiene.

3.1.2 Pengembangan Mekanisme dan Kapasitas Kelembagaan Provinsi,


Kabupaten/kota dan Kecamatan untuk Kualitas Manajemen Program

Kegiatan ini difokuskan pada penguatan kerjasama antar lembaga dalam manajemen
program dan pengembangan kapasitas unit-unit pelaksana program, tim
koordinasi/Pokja AMPL, tim evaluasi RKM, dan personil lainnya yang terkait program.
Koordinasi dan pengelolaan kegiatan pengembangan kapasitas akan dijamin melalui
distribusi akuntabilitas dan tanggung jawab pada setiap tingkatan, pedoman
penjaminan mutu, kajian pelatihan secara teratur dan penerapan SIM (Sistem
Informasi Manajemen) pengembangan kapasitas.

Hasil-hasil pokok yang diharapkan dari sub komponen ini adalah:


1) Mengkaji ulang bahan-bahan yang telah tersedia dan pengembangan lebih lanjut
berbagai pedoman, petunjuk teknis, pelatihan, untuk menjamin administrasi
program sesuai dengan aturan dan prosedur program;
2) Persetujuan rencana peningkatan kapasitas tahunan yang secara sistematis
diarahkan untuk mengatasi kesenjangan kapasitas dalam pengelolaan program
berdasarkan pemetaan kelembagaan sesuai peran dan tanggungjawabnya;
3) Panduan pelatihan, kegiatan lokakarya, TOR (term of reference) pelatihan,
kurikulum induk dan modul pelatihan, yang dapat diadopsi sesuai kebutuhan
lokal dan pelaksanaan TOT (Training of Trainers) untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang memadai;
4) Lokakarya tahunan, pelatihan, kunjungan pertukaran, transfer keahlian, dan
website berbasis pembelajaran, termasuk training dan bimbingan/ coaching rutin
bagi fasilitator masyarakat oleh konsultan kabupaten/kota dan konsultan provinsi
untuk keberlanjutan perbaikan fasilitasi masyarakat;

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 19


2’/4+/’4 $"#%

5) Knowledge Management oleh CPMU (Central Project Management Unit) untuk


menjamin diseminasi pembelajaran dari pengalaman dan praktik yang baik
melalui website dan media lainnya. Termasuk di dalamnya mengembangkan
pendekatan terpadu bagi pemantauan dan evaluasi hasil capacity building, dan
pembelajaran secara mandiri bagi pelaksana program dalam pengoperasian
SIM.
Komponen 1 ini akan mendanai kegiatan sebagai berikut:
1) Kontrak layanan Konsultan Capacity Building tingkat nasional maupun
internasional untuk bekerjasama dengan dinas/instansi/lembaga di Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam merencanakan, melaksanakan, dan memantau
kegiatan pengembangan kapasitas dan menyediakan transfer keahlian kepada
staf pendamping di unit pelaksana program dan lembaga-lembaga terkait.
2) Kontrak layanan training provider untuk menyelenggarakan TOT bagi penguatan
kapasitas LSM atau lembaga lokal dalam menyiapkan akreditasi pelatihan
fasilitator masyarakat untuk perluasan program pada tingkat kabupaten/kota
dan/atau tambahan pelatihan pasca kontruksi bagi masyarakat dalam program
Pamsimas.

3.1.3 Pengembangan Mekanisme dan Kapasitas Kelembagaan Provinsi,


Kabupaten/Kota dan Kecamatan untuk Pengarusutamaan Pembangunan Air
Minum dan Sanitasi dengan Pendekatan Berbasis Masyarakat

Sub Komponen 1.3 difokuskan pada kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dan


advokasi bagi pemerintah daerah dan kelompok peduli (civil society) melalui Panitia
Kemitraan (Pakem) Pokja AMPL untuk memperbaiki secara menyeluruh penyediaan
pelayanan air minum dan sanitasi dan memperkuat upaya peningkatan atau realokasi
anggaran pemerintah daerah bagi upaya penyediaan dan pengelolaan air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat, serta mempromosikan inovasi-inovasi pengelolaan
pasca konstruksi dalam rangka lebih mendorong keberlanjutan Pamsimas.

Peningkatan kemampuan dalam menjaga mutu pelayanan air minum kepada


masyarakat (Quality Management) dilakukan melalui workshop tentang perumusan
jenis pelayanan, proses yang diperlukan untuk memberikan pelayanan, analisis peran
dan tugas perangkat daerah dalam pemberian pelayanan, merumuskan langkah-
langkah pengembangan SDM pelaksana pengelolaan pelayanan, menyusun dan
menetapkan rencana pengembangan SDM, termasuk kelompok sasaran, jenis
pelatihan dan prioritas pelatihan.

Beberapa hasil penting dari kegiatan ini adalah:

1) Advokasi bagi pemimpin kabupaten/kota (a.l. Bupati/Walikota and DPRD)


mengenai kinerja kabupaten/kota dan dukungan sumber daya yang diperlukan
bagi keberhasilan pelaksanaan dan keberlanjutan Pamsimas. Advokasi
dilakukan melalui publikasi pada website, kunjungan studi banding,
seminar/lokakarya advokasi, dan kegiatan promosi praktik yang baik (best
practices) dalam pelaksanaan Pamsimas.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 20


2’/4+/’4 $"#%

2) Review kebijakan kabupaten/kota dan provinsi, pengembangan kebijakan


penganggaran dan regulasi daerah bagi penciptaan kerangka kerja yang lebih
efektif dalam pengarusutamaan pendekatan Pamsimas.
3) Memperkuat forum antar SKPD (dalam wadah Pokja AMPL) di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota melalui Bappeda dalam rangka mengembangkan rencana
kabupaten/kota dan provinsi untuk keberlanjutan dan pengarusutamaan
Pamsimas secara nasional.
4) Tersedianya rencana pengembangan kapasitas kelembagaan dalam bentuk
RAD AMPL kabupaten/kota yang disepakati sebagai acuan implementasi
program air minum dan sanitasi dengan APBD kabupaten/kota dan acuan
pengajuan usulan program yang akan didanai dengan APBD provinsi.
5) Review keterkaitan program air minum dan sanitasi perdesaan berbasis
masyarakat dengan strategi pembangunan daerah dalam hal penanggulangan
kemiskinan, pembangunan perdesaan, dan perbaikan derajat kesehatan
masyarakat sebagai upaya peningkatan dukungan sumber daya bagi perluasan
Program Pamsimas.
6) Rencana aksi Pemerintah Provinsi dan penyediaan materi/bahan/instrument
pendukung untuk memperkuat partisipasi masyarakat sipil dalam perencanaan
pelayanan sarana air minum dan sanitasi, termasuk partisipasi pelaku ekonomi
lokal, kelompok penerima manfaat sosial Program Pamsimas, forum multi
stakeholder peduli air minum dan sanitasi perdesaan, dan media.
7) Pelatihan bagi pelatih lokal untuk mampu memberikan akreditasi pelatihan
fasilitator masyarakat untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan dan
memasarkan pelayanan para fasilitator masyarakat kepada pemerintah daerah.
8) Adanya sistem monitoring perkembangan MDGs sektor air minum dan sanitasi
yang dapat membantu dinas/lembaga daerah dalam menyusun tindakan
perbaikan/peningkatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi.
Komponen ini akan mendanai beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Kontrak konsultan nasional dan provinsi untuk bekerjasama dengan pemerintah


dan pemerintah daerah dalam merencanakan, melaksanakan, dan memantau
kemajuan pengarus-utamaan serta perluasan pendekatan Pamsimas,
memberikan transfer keahlian kepada personil Pemerintah Daerah agar mampu
melaksanakan fungsi-fungsi kunci pasca program.
2) Kontrak layanan training provider untuk memberikan TOT penguatan kapasitas
LSM dan kelembagaan daerah dalam akreditasi pelatihan fasilitator masyarakat,
pengembangan pelatihan fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan/atau
pengembangan kelengkapan pelatihan pasca konstruksi bagi masyarakat dalam
program Pamsimas.
3) Pelatihan, workshop dan kegiatan penguatan kapasitas aparatur Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk mendukung pendekatan pembangunan berbasis
masyarakat.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 21


2’/4+/’4 $"#%

3.2 KOMPONEN 2: PENINGKATAN PERILAKU DAN LAYANAN HIDUP BERSIH DAN


SEHAT MELALUI STBM

Komponen ini bertujuan untuk membantu masyarakat dan institusi lokal dalam
pencegahan penyakit yang disebabkan dan atau ditularkan sanitasi buruk dan air
yang tidak bersih (seperti diare), melalui: (1) perubahan perilaku menuju perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), dan (2) peningkatan akses sanitasi dasar.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah perilaku dasar yang dianjurkan
kepada masyarakat untuk dapat mencapai status kesehatan yang lebih baik. PHBS
adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam kehidupan perorangan, keluarga,
dan masyarakat. Untuk memperoleh dampak kesehatan yang maksimal, terutama
untuk mengurangi insiden diare serta berbagai penyakit yang berhubungan dengan
air, upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat akan dilakukan oleh program
Pamsimas, baik melalui program promosi PHBS berbasis keluarga, masyarakat
maupun melalui sekolah.

Promosi PHBS ditujukan pada semua lapisan masyarakat, khususnya kaum


perempuan dan anak-anak. Hal ini akan mendukung dan melengkapi komponen
pembangunan sarana dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan. Promosi
PHBS dilaksanakan melalui keluarga, institusi lokal/ desa, fasilitas umum seperti
sekolah, tempat ibadah, dan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Pelaksanaan Komponen 2 dilakukan dengan pendekatan STBM (Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat) dengan cakupan wilayah kabupaten/kota (district wide).
Pendekatan STBM dilaksanakan melalui proses pelembagaan 3 (tiga) sub komponen
sanitasi total yang merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi yaitu: a)
Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi; b) Peningkatan penyediaan sanitasi
dan c) Penciptaan lingkungan yang kondusif.

Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk
pencapaian 5 (lima) pilar STBM yaitu: Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop
BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
(PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT), dan Pengelolaan Limbah
Cair Rumah Tangga (PLRT).

Secara rinci komponen 2 dalam program Pamsimas IImemuat kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:

3.2.1 Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi

Kegiatan iniakan mendukung upaya-upaya pada fase pemicuan perubahan perilaku


sanitasi masyarakat dengan metode Community Led Total Sanitation (CLTS), terkait
dengan perubahan dari kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) kepada
perilaku lebih sehat dan aman dengan BAB di jamban yang sehat. Fase pemicuan
perubahan perilaku juga ditujukan untuk mempromosikan kebiasaan cuci tangan
pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman, pengelolaan sampah
dan limbah domestik yang aman.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 22


2’/4+/’4 $"#%

Masuk dalam kegiatan peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi ini adalah
sebagai berikut:

1) Pelatihan bagi fasilitator lokal/tenaga sanitarian untuk memberikan pemahaman


dan keterampilan penerapan metode CLTS untuk memicu terjadinya perubahan
perilaku masyarakat.
2) Pelaksanaan kegiatan pemicuan masyarakat untuk mengubah perilaku hidup
tidak sehat menuju perilaku hidup sehat, antara lain yaitu:
a. Buang air besar pada tempatnya (jamban sehat)
b. Membuang kotoran bayi/balita pada tempatnya
c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu-waktu penting (setelah buang air
besar, setelah membersihkan kotoran bayi, dan sebelum makan).
3) Pemantauan dan verifikasi terhadap perubahan perilaku hidup bersih dan sehat,
yang dilaksanakan secara partisipatif oleh kader, aparatur desa, BPSPAMS,
tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat lainnya.
4) Evaluasi dan pembelajaran terhadap pelaksanaan proses pemicuan oleh para
fasilitator/sanitarian.
5) Kegiatan promosi dan deklarasi sebagai dukungan terhadap rencana dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyebarluasan informasi tentang PHBS.

3.2.2 Program Pemasaran Hygiene dan Sanitasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk: (i) meningkatkan kebutuhan perbaikan sanitasi, (ii)
fasilitasi penyediaan kapasitas pasar lokal dalam merespon kebutuhan sanitasi dan
(iii) mendorong perbaikan perilaku menuju hidup bersih dan sehat. Tujuan tersebut
diupayakan melalui kegiatan promosi PHBS dan layanan/supply sanitasi. Promosi
PHBS ditujukan pada semua lapisan masyarakat, khususnya kaum perempuan dan
anak-anak. Promosi dilaksanakan melalui keluarga, institusi lokal/desa, fasilitas
umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan melalui media massa baik cetak maupun
elektronik.

Kegiatan-kegiatan dalam program pemasaran hygienedan sanitasi ini adalah


sebagai berikut:

1) Riset/studi mengenai perilaku hygiene masyarakat, rantai supply sanitasi, dan


saluran komunikasi untuk kelompok target yang berbeda. Riset ini bertujuan untuk
mendapatkan materi dan metode promosi yang sesuai dengan kondisi lokal
daerah serta opsi sarana sanitasi yang dikehendaki dan terjangkau.
2) Penyediaan media promosi yang sesuai untuk masyarakat dan sekolah.
3) Kampanye PHBS menggunakan materi, media, dan metode promosi yang tepat
(hasil riset) dalam upaya stop BABS dan CTPS serta perilaku PHBS lainnya.
4) Kampanye membiasakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada waktu-waktu
penting dan dengan cara yang benar.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 23


2’/4+/’4 $"#%

5) Pelatihan untuk mengembangkan kapasitas pelaku pasar sanitasi termasuk


wirausaha sanitasi lokalagar dapat melayani permintaan masyarakat terhadap
opsi sarana sanitasi secara terjangkau.
6) Pelaksanaan kompetisi wirausaha sanitasi dan menciptakan serta memperkuat
jejaring pasar sanitasi perdesaan melalui dukungan kemitraan Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk percepatan pemenuhan permintaan sarana sanitasi
dan perluasan layanan.

3.2.3 Program Hygiene dan Sanitasi Sekolah

Melalui kegiatan ini masyarakat penerima manfaat akan memperoleh bantuan


perbaikan hygiene dan sanitasi sekolah yang layak. Pelaksanaan perbaikan hygiene
dan sanitasi sekolah direncanakan dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

Kegiatan-kegiatan dalam program hygienene dan Sanitasi Sekolah ini adalah


sebagai berikut:

1) Pengembangan dan penyediaan media promosi PHBS sekolah.


2) Pengenalan alur kontaminasi dan analisis hubungan air, jamban dan praktek
kesehatan untuk individu dan masyarakat untuk memicu Stop BABS.
3) Pengenalan dan gerakan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah.
4) Kampanye membiasakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada waktu-waktu
penting dan dengan cara yang benar.
5) Pengembangan tanggung jawab murid, guru, orang tua murid dan pihak-pihak
lain yang terlibat di sekolah, mencakup:
a. Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas
guru pembina dan pengawasan
b. Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya
c. Meningkatkan kreativitas murid dalam mengembangkan media promosi PHBS
d. Pelaksanaan monitoring perilaku anak sekolah di rumah melalui buku
penghubung

3.2.4 Penciptaan dan Penguatan Lingkungan Pendukung Program Hygiene dan


Sanitasi

Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen peningkatan


kebutuhan (demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasI, dan penciptaan
lingkungan yang mendukung. Dalam pelaksanaan di lapangan agar dapat
mewujudkan upaya tersebut sehingga mendapatkan hasil yang optimal, maka perlu
dipertimbangkan komponen pendukung lainnya yaitu strategi pembiayaan, metoda
pemantauan dan pengelolaan pengetahuan/informasi sebagai media pembelajaran.

Komponen ini mencakup advokasi kepada para pemimpin pemerintah, pemerintah


daerah, dan pemangku kepentingan dalam membangun komitmen bersama untuk

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 24


2’/4+/’4 $"#%

melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan


menghasilkan:
· Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk
melaksanakan program STBM.
· Kebijakan daerah dan peraturan daerah yang mendukung program sanitasi
seperti SK Bupati/Walikota, Perda, RPJMD, Renstra SKPD terkait, dan lain-lain;
· Berfungsinya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan pembangunan sektor
sanitasi, yang menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah, koordinasi
sumber daya dari pemerintah daerah maupun non-pemerintah;
· Adanya tenaga fasilitator terlatih, Tim Inti (core Team) pelatih STBM dan program
peningkatan kapasitas;
· Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan
pembelajaran;
Kegiatan dalam sub komponen ini disertai dengan upaya peningkatan kapasitas
lembaga berupa pelatihan dan pelayanan untuk meningkatkan kemampuan dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan STBM daerah. Upaya ini dilakukan di tingkat
Pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota dalam mendorong perkembangan program
untuk mencapai target penyediaan kebutuhan air minum dan sanitasi dalam MDGs,
pencapaian keberhasilan program sanitasi dan kesehatan serta evaluasi terhadap
dampak perilaku hidup sehat.

Pemantauan kinerja sanitasi difokuskan pada monitoring perubahan layanan,


pengukuran perubahan perilaku, dan indikator-indikator kinerja program sanitasi
secara menyeluruh, pemasaran sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan
sanitasi serta hygiene sekolah. Provinsi bertanggung jawab secara reguler
melakukan monitoring kinerja program, profil kinerja fasilitator dan tim
kabupaten/kota.

Pemantauan dampak program difokuskan kepada perbaikan kesehatan yang diukur


melalui perbaikan perilaku hygiene. Pengukuran dilakukan sebelum program berjalan
(sebagai data dasar), pada saat mid-term, dan pada tahun akhir proyek. Prosedur
dan tata cara survei ini mengacu pada standar Kementerian Kesehatan/SUSENAS
dengan didukung oleh pengumpulan data secara rutin setiap bulan. Pengumpulan
data secara rutin menggunakan sistem monitoring dan evaluasi STBM yang
bersinergi dengan SIM Pamsimas. Analisis data hasil monitoring dan evaluasi
dimanfaatkan untuk advokasi, pembelajaran dan perbaikan program.

Dukungan kelembagaan untuk memperkuat pelaksanaan STBM dalam Pamsimas


dilakukan melalui penyediaan bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota
dalam pelaksanaan kegiatan komponen 2, memfasilitasi event-event sharing
pembelajaran, dan studi banding serta diseminasi perbaikan dan inovasi program.

Kegiatan-kegiatan utama di komponen 2 di setiap tingkatanadalah sebagai berikut:

a. Tingkat Pusat
1. Advokasi Program STBM di seluruh lokasi Pamsimas oleh Kementerian
Kesehatan

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 25


2’/4+/’4 $"#%

· Menyediakan materi advokasi STBM untuk team provinsi,


kabupaten/kota dan kecamatan;
· Advokasi pelaksanaan STBM untuk stakeholder provinsi dan
kabupaten/kota, dan pemimpin informal lainnya.
· Memaparkan pedoman pelaksanaan STBM di lokasi kabupaten/kota
Pamsimas.
2. Peningkatan kapasitas stakeholder pelaksana STBM
· Menyediakan manual pelatihan STBM yang meliputi materi peningkatan
kebutuhan, pemasaran dan penyediaan sanitasi, serta materi penguatan
kelembagaan.
· Mengkoordinasi lembaga pendidikan dan pelatihan untuk penerapan
kurikulum materi pendekatan STBM.
· Pelaksanaan Training for Trainers (TOT) untuk team provinsi dan
kabupaten/kota
· Penyelenggaraan lokakarya kajian dan pembelajaran nasional
· Supervisi dan bantuan teknis pelaksanaan pemasaran sanitasi dan
hygene di tingkat provinsi dan kabupaten
3. Sanitasi dan Hygiene Sekolah oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama
dengan Kementerian Pendidikan Nasional: Termasuk dalam hal ini
adalahmenyusun kurikulum kesehatan/Hygiene sekolah, menyusun manual
bagi pelatihan guru dan pelajar serta menyusun manual guru dan lokakarya-
lokakarya nasional.
4. Penguatan Kinerja Kelembagaan Lokal: Oleh Kementerian Kesehatan
bersama Kementerian Dalam Negeri. Termasuk di dalamnya menyusun
TOR dan pedoman pengembangan kapasitas bagi unit-unit yang
bertanggungjawab dalam hal promosi hygiene dan kesehatan lingkungan di
tingkat kabupaten/kota dan provinsi; menyusun pedoman monitoring kinerja
program dan kemajuan target MDGs sektor air minum dan sanitasi; dan
menyusun desain monitoring dampak dari intervensi hygiene dan sanitasi.
b. Tingkat Provinsi
1) Pemerintah provinsi bersama pemerintahakan memberikan bimbingan
sebagai upaya peningkatan kapasitas dalam pengembangan program
STBM di tingkat kabupaten/kota yang mengacu pada mekanisme yang ada
dan dokumen pendukung terkait.
2) Pemerintah provinsi menyusun Rencana Strategis Higiene dan Sanitasi
dengan mempertimbangkan potensi yang ada dan dokumen resmi terkait
dari Pemerintah seperti RPJMN dan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian
MDGs.
3) Pemerintah provinsi melakukan advokasi program, pendanaan, dan
koordinasi kepada pemerintah kabupaten/kota untuk perluasan

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 26


2’/4+/’4 $"#%

implementasi program STBM bagi peningkatan akses sanitasi pada skala


(basis) wilayah kabupaten/kota.
4) Penerapan program STBM oleh Dinas Kesehatan, antara lain dengan
advokasi/orientasi bersama dengan pengambil keputusan dan pembuat
opini publik untuk menjelaskan pendekatan STBM serta memperoleh
dukungan bagi penerapan prinsip-prinsip pendekatan STBM; penyiapan Tim
Pelatih Utama di tingkat provinsi, pelatihan bagi tim kabupaten/kota,
pengembangan dan replikasi provinsi, lokakarya, supervisi dan bantuan
teknis bagi tim kabupaten/kota.
5) Pemasaran Hygiene dan Sanitasi (Sanitation Marketing) oleh Dinas
Kesehatan; antara lain dengan advokasi/orientasi bersama dengan
pengambil keputusan dan pembuat opini untuk menjelaskan pendekatan
Sanitation Marketing serta memperoleh dukungan bagi pendekatan
pemasaran; studi pasar sanitasi lokal, konsumen, pemasok, untuk
identifikasi pesan dan media/metode komunikasi yang tepat bagi segmen
penerima manfaat dan fasilitasi untuk mendapatkan penawaran; identifikasi
strategi perbaikan pelayanan tingkat kabupaten/kota sebagai upaya
memperbaik akses dan kapasitas masyarakat dalam menerima pelayanan
air minum dan sanitasi; menyusun desain promosi tingkat kabupaten/kota
dan provinsi bagi segmen penerima manfaat berdasarkan model/prototype
dan panduan dari tingkat nasional; serta supervisi dan bantuan teknis bagi
kabupaten/kota.
6) Sanitasi dan Hygiene Sekolah oleh Dinkes dan Dinas Diknas. Termasuk
antara lain TOT bagi pelatihan guru dan pelajar serta lokakarya-lokakarya
provinsi.
7) Penguatan Kinerja Kelembagaan Lokal: Oleh Dinkes bekerjasama dengan
Bappeda dan sektor terkait. Termasuk di antaranya adalah pelatihan bagi
unit-unit yang bertanggungjawab dalam hal promosi hygiene dan kesehatan
lingkungan di tingkat kabupaten/kota dalam kinerja pelaksanaan dan
monitoring dampak; melakukan studi baseline dan evaluasi dampak bagi
kabupaten/kota; dan menyusun desain yang mendukung Total Sanitation
Program oleh kabupaten/kota.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Pemerintah kabupaten/kota menjadi pemeran utama dalam pelaksanaan
dan pengembangan program sesuai dengan strategi dan prinsip pendekatan
STBM. Pemerintah provinsi dan pusat memfasilitasi peningkatan kapasitas
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional.
2. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/Walikota/DPRD dalam upaya
mendapatkan dukungan kebijakan dan pendanaan dari pemerintah daerah
untuk mengembangkan program STBM. Perlu dilakukan upaya pemahaman
kepada para pengambil keputusan kebijakan dan manajemen program
tentang prinsip-prinsip pengembangan program dengan mengutamakan
prinsip tidak ada subsidi untuk sarana rumah tangga, penciptaan

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 27


2’/4+/’4 $"#%

lingkungan yang mendukung, dan peningkatan pemasaran serta perluasan


supply material yang terkait dengan sanitasi.
3. MenyiapkanRoadmap atau Rencana Strategis Higiene dan Sanitasi
kabupaten/kota yang memuat pentahapan pengembangan program STBM.
Rencana ini sangat diperlukan sebagai acuan untuk pengajuan anggaran
APBD kabupaten/kota melalui mekanisme perencanaan dan penganggaran
daerah seperti Musrenbang dan forum SKPD.
4. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS, sanitarían dan tim kecamatan,
kader dan tim desa/kelurahan. Selain itu, mengorganisir pelaksanaan
fasilitasi pemicuan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi di tingkat
kecamatan dan di tingkat desa/kelurahan.
5. Memfasilitasi wirausaha sanitasi dalam melayani konsumen dengan
ekonomi tergolong rendah. Fasilitasi wirausaha meliputi peningkatan
kemampuan dan ketrampilan dalam penyediaan opsi, teknik pemasaran,
manajemen, dan produksi, serta menyusun kampanye untuk target (segmen
konsumen) khusus dan kegiatan-kegiatan membangun jejaring pelayanan
(supply).
6. Pelaksanaan Sanitasi dan Hygiene Sekolah melalui kerjasama antara Dinas
Kesehatan dengan Dinas Diknas; Termasuk diantaranya training bagi guru
dan pelajar; lokakarya kabupaten/kota untuk memasukkan kurikulum; dan
kampanye penyadaran kepada komunitas sekolah (anak-anak, guru dan
orang tua).
7. Penguatan Kinerja Kelembagaan Lokal: Oleh Dinas Kesehatan bekerjasama
dengan BPMD. Termasuk antara lain adalah pelatihan bagi sanitarian
Puskesmas/staff Pustu/Bidan Desa tentang monitoring kinerja program
sanitasi dan hygiene serta akses monitoring pada tingkat masyarakat melalui
participatory monitoring (bagian dari Sustainability Monitoring pada SIM)
8. Studi banding dan berbagi pembelajaran dari pengalaman pelaksanaan
STBM untuk meningkatkan dukungan bagi intervensi hygiene dan sanitasi
masyarakat; serta perubahan perilaku hygiene dan monitoring akses
sanitasi.
Selanjutnya di tingkat kecamatan dan desa dilakukan peningkatan permintaan
kebutuhan sanitasi melalui kegiatan pemicuan, pemantauan dan pengenalan metoda
pemantauan partisipatif oleh masyarakat, dan operasionalisasi sistem verifikasi
data/hasil berdasarkan indikator setiap pilar STBM.

3.3 KOMPONEN 3: PENYEDIAAN SARANA AIR MINUM DAN SANITASI

Penyediaan sarana air minum dan sanitasi dilakukan melalui tiga pilihan
pembangunan SPAM, yaitu perluasan (penyediaan SPAM), pengembangan, dan
optimalisasi. Pilihan menu tersebut diadakan untuk melatih masyarakat menentukan
mau membangun baru, mengembangkan yang sdh ada atau optimalisasi yang sdh
ada tapi ruswak juga untuk memenuhi kebutuhan pembangunan SPAM yang berbeda

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 28


2’/4+/’4 $"#%

dan memperluas jangkauan kegiatan dan layanan. Komponen ini bertujuan untuk
menambah jumlah penerima manfaat akses air minum dan sanitasi yang layak.
Komponen ini menyediakan pilihan teknis terhadap penyediaan prasarana air minum
dan sanitasi. Sarana sanitasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sarana penunjang
perubahan PHBS yang disediakan pada fasilitas umum, seperti sekolah dasar,
puskesmas pembantu (pustu), dan posyandu/polindes. Setiap pilihan prasarana
dilengkapi dengan penjelasan aspek keuntungan dan kerugiannya. Masyarakat yang
sudah diberdayakan, dapat menentukan jenis prasarana, melaksanakan
perencanaan dan pembangunan fisik, serta dapat mengelola operasional dan
pemeliharaan prasarana yang akan dibangun.
Peningkatan pelayanan air minum dilakukan baik melalui pembangunan sistem
pelayanan air minum dan sanitasi (SPAM) baru, pengembangan SPAM (baik unit air
baku, atau unit pengolahan, atau unit distribusi, atau unit layanan) untuk
meningkatkan cakupan pelayanan, maupun melalui optimalisasi sarana dan
prasarana air minum yang mengalami kerusakan ataupun yang tidak lagi berfungsi
yang memungkinkan masyarakat miskin, kaum perempuan, masyarakat
berkebutuhan khusus dan kelompok marginal lainnya untuk memperoleh pelayanan
air minum dalam jumlah yang memadai, kualitas yang memenuhi standar kesehatan,
kontinu, dan mudah dijangkau.
Pelaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
dalam program Pamsimas didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat setempat
dan pilihan prasarana dan sarana yang diinformasikan (informed choice). Pilihan
yang diinformasikan tersebut menyangkut seluruh aspek, seperti aspek teknologi,
pembiayaan, lingkungan, sosial dan budaya serta kelembagaan pengelolaan.
Dalam kaitannya dengan pilihan teknologi, beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan adalah:
1) Ketersediaan jenis sumber air baku yang akan dimanfaatkan;
2) Jumlah biaya yang dibutuhkan, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk
memberikan kontribusi pembangunan;
3) Kompleksitas teknologi dan kesiapan masyarakat untuk mengelola SPAMS
dengan teknologi yang ada;
4) Nilai manfaat, kemudahan, dan kesinambungan penggunaan terhadap opsi
teknis yang dipilih.
Pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi didasarkan pada usulan
yang diajukan dan disepakati oleh masyarakat secara partisipatif dalam bentuk
usulan/proposal desa/kelurahan.

Seleksi usulan/proposal desa/kelurahan mengacu pada efektifitas biaya


pembangunan per penerima manfaat sesuai dengan kondisi setempat. dengan tetap
mempertimbangkan pilihan teknologi dan kebutuhan yang bersifat lokal/spesifik pada
desa/kelurahan tersebut.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 29


2’/4+/’4 $"#%

3.3.1 Penggunaan Dana Bantuan

Alokasi dana bantuan pada setiap desa/kelurahan untuk kegiatan-kegiatan yang


ditetapkan dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) bervariasi berdasarkan evaluasi
RKM. Evaluasi RKM mencakup antara lain kelayakan pilihan teknologi infrastrukur air
minum, sanitasi sekolah dan hiygiene yang dipilih masyarakat, dan nilai kontribusi
masyarakat. Penggunaan dana bantuan terdiri dari dua bagian, yakni bagian untuk
infrastruktur air minum dan bagian untuk perbaikan sanitasi sekolah, perubahan
perilaku hygiene, penguatan kapasitas dan manajemen masyarakat.

a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Air minum dan Sanitasi


Bantuan dana digunakan untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan
sarana sanitasi dan air minum berdasarkan cost-sharing. Masyarakat akan
berkontribusi sebesar minimal 20% dalam bentuk in-cash 4% dan in-kind 16%
dari total kebutuhan biaya pembangunan. Alokasi bantuan dana hanya
membiayai 80% kebutuhan biaya. Total biaya pembangunan tiap
desa/kelurahan ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
merupakan bagian dari RKM. Masyarakat dapat memilih penggunaan dana
bantuan untuk pembiayaan barang atau pelayanan/service, termasuk tenaga
kerja terampil dan tidak terampil sesuai standar pemerintah. Penyediaan tenaga
kerja dan bahan akan dihitung sebagai bagian dari kontribusi masyarakat dalam
bentuk in-kind.

Dana bantuan Pamsimas pada prinsipnya hanya sebagai stimulan bagi


masyarakat yang memiliki prakarsa, inisiatif, dan kesepakatan tanggungjawab
bersama untuk memperbaiki kualitas pelayanan air bersih, sanitasi dan hygiene.

Kontribusi swadaya masyarakat dimaksudkan sebagai wujud dari komitmen


membangun rasa memiliki dan rasa bertanggungjawab, terhadap kegiatan
maupun hasil kegiatan yang dilakukan masyarakat sendiri. Semakin besar
kontribusi masyarakat, semakin tinggi komitmen untuk memiliki dan
bertanggungjawab pada pelaksanaan kegiatan di Pamsimas. Dengan
demikian, dana bantuan Pamsimas pada hakikatnya hanya berfungsi sebagai
stimulan atau insentif atas tumbuhnya kepedulian, prakarsa, inisiatif dan rasa
memiliki dan bertanggungjawab masyarakat.

b. Perbaikan Perilaku dan Layanan Hygiene dan Sanitasi


Termasuk dalam kategori ini adalah kegiatan-kegiatan hasil identifikasi dengan
metoda MPA dan CLTS untuk perubahan perilaku hygiene dan sanitasi
masyarakat, kegiatan hygiene dan kesehatan berbasis sekolah, dan pendidikan
kesehatan. Sarana sanitasi akan dibangun di sekolah-sekolah di masyarakat
yang membutuhkan. Masyarakat dapat juga membiayai kegiatan lain terkait
hygiene dan sanitasi yang mereka pilih dengan pola pembiayaan bersama (cost-
sharing basis)

Penjelasan lebih detail mengenai Penggunaan Dana Bantuan dapat dilihat pada
Buku Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 30


2’/4+/’4 $"#%

3.3.2 Bantuan Perencanaan dan Dukungan Teknik

Program Pamsimas membantu masyarakat dengan pendekatan tanggap kebutuhan


dalam perencanaan, seleksi teknologi dan tingkat pelayanan, serta desain konstruksi,
melalui :
i. Rapid Technical Assessment (RTA) dan Community WSS situation analysis
(MPA) untuk menentukan kebutuhan air dan pilihan-pilihan sistem;
ii. Pilihan teknologi sistem air minum;
iii. Survei teknik dan penyusunan Rancangan Rinci Kegiatan (RRK);
iv. Konstruksi, supervisi dan quality control;
v. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan mencakup managemen, teknik dan
ketrampilan pembiayaan yang dibutuhkan bagi keberlanjutan sistem; dan
vi. Monitoring kualitas air minum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
dampak penyediaan dan penggunaan air minum yang aman (memenuhi standar
kesehatan).

3.4 KOMPONEN 4: INSENTIF DESA/KELURAHAN DAN KABUPATEN/KOTA

Insentif diberikan dalam upaya keberlanjutan pemanfaatan dan pengembangan hasil


kegiatan (konstruksi). Insentif merupakan tambahan pendanaan untuk digunakan
desa/kelurahan dan kabupaten/kota dalam pencapaian target pembangunan air
minum dan sanitasi perdesaan dengan pendekatan Pamsimas. Pelaksanaan insentif
tetap mengharuskan adanya kontribusi masyarakat (dalam in-cash dan in-kind) dan
pengajuan proposal kegiatan dari desa/kelurahan.

HID diberikan kepada desa/kelurahan yang telah menunjukkan kinerja yang baik
dalam pelaksanaan Program Pamsimas untuk digunakan dalam pengembangan
SPAM. HIK diberikan kepada kabupaten/kota yang telah menunjukkan kinerja dan
kepemimpinan yang baik dalam pelaksanaan Program Pamsimas untuk digunakan
dalam pengembangan atau optimalisasi SPAM terbangun di desa/kelurahan yang
telah mendapat program Pamsimas.

3.5 KOMPONEN 5: DUKUNGAN MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK

Komponen 5 menyediakan dukungan teknis pengelolaan pelaksanaan program


komponen 1, 2, 3 dan 4 serta memberikan dukungan teknis kepada unit pelaksana
(implementation agency). Dukungan teknis terdiri dari:

(i) Dukungan teknis untuk kegiatan pelatihan sektoral, peningkatan kelembagaan,


kesehatan, sanitasi, dan air minum pada tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi
dan tingkat pusat;
(ii) Pemantauan pengelolaan program dan kualitas pelaksanaan, monitoring-
evaluasi keuangan dan teknis serta laporan setiap komponen program;

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 31


2’/4+/’4 $"#%

(iii) Evaluasi outcomes program, dan


(iv) Kemajuan alih kelola fungsi-fungsi serta tanggungjawab program kepada
pemerintah daerah.
Dukungan teknis ini ditujukan untuk mendukung pencapaian sasaran Pamsimas
secara efektif.

Beberapa kegiatan yang termuat dalam komponen ini antara lain:

3.5.1 Central Management Advisory Consultants (CMAC)

CMAC dimaksudkan untuk memberikan dukungan kepada Central Management


Management Unit (CPMU) dalam melakukan pengendalian dan pengelolaan
pelaksanaan program Pamsimas. Secara keseluruhan CMAC sebagai dukungan
kepada CPMU akan melakukan: pengelolaan proyek secara menyeluruh; melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan proyek dan hasil pelaksanaannya;
pengembangan program Pamsimas sebagai program air minum dan sanitasi
nasiona; menjaga keberlanjutan hasil pelaksanaan progran; promosi kesehatan;
pengembangan kapasitas dan kelembagaan; penerapan keamanan sosial dan
lingkungan serta pemberdayaan masyarakat. Termasuk dalam dukungan kepada
CPMU implementasi strategi, kebijakan, penyusunan pedoman, dan penguatan
kelembagaan yang mendukung pelaksanaan program dan keberlanjutan pasca
program.

3.5.2 Regional Oversight Management Services (ROMS)

Pengadaan ROMS dimaksudkan untuk memberikan dukungan kepada PPMU dan


DPMU dalam pengelolaan pelaksanaan kegiatan proyek sehari-hari dalam aspek
teknis maupun proses pelaksanaan program berbasis masyarakat, pembangunan
kapasitas kelembagaan, penerapan penjaminan keamanan sosial dan lingkungan,
pamantauan pelaksanaan dan keberlanjutan hasil pembangunan. ROMS juga akan
memberikan laporan pelaksanaan kepada PPMU dan DPMU. Peran ROMS adalah
memberikan dukungan teknis kepada PPMU dan DPMU dalam implementasi
program, perluasan, dan pengarusutamaan melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat

3.5.3 Penilai Proyek Independen

Monitoring dan evaluasi akan dilakukan oleh lembaga/konsultan independen pada


saat awal perencanaan tahun pertama, mid-term, dan pasca program, dengan
menggunakan sampel dan indikator tertentu.

Kegiatan Penilai Proyek Independen meliputi baseline survey dan pengukuran


dampak.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 32


2’/4+/’4 $"#%

BAB 4. PENGELOLAAN PROGRAM


Pengelolaan Program menguraikan gambaran umum beberapa aspek utama dalam
pelaksanaan Pamsimas yang dirancang dan dikembangkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran program Pamsimas sebagaimana telah ditetapkan pada indikator kinerja Pamsimas
dalam Financing Agreement dan Project Appraisal Document.

Beberapa aspek utama pengelolaan program yang dimaksud antara lain adalah dukungan
jenis/kategori bantuan, dukungan kelembagaan, rancangan pelaksanaan/implementasi
program, pengadaan barang dan jasa, Anti Corruption Action Plan (ACAP), pengaduan
masyarakat, operasional dan pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan sistem pelaporan.

Penjelasan lebih detil atas beberapa aspek pengelolaan program Pamsimas dapat
dilihat pada lampiran pedoman ini. Sedangkan aspek tertentu yang dinilai cukup
spesifik akan diuraikan lebih rinci dan teknis dalam berbagai buku petunjuk teknis
sebagaimana dijelaskan pada bab 1 sub-bab 1.6 buku pedoman ini.

4.1 DUKUNGAN PENYEDIAAN JENIS-JENIS BANTUAN/LAYANAN

Program Pamsimas akan memberikan bantuan/layanan dalam kategori Bantuan


Langsung Masyarakat (BLM) dan Bantuan Teknis yang diterapkan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai kategori komponen-komponen program.

Selain berupa BLM, bentuk bantuan teknis yang diberikan berupadukungan


pelaksanaan oleh pemerintah pusat dan daerah,serta kontrak pelayanan.

Gambaran umum penerapan jenis-jenis bantuan (BLM dan Bantuan Teknis) pada
komponen-komponen program adalah sebagaimana pada tabel 4.1.

2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4 33


2’/4+/’4 $"#%

Tabel 4.1. Penerapan Jenis Bantuan pada Komponen Program

Komponen Program Pamsimas


Jenis-Jenis
Bantuan/ Pemberdayaan
No. Dukungan
Kategori Masyarakat Dan Peningkatan Kesehatan Dan Perilaku Penyediaan Sarana Air Minum Dan Insentif Desa/Kelurahan dan
Pelaksanaan Dan
Layanan Pengembangan Higienis Dan Pelayanan Sanitasi Sanitasi Kabupaten/Kota
Manajemen Proyek
Kelembagaan Daerah
1 Bantuan Pengembangan kapasitas Kegiatan promosi PHBS dan kesehatan di Fasilitas pelayanan air minum untuk Pengembangan cakupan dan
Langsung masyarakat masyarakat masyarakat dan sekolah kualitas pelayanan SPAM
Masyarakat
Kegiatan promosi PHBS dan kesehatan di Sanitasi sekolah dan fasilitas umum
(BLM) sekolah
Kegiatan promosi PHBS dan kesehatan
lainnya yang diusulkan masyarakat
2 Dukungan Kegiatan dan penilaian Penerapan pendekatan STBM Rapid technical assessment dan Bantuan teknis bagi
pelaksanaan oleh kapasitas kelembagaan Pelatihan keterampilan untuk promosi dan MPA PHAST sebagai dasar Pemantauan pelaksanaan project management
pemerintah penyusunan RKM unit (PMU)
Pembinaan BPSPAMS perencanaan PHBS secara partisipatif
daerah
melalui asosiasi pengelola Pelatihan kewirausahaan sanitasi Evaluasi rancangan rinci kegiatan
SPAMS perdesaan
Penyadaran kritis masyarakat Pelatihan ketrampilan untuk
Pengembangan kemitraan konstruksi, pengelolaan keuangan,
Evaluasi dampak dan monitoring kinerja pengoperasian dan pemeliharaan
Pemantauan keberlanjutan PHBS-sanitasi
Pemantauan pelaksanaan
3 Dukungan Bantuan teknis untuk team Bantuan teknis untuk team pelaksana Bantuan teknis untuk team Bantuan teknis untuk team Bantuan teknis bagi
pelaksanaan oleh pelaksana pelaksana pelaksana project management
pemerintah units (PMU)
4 Kontrak OMS terdiri dari tim Advokasi dan promosi kesehatan di tingkat Pendampingan masyarakat dalam Pendampingan masyarakat Evaluasi dampak
Pelayanan regional (ROMS), tim provinsi pembangunan SPAM dalam pembangunan
CMAC, advisory, dan
provinsi (PMS), tim pengembangan SPAM
Kajian-kajian supply, demand, pasar, dan Promosi dan advokasi melalui TDS
kabupaten (DMS). Tim
konsumen sanitasi pemicuan CLTS dalam
fasilitator di tingkat pembangunan sarana sanitasi
kabupaten Fasilitator STBM Kabupaten/Kota

2)560,6- 5)-0+4
34
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4.2 KEGIATAN POKOK PENYELENGGARAAN PROGRAM PAMSIMAS

Untuk mencapai tujuan dan sasaran program Pamsimas, berikut ini adalah kegiatan
pokok penyelenggaraan program, yaitu:
a. Sosialisasi program kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
b. Seleksi kabupaten/kota sasaran
c. Sosialisasi program oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah
Desa/Kelurahan
d. Seleksi desa/kelurahan sasaran
e. Penetapan desa/kelurahan sasaran
f. Pelaksanaan program di tingkat masyarakat (perluasan, pengembangan, atau
optimalisasi SPAM)
g. Pemantauan dan pelaporan kemajuan dan hasil kegiatan berbasis Sistem
Informasi Manajemen
h. Peningkatan kapasitas Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam pengelolaan
program air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat yang
berkelanjutan
i. Evaluasi dampak untuk mengetahui efektifitas, efisiensi, dan perubahan yang
dihasilkan program.

Penjelasan lebih detail mengenai Pemilihan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada


Lampiran 1, sedangkan Pemilihan Desa/Kelurahan dapat dilihat pada Petunjuk
Teknis Pemilihan Desa/Kelurahan

4.3 DUKUNGAN KELEMBAGAAN

Pamsimas dilaksanakan oleh Pemerintah melalui penyediaan bantuan secara


langsung ke tingkat desa, namun dengan mekanisme yang membutuhkan
keterlibatan pemerintah kabupaten/kota. Executing Agency Pamsimas adalah
Kementerian Pekerjaan Umum, dengan didukung Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Secara umum, struktur organisasi pengelola dan pelaksana Program Pamsimas dari
tingkat pusat sampai dengan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 4.1 di berikut.
Peran masing-masing lembaga dan indikator capaian kinerja dalam program
Pamsimas dapat dilihat pada tabel 4.2.

2)560,6- 5)-0+4
35
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Gambar 4-1. Struktur Organisasi Pengelola dan Pelaksana Program Pamsimas

Penjelasan lebih detil mengenai kelembagaan dan organisasi dapat dilihat pada lampiran 2

Tabel 4.2. Peran dan Indikator Kinerja Capaian Pamsimas

Institusi Peran Indikator Kinerja Capaian

Deputi Sarana 1. Memberikan arahan dalam upaya percepatan -


dan Prasarana pencapaian target dan sasaran Millenium
BAPPENAS Development Goals bidang air minum dan
sanitasi
2. Merumuskan kebijakan dan strategi pencapaian
target air minum dan sanitasi perdesaan berbasis
masyarakat
3. Koordinasi pelaksanaan kebijakan pusat dan
daerah dan pengendalian pelaksanaan
pembangunan air minum dan sanitasi
4. Membina pelaksanaan tugas Pokja AMPL dan
fungsi Pakem dalam Pamsimas

2)560,6- 5)-0+4
36
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Institusi Peran Indikator Kinerja Capaian

Direktorat 1. Executing Agency Komponen 3:


Jenderal Cipta 2. Membina pelaksanaan program pada komponen · 90% desa dengan sistem peyediaan
Karya, infrastruktur pelayanan air minum dan sanitasi air minum yang layak dan tetap
Kementerian berfungsi5
3. Mengendalikan upaya pencapaian seluruh tujuan
Pekerjaan · 90% desa dengan sistem dengan
Pamsimas, khususnya komponen 3, 4, dan 5
Umum BPSPAMS yang berkinerja baik
4. Melaksanakan evaluasi kinerja pelaksanaan
Komponen 4:
Pamsimas sebagai acuan pengalokasikan BLM
kab/kota tahun berikutnya · 500 desa/kelurahan melampaui
kinerja program menerima tambahan
hibah
· 20 kabupaten/kota melampaui kinerja
program menerima tambahan hibah
Komponen 5:
· 100% kab/kota dengan struktur dan
perangkat monitoring program (IMIS,
M&E) menyediakan informasi secara
reguler mengenai kualitas
pelaksanaan proyek

Direktorat 1. Membina pelaksanaan program pada Komponen Komponen 2:


Jenderal Pelayanan dan Perbaikan perilaku sanitasi dan · 50% masyarakat dusun pada desa
Pengendalian hygiene. sasaran telah ODF/SBS
Penyakit dan 2. Mengendalikan upaya pencapaian target · 60% masyarakat sasaran yang telah
Penyehatan komponen 2 menerapkan kebiasaan cuci tangan
Lingkungan, pakai sabun
Kementerian 3. Menyiapkan sanitarian di tingkat Puskesmas
· 95 % sekolah sasaran yang telah
Kesehatan 4. Menyediakan dan membina fasilitator STBM memiliki sarana air minum dan
kabupaten/kota sanitasi yang layak, dan program
5. Menfasilitasi penerapan STBM kebersihan dan kesehatan

Direktorat 1. Membina Pemerintah Daerah dalam Komponen 1:


Jenderal Bina pengarusutamaan/prioritisasi pembangunan air · 80% kab/kota sasaran (minimal 175
Pembangunan minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian kab/kota) memiliki RAD bidang air
Daerah, SPM dan target MDGs minum dan sanitasi untuk
Kementerian 2. Menfasilitasi penyusunan, pemantauan dan pengadopsian dan pengarusutamaan
Dalam Negeri pendekatan Pamsimas dan untuk
evaluasi pelaksanaan RAD AMPL
kemajuan pencapaian target
3. Mendorong peningkatan alokasi APBD untuk pembangunan air minum dan sanitasi
pembangunan air minum dan sanitasi termasuk kabupaten/kota
yang berbasis masyarakat · 80% kab/kota sasaran (minimal 175
4. Menfasilitasi penyelenggaraan HIK kab/kota) menunjukkan realisasi
belanja AMPL sesuai dengan yang
5. Mengendalikan upaya pencapaian target telah ditetapkan (direncanakan) pada
Komponen 1-Pemda APBD untuk mencapai MDGs sektor
air minum dan sanitasi
6. Menfasilitasi kabupaten/kota dalam menetapkan
target pelaksanaan Pamsimas sesuai kinerja

5 Indikator MPA untuk penyediaan air masyarakat seperti dirumuskan dalam Metodologi for Participatory Assessment ( MPA),
Bank Dunia WSP, 2003.

2)560,6- 5)-0+4
37
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Institusi Peran Indikator Kinerja Capaian


kab/kota

Direktorat 1. Membina proses pemberdayaan dan penguatan Komponen 1:


Jenderal kapasitas masyarakat · 5000 desa/kelurahan yang membuat
Pemberdayaan 2. Menfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat RKM
Masyarakat dan untuk perencanaan dan pengelolaan
Desa, keberlanjutan pelayanan air minum dan sanitasi
Kementerian
3. Menfasilitasi peningkatan kapasitas BPSPAMS
Dalam Negeri
dalam menjamin keberlanjutan pengelolaan
pelayanan SPAMS desa/kelurahan yang
berkualitas
4. Mengendalikan upaya pencapaian target
Komponen 1-Masyarakat
5. Membina Asosiasi BPSPAMS perdesaan tingkat
kabupaten/kota
6. Membina kader AMPL

4.4 PENGADAAN BARANG/JASA

Prosedur pengadaan barang/jasa untuk program Pamsimas sebagian ataupun


seluruh sumber pembiayaannya yang berasal dari Loan Agreement IBRD No: 8259-
IND dilaksanakan dengan menggunakan Guideline World Bank: Procurement under
IBRD Loans and IDA Credits (May 2004, revised January, 2011); dan Guidelines:
Selection and Employment of Consultants by World Bank Borrowers (May 2004,
revised January, 2011).

4.5 SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

Mengingat Program Pamsimas sebagai program yang dibiayai dari pinjaman luar
negeri (PLN), maka sistem pengelolaan keuangan disamping berdasarkan peraturan
pemerintah yang berlaku, juga terutama harus mengacu pada : Minute of Negotiation,
Loan Agreement No.IBRD-8259-IND, Project Appraisal Document, Aide Memoire,
Costing Table, progres kegiatan dan Annual Work Plan. Hal ini agar anggaran
memang diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran yang telah disetujui oleh
Bank Dunia sebagaimana tertera dalam Loan Agreement.

Penjelasan lebih detail dan terinci dapat dilihat dalam Buku Petunjuk Teknis
Pengelolaan Keuangan Program Pamsimas

2)560,6- 5)-0+4
38
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4.6 RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI

Rencana tindakan pencegahan korupsi dalam program Pamsimas dilakukan sesuai


dengan 6 (enam) elemen utama yang sudah diidentifikasi oleh tim Bank Dunia untuk
Pencegahan Anti Korupsi di Indonesia meliputi:
1) Penguatan Keterbukaan dan Transparansi,
2) Pencegahan Risiko Kolusi,
3) Pencegahan Risiko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan,
4) Pengawasan oleh Masyarakat Madani,
5) Sistim Penanganan Keluhan, dan
6) Ketentuan Sanksi dan Tindakan Perbaikan yang jelas

Tindakan anti korupsi ini berdasarkan pengalaman dari program sebelumnya yakni
WSSLIC maupun Pamsimas (Tahun 2008-2012). Berdasarkan dari pengalaman
tersebut tindakan anti korupsi sebagian besar difokuskan pada aspek proyek yang
berhubungan dengan kontrak yang bernilai besar seperti dalam pengadaan bantuan
teknis yang dinilai mempunyai resiko yang tinggi. Selanjutnya resiko lebih rendah
pada aspek pelatihan, lokakarya dan kampanye bersama konstitusi hanya 30% dari
total nilai proyek. Pengalaman sebelumnya pada program WSLIC bahwa untuk
kegiatan CDD mempunyai peluang yang tinggi untuk tindakan korupsi dimana nilai
investasi mencapai 70% dari total nilai proyek sehingga sangat membutuhkan
pengawasan yang lebih tinggi. Untuk di tingkat desa/kelurahan kunci utama adalah
sistim pelayanan yang baik serta transparansi, kualitas yang lebih baik serta
tanggung jawab pengelolaan program/proyek diberikan kepada masyarakat.

Keistimewaan dari semua rencana tindakan anti korupsi terintegrasi dalam


penganggaran proyek. Beberapa area utama/kunci terkait dengan upaya anti korupsi
adalah manajemen proyek, monitoring dan evaluasi, pengelolaan pengaduan, audit
independent, penyampaian informasi dan peningkatan kesadaran.

Penyediaan dokumen proyek yang dapat diakses oleh publik merupakan rencana
Pencegahan Korupsi ini dipublikasikan di dalam situs www.pamsimas.org, dan telah
disepakati oleh Executing Agency (Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum) dan para Implemeting Agencies (Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Lingkungan Pemukiman, Kementerian Kesehatan; Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,
Kementerian Dalam Negeri; dan Pusat Pembinaan Kesegaran Jasmani, Kementerian
Pendidikan Nasional) untuk dipergunakan dalam Pamsimas. Tabel Tindakan
Pencegahan Korupsi telah dipersiapkan sesuai dengan risiko Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme yang terjadi pada proyek sejenis dan disesuaikan dengan mekanisme
pelaksanaan proyek.

Penjelasan lebih detail mengenai Rencana Tindak Anti Korupsi dapat dilihat
pada Lampiran 4

2)560,6- 5)-0+4
39
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4.7 PENGAMANAN/SAFEGUARD

Kerangka safeguard dimaksudkan sebagai panduan bagi seluruh pihak yang terlibat
dalam melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemantauan
subproyek, dengan mengacu pada persyaratan dari Bank Dunia dan peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia mengenai dampak lingkungan, hibah lahan
(Voluntary Land Donation), dan masyarakat adat dan warga rentan (Isolated and
Vulnerable People).

Kegiatan dalam Program Pamsimas telah diklasifikasikan sebagai Kategori B, yang


mana kemungkinan besar tidak akan mengakibatkan dampak berarti yang tidak
diinginkan terhadap lingkungan hidup dan sosial. Hal ini sesuai dengan pendekatan
berbasis masyarakat terhadap penyediaan air minum dan sanitasi.

Penjelasan lebih detail mengenai safeguarding dapat dilihat dalam Buku


Petunjuk Teknis Pengamanan (Safeguard) Program Pamsimas

4.7.1 Lingkup Kerangka Kerja Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam Pamsimas, kerangka


safeguard Pamsimas terdiri dari 2 komponen yakni:

1) Safeguard Lingkungan.
Kerangka safeguard lingkungan ini dimaksudkan sebagai upaya membantu
kabupaten/kota agar dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam
penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak
diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan mewujudkan keterbukaan, dengan
melakukan konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak dan
stakeholder lainnya.

2) Safeguard Sosial
Safeguard bagi hibah lahan (voluntary land donation) dan masyarakat adat dan
warga rentan (isolated and vulnerable people); kerangka ini dimaksudkan
sebagai upaya membantu kabupaten/kota agar dapat melakukan evaluasi secara
sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang
tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan mewujudkan keterbukaan dengan
melakukan konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pemindahan
dan stakeholder lainnya.

4.7.2 Perlindungan Daerah Tangkapan Air (P-DTA)

Penekanan penyadaran dan kegiatan Perlindungan Daerah Tangkapan Air di dalam


safeguard ditujukan untuk memberi kesadaran kepada masyarakat berbagai
kerusakan alam dan usaha pelestarian lingkungan. Sedangkan pelaksanaan kegiatan
ditujukan sebagai upaya pelestarian lingkungan yang dapat langsung memberi
perlindungan dan pelestarian di sekitar sumber air maupun daerah yang tidak

2)560,6- 5)-0+4
40
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

langsung diambil sumbernya. Pelaksana kegiatan melibatkan masyarakat secara


aktif. Penguatan kapasitas melalui pelatihan harus diberikan ke masyarakat sebelum
melakukan kegiatan P-DTA.

4.8 OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

Dalam Pamsimas pemeliharaan prasarana dan sarana harus memposisikan air


sebagai komoditi ekonomi, tidak sekedar komoditi sosial, dan menjadi tanggung
jawab pengelola yang dibentuk melalui musyawarah desa/kelurahan.Dalam
pelaksanaannya,keterlibatan kaum perempuan lebih signifikan karena mereka
merupakan pengguna, oleh sebab itu partisipasi aktif perempuan dalam operasional
dan pemeliharaan aset masyarakat sangat diperlukan.
Pengoperasian dan pemeliharaan (O&P) dalam Pamsimas bertujuan sebagai berikut:
1) Tetap berfungsinya prasarana dan sarana yang telah terbangun sesuai dengan
kualitas dan umur pelayanan yang direncanakan;
2) Menjamin pemeliharaan secara rutin, tepat waktu, tepat sasaran dan, efisien (air
sebagai komoditi ekonomi);
3) Memberikan tanggung jawab kepada Pengelola Sarana untuk mengoperasikan
dan mengoptimalkan pelayanan sarana yang ada.
Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) adalah
lembaga yang bertanggungjawab dalam pengoperasian dan pemeliharaan. Pada
tahap ini kinerja BPSPAMS, mekanisme iuran, dan keberfungsian sarana terbangun
merupakan faktor penting dalam keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan
sanitasi.

Penjelasan lebih detail mengenai Operasional dan Pemeliharaan dapat dilihat


dalam Buku Petunjuk Teknis Pengoperasian dan Pemeliharaan di Tingkat
Masyarakat

4.9 PEMANTAUAN

Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara terus


menerus untuk memastikan suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Pemantauan dilakukan di sepanjang siklus program, dimulai dari persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Hasil kegiatan pemantauan digunakan
untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan.

Tujuan Pemantauan:
l Memastikan bahwa kemajuan pelaksanaan kegiatan Pamsimas tidak
menyimpang dari jadwal yang telah ditentukan pada setiap tahapan kunci dalam
rencana induk Pamsimas (master schedule),

2)560,6- 5)-0+4
41
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

l Memastikan proses fasilitasi kegiatan pelaksanaan siklus Pamsimas sesuai


acuan yang ada (PMM, VIM, dan Petunjuk Teknis, SOP), sehingga capaian
substansi sesuai indikator yang telah ditentukan,
l Memastikan setiap kerangka acuan yang disusun untuk dilaksanakan
berdasarkan pada koridor yang telah ditentukan (PMM, VIM, Petunjuk
Teknis,SOP).

4.9.1 Jenis Kegiatan Pemantauan dalam Pamsimas

1) Pemantauan oleh Masyarakat. Pemantauan berbasis SIM dilakukan oleh


BPSPAMS dan Kader AMPL secara periodik, untuk aspek berikut: keberfungsian
sarana, penerapan iuran, peningkatan akses air minum dan sanitasi.
2) Pemantauan oleh pemerintah. Pemantauan berbasis SIM dilakukan oleh pihak
pemerintah, baik dari lembaga penyelenggara/executing agency, maupun dari
lintas Kementerian (Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri (Ditjen
Bangda dan Ditjen PMD, Kementerian Kesehatan, dan lain-lain). Pemantauan
berbasis SIM ini juga dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa/kelurahan. Metode pemantauan oleh pemerintah ini dapat
juga dilakukan melalui kunjungan lapangan.
Pemantauan oleh konsultan (CMAC, ROMS, dan Tim Fasilitator
Masyarakat/Keberlanjutan). Kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh jajaran
konsultan mulai dari tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat. Metode
pemantauan yang digunakan oleh konsultan adalah uji petik untuk memantau
kualitas pendampingan dan output . Uji petik dilakukan terhadap setiap siklus
pamsimas, infrastruktur (sarana air bersih dan sanitasi) dan
keuangan/pembukuan. Hasil pemantauan digunakan untuk melakukan perbaikan
terhadap konsep dan desain proyek, memberhentikan proses pelaksanaan
progam apabila dibutuhkan, dan memberikan model pembelajaran bagi pelaku
proyek.
Pemeriksanaan oleh BPK, BPKP, dan Inspektorat Jenderal PU. BPK, BPKP, dan
Inspektorat Jenderal PU bertanggungjawab memeriksa aspek keuangan
Pamsimas setiap tahunnya. Acuan yang digunakan dalam pemeriksaan
keuangan adalah dokumen resmi proyek (PMM, VIM, dan Petunjuk Teknis,
SOP). Dalam pemeriksaaan keuangan ini, perlu disepakati indikator kinerja dan
perkembangan pelaksanaan program dengan lembaga pemeriksa keuangan ini.
Pemantauan oleh Pihak Donor. Kegiatan pemantauan misi supervisi dilakukan oleh
pihak donor untuk memastikan bahwa kegiatan yang sudah dilaksanakan
memenuhi standar persyaratan Loan Agreement dan PAD yang telah disepakati.
Pihak donor melakukan pemantauan ini, untuk melihat pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan di lapangan.

2)560,6- 5)-0+4
42
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4.9.2 Instrumen Pemantauan Program Pamsimas

1) MIS (Management Information System). Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Pamsimas adalah sebuah sistem yang dirancang untuk memantau dan
mengevaluasi capaian pelaksanaan dari program Pamsimas di lapangan melalui
mekanisme pengelolaan data dan informasi yang terpadu dan terbuka. Keluaran
data dan informasi yang dihasilkan akan dimanfaatkan dalam kegiatan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Pamsimas.
2) Master Schedule/Rencana Induk. Master schedule atau rencana induk
merupakan rencana kegiatan selama program berjalan yang dilaksanakan oleh
semua pihak pelaku program baik lintas-kementerian (Tingkat Pusat),
Dinas/Instansi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, konsultan pusat sampai
daerah maupun masyarakat penerima program. Dalam pelaksanaannya, siklus
kegiatan pada wilayah sasaran Pamsimas mengacu pada rencana induk.
Rencana Induk merupakan acuan pokok para pelaku Pamsimas dalam
menjalankan setiap proses kegiatan agar selalu berkesinambungan dan tepat
waktu. Setiap pelaku Pamsimas perlu memiliki rencana kerja yang jelas sehingga
pelaksanaan Pamsimas dapat terarah dan terpantau dengan baik. Dengan
adanya pemahaman yang sama antar pelaku tentang Pamsimas, serta sasaran
yang ingin dicapai, setiap pelaku dapat segera menindaklanjuti dengan
membuat strategi dalam upaya mencapai sasaran tersebut, diantaranya dengan
menyusun rencana kerjanya yang didasarkan atas target substansi (berdasarkan
indikator) dan target capaian (berdasarkan Master Schedule). Penyusunan
rencana kerja ini harus dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia,
baik jumlah timnya, kapasitas anggota tim, maupun dukungan manajemen
perusahaannya.
3) Quick Status/Status Cepat. Quick Status disusun dengan tujuan untuk
mengendalikan realisasi pelaksanaan siklus di lapangan (progress) terhadap
Master Schedule yang sudah disepakati bersama. Sehingga, dengan demikian
setiap dua minggu akan dapat diketahui secara cepat tahapan kegiatan mana
saja yang sudah selesai ataupun yang belum selesai, dan dapat diketahui pula
progres terakhir pencapaian tahapan kegiatannya. Setiap TFM akan melaporkan
progress Quick Status pada setiap dua mingguan.
4) Pengaduan Masyarakat (PPM). Salah satu aspek penting dari sistem
pemantauan dalam program Pamsimas adalah pemantauan terhadap proses
penanganan pengaduan. Mekanisme penanganan pengaduan dalam program
Pamsimas di tingkat masyarakat dilakukan di Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)
BPSPAMS, di tingkat kabupaten/kota dan provinsi serta pusat oleh Asisten PMU
bidang pemantauan dan evaluasi. Proses penanganan pengaduan
memungkinkan setiap orang dapat menyampaikan suatu pengaduan, yaitu
konsultan melalui laporan biasa maupun berkala, anggota masyarakat melalui
surat tanpa nama, atau wartawan melalui tulisan mereka di media masa tentang
Pamsimas. Program Pamsimas menyiapkan Hotline Pengaduan melalui SMS
(short message service), website online dan kotak pengaduan khusus untuk hal

2)560,6- 5)-0+4
43
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

ini dan setiap orang dapat menyampaian pengaduan untuk ditujukan ke alamat
tersebut.
5) Uji Petik. Dilaksanakan untuk mengukur pencapaian substansi maupun
pemenuhan prasyarat kegiatan yang telah ditetapkan tersebut dengan
melakukan pengecekan langsung ke lapangan terhadap kelurahan/desa sampel
yang dipilih dengan metode pemilihan sampel acak terstratifikasi. Uji petik
merupakan bagian dari kerangka pemantauan proyek secara keseluruhan. Hasil
uji petik akan menjadi bagian yang saling melengkapi dengan kegiatan
pemantauan lainnya seperti SIM (sistim informasi manajemen), Quick Status,
dan PPM (pengelolaan pengaduan masyarakat). Kegiatan uji petik ini merupakan
kegiatan yang dilaksanakan setelah siklus selesai difasilitasi di masyarakat.
Dengan mempertimbangkan unsur keterwakilan, maka ditetapkan bahwa tim
CMAC akan melakukan uji petik di minimum 3% desa sampel di wilayah kendali
CMAC sedangkan tim OMS melaksanakan uji petik di minimum 10% desa
sampel di wilayah kendali OMS. Di tingkat kabupaten/kota, koordinator fasilitator
diharapkan melakukan uji petik di minimum 50% desa sampel di wilayah
kendalinya.
6) Informasi Berbasis Website. Salah satu alat monitoring yang efektif dan
populer untuk memantau kemajuan dan infomasi terkini suatu proyek adalah
website. Semua informasi mengenai Pamsimas akan diupload melalui website
(www.pamsimas.org). Informasi mengenai data progres dan pencapaian
indikator, pengaduan, resume kontrak konsultan, pustaka publikasi, data kontak
pelaku pamsimas dapat diakses pada website tersebut. Website tersebut juga
menyediakan media interaktif untuk pelaku pamsimas di seluruh wilayah untuk
menjalin komunikasi, yaitu: forum diskusi, pengaduan, dan ruang tanya jawab
dengan tenaga ahli.
7) Kunjungan Lapangan. Kegiatan monitoring ini dilakukan dengan melakukan
kunjungan langsung di masing-masing OMS di kabupaten/kota secara sampling,
untuk melakukan pengendalian tentang status pelaksanaan kegiatan dan
penyiapan media-media bantu yang dibutuhkan, serta monitoring terhadap
pemanfaatan dana BLM yang sudah dicairkan untuk memastikan kualitasnya
tercapai, serta memastikan transparansi dan akuntabilitasnya.

4.9.3 Pemantauan Indikator Capaian Program Pamsimas

Sebagai upaya pengendalian tercapainya tujuan Pamsimas diuraikan indikator


pencapaian program dan target capaiannya setiap tahun selama pelaksanaan
program Pamsimas, dengan frekwensi dan pelaporan serta penanggung jawab dalam
pengumpulan datanya, sebagaimana dalam tabel 4.3.

2)560,6- 5)-0+4
44
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Tabel 4.3. Pemantauan Indikator Capaian Kunci Program Pamsimas

Baseline Periode Pengumpulan Data dan Pelaporan


Indikator Pencapaian Program 14 Jan Frekuensi dan Instrumen Penanggung Jawab
2013 2013 2014 2015 2016 2017
Pelaporan Pengumpulan Data Pengumpulan Data

· Jumlah tambahan orang yang Laporan kumulatif Data MIS yang DPMU melaporkan ke CPMU,
mempunyai akses yang berkelanjutan 4.2 juta 6 juta 7.6 9.2 juta 10.8 juta 11.6 juta tahunan, berkelanjutan dan berdasarkan data MIS yang
terhadap fasilitas air minum yang juta berdasarkan survey Rumah dikumpulkan dari penilaian
layak, berdasarkan status sosial dan laporan kemajuan Tangga partisipatif dan data tim evaluasi
ekonomi detail dari DPMU independen
· Jumlah tambahan orang yang 4.9 juta 5.4 juta 6.4 7.4 juta 8.4 juta 9.4 juta
mempunyai akses yang berkelanjutan juta
terhadap fasilitas sanitasi yang layak,
berdasarkan status sosial dan ekonomi

· Jumlah desa/kelurahan yang telah Laporan kumulatif Laporan proyek dan CPMU, berdasarkan data dan
menyusun RKM 6.833 7,833 8.833 9.833 10.833 11.833 tahunan, dokumen anggaran laporan dari DPMU
berdasarkan Kab./Kota
· Rencana peningkatan kapasitas untuk
laporan kemajuan
mendukung adopsi dan
78% 40% 50% 60% 70% 80% detail dari DPMU
pengarusutamaan pendekatan
Pamsimas, dan kinerja dalam rangka
pencapaian tujuan program
· Realisasi anggaran Kab./Kota (APBD)
dalam sektor AMPL sebagai
persentase dari kebutuhan anggaran 51 % 30% 50% 60% 70% 80%
untuk mencapai target MDGs

2)560,6- 5)-0+4
45
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Baseline Periode Pengumpulan Data dan Pelaporan


Indikator Pencapaian Program 14 Jan Frekuensi dan Instrumen Penanggung Jawab
2013 2013 2014 2015 2016 2017
Pelaporan Pengumpulan Data Pengumpulan Data
· % masyarakat sasaran yang bebas 46% 50% 50% 50% 50% 50% Laporan kumulatif Data MIS yang DPMU melaporkan ke CPMU,
dari buang air besar di sembarang tahunan, berkelanjutan dan berdasarkan data MIS yang
tempat (ODF/SBS) berdasarkan survey Rumah dikumpulkan dari penilaian
laporan kemajuan Tangga partisipatif dan data tim evaluasi
· % masyarakat sasaran yang 56% 40% 45% 50% 60% 60% detail dari daerah independen
menerapkan program cuci tangan
pakai sabun (CTPS) Lembaga yang dikontrak oleh
Survey evaluasi Dinas Kesehatan Propinsi, di
perubahan Evaluasi perubahan beberapa lokasi pemantauan
· % sekolah sasaran yang mempunyai 70% 80% 90% perilaku higinis perilaku – survey
fasilitas sanitasi yang layak dan 92% 60% 95% (PHS) pada saat acak/random
menerapkan pola hidup bersih sehat baseline, midterm
(PHBS). dan EOP

· % desa/kel yang mempunyai SPAM Laporan kumulatif Data MIS yang DPMU melaporkan ke CPMU,
yang layak dan berfungsi NA 90% 90% 90% 90% 90% tahunan, berkelanjutan dan berdasarkan data MIS yang
bersumber dari survey Rumah dikumpulkan dari penilaian
pemantauan MIS Tangga partisipatif dan data tim evaluasi
· % desa/kel dengan BPSPAMS yang yang independen
berkinerja baik berkelanjutan
73% 73% 75% 75% 80% 90%

· Jumah desa/kelurahan dan kab./kota 566 200 desa/ 400 600 800 1000- Laporan kwartal Laporan proyek CPMU, berdasarkan data dan
yang melampaui kriteria kinerja proyek 8 kab Desa/ Desa/ Desa/ Desa/ DPMU dan kajian laporan dari DPMU
dan memperoleh tambahan dana hibah 16 32 Kab per tahun oleh
24 Kab 40 Kab Propinsi
Kab

· Adanya struktur dan alat pemantauan Laporan kwartal IMIS, Monitoring MIS DPMU, kajian per 6 bulan oleh
proyek (IMIS, M&E) memberikan 82% 100% 100% 100% 100% 100% DPMU dan kajian yang berkelanjutan CPMU
informasi berkala mengenai kualitas per tahun oleh
pelaksanaan proyek Kab Kab Kab Kab Kab Propinsi

2)560,6- 5)-0+4
46
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4.10 EVALUASI PROGRAM PAMSIMAS

Evaluasi dalam Pamsimas dilakukan untuk menilai secara berkala apa yang telah
dihasilkan melalui pengukuran indikator kinerja utama untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan-tujuan utama Pamsimas. Indikator kinerja Pamsimas dapat dilihat
pada tabel 4.3. Evaluasi difokuskan pada keluaran dan dampak proyek untuk menilai
kesesuaiannya dengan tujuan dan rencana yang ditetapkan. Evaluasi ini akan
dilakukan pada pertengahan pelaksanaan proyek dan setelah keseluruhan program
selesai.
Jenis-jenis evaluasi yang akan dilakukan dalam program Pamsimas adalah:
1) Evaluasi Keluaran (Output). Dilakukan dengan melihat sejauh mana perubahan
yang dialami masyarakat penerima manfaat dengan membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan.
2) Survei/Studi Dampak. Program Pamsimas melalui kerja sama dengan
konsultan atau pihak lain melakukan survei/studi dampak/manfaat ekonomi,
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan peran pemerintah sebagai
fasilitator dan regulator, serta peran masyarakat di bidang air minum dan
penyehatan lingkungan.
Studi Khusus/Tematik. Untuk mempertajam hasil pemantauan dan evaluasi
dampak, sejumlah studi tematik dapat dilakukan dalam kurun waktu pelaksanaan
program.

4.11 PELAPORAN

Pelaporan tentang hasil pelaksanaan kegiatan adalah bagian penting dari


pemantauan dan pertanggungjawaban program. Pelaporan ditujukan untuk
menunjukkan/menggambarkan perkembangan atau kemajuan setiap tahapan
pelaksanaan program, kendala atau permasalahan yang terjadi, dan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan Pamsimas.

Semua pelaku program Pamsimas bertanggung-jawab untuk menyusun pelaporan


atas pelaksanaan program pada tingkat desa/kelurahan, kabupaten/kota, provinsi
dan tingkat pusat. Hal ini untuk membantu dalam evaluasi kinerja pelaku program
Pamsimas.

Penyusunan laporan program Pamsimas harus berbasis data SIM. Laporan


pelaksanaan program Pamsimas harus menjadi bagian dari pelaporan kinerja
penyelenggaraan urusan air minum dan sanitasi kabupaten/kota.

Penjelasan lebih detail mengenai pemantauan, evaluasi, penanganan


pengaduan masyarakat dan pelaporan serta indikator kinerja dapat dilihat
pada Buku Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Program
Pamsimas

2)560,6- 5)-0+4
47
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

BAB 5. PENDANAAN PROGRAM

5.1 SUMBER DANA

Pendanaan proyek Pamsimas melalui sumber dana pinjaman dan hibah luar negri
(PHLN) dari Bank Dunia rupiah murni dari APBN, APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota, serta dana kontribusi swadaya masyarakat dan sumber dana lain
yang tidak mengikat.

Penjelasan lebih detail mengenai pendanaan maupun pengelolaan keuangan


program Pamsimas dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan
Keuangan Pamsimas.

5.1.1 Dana PHLN Bank Dunia

Alokasi dana ini pada dasarnya terbagi atas 2 bagian yaitu:


a. Alokasi BLM Desa/kelurahan, bantuan dana yang diberikan langsung kepada
masyarakat untuk membiayai kegiatan Pamsimas pada sarana air minum dan
kesehatan masyarakat yang dituangkan dalam RKM
b. Alokasi Non BLM, bantuan dana diluar BLM untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Dana ini
meliputi pengadaan barang, lokakarya dan pelatihan komponen A, B dan E, Jasa
Konsultan dan lain sebagainya.

5.1.2 Dana Rupiah Murni

a. APBN
Dana yang berasal dari Pemerintah antara lain digunakan untuk sebagian
kegiatan yang berkaitan dengan:
l Manajemen proyek,
l Pelatihan,
l Honorarium,
l Perjalanan,
l Monitoring,
l Operasional kantor dan sarana kerja lainnya baik di pusat maupun di daerah.

2)560,6- 5)-0+4
48
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Kegiatan yang sebagian akan dibiayai dari APBN adalah:


l Pengadaan barang barang
l Pengadaan jasa konsultan
l Biaya operasional tingkat pusat,

b. APBD Provinsi
Dana yang berasal dari Pemerintah Provinsi yang dianggarkan tiap tahunnya
adalah kegiatan proyek untuk pos-pos yang telah ditetapkan oleh Biro Keuangan
dan Bappeda dari Pemerintah Provinsi Peserta Pamsimas, antara lain :
l Pelatihan,
l Honorarium,
l Perjalanan di tingkat provinsi sampai ke daerah dan pusat
l Manajemen dan operasional kantor PPMU

c. APBD Kabupaten/Kota
Dana yang berasal dari Pemerintah Kabupaten/kota dianggarkan tiap tahunnya
untuk kegiatan proyek termasuk kegiatan yang tidak dibiayai atau sebagian
dibiayai melalui dana Bank Dunia tetapi sudah disepakati pada saat negosiasi.
Kegiatan tersebut, antara lain:
l Manajemen proyek,
l Pelatihan,
l Honorarium, perjalanan,
l Monitoring, operasional kantor dan sarana kerja lainnya baik di
kabupaten/kota sampai tingkat desa
l Sharing program dana APBD sebesar minimal 20% dari total pagu BLM
Kabupaten/Kota
l Sharing program dana APBD sebesar 20% tersebut dilaksanakan pada tahun
anggaran yang sama dan/atau untuk tahun 2013 selambat-lambatnya pada
tahun 2014 termasuk kewajiban sharing program tahun 2014.
l Dana operasional Panitia Kemitraan (Pakem).
l Dana Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

Apabila Kabupaten/Kota belum mengalokasikan dana di atas pada APBD tahun


berkenaan, maka hal ini akan menjadi bahan evaluasi Program Pamsimas
untuk pelaksanaan program pada kab/kota tersebut.

d. Kontribusi Masyarakat
Kontribusi masyarakat minimal sebesar 20% dari total RKM, dalam bentuk tunai
(in-cash) minimal 4% dan in-kind minimal 16%, yang merupakan dana
pendukung bagi pembiayaan kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat,
direncanakan oleh masyarakat dan dituangkan di dalam RKM.

2)560,6- 5)-0+4
49
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Kontribusi masyarakat dimaksudkan sebagai wujud dari komitmen membangun


rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatan maupun hasil kegiatan
yang dilakukan masyarakat sendiri. Semakin besar kontribusi masyarakat
semakin tinggi komitmennya untuk memiliki dan bertanggungjawab pada
pelaksanaan kegiatan Pamsimas. Dengan demikian dana bantuan Pamsimas
pada hakekatnya merupakan stimulan dan penghargaan atas tumbuhnya
kepedulian, prakarsa, inisiatif dan rasa memiliki dan bertanggungjawab
masyarakat.

5.1.3 Kategori Pembiayaan PHLN Bank Dunia

Kategori yang telah disepakati dalam pelaksanaan program Pamsimas yang dibiayai
PHLN Bank Dunia berdasarkan sumber dana dapat dirinci beberapa kategori, yaitu:
1) Barang dan Lokakarya dari Komponen 1 dan 5 meliputi antara lain: Materi dan
pelaksanaan Pelatihan, Peralatan Kantor, (100% untuk foreign expenditures,
100% local expenditures/ex-factory dan pembelian lokal)
2) Barang dan Lokakarya dari Komponen 2 meliputi antara lain: Materi Pendidikan,
Peralatan Kantor, (100% untuk foreign expenditures, 100% local
expenditures/ex-factory dan pembelian lokal)
3) Pembiayaan pembangunan sarana air minum dan sanitasi (100% dari dana
hibah pusat).
Kategori Jasa Konsultan untuk pembiayaan, Konsultan Lokal, Monitoring, Studi,
pembayaran pada tahun 2013-2016 sebesar 80%.
Kategori Lain-lain/Dana Cadangan.
Seluruh komponen dan kategori pembiayaan yang tercantum dalam Financing
Agreement (FA) tidak dapat diubah, kecuali dengan persetujuan Bank Dunia.
Proses penganggaran dan pencairan dana harus memperhatikan FA agar kategori
dana pembiayaan sesuai dengan kesepakatan. Apabila kegiatan yang sudah
dilaksanakan tidak sesuai dengan kategori pembiayaan dalam FA, maka biaya
kegiatan tersebut tidak dapat dibayar oleh Bank Dunia.
Setiap desa Pamsimas akan dibiayai oleh APBN dan kontribusi masyarakat atau
APBD dan kontribusi masyarakat.

5.2 PENANGANAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Ketentuan dan prosedur akuntansi program ini secara subsbtansi mengacu pada
prosedur pengelolaan keuangan Pemerintah, dengan dilengkapi penguatan
prosedur yang tepat. Prosedur Pemerintah ini termasuk mengacu pada Prosedur
Penganggaran dan Standard Akuntansi Pemerintah (Peraturan Pemerintah Nomor
71 tahun 2010, Peraturan Menteri Keuangan nomor 238/PMK.05/2011 tentang
pedoman umum sistem akuntansi pemerintah),Sistem Akuntansi Pemerintah dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (PMK nomor 233/PMK.05/2011).

2)560,6- 5)-0+4
50
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

5.2.1 Penganggaran

Penganggaran program-program Bank Dunia akan diintegrasikan dengan


penganggran dari mitra lembaga pemerintah yang menjadi pelaksana program.
Melalui penganggaran ini, pengukuran kinerja penganggaran akan dikombinasikan
dengan kinerja alokasi budget dari lembaga/instansi pelaksana.

Usulan anggaran program diserahkan kepada Direktorat Penganggaran pada Bulan


Juni di tahun ketika anggaran tahunan disiapkan. Direktorat Penganggaran
mengalokasikan ceiling budget pada Bulan September. Kementerian PU,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan kemudian memproses
penyiapan anggaran rinci untuk CPMU, PPMU dan DPMU. Hasilnya diajukan ke
Direktorat Penganggaran Depkeu dan Bappenas serta diklarifikasi oleh keduanya.
Anggaran final program yang telah siap kemudian diajukan ke World Bank sebagai
Rencana Kerja Tahunan Program. Anggaran yang diajukan telah dibahas di Kabinet
(sebagai bagian dari anggaran nasional) pada Bulan September dan setelah
disetujuai oleh Kabinet selanjutnya disampaikan kepada DPR.

a. Kegiatan Swakelola
Sesuai Anggaran yang telah ditetapkan, CPMU, PPMUs dan DPMU dapat
mengajukan pembayaran awal uang muka untuk pelaksanaan kegiatan selama 1
bulan kepada KPPN.

b. Kegiatan Yang Dikontrakkan


Pembayaran kepada pihak ke-3 (pengadaan dilakukan sesuai dengan prosedur
sesuai Financing Agreement) dapat dilakukan sesuai dengan kontrak kerja yang
sudah disepakati dengan pihak ke-3. Pembayaran akan dilakukan langsung
kepada pihak ke-3.

Meskipun proses pembayaran mengikuti prosedur pemerintah, verifikasi


diperlukan untuk menghindari terjadinya resiko kesalahan/penolakan pembayaran
oleh Bank Dunia, termasuk adanya bukti-bukti pengeluaran, audit trails and
procedure untuk memeriksa kesesuaian kontrak dengan hasil.

5.2.2 Pembukuan dan Akuntansi

Biro Keuangan Kementerian PU, Kemendagri dan Kemenkes, serta unit keuangan di
tingkat Kabupaten dan Provinsi berlandaskan pada Standar Akuntansi Pemerintah
(Peraturan Pemerintah Nomor 71, 2010, Peraturan Menteri Keuangan nomor
238/PMK.05/2011 tentang pedoman umum sistem akuntansi pemerintah) dan Sistem
Akuntansi Pemerintah dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (PMK nomor
233/PMK.05/2011).Software akuntansi Pemerintah diterapkan untuk mencatat
seluruh transaksi. Back up Manual (general cashbook dan buku pendukung lainnya)
tetap disimpan baik oleh Unit Akuntansi. Sistem diberlakukan berbasis bulanan dan
diserahkan ke Menkeu setiap tri-wulan.

Unit-Unit Akuntansi di Kementerian PU, Kemendagri dan Kemenkesmelakukan


pencatatan didalam kartu catatan realisasi anggaran, khususnya terkait Pamsimas.

2)560,6- 5)-0+4
51
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Kartu ini didukung lebih lanjut dengan kartu monitoring kontrak (satu kartu untuk satu
kontrak). Sistem-sistem ini dimaksudkan untuk menjamin seluruh pengeluaran
program Pamsimas termasuk dalam sistem dan pelaporan akuntabilitas pemerintah.

Panduan sederhana akuntansi bagi Satuan Pelaksana Pamsimas akan


dijelaskan lebih lanjut dalam Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat.

5.2.3 Pelaporan

Saat ini pemerintah menerapkan klasifikasi Standar Keuangan Pemerintah sesuai


dengan Peraturan Menkeu No 238/PMK.05/2011. Peraturan tersebut belum
mencakup pengkodean untuk sumber dana dari luar, karenanya software keuangan
pemerintah tidak dapat membedakan antara pengeluaran proyek dengan
pengeluaran pemerintah. Untuk dapat membedakan pengeluaran proyek untuk
penganggaran dan persiapan laporan sesuai dengan kategori pengeluaran,
diperlukan penjelasan mengenai:
1) Harmonisasi antara komponen proyek dengan kategori pengeluaran sesuai
dengan Mata Anggaran dan tolak ukur
2) Bagian keuangan dari CPMU, PPMU, dan DPMU harus membedakan project
payment voucher and project remitance order
3) Menyiapkan rekonsiliasi catatan proyek dari Bank yang ditunjuk
CPMU harus bekerja sama dengan PPMU dan DPMU dalam menyiapkan Interim
Financial Report (IFR). IFR merupakan dokumen pelaporan atas penggunaan dana
Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri dengan administratur World bank.Disamping
itu juga sebagai dokumen permintaan pengisian rekening khusus.IFR akan
digunakan untuk menyakinkan bahwa dana pinjaman masih tersedia pada saat
dilakukan pembayaran.

Seluruh laporan yang diterima dari PPMU dan DPMU akan dikumpulkan oleh CPMU
dalam suatu format laporan IFR yang sudah disetujui oleh Lender dan diserahkan
setiap 3 bulan sekali dalam waktu 45 hari setelah berakhirnya periode laporan
kepada Lender melalui Kementerian Keuangan. Laporan pertama berisi rencana
kegiatan 6 bulan pertama dan dana yang dibutuhkan serta rencana pengadaan.
Laporan 3 bulanan ini akan diakumulasikan setiap tahunnya untuk kebutuhan audit
tahunan.

Monitoring penganggaran akan dilakukan melalui IFR dan jadwal audit interim yang
telah disepakati serta jadwal kegiatan supervisi. Mekanisme ini dapat membantu
menyakinkan bahwa laporan IFR dapat digunakan untuk kepentingan monitoring.
Mekanisme ini juga memungkinkan identifikasi awal dari setiap masalah yang ada,
khususnya untuk antisipasi akan terjadinya penyerapan dana lebih rendah dari
alokasi anggaran.

2)560,6- 5)-0+4
52
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

5.3 ARUS DANA DAN PENGATURAN PENCAIRAN DANA

Dalam menfasilitasi pencairan dana pinjaman, akan dibuka rekening dalam mata
uang dolar di BI (Bank Indonesia) atas nama Kementerian Keuangan. Pengelolaan
rekening tersebut berada di bawah tanggung jawab Ditjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan. Inisial deposit (pengisian awal) rekening khusus akan
diminta oleh Ditjen Perbendaharaan berdasarkan Rencana Kebutuhan Dana untuk 6
(enam) bulan ke depan (forecast for 6 months). Laporanini disiapkan oleh CPMU
(sesuai input dari PPMU dan DPMU). Dengan dana yang tersedia didalam rekening
khusus ini, Satuan Kerja dapat mulai melaksanakan pembayaran (sesuai dengan
kegiatan proyek dan proses pengadaan yang berlaku).

Satuan Kerja akan bertanggung jawab terhadap proses pengadaan dan pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakansesuai dengan anggaran yang telah disetujui. Pada saat
pelaksanaan kegiatan membutuhkan pembayaran, PIU dapat mulai melaksanakan
pembayaran. Mekanisme penyaluran dana pinjaman kepada kabupaten/kota
direncanakan akan mengikuti mekanisme proyek pusat. Dengan pengaturan ini, dana
akan dianggarkan pada level pemerintah pusat dan disalurkan langsung kepada
kelompok masyarakat melalui Satker PIP di Kabupaten/Kota.

Mekanisme transfer dana untuk arus dana ke kabupaten merujuk pada pengaturan
anggaran pemerintah pusat, mengingat sesuai PP Nomor 16/ FY 2005, urusan air
minum khususnya di wilayah pinggiran perkotaan merupakan tanggungjawab
pemerintah pusat. Dengan pengaturan ini, dana akan dianggarkan di pemerintah
pusat dan dana disalurkan langsung ke unit tehnik terkait (bukan pemerintah daerah).
Mekanisme pencairan dari dana kredit Pamsimas akan diawali dengan membuat
Rancangan Pencairan dengan menyerahkan (i) Daftar pembayaran kontrak yang
telah disetujui World Bank (subject to prior-review by the Bank) bersamaan dengan
daftar pengeluaran, dan (ii) statement of expenditures (SOE) untuk yang lainnya.

Penjelasan kebih detail mengenai mekansime penyaluran dana kepada


masyarakat dapat dilihat pada Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat
Masyarakat dan/atau Buku Petunjuk Khusus Adminstrasi Keuangan oleh
Masyarakat.

5.4 MEKANISME PENYALURAN DANA PAMSIMAS DI TINGKAT MASYARAKAT

Sumber BLM pada setiap desa sasaran adalah salah satu dari APBN atau APBD.
Penyaluran dana ini dapat dilihat pada gambar berikut:

2)560,6- 5)-0+4
53
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Gambar 5-1. Mekanisme Penyaluran Dana Pamsimas Tingkat Masyarakat6

PUSAT SK Menteri PU

Satker
Pamsimas

DIPA APBN

Kab/Kota SK Bupati/Walikota

Satker PPIP

DIPA APBD

SPPB (DIPA APBN)


Masyarakat SPPB (DIPA APBD)

Kontribusi Rekening Kontribusi Rekening


Masyarakat KKM Masyarakat KKM

Penjelasan lebih detail akan diuraikan pada Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan
Keuangan Program Pamsimas

5.5 AUDIT

5.5.1 Internal Audit

Program akan memperkuat penanganan internal audit yang akan dilaksanakan oleh
Inspektorat Jenderal (Itjen) secara berkala dan BPKP. Inspektorat Jenderal
Kementerian PU telah ditugaskan untuk bertanggungjawab melakukan monitoring
realisasi anggaran dan evaluasi capaian kinerja program PAMSIMAS. Dalam hal ini
audit dapat didukung dengan bantuan teknis, misalnya ahli akuntan untuk
memperkuat kapasitas Itjen Kementerian PU.

6
Mekanisme penyaluran dana tersebut akan disesuaikan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan yang berlaku

2)560,6- 5)-0+4
54
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Rencana kerja Itjen Kementerian PU dapat memasukkan internal audit kegiatan dan
pembiayaan Pamsimas di tingkat pusat dan provinsi. Laporan temuan audit
disampaikan ke auditor external proyek dan Bank Dunia.

Kontrol Internal dan akuntabilitas pelaksanaan di tingkat desa dan kabupaten akan
direview melalui internal audit yang dilakukan oleh BPKP. Audit BPKP setidaknya
mencakup minimal 10% desa/kelurahan sasaran di seluruh kabupaten partisipan
sebagai sampel audit.

5.5.2 External Audit

Laporan keuangan program dan laporan kegiatan akan diaudit secara rutin setiap
tahun. Laporan audit keuangan dan statemen keuangan akan disampaikan ke World
Bank tidak lebih dari 6 bulan setalah tahun anggaran APBN berjalan (30 Juni pada
tahun berikutnya). Audit dilakukan berdasarkan Terms of Reference (TOR) yang
disepakati dengan World Bank pada saat negosiasi.

Penjelasan lebih detail tentang Audit dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis
Pengelolaan Keuangan Program Pamsimas

2)560,6- 5)-0+4
55
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

LAMPIRAN 1.
TATA CARA SELEKSI KABUPATEN/KOTA DAN DESA
SASARAN

A. SELEKSI KABUPATEN/KOTA

1. PENENTUAN PROVINSI
Pelaksanaan Pamsimas terbuka untuk seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Provinsi
DKI Jakarta. Hal ini didasarkan hasil kesepakatan Tim Pengarah Program Pamsimas.
Dengan pertimbangan efisiensi pengelolaan dan penyediaan bantuan teknis,
pelaksanaan Pamsimas diutamakan pada provinsi-provinsi dengan minimal 3 (tiga)
kabupaten/kota sasaran.

2. PENENTUAN KABUPATEN/KOTA
Penentuan kabupaten/kota didasarkan pada kriteria long list (daftar panjang) dan
kriteria short list (daftar pendek).

Kriteria long list kabupaten/kota terdiri dari:

1. Diutamakan yang memiliki proporsi penduduk perdesaan dengan akses air


minum aman di bawah rata-rata nasional target capaian MDGs.
2. Diutamakan yang memiliki minimal 27 desa/kelurahan dengan target desa
sasaran penerima manfaat dengan jumlah penduduk diatas rata-rata jumlah
penduduk desa di kabupaten/kota.

Kriteria short list kabupaten/kota terdiri dari:

1. Adanya surat Bupati/Walikota tentang pernyataan minat untuk mengikuti Program


Pamsimas II Tahun Anggaran 2013-2016, yang memuat pernyataan minat dan
kesanggupan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengikuti Program Pamsimas II.
Pernyataan kesanggupan meliputi:
a. Kesanggupan untuk menyediakan dana APBD kabupaten/kota untuk
membiayai:
i. Operasional lembaga pengelola program (Pokja AMPL, Panitia Kemitraan,
DPMU, dan Kader AMPL
ii. Dana hibah Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) APBD sebesar 20%
dari total nilai bantuan untuk jumlah desa sasaran yang direncanakan
setiap tahun
iii. Program keberlanjutan untuk pengelolaan pasca konstruksi
b. Kesediaan mengikuti pedoman dan petunjuk teknis Pamsimas II yang berlaku
c. Kesanggupan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Bidang Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

.’/2+3’0 #!
56
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

2. Adanya lampiran surat Bupati/Walikota perihal usulan target tambahan pemanfaat


dan rencana pendanaan BLM bagi desa sasaran Pamsimas untuk rencana
pelaksanaan Program Pamsimas II selama 2013-2016 yang dirinci per tahun dan
dibandingkan dengan target kabupaten/kota, yang disetujui bersama oleh Ketua
DPRD dan Bupati/Walikota
3. Untuk kabupaten sasaran Pamsimas I telah memenuhi semua persyaratan,
antara lain telah melaksanakan replikasi dan telah merealisasikan DDUB 2008-
2012.

B. SELEKSI DESA

Secara khusus, dikaitkan dengan kondisi SPAM, terdapat kriteria untuk desa
perluasan, desa pengembangan, dan desa optimalisasi.
a. Kriteria desa perluasan adalah desa yang belum memiliki SPAM sama sekali
sehingga kegiatan yang diusulkan adalah pembangunan SPAM baru
b. Kriteria desa pengembangan adalah desa yang telah memiliki SPAM, yang
berfungsi baik, sehingga usulannya adalah pengembangan SPAM yang ada
untuk menambah pelayanan.
c. Kriteria desa optimalisasi adalah desa yang telah memiliki SPAM namun dalam
kondisi rusak dan selama minimum satu tahun terakhir belum mendapatkan
bantuan sejenis (bantuan pemulihan kondisi/rehabilitasi). Kegiatan optimalisasi
juga ditujukan untuk menambah jumlah penerima manfaat.
Pemilihan desa/kelurahan sasaran Pamsimas II dipimpin oleh Pokja AMPL. Unsur
pelaksana Pokja AMPL kabupaten/kota untuk proses pemilihan desa kelurahan
sasaran adalah Panitia Kemitraan (Pakem). Pakem beranggotakan unsur pemerintah
daerah dan masyarakat sipil.
Pakem melaksanakan seleksi desa berdasarkan proposal desa/kelurahan. Prioritas
diberikan kepada proposal desa/kelurahan yang didasarkan pada RPJMDesa atau
pernah diusulkan pada musrenbang kecamatan, atau diusulkan pada musyawarah
antar desa (MAD) atau forum pembangunan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar
usulan kegiatan desa/kelurahan tersebut merupakan kebutuhan prioritas
desa/kelurahan tersebut. Hasil pemilihan desa/kelurahan disahkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemilihan desa/kelurahan oleh Panitia Kemitraan dilakukan dengan langkah-langkah
utama sebagai berikut:

I. Sosialisasi, dengan kegiatan utama sebagai berikut:


1) Pokja AMPL dibantu Pakem menginformasikan kepada seluruh
desa/kelurahan perihal adanya Program Pamsimas;
2) Pokja AMPL dibantu Pakem melakukan sosialisasi Program Pamsimas dan
menjelaskan tata cara penyusunan proposal desa/kelurahan bagi
desa/kelurahan yang berminat mengikuti seleksi;

.’/2+3’0 #!
57
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

II. Penerimaan dan pembukaan proposal; pada tahap ini Pakem menerima
proposal kegiatan dari desa/kelurahan dan surat pengajuan proposal yang
memuat pernyataan kesanggupan masyarakat memenuhi persyaratan sebagai
sasaran program Pamsimas (komitmen menyediakan kontribusi masyarakat
dalam bentuk in-cash dan in-kind, menyediakan kader AMPL, dan komitmen
menghilangkan kebiasaan BABS). Proposal dan surat pengajuan proposal
disampaikan dalam amplop tertutup. Berdasarkan hasil pembukaan proposal,
Pakem mengelompokkan proposal desa/kelurahan berdasarkan jenis usulan
kegiatan dan menjumlahkan usulan biaya pembangunan dari proposal pada
masing-masing kelompok jenis kegiatan. Usulan biaya pembangunan dari
proposal pada setiap kelompok jenis kegiatan dirinci atas (1) rencana nilai
kontribusi masyarakat dan (2) usulan nilai bantuan Pamsimas.
III. Verifikasi Proposal; dalam tahap ini Pakem melakukan verifikasi terhadap
proposal yang diterima, dengan cara kajian data/dokumen dan/atau kunjungan
lapangan (observasi), atau wawancara untuk memastikan validitas data dan
kelayakan usulan kebutuhan biaya kegiatan.
IV. Penyusunan Peringkat (Ranking) Proposal dan daftar pendek (short list)
desa/kelurahan sasaran;dalam tahap ini Pakem melakukan penilaian proposal
yang telah diverifikasi. Penilaian proposal dilakukan untuk menyusun (1) ranking
proposal dan (2) rekomendasi daftar pendek (short list) desa/kelurahan yang
akan menjadi sasaran program Pamsimas;
V. Pengumuman daftar pendek desa/kelurahan; dalam tahap ini Pokja AMPL
dibantu Pakem mengumumkan daftar pendek desa/kelurahan kepada seluruh
kecamatan dan desa/kelurahan. Daftar pendek desa/kelurahan meliputi
desa/kelurahan yang akan didanai dengan APBN dan desa/kelurahan yang akan
didanai APBD.
VI. Penetapan; dalam tahap ini Ketua Pokja AMPL kabupaten/kota mengajukan
daftar pendek desa/kelurahan sasaran ((beserta perkiraan BLM setiap
desa/kelurahan) kepada Bupati/Walikota untuk mendapat pengesahan. Daftar
desa/kelurahan sasaran yang akan didanai APBD ditetapkan dengan Surat
Keputusan Bupati/Walikota, sedangkan daftar pendek desa/kelurahan sasaran
yang akan didanai dengan APBN diajukan oleh Bupati/Walikota kepada Direktur
Jenderal Cipta Karya untuk mendapat penetapan. Direktur Jenderal Cipta Karya
menetapkan desa/kelurahan sasaran sesuai hasil verifikasi Central Project
Management Unit (CPMU) Program Pamsimas. Penetapan daftar desa sasaran
Pamsimas adalah pada Oktober-Desember untuk pelaksanaan satu tahun
berikutnya.

Penetapan alokasi BLM desa sasaran program Pamsimas adalah


berdasarkan hasil evaluasi Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan bukan
berdasarkan pemerataan. Porsi BLM maksimal 80% dari total nilai RKM dan
bervariasi sesuai dengan hasil evaluasi RKM. Pakem akan menggunakan
biaya investasi per penerima manfaat berdasarkan standar biaya setempat
sebagai salah satu kriteria evaluasi RKM.

.’/2+3’0 #!
58
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Langkah-langkah pemilihan desa/lokasi sasaran Pamsimas tersebut diilustrasikan


pada Gambar L-1.1 berikut.

Gambar L-1.1. Diagram Proses Pemilihan Lokasi Program Pamsimas

KABUPATEN/KOTA DESA/KEL

Musyawarah Desa
Sosialisasi Program di Pembentukan Tim
1. SOSIALISASI
Tingkat Masyarakat Penyusun Proposal
dan Kader AMPL

2. PENERIMAAN
IMAS dan
DAN PEMBUKAAN Pengajuan Proposal
penyusunan proposal
PROPOSAL

3. VERIFIKASI
PROPOSAL

4. PENYUSUNAN
DAFTAR PENDEK

5. PENGUMUMAN DAFTAR
PENDEK DESA/KELURAHAN
Desa APBN ditetapkan
dengan SK Menteri PU

6. PENETAPAN Desa APBD ditetapkan


DESA/KEL SASARAN dengan SK Bupati/Walikota

Tata cara pemilihan desa sasaran Pamsimas dijelaskan pada Petunjuk Teknis
Pemilihan Desa Sasaran Pamsimas.

.’/2+3’0 #!
59
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

LAMPIRAN 2.
ORGANISASI PENGELOLA DAN PELAKSANA PROGRAM
PAMSIMAS

L.2.1 UMUM

Secara umum, struktur organisasi pengelola dan pelaksana Program Pamsimas dari
tingkat pusat sampai dengan masyarakat dapat dilihat pada Gambar L-2.1 di berikut.

Gambar L-2.1
Organisasi Pengelola Dan Pelaksana Program Pamsimas

.’/2+3’0 $!
60
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

L.2.2 ORGANISASI PELAKSANA PAMSIMAS

Executing Agency
Executing Agency (EA) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas) adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum. EA bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan program secara
menyeluruh.

Implementing Agency
Implementing Agency (IA) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas) adalah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
(Bangda), Kementerian Dalam Negeri untuk komponen 1a; Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri untuk
komponen 1b; Direktorat Jenderal PP dan PL, Kementerian Kesehatan untuk
komponen 2, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
untuk komponen 3, 4 dan 5. IA bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
komponen program yang menjadi tanggung jawabnya.

L.2.2.1 Tingkat Pusat

2.2.1.1 Tim Pengarah Pusat

Tim Pengarah menggunakan Tim Pengarah yang sama dengan Tim Pengarah AMPL
(Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) yang dibentuk dengan Surat Keputusan
Kepala Bappenas, Nomor Kep.39/M.PPN/HK/03/2011, tanggal 31 Maret 2011.
Susunan Tim pengarah Pusat adalah sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel L-2.1 Susunan Komite Pengarah Pusat

No Posisi Jabatan

1. Ketua Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Bappenas


2. Sekretaris (merangkap Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
anggota)
3. Anggota 1. Direktur Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Bappenas
2. Direktur Jendral Anggaran, Kementerian Keuangan
3. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
4. Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah, Kementerian Dalam
Negeri
5. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
6. Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam
Negeri
7. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan
8. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan , Kementerian Lingkungan
Hidup
9. Deputi Bidang Pengelolaan B3, Limbah B3 dan Sampah, Kementerian Negara
Lingkungan Hidup
10. Deputi Bidang Perumahan Formal, Kementrian Perumahan Rakyat

.’/2+3’0 $!
61
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Tugas Tim Pengarah, yaitu:

1. Merumuskan kebijakan, strategi dan program pembangunan air minum dan


sanitasi;
2. Melakukan koordinasi, pengendalian dan pemantapan pelaksanaan
pembangunan air minum dan sanitasi;
3. Memberikan arahan dalam upaya percepatan pencapaian target dan sasaran
Millenium Development Goals bidang air minum dan sanitasi;
4. Mengembangkan dan mengarahkan pelaksanaan pembangunan air minum dan
sanitasi dengan sumber pembiayaan dalam dan luar negeri;
5. Membentuk Tim Teknis untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Pengarah

Selain menjalankan tugas-tugas tersebut, Tim Pengarah AMPL bertugas untuk:


1. Menetapkan kebijakan umum terkait Pamsimas;
2. Menetapkan kabupaten/kota peserta Pamsimas;
3. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pamsimas;

2.2.1.2 Tim Teknis Pusat

Tim Teknis Pusat beranggotakan eselon II dari masing-masing Ditjen Pelaksana


Kegiatan, yang diangkat melalui SK Bappenas yang diketuai oleh Direktur
Permukiman dan Perumahan, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, dan
Pokja AMPL Pusat.

Tim Teknis bertugas membantu Tim Pengarah dalam:

1. Merumuskan kebijakan operasional dalam pelaksanaan program Pamsimas;


2. Menetapkan pedoman-pedoman pelaksanaan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan program, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat lain;
3. Memberikan masukan-masukan yang diperlukan kepada Tim Pengarah dalam
menetapkan kebijakan program;
4. Memberi arahan kepada CPMU mengenai kebijakan pelaksanaan program serta
mengambil langkah yang diperlukan khususnya dalam menjamin efektivitas dan
efisiensi pendayagunaan dana luar negeri;
5. Melakukan koordinasi antar kementerian terkait untuk menunjang efektivitas dan
kelancaran program.

2.2.1.3 Central Project Management Unit (CPMU)

CPMU ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum. Berkedudukan


di Ditjen Cipta Karya yang terdiri dari perwakilan berbagai instansi yang terlibat
dengan Program Pamsimas.

CPMU dibantu oleh kepala staf CPMU, beberapa koordinator bidang, dan beberapa
asisten. Koordinator bidang terdiri dari beberapa bidang sebagai berikut:

.’/2+3’0 $!
62
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

NO Perihal Instansi Bidang Tugas


1 Koordinator bidang Perwakilan dari Ditjen Bina Pengembangan Kelembagaan Lokal, terutama
komponen 1a Bangda Kementerian Dalam koordinasi, pengembangan kapasitas, fasilitasi,
Negeri dan supervisi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan Pamsimas
2 Koordinator bidang Perwakilan Ditjen PMD Pemberdayaan masyarakat, terutama pelatihan
komponen 1 b Kementerian Dalam Negeri bagi pemerintah daerah, trainer, dan fasilitator

3 Koordinator bidang Perwakilan dari Ditjen PP & Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan
komponen 2 PL Pelayanan Sanitasi, terutama fasilitasi perubahan
Kementerian Kesehatan perilaku, pelatihan, dan penyebarluasan informasi
tentang perilaku hidup sehat
4 Koordinator bidang Perwakilan dari Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi
komponen 3,4,5 Ditjen Cipta Karya, Umum, Hibah Insentif, Dukungan Pelaksanaan dan
Kementerian Pekerjaan Manajemen Proyek , terutama dukungan teknis
Umum pelaksanaan program dan monitoring pengelolaan
program

Ketua dan anggota CPMU ditetapkan oleh Executing Agency dan bertanggungjawab
kepada Executing Agency mengenai pengelolaan dan administrasi program
Pamsimas secara keseluruhan, yang mencakup antara lain:

l koordinasi kegiatan administrasi program oleh masing-masing instansi terkait baik


vertikal maupun horizontal;
l koordinasi pengelolaan administrasi penganggaran, penyaluran, penyerapan
dana, dan pengisian kembali rekening khusus;
l monitoring dan evaluasi,
l audit serta pelaporan pelaksanaan kegiatan .
CPMU sebagai pengelola administrasi program, mengkoordinasikan CPIU-CPIU di
tingkat pusat dalam penyelenggaraaan Pamsimas. CPMU mengkoordinir laporan dari
PPMU dan DPMU untuk kelancaran pelaksanaan program, juga sebagai pengelola
kualitas program (menjamin kegiatan dapat berjalan dengan baik)

Dalam melaksanakan kegiatan program, maka CPMU berkantor di Ditjen. Cipta


Karya, Kementerian PU dan didampingi oleh tenaga penuh (full-timer) untuk bekerja
di CPMU sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang tertuang dalam struktur
organisasi CPMU yang sudah disepakati.

Tugas CPMU termasuk tugas koordinator bidang dari masing-masing CPIU sebagai
berikut:

1. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik vertikal maupun horizontal.


2. Melakukan sosialisasi dan diseminasi program di tingkat pusat dan
mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi program di tingkat
provinsi.
3. Memfasilitasi pertemuan dan rapat tim pengarah pusat dan tim teknis pusat.

.’/2+3’0 $!
63
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4. Memberikan masukan kepada tim pengarah/tim teknis mengenai tindak lanjut


yang diperlukan, termasuk proses pengadaan di tingkat pusat dan di
provinsi/kabupaten/kota.
5. Melaksanakan pengelolaan administrasi, keuangan dan penyelenggaraan
program serta quality control pelaksanaan di tingkat provinsi, kabupaten/kota,
dan masyarakat.
6. Mengendalikan jadwal pelaksanaan program secara keseluruhan maupun
tahunan.
7. Melaksanakan tugas operasional dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian dan evaluasi program dengan mengacu pada
Petunjuk Pelaksanaan (PMM) dan VIM.
8. Identifikasi dan fasilitasi pemecahan masalah baik yang bersifat administratif,
maupun program untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan
Program.
9. Membantu mempersiapkan proses pengadaan barang dan jasa, termasuk
menyiapkan Kerangka Acuan (Terms of Reference), dan perolehan Surat
Persetujuan (No Objection Letter - NOL) dari Bank Dunia.
10. Mengkaji mutu dan kelengkapan dokumen yang membutuhkan prior review oleh
Bank, serta memberikan bantuan teknis kepada PIUs dalam proses pengadaan
yang post review.
11. Mengumpulkan fotocopy SP2D dari seluruh pelaksana anggaran Pamsimas
untuk kebutuhan pengajuan withdrawal application (WA).
12. Mengajukan permohonan pengisian kembali dana rekening khusus
(replenishment), dengan memperhatikan laporan konsolidasi dari PIU-PIU.
13. Mengkonsolidasikan laporan penyelenggaraan program secara menyeluruh (fisik
dan keuangan).
14. Menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan secara rutin kepada Tim
Koordinasi Pusat dan Bank Dunia.
15. Menyusun perencanaan biaya tahunan agar koordinasi kegiatan Program dapat
terlaksana dengan baik.
16. Menyiapkan Interim un-audited Financial Report (IFR) 3 bulanan dan tahunan
dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk Executing Agency dan Bank
Dunia sesuai dengan ketentuan yang ada.
17. Memastikan pelaksanaan Pamsimas sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan
Program dan Petunjuk Pelaksanaan Tingkat Desa
18. Memfasilitasi pelaksanaan audit penyelenggaraan program.
19. Mengendalikan tugas Konsultan Manajemen Pusat (Central Management
Advisory Consultant (CMAC)).
20. Mencatat, memantau, dan mendokumentasikan keluhan yang sudah ditangani
UPM-PPMU
21. Melakukan upaya tindak-lanjut keluhan dengan melakukan klarifikasi dan
verifikasi (keluhan yang tidak dapat ditangani oleh UPM-PPMU) dengan
menurunkan tim Kerja Khusus.

.’/2+3’0 $!
64
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Kewenangan CPMU dapat dijabarkan sebagai berikut:


1. Meminta kepada Project Implementing Unit/Implementing Agency untuk
memperbaiki atau melengkapi dokumen yang membutuhkan prior review oleh
Bank;
2. Meminta laporan kepada PIU-PIU mengenai kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
fotocopy SP2D;
3. Meminta KPKN untuk menangguhkan pembayaran apabila balance dari special
account tidak cukup serta tidak terpenuhinya point 1 dan 2 diatas;
4. Mengeluarkan surat teguran apabila terdapat hal-hal yang perlu ditindak-lanjuti,
seperti keterlambatan pelaporan, kesalahan prosedur dalam pelaksanaan
Program, maupun mis-procurement;
5. Menurunkan Tim Kerja Khusus dalam upaya penangan keluhan yang tidak dapat
diputuskan di UPM-PPMU;
6. Meminta kepada CPIU untuk mengirimkan usulan anggaran dan kegiatan, dalam
rangka koordinasi pelaksanaan kegiatan Pamsimas;

2.2.1.4 Central Project Implemention Unit (CPIU)

Central Project Implemention Unit (CPIU) dalam Pamsimas untuk tingkat pusat terdiri
dari Ditjen Bangda, Kemendagri sebagai PIU sub-komponen penguatan
kelembagaan, Ditjen PMD, Kemendagri sebagai PIU sub-komponen pemberdayaan
masyarakat, Ditjen PP dan PL, Kemenkes sebagai PIU sub-komponen peningkatan
sanitasi dan perilaku higienis, dan PIU Ditjen Cipta Karya, Kemen PU untuk
komponen Pembangunan Prasarana dan Sarana Air minum dan Sanitasi,
peningkatan Sosial-Ekonomi Lokal, dan Manajemen Program. Pembentukan CPIU
berdasarkan SK Ditjen dari Instansi Teknis masing-masing.

Tugas CPIU adalah sebagai berikut:


1. Menyelenggarakan komponen/sub-komponen program Pamsimas;
2. Melaksanakan tugas dan operasionalisasi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian dan evaluasi program;
3. Melaporkan kepada ketua CPMU mengenai progres pencairan dan progress
pelaksanaan fisik dari masing-masing komponen/sub-komponen secara periodik;
4. Berkoordinasi dengan instansi terkait (terutama antar CPIU) untuk menjamin
keselarasan pelaksanaan program;

2.2.1.5 Satuan Kerja Pamsimas Pusat

Satuan kerja Pamsimas di tingkat pusat terdiri dari 3 satuan kerja, yaitu:
(i) Satuan Kerja Pamsimas di Kementerian Pekerjaan Umum: Satker Pembinaan
Pamsimas
(ii) Satuan Kerja Pamsimas di Kementerian Kesehatan: Satker Direktorat
Penyehatan Lingkungan
(iii) Satuan Kerja Pamsimas di Kementerian Dalam Negeri terdiri dari:
Ditjen PMD: Satker Setditjen PMD
Ditjen Bangda: Satker Setditjen Bangda

.’/2+3’0 $!
65
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Kepala Satker akan dibantu oleh Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Penguji Pembebanan dan Pejabat Penandatangan SPM
(PPP/PSPM), dan Bendahara.

Tugas dan fungsi satker tingkat pusat mengacu pada SK Menteri PU dan Pedoman
Operasional, antara lain sbb:

Tugas Satker Pusat:

a. Mendukung CPMU di tingkat pusat dan dalam menyelenggarakan program


tingkat pusat;
b. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
c. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program di pusat;
d. Merekrut konsultan manajemen pusat (CMAC);
e. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan prosedur program di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota;
f. Membina satker tingkat provinsi dan satker tingkat kabupaten/kota;
g. Melakukan monitoring dan evaluasi proyek;
h. Mengumpulkan laporan pelaksanaan dan satuan kerja tingkat provinsi dan
kabupaten/kota;
i. Melaporkan kemajuan penyelenggaraan kepada tim pelaksana di tingkat pusat;
j. Mengkompilasi data dan pelaporan dari tingkat kabupaten dan provinsi, termasuk
pengumpulan SP2D;
k. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

L.2.2.2 Tingkat Provinsi

Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Gubernur, sebagai penanggung jawab


pelaksanaan program di wilayah provinsi yang bersangkutan. Secara operasional
Gubernur akan dibantu Pokja AMPL Provinsi dan PPMU (Provincial Project
Management Unit) yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur, serta
mengusulkan pejabat Satuan Kerja Pelaksanaan Anggaran Pamsimas di tingkat
provinsi kepada kementerian teknis terkait.

2.2.2.1 Pokja AMPL Provinsi

Pokja AMPL Provinsi dibentuk berdasarkan SK Gubernur, yang diketuai oleh Kepala
Bappeda Provinsi, dan beranggotakan:

l Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi


l Dinas Pekerjaan Umum (dinas yang menangani bidang Cipta Karya)
provinsi;
l Badan Pemberdayaan Masyarakat provinsi
l Dinas Kesehatan provinsi

.’/2+3’0 $!
66
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

l Dinas Pendidikan provinsi


l Instansi terkait sesuai dengan kebutuhan
Pokja AMPL Provinsi bertugas:
1. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program lingkup
provinsi;
2. Memberikan rekomendasi kepada Gubernur terkait kebijakan yang diperlukan
bagi keberhasilan pelaksanaan program;
3. Menfasilitasi dan memediasi penanganan berbagai masalah antar sektor yang
timbul dalam pelaksanaan program;
4. Mengevaluasi kemajuan dan kinerja program lingkup provinsi dan
melaporkannya kepada Gubernur termasuk hasil supervisi seleksi desa oleh
kab/kota;
5. Memberikan pembinaan kepada Pokja AMPL Kabupaten/Kota terkait kebijakan
operasional pelaksanaan program, implementasi pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan program;
6. Memberikan pembinaan kepada Pokja AMPL Kabupaten/Kota dalam menyusun
laporan kemajuan program di kabupaten/kota;
7. Menindaklanjuti temuan/pengaduan yang tidak dapat ditangani Pakem Pokja
AMPL Kabupaten/Kota dengan melakukan klarifikasi dan verifikasi, dan
melaporkan kepada CPMU dengan tembusan kepada Gubernur;
8. Memberikan saran dan rekomendasi kepada PPMU dalam pengelolaan program
dan menjamin effektivitas dan effisiensi dana bantuan luar negeri;
9. Melaporkan kepada Gubernur hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD
AMPL Kabupaten/Kota lingkup Provinsi dalam rangka mendukung pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM).

2.2.2.2 Provincial Project Management Unit (PPMU)

PPMU ditetapkan dengan SK Gubernur. Ketua PPMU (minimal setingkat kepala


bidang) berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/atau dengan nama lain yang
menangani bidang Cipta Karya.
Anggota PPMU berasal dari:
§ Dinas Pekerjaan Umum/Cipta Karya,
§ Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,
§ Dinas Kesehatan,
§ Dinas Pendidikan dan
· Instansi terkait lainnya sesuai dengan kebutuhan
Tugas PPMU sebagai berikut:
1. Mempersiapkan rencana pembiayaan dan kegiatan pendukung/operasional
(budgeting & programming) untuk pelaksanaan program di tingkat provinsi,
berdasarkan arahan dari CPMU;

.’/2+3’0 $!
67
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

2. Melaporkan kemajuan program termasuk laporan keuangan dan kinerja


kegiatan kepada Gubernur dan CPMU;
3. Memberikan data dan informasi kepada Pokja AMPL untuk digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan program lingkup provinsi;
4. Memantau tingkat penanganan pengaduan masyarakat oleh Panitia Kemitraan
(Pakem) Pokja AMPL Kabupaten/Kota dan melaporkannya kepada CPMU
dengan tembusan kepada Gubernur dan Pokja AMPL Provinsi;
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program;
6. Mengawasi kegiatan dan melakukan penilaian kinerja para konsultan tingkat
kabupaten/kota dan fasilitator masyarakat;
7. Menyusun laporan IFR setiap triwulan dan tahunan untuk diserahkan kepada
CPMU sesuai dengan pedoman FMR Pamsimas, dengan tembusan kepada
Pokja AMPL Provinsi dan Pokja AMPL Kabupaten/Kota. IFR harus sudah
diterima CPMU 1 minggu setelah akhir setiap triwulan;
8. Membantu dan memberikan dukungan sepenuhnya dalam proses penyusunan
audit setiap tahun;
9. Mempersiapkan dan membantu kelancaran kegiatan misi Bank Dunia yang
berkaitan dengan program;
10. Memonitor kemajuan pekerjaan dan melakukan evaluasi kinerja konsultan
manajemen provinsi (PMC) dan FM;
Kewenangan PPMU:
1. Menindaklanjuti keluhan DPMU dengan menegur FM apabila melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan prosedur dan atau menghentikan sementara kegiatan
FM di wilayah kerjanya;
2. Merekomendasikan kepada Satker Provinsi untuk melakukan pembayaran atau
penangguhan pembayaran FM;
3. Merekomendasikan kepada Pokja AMPL provinsi terkait upaya penangan
keluhan yang tidak dapat diputuskan oleh Pokja AMPL Kabupaten/Kota.

2.2.2.3 PPIU (Provincial Project Implemention Unit)

Pembentukan PPIU Pamsimas berdasarkan SK Gubernur, terdiri dari PIU sub-


komponen penguatan kelembagaan, PIU sub-komponen pemberdayaan
masyarakat, PIU untuk sub-komponen peningkatan sanitasi dan perilaku higienis,
dan PIU komponen Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum dan Sanitasi,
Peningkatan Sosial-Ekonomi Lokal, dan Manajemen Program.
Tugas setiap PPIU adalah:
1. Menyelenggarakan komponen/sub-komponen Pamsimas di tingkat provinsi.
2. Melaksanakan tugas dan operasionalisasi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian dan evaluasi program di tingkat provinsi.

.’/2+3’0 $!
68
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

3. Melaporkan kepada ketua PPMU mengenai progres pencairan dan progress


pelaksanaan fisik dari masing-masing komponen/sub-komponen secara
periodik.
4. Berkoordinasi dengan instansi terkait (terutama antar PPIU) untuk menjamin
keselarasan pelaksanaan program.

2.2.2.4 Satker Provinsi

Satuan Kerja Pelaksana Pamsimas di tingkat provinsi berada di Dinas Pekerjaan


Umum (atau nama lain yang membidangi Cipta Karya) dan Dinas Kesehatan
Provinsi. Satker tingkat provinsi pelaksana pamsimas di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum (atau nama lain yang membidangi Cipta Karya) adalah pejabat
pengelola anggaran Pamsimas di tingkat provinsi, sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) yang ditunjuk dan diangkat oleh Menteri atas usulan Gubernur, dan
diberikan kewenangan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
Rencana Kerja dan Anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.
Satker tingkat provinsi pelaksana pamsimas di lingkungan Dinas Kesehatan adalah
pejabat pengelola anggaran Pamsimas di tingkat provinsi, sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) yang ditunjuk dan diangkat oleh Gubernur, dan diberikan
kewenangan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan Rencana Kerja
dan Anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.
Tugas Satker Provinsi:
a. Mendukung PPMU dalam menyelenggarakan program tingkat provinsi;
b. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
c. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program di provinsi dan
melaporkannya kepada PPMU;
d. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan prosedur program di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota;
e. Menfasilitasi pengumpulan laporan pelaksanaan program di tingkat provinsi;
f. Melaporkan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan kepada atasan langsung
Satker yang juga disampaikan kepada Dirjen Cipta Karya;
g. Mengumpulkan dan menyampaikan SP2D dari tingkat kabupaten/kota dan
tingkat provinsi kepada Satker Pembinaan Pamsimas dan CPMU
h. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Kepala Satker Provinsi akan dibantu oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Penguji Pembebanan dan Pejabat Penandatangan SPM (PPP/PSPM), dan
Bendahara.

L.2.2.3 Tingkat Kabupaten/Kota

Pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini Bupati/Walikota adalah sebagai


penanggung jawab pelaksanaan program Pamsimas lingkup kabupaten/kota. Secara
operasional Bupati/Walikota akan dibantu Pokja AMPL kabupaten/kota, DPMU

.’/2+3’0 $!
69
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

(District Project Management Unit), dan Satker kabupaten/kota yang ditetapkan


melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

2.2.3.1 Pokja AMPL Kabupaten/Kota

Pokja AMPL Kabupaten/Kota dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota, yang


diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten/Kota, dan beranggotakan Dinas Pekerjaan
Umum (atau nama lain yang menangani bidang Cipta Karya), Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Dinas Kesehatan, Bapedalda, Dinas Pendidikan, dan instansi terkait
sesuai dengan kebutuhan, wakil kelompok peduli AMPL, dan wakil organisasi
masyarakat sipil.
Pokja AMPL Kabupaten/Kota bertugas:
1. Mensosialisasikan program Pamsimas kepada masyarakat di tingkat
kabupaten/kota;
2. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program di
kabupaten/kota;
3. Menetapkan daftar desa sasaran untuk disahkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota;
4. Menetapkan susunan anggota yang akan bertugas sebagai Panitia Kemitraan;
5. Menyampaikan surat persetujuan RKM sebagai dasar penyusunan SPPB antara
Satker Kabupaten/Kota dengan KKM.
6. Memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota terkait kebijakan yang
diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan program;
7. Menfasilitasi dan memediasi penanganan berbagai masalah antar sektor yang
timbul dalam pelaksanaan program;
8. Memberikan pembinaan kepada pelaku program tingkat kabupaten/kota terkait
kebijakan operasional pelaksanaan program, implementasi pedoman dan
petunjuk teknis pelaksanaan program;
9. Mengevaluasi kemajuan dan kinerja program dan melaporkannya kepada
Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Pokja AMPL Provinsi;
10. Memberikan pembinaan kepada BPSPAMS melalui Asosiasi SPAMS Perdesaan
terkait pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan pasca konstruksi;
11. Menetapkan kebijakan bagi Pakem dalam penanganan pengaduan masyarakat
dan melaporkan hasil penanganan pengaduan masyarakat kepada Pokja AMPL
Provinsi dengan tembusan kepada Bupati/Walikota;
12. Memberikan saran dan rekomendasi kepada DPMU dalam pengelolaan program
dan menjamin effektivitas dan effisiensi dana bantuan luar negeri;
13. Menfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan RAD AMPL, PJM
Proaksi, Rencana Kerja BP SPAMS, dan Rencana Kerja Asosiasi BP-SPAMS;
14. Melaporkan kepada Bupati/Walikota hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan RAD AMPL Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung
pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).

.’/2+3’0 $!
70
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

2.2.3.2 Panitia Kemitraan Pokja AMPL Kabupaten/Kota

Pengertian
Panitia Kemitraan, selanjutnya disingkat dengan Pakem, adalah suatu unsur Pokja
AMPL/Pokja Sanitasi/Kelompok Kerja dengan nama lain (yang fokus menangani isu
air minum dan sanitasi kabupaten/kota) yang bertugas dalam perencanaan,
koordinasi program, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan Program
Pamsimas. Pakem beranggotakan unsur pemerintah dan non pemerintah
kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin proses pelaksanaan program
Pamsimas dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel sesuai
pedoman yang berlaku.
Dalam hal kabupaten/kota memiliki lebih dari satu kelompok kerja yang menangani
isu air minum dan sanitasi (Pokja AMPL, Pokja Sanitasi, dan Pokja lainnya), maka
kabupaten/kota berwenang untuk menyepakati Pokja yang akan membawahi Pakem.
Keanggotaan Pakem dapat berasal dari beberapa Pokja.
Istilah Pokja AMPL dalam uraian berikut ini adalah istilah untuk Pokja AMPL, Pokja
Sanitasi, Kelompok Kerja dengan nama lain yang focus menangani isu air minum dan
sanitasi kabupaten/kota.

Kedudukan
Pakem bertanggung jawab kepada Ketua Pokja AMPL Kabupaten/Kota. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Pakem berkonsultasi/berkoordinasi dengan DPMU, Satker
PIP Kabupaten/Kota dan konsultan penyedia bantuan teknis Pamsimas.

Lingkup Tugas
Tugas Pakem terdiri dari:
1) Membantu Pokja AMPL dalam mensosialisasikan Pamsimas kepada desa dan
kecamatan;
2) Melakukan seleksi dan verifikasi proposal desa;
3) Menyusun daftar pendek (short list) desa sasaran Pamsimas berdasarkan hasil
seleksi dan verifikasi proposal desa dan menyampaikan kepada Ketua Pokja
AMPL;
4) Melakukan koordinasi dengan DPMU antara lain dalam hal:
– Sinkronisasi rencana kerja tahunan (annual work plan)
– Evaluasi RKM berdasarkan hasil review DMS, DPMU, atau pihak lain yang
mempunyai kompetensi terkait.
– Evaluasi dan pelaporan kemajuan kegiatan dan keuangan pelaksanaan
Pamsimas
– Menfasilitasi penyelesaian/penanganan pengaduan masyarakat sehubungan
dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pamsimas;
5) Merekomendasikan perubahan kebijakan terkait perbaikan pengelolaan
Pamsimas kepada Ketua Pokja AMPL, baik pada kegiatan Pamsimas regular,
HID, maupun HIK.

.’/2+3’0 $!
71
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

6) Menyusun laporan evaluasitriwulan kemajuan kegiatan dan keuangan


pelaksanaan Pamsimas untuk disampaikan kepada Ketua Pokja AMPL;
7) Membantu Pokja AMPL dalam pembinaan penyelenggaraan Pamsimas, baik
dalam tahap perencanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi.

Struktur Keanggotaan
Keanggotaan Panitia Kemitraan berjumlah ganjil, dimana 30% anggotanya adalah
perempuan.
Struktur Panitia Kemitraan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan anggota. Keanggotaan
Panitia Kemitraan berjumlah ganjil, minimal 9 (sembilan) orang (termasuk ketua dan
wakil ketua) dengan komposisi 4 orang dari unsur Pemerintah Daerah dan 5 orang
dari unsur non Pemerintah Daerah.
Unsur anggota panitia kemitraan sekurang-kurangnya adalah sbb:
1) Perwakilan SKPD yang relevan, sekurang-kurangnya terdiri dari: Bappeda,
BPMD, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan. Masing-masing wakil
SKPD sebanyak 1 orang.
2) Perwakilan Asosiasi Pengelola SPAM Perdesaan sebanyak 2 orang. Jika belum
terbentuk, dapat diwakilkan oleh BP-SPAMS atau LKM atau KPM dari desa yang
mempunyai kinerja baik dalam pengelolaan SPAM desa/kelurahan.
3) Perwakilan kelompok masyarakat/praktisi/pakar yang peduli terhadap pencapaian
dan kualitas pelayanan air minum dan sanitasi tingkat kabupaten/kota sebanyak 3
orang, khususnya yang berhubungan dengan pendekatan berbasis masyarakat
atau pemberdayaan masyarakat.
Ketua Pakem berasal dari unsur Bappeda sedangkan Wakil Ketua Pakem berasal
dari unsur Dinas Pekerjaan Umum. Panitia Kemitraan disahkan dengan Surat
Keputusan Ketua Pokja AMPL Kabupaten/Kota untuk selanjutnya menjadi dasar
perubahan/amandemen SK Bupati/Walikota perihal Pokja AMPL. Tata cara
pengesahan Panitia Kemitraan didasarkan pada tata cara yang berlaku di Pokja
AMPL kabupaten/kota masing-masing.

Pendanaan Operasional
Pendanaan biaya operasional (BOP) Pakem melekat pada SKPD pengelola Pokja
AMPL Kab/Kota. Ketentuan dan tata cara pencairan BOP Panitia Kemitraan
ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota pelaksana Pamsimas.

2.2.3.3 Satker Kabupaten/Kota

Satuan kerja di tingkat kabupaten/kota adalah Satker PIP/PPK Pamsimas berada di


Dinas Pekerjaan Umum (atau nama lain yang menangani bidang Cipta Karya).
Organisasi Satuan Kerja PIP/PPK Pamsimas Kabupaten/Kota terdiri dari:
· Kepala Satuan Kerja (Kasatker) PIP
· Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pamsimas

.’/2+3’0 $!
72
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

· Penguji Pembebanan dan Pejabat Penandatangan SPM (PPP/PSPM)


Pamsimas
· Bendahara

1) Kepala Satuan Kerja PIP Kabupaten/Kota


Kepala Satuan Kerja PIP Kabupaten/Kota adalah pejabat pengelola
anggaran, sebagai kuasa pengguna anggaran (KPA) yang ditunjuk oleh
Menteri PU atas usulan Bupati/Walikota, dan diberi kewenangan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan Rencana Kerja dan
Anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.
Tugas Satker Kabupaten/Kota:
a) Melakukan kontrak kerja dengan BPSPAMS yang difasilitasi oleh DPMU
b) Membuat SPP (Surat Perintah Pembayaran)
c) Secara rutin setiap bulan melaporkan daftar penerbitan SPM-LS kepada
DPMU sebagai bahan penyusunan laporan keuangan Pamsimas
Kabupaten/Kota
d) Memberikan data keuangan yang diperlukan DPMU dalam menyusun
kemajuan bulanan.
e) Secara periodik melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemajuan
kegiatan di lapangan
f) Memastikan kemajuan penyerapan anggaran tercatat pada aplikasi E-
mon (electronic monitoring) dan SP2D online.

Kewenangan:
Meminta rekomendasi dari DPMU mengenai penerbitan SPM-LS dan
pencairan dana BPSPAMS tahap berikutnya.

2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah Perangkat Daerah ditingkat
Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri Pekerjaan Umum.
Kewenangan PPK meliputi penandatanganan kontrak/SPK. PPK
bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari
kontrak/SPK tersebut dan bertanggungjawab kepada Kepala Satuan Kerja
Sementara/Kuasa Pengguna Anggaran.

2.2.3.4 Asosiasi SPAMS perdesaan

Asosiasi Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Perdesaan Tingkat
Kabupaten/Kota adalah wadah/forum perkumpulan dari badan/kelompok pengelola
SPAMS di perdesaan (baik yang dibangun melalui program Pamsimas maupun non
Pamsimas) yang mempunyai kepentingan yang sama dan berada di dalam satu
wilayah administrasi kabupaten/kota dan mewakili organisasi masyarakat tingkat

.’/2+3’0 $!
73
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

desa atau dusun untuk urusan air minum dan sanitasi yang diakui oleh Pemerintah
Daerah setempat. Asosiasi ini dibentuk oleh, dari, dan untuk masyarakat.
Pembina Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan adalah Asisten Sekretariat Daerah
bidang ekonomi dan pembangunan.
Tujuan utama Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan adalah:
1. Meningkatkan cakupan layanan dan akses SPAMS perdesaan
2. Meningkatkan kinerja BPSPAMS dan/atau pengelola SPAMS perdesaan lainnya

Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan dibentuk untuk menjalankan tugas sebagai


berikut:
1. Memetakan kondisi kinerja BPSPAMS anggotanya
2. Mendampingi BPSPAMS untuk dapat meningkatkan kinerja pelayanan SPAMS
3. Menetapkan standar kualitas pelayanan SPAMS anggotanya
4. Memantau peningkatan kinerja SPAM dan kualitas pelayanan BPSPAMS
anggotanya
5. Meningkatkan peluang kemitraan bagi peningkatan kinerja SPAM

2.2.3.5 District Project Management Unit (DPMU)

Ketua DPMU (minimal setara Kepala Bidang) berasal dari Dinas Pekerjaan Umum.
DPMU diangkat melalui SK Bupati/Walikota.
Anggota DPMU berasal dari:
§ Dinas Pekerjaan Umum/Cipta Karya/sepadannya,
§ Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/sepadannya,
§ Dinas Kesehatan,
§ Dinas Pendidikan dan
· Instansi terkait lainnya sesuai dengan kebutuhan
Ketua DPMU dibantu oleh 3 (tiga) unit kerja dan dibentuk melalui SK Bupati/Walikota.
Unit kerja tersebut adalah: Bagian Perencanaan; Bagian Monitoring dan
Evaluasi;Bagian Keuangan.
Tugas DPMU adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan kemajuan program termasuk laporan keuangan dan kinerja kegiatan
kepada Bupati/Walikota, Pokja AMPL Kab/Kota, dan PPMU.
2. Mengesahkan RKM yang telah disetujui Pokja AMPL Kabupaten/Kota
3. Menindak lanjuti pengajuan RKM yang telah dievaluasi Pakem yang bertindak
sebagai Tim Evaluasi RKM, untuk dipresentasikan di depan Pokja AMPL dalam
rangka mendapat persetujuan, untuk kemudian dibuatkan SPPB Satker/PPK
dengan KKM.

.’/2+3’0 $!
74
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

4. Mengelola dan memonitor program secara efektif dan menjamin seluruh kegiatan
program, khususnya penyiapan dan pelaksanaan RKM, diantaranya kegiatan
pemberdayaan masyarakat mulai tahap identifikasi masalah sampai tersusunnya
RKM, pelaksanaan kegiatan RKM dan pelatihan di tingkat masyarakat.
5. Memfasilitasi kelembagaan lintas desa/kelurahan yang dapat berupa aliansi kerja
dari beberapa BPSPAMS di tingkat kabupaten/kota.
6. Memfasilitasi BPSPAMS agar memperoleh akses terhadap berbagai pihak untuk
mendukung programnya pasca kegiatan konstruksi termasuk mendorong
pengembangan jejaring kerja BPSPAMS dengan pihak-pihak lain;
7. Melakukan koordinasi dan penyebarluasan informasi mengenai kemajuan
program termasuk laporan keuangan dan lainnya;
8. Memonitor dan mengevaluasi kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas
pengelolaan program tingkat kabupaten/kota;
9. Memonitor dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan operasional teknis dan
administrasi program;
10. Melakukan evaluasi kinerja konsultan dan FM.

Kewenangan DPMU:
1. Meminta BPSPAMS memperbaiki RKM bila tidak memenuhi persyaratan setelah
dievaluasi oleh tim Evaluasi RKM;
2. Memfasilitasi SPPB antara Satker Kabupaten dengan KKM
3. Menegur BPSPAMS dan TFM apabila melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan prosedur.

L.2.2.4 Kecamatan

2.2.4.1 SKPD Kecamatan

SKPD Kecamatan bertugas dalam membantu mengkoordinasikan dan memantau


pelaksanaan kegiatan Pamsimas pada desa/kelurahan di wilayahnya. Tugas ini
dilaksanakan oleh Kasi PMD Kecamatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kasi
PMD Kecamatan bekerjasama dengan Sanitarian Puskesmas, Kaurbang
Desa/Kelurahan, dan Pengawas Sekolah cabang Diknas Kecamatan.

Kasi PMD kecamatan bertugas mendampingi Pakem dalam melakukan verifikasi


kelayakan desa sasaran, memberikan bantuan teknis dan pembinaan teknis kepada
BPSPAMS, bersama-sama dengan TFM memberikan fasilitasi dan mediasi untuk
membantuefektivitaskegiatan Pamsimas.

Tugas SKPD Kecamatan


1. Merupakan mitra kerja TFM sebagai pendamping masyarakat untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengelola Pamsimas.

.’/2+3’0 $!
75
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

2. Mengikuti sosialisasi di tingkat kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pokja


AMPL
3. Memfasilitasi sosialisasi Pamsimas di tingkat desa/kelurahan bersama Panitia
Kemitraan dan DPMU.
4. Membantu verifikasi usulan/proposal desa
5. Memantau BPSPAMS dalam pengelolaan sarana air minum dan sanitasi sebagai
bagian tugas pembinaan dari SKPD Kecamatan.
6. Membantu memantau penanganan dan menindak-lanjuti keluhan yang diterima.

L.2.2.5 Tingkat Desa/Kelurahan

Dalam pelaksanaan program Pamsimas di tingkat Desa/Kelurahan, Pemerintah


desa/kelurahan berperan melakukan sosialisasi, fasilitasi, mediasi, dan koordinasi
untuk memperlancar pelaksanaan program di desa/kelurahan.
Pemerintah Desa/kelurahan, dalam hal ini Kepala Desa/Lurah, bertugas untuk:
1. Memfasilitasi sosialisasi di desa/kelurahan dan memfasilitasi musyawarah
desa/kelurahan dan turut menandatangani daftar hadir sosialisasi di tingkat
desa/kelurahan, dalam kapasitas mengetahui;
2. Turut memfasilitasi musyawarah desa dan menandatangani BA Hasil
Musyawarah Desa/kelurahan, dalam kapasitas mengetahui;
3. Turut menandatangani proposal/usulan desa/kelurahan yang ditetapkan
Masyarakat, dalam kapasitas mengetahui, kemudian mengirimkannya kepada
Panitia Kemitraan.
4. Turut memfasilitasi forum musyawarah masyarakat tingkat desa untuk
membentuk BPSPAMS dengan menetapkan anggota-anggota yang dipilih
masyarakat, dan menandatangani hasilnya dalam kapasitas mengetahui.
5. Membantu kelancaran proses persiapan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut
dari hasil musyawarah desa.
6. Turut mengetahui hasil perencanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan Pamsimas
yang ditetapkan masyarakat di desa.
7. Turut menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang
dibuat oleh Ketua BPSPAMS, dalam kapasitas mengetahui;
8. Turut memfasilitasi BPSPAMS untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan dan
pengelolaan hasil infrastruktur terbangun;
9. Turut memfasilitasi serah terima pengelolaan aset Pamsimas kepada Badan
Pengelola.
10. Membantu memantau penanganan dan menindak-lanjuti keluhan yang diterima.

L.2.2.6 Tingkat Masyarakat

2.2.6.1 Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM)

KKM adalah organisasi masyarakat warga (sipil) yang terdiri dari anggota
masyarakat yang dipilih dari desa/kelurahan yang bersangkutan secara demokratis,

.’/2+3’0 $!
76
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

partisipatif, transparan, akuntabel, berbasis nilai, memperhatikan kesetaraan gender


(gender balance), keberpihakan kepada kelompok rentan dan terisolasi serta
kelompok miskin (indigenous and vulnerable people). Peran KKM dalam
implementasi program Pamsimas adalah sebagai pengelola. Sebagai pelaksana
program dibentuk Satuan Pelaksana Program Pamsimas (Satlak Pamsimas).
Proses pemilihan serta pembentukan KKM tersebut akan dilakukan selama proses
pemberdayaan masyarakat yang akan difasilitasi oleh TFM.
Di desa/kelurahan yang sedang dan telah dilaksanakan program pemberdayaan
oleh pemerintah, seperti P2KP yang telah membentuk BKM dan masih eksis dan
sehat, maka tidak perlu membentuk KKM namun hanya membentuk Unit/Satuan
Pelaksana Program Pamsimas yang dalam program WSLIC-2 biasa disebut TKM
(Tim Kerja Masyarakat).
Di lokasi yang belum terdapat BKM, maka dapat dibentuk lembaga baru yakni KKM
yang berfungsi sebagai dewan masyarakat. Proses Pembentukan KKM sesuai
dengan asas representative, partisipatif, akuntabel, berbasis nilai, dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh masyarakat, dengan kriteria anggota yang lebih mengutamakan
track record atau kepercayaan masyarakat dan menjamin keterlibatan perempuan
serta warga miskin.
KKM merupakan wadah sinergi dan aspirasi masyarakat yang diharapkan dapat
menjadi embrio dari lembaga keswadayaan masyarakat (civil society organization)
di tingkat komunitas akar rumput. Oleh karena itu, KKM diharapkan merupakan
institusi masyarakat independen yang sepenuhnya dibentuk, dikelola dan
dipertanggungjawabkan oleh masyarakat sendiri. Anggota-anggota KKM dipilih
secara langsung oleh seluruh masyarakat, dengan mengutamakan keterlibatan
kelompok marjinal (wanita dan warga miskin) dan mereka bertanggungjawab
langsung pula kepada masyarakat.
Untuk memudahkan administrasi program serta sejalan dengan kedudukannya
sebagai institusi masyarakat yang otonom, maka legitimasi KKM adalah pengakuan,
representatif dan pengakaran terhadap masyarakat, sedangkan legalisasi KKM
melalui pencatatan akta notaris. KKM pasca pelaksanaan pekerjaan konstruksi
selanjutnya melalui mekanisme program Pamsimas memperluas orientasinya
dengan membentuk Badan Pengelola sebagai unit kerja KKM/BKM untuk
pengoperasian dan pemeliharaan.
Meskipun sebagai institusi masyarakat, KKM berkedudukan otonom, namun dalam
pengelolaan organisasi maupun pelaksanaan kegiatan, KKM berkewajiban
melaksanakan koordinasi, konsultasi dan komunikasi intensif dengan Kepala
Desa/Lurah dan perangkatnya serta tokoh masyarakat maupun lembaga formal dan
informal lainnya.
Hal ini sejalan dengan prinsip dasar pembangunan partisipatif (participatory
development) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bahwa
pembangunan akan berlangsung efektif, efesien dan tepat sasaran bila didukung
dan mensinergikan potensi 3 pilar pelaku pembangunan, yakni Masyarakat,
Pemerintah, dan Kelompok Peduli.

.’/2+3’0 $!
77
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Tugas KKM sebagai berikut :


a. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pengelolaan keuangan dengan
membuat pembukuan dana kepada masyarakat dan pengelolaan proyek kepada
(DPMU) secara periodik
b. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pembangunan fisik, kegiatan
pelatihan masyarakat dan program kesehatan kepada masyarakat, dan
pengelola proyek (DPMU) secara periodik.
c. Bersama FM dan bekerjasama dengan”nature leader” yang ada di desa untuk
melaksanakan CLTS, serta memberi penjelasan kepada masyarakat untuk
memilih opsi sarana air minum, sarana air minum (di masyrakat dan sekolah)
serta pelatihan.
d. Bersama TFM menyempurnakan jadwal pelaksanaan konstruksi, memeriksa
kontribusi swadaya masyarakat minimal 20% (In Kind 16% dan In Cash 4%).
e. Bersama-sama masyarakat dan dibantu FM menyusun RKM I dan II;
membahas, menyelesaikan RKM Iang kemudian dikirim ke DPMU.
f. Mengikuti pelatihan bersama-sama masyarakat seperti:
· RRK
· RRK Pelatihan
· Teknis sarana air minum/sanitasi
· Rencana biaya pembangunan sarana air minum/sanitasi
· Rencana biaya O&P
· Rencana biaya iuran serta tata cara pengelolaan
· Rencana biaya keuangan
· Rencana pengadaan barang dan jasa (bila ada)
· Termasuk membuat dan membaca gambar teknis, pengetahuan spesifikasi
teknik, pengawasan pekerjaan, perhitungan kemajuan pembangunan fisik,
administrasi dan keuangan pelaksanaan pembangunan.
g. Monitoring secara terus menerus dengan TFM terhadap pekerjaan kontruksi,
material/BLM, kualitas pekerjaan, administrasi keuangan.
h. Melakukan survey awal terhadap supplier yang memiliki pengalaman dalam
pengadaan barang di desa.
i. Membuat surat perjanjian resmi dengan supplier setelah masyarakat
desa/kelurahan telah memilih pemenang lelang.
j. Melaksanakan kegiatan PHBS di masyarakat.
k. Mempersiapkan KKM membentuk unit pengelola dengan mengikuti pelatihan,
dengan keberadaan dan kinerja Unit Pengelola menjadi indikator keberhasilan
sarana dan program kesehatan pada tahap pasca proyek.
l. Memberikan pertanggungjawaban kegiatan dan penggunaan dana kegiatan
Pamsimas ke masyarakat untuk disampaikan ke DPMU dan Pokja AMPL.

.’/2+3’0 $!
78
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

m. Membuat SP yang ditandatangani koordinator KKM dan ketua DPMU untuk


dilaporkan kepada Bupati/Walikota.

2.2.6.2 BPSPAMS

Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk mengelola pembangunan sarana air
minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan. BPSPAMS merupakan lembaga yang
mewakili masyarakat dimana anggotanya berasal dan dipilih oleh semua lapisan
masyarakat dengan berbasis pada nilai dan kualitas sifat kemanusiaan, selain
kemampuan yang bersifat teknis. BPSPAMS akan berperan dalam program mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengoperasian dan pemeliharaan, serta
dukungan keberlanjutan kegiatan program.
Tugas BPSPAMS sebagai berikut :
a. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pengelolaan keuangan dengan
membuat pembukuan dana kepada masyarakat dan pengelolaan proyek
kepada (DPMU) secara periodic;
b. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pembangunan fisik, kegiatan
pelatihan masyarakat dan program kesehatan kepada masyarakat, dan
pengelola proyek (DPMU) secara periodic;
c. Bersama FM dan bekerjasama dengan ”nature leader” yang ada di desa untuk
melaksanakan CLTS, serta memberi penjelasan kepada masyarakat untuk
memilih opsi sarana air minum, sarana air minum (di masyarakat dan sekolah)
serta pelatihan;
d. Bersama TFM menyempurnakan jadwal pelaksanaan konstruksi, memeriksa
kontribusi swadaya masyarakat minimal 20% (In Kind 16% dan In Cash 4%);
e. Bersama-sama masyarakat dan dibantu FM menyusun RKM, membahas,
menyelesaikan RKM, kemudian mengirimkannya kepada DPMU;
f. Mengikuti pelatihan bersama-sama masyarakat seperti:
· RRK
· RRK Pelatihan
· Teknis sarana air minum/sanitasi
· Rencana biaya pembangunan sarana air minum/sanitasi
· Rencana biaya O&P
· Rencana biaya iuran serta tata cara pengelolaan
· Rencana biaya keuangan
· Rencana pengadaan barang dan jasa (bila ada)
· Termasuk membuat dan membaca gambar teknis, pengetahuan spesifikasi
teknik, pengawasan pekerjaan, perhitungan kemajuan pembangunan fisik,
administrasi dan keuangan pelaksanaan pembangunan.

.’/2+3’0 $!
79
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

g. Monitoring secara terus menerus dengan TFM terhadap pekerjaan kontruksi,


material/blm, kualitas pekerjaan, administrasi keuangan.
h. Melakukan survey awal terhadap supplier yang memiliki pengalaman dalam
pengadaan barang di desa.
i. Membuat surat perjanjian resmi dengan supplier setelah masyarakat
desa/kelurahan telah memilih pemenang lelang.
j. Melaksanakan kegiatan PHS di masyarakat.
k. Memberikan pertanggungjawaban kegiatan dan penggunaan dana kegiatan
Pamsimas ke masyarakat untuk disampaikan ke DPMU dan Pakem .
l. Membuat SP yang ditandatangani Ketua BPSPAMS dan ketua DPMU untuk
dilaporkan kepada Bupati/Walikota.
m. Menyelengarakan sistem operasi dan pemeliharaan sarana air minum dan
sanitasi dalam pendanaan untuk kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan dan
pengembangan.
n. Mengumpulkan rencana pendanaan terkait dengan operasi dan pemeliharaan,
baik secara swadaya maupun dari sumber pendanaan lainnya.
o. Melaporkan kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pendanaan kepada
pemerintah desa/kelurahan.

L.2.3 KONSULTAN PENDAMPING

L.2.3.1 Central Management Advisory Consultant (CMAC)

Untuk membantu unit-unit pelaksana di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota


direkrut tim konsultan CMAC (Central Management Advisory Consultant) di tingkat
pusat dan ROMS (Regional Oversight Management Services) di tingkat regional yang
membawahi beberapa provinsi. CMAC akan bertugas membantu CPMU dan CPIU
(Central Project Implementing Unit). ROMS akan direkrut secara terpisah untuk
memberikan dukungan kepada PPMU dan DPMU.
Konsultan CMAC akan mendukung CPMU dalam pengelolaan dan pengendalian
pelaksanaan proyek Pamsimas. Dalam melaksanakan tugasnya pada dukungannya
terhadap CPMU, CMAC perlu berkoordinasi dengan Steering Committee, Tim Teknis
Pusat, dan Implementing Agency; PPMU, DPMU, TKP, dan TKK; serta ROMS.
Tugas CMAC adalah:
1. Menjamin keberlangsungan proyek di tingkat masyarakat melalui paritispasi
kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini akan tercapai melalui pemberian
masukan / advis, dukungan, materi, pelatihan, dan advokasi kepada masyarakat
di bidang sensitivitas gender dan kemiskinan melalui pendekatan MPA/PHAST
2. Memberikan dukungan dan bantuan teknis kepada CPMU, PPMU, dan DPMU
dalam bidang : monitoring dan evaluasi; sistem informasi manajemen;
manajemen keuangan; akuntasi dan penganggaran; pengadaan; audit internal;

.’/2+3’0 $!
80
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

dan laporan reguler yang berhubungan dengan prosedur Bank Dunia dan
pemerintah terutama mengenai Implementation and Financial Report (IFR).
3. Memberikan bantuan kepada CPMU dan CPIU dalam hal:
a) Membantu pelaksanaan roadshow dan workshop, termasuk pengadaan
materi.
b) Menyiapkan strategi untuk pelaksanaan pendekatan gender/poverty sensitive
community dan mengembangkan kemitraan antara desa dan institusi di tahap
perencanaan, implemtasi, dan monitoring.
c) Menyiapkan manajemen dan perencanaan untuk capacity building di tingkat
kegiatan proyek, dan mendukung implementasinya berdasarkan hasil
monitoring proyek.
d) Memperkuat kapasitas kelembagaan di tingkat pusat dan provinsi melalui
bantuan manajemen dan teknis dalam hal perencanaan, manajemen,
akuntasi keuangan, audir, supervisi, dan monitoring.
e) Membangun sistem informasi manajemen untuk proses monitoring,
peningkatan perilaku sehat, dan keberlanjutan program.
f) Mengorganisasikan pendekatan partisipatori untuk keberlanjutan program air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
g) Mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan prosedur pengendalian
kualitas (Quality Control/Quality Assurance) di tingkat implementasi proyek
yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pengarusutamaan
gender, serta health and hygiene and water and sanitation engineering.
4. Membantu CPMU membangun dan melaksanakan pertemuan stakeholder di
tingkat pusat sebagai bagian dari monitoring keberlanjutan program.
5. Melakukan review manajemen dan teknis, penelitian, studi, dan lain sebagainya,
yang ditentukan oleh CPMU
6. Membuat dan mengumpulkan laporan dan data-data pendukung yang
dibutuhkan serta membantu CPMU dalam pembuatan Project Monitoring Report.

L.2.3.2 Regional Oversight Management Services (ROMS)

ROMS berperan dalam memberikan dukungan teknis dan penguatan capacity


kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam implementasi program, perluasan dan
pengarusutamaan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat.
ROMS akan memberikan bantuan dan dukungan dalam hal : i) bantuan teknis, dalam
bentukday-to-day manajemen proyek, penganggaran, dan administrasi keuangan;
ii) dukungan teknis untuk manajemen, supervisi, monitoring, dan feedback untuk
Fasilitator Keberlanjutan dan Tim Fasilitator Masyarakat, implementasi proses
community-driven, fasilitasi pemberdayaan masyarakat dan pembangunan institusi di
tingkat desa; iii) peningkatan kapasitas institusional bagi pemerintah daerah; iv)
laporan teknis, keuangan, serta monitoring dan evaluasi proyek di tingkat provinsi

.’/2+3’0 $!
81
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

dan kabupaten/kota, dan v) perencananaan dan pelaksanaan capacity building


melalui Tim Trainer Provinsi.
Tugas dan Tanggung jawab ROMS:
1. Bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan teknis dan dukungan kepada
PPMU dan DPMU serta tim teknis provinsi dan kabupaten/kota untuk
implementasi komponen proyek, melaksanakan manajemen dan monitoring
proyek di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa, termasuk penggunaan
metode MPA/PHAST dan CLTS; ii) peningkatan capacity building masyarakat
dan institusi, iii) penyediaan dukungan teknis untuk fasilitator dalam pembuatan
dan pelaksanaan RKM, iv) monitoring dan evaluasi proyek, dan v) dukungan
manajemen kepada PPMU dan DPMU;
2. Bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan proyek, termasuk evaluasi
kinerja kegiatan proyek di tingkat kabupaten/kota dan desa. ROMS akan
berkoordinasi dengan dan menerima bantuan teknis dari CMAC
3. Melakukan kunjungan secara periodik ke desa-desa sasaran dalam rangka
diseminasi pedoman, capacity building, observasi, bantuan teknis, fasilitasi, dan
review pelaksanaan proyek.
4. Bersama dengan fasilitator memfasilitasi pembuatan RKM 1 dan RKM 2,
pembentukan LKM, survey lokasi, pembuatan RRK (Rancangan Rinci Kegiatan),
perkiraan biaya yang sesuai dengan PMM dan VIM.
5. Bersama dengan fasilitator memfasilitasi dan memberikan bantuan teknis kepada
masyarakat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
berdasarkan RKM.
6. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan capacity building / pelatihan
terhadap Tim Fasilitasi Masyarakat dan Stakeholder lainnya
7. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan capacity building di tingkat
kabupaten/kota dan di tingkat masyarakat

L.2.3.3 Koordinator Kabupaten (ROMS)

ROMS melalui Koordinator Kabupaten mempunyai peranan yang sangat penting


dalam memberikan dukungan teknis dan penguatan kapasitas kepada
kabupaten/kota dalam pelaksanaan program, pengembangan dan pengarustamaan
dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab Koordinator Kabupaten:
a. Pendampingan dan supervisi pelaksanaan kegiatan fisik dan non fisik sarana
yang dibangun.
b. Supervisi dan evaluasi atas hasil – hasil yang telah dicapai TFM dan KKM
selama masa konstruksi, agar sejalan sesuai dengan prosedur dan spesifikasi
teknis yang ada.
c. Selama masa pendampingan dan supervisi bila ada penyimpangan yang tidak
sesuai dengan spesifikasi teknis dicatat oleh Koordinator Kabupaten dalam

.’/2+3’0 $!
82
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

format MEMO yang merupakan persetujuan bersama, untuk menuju perbaikan


kualitasatau mengatasi penyimpangan jika terjadi.
d. Menerima pengaduan, informasi yang terkait dengan penyimpangan program.
e. Melakukan identifikasi, klarifikasi, investigasi dan analisis terhadap masalah dan
penanganan yang diperlukan.
f. Melakukan pertemuan koordinasi penanganan masalah yang ada di wilayah
kabupaten/kota bersama konsultan Pamsimas lainnya. Untuk proses pengaduan
di lembaga hukum bekerja sama dengan pengacara masyarakat
g. Berkoordinasi dengan DPMU dan menjalin hubungan dengan pihak kejaksaan,
lembaga advokasi hukum, ataupun LSM yang mempunyai perhatian pada
permasalahan korupsi.
h. Memfasilitasi proses penanganan masalah yang muncul diwilayahnya hingga
masalah dinyatakan selesai.
i. Memberikan laporan reguler maupun insidentil kepada jenjang yang lebih tinggi.

L.2.3.4 Fasilitator Masyarakat

Fasilitator Masyarakat (FM) merupakan tenaga pendamping yang telah dilatih dalam
keterampilan untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan masyarakat untuk
memutuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatannya dengan
berperan secara aktif dalam setiap keputusan yang diambil.
Prinsip kerja fasilitator merupakan satu kesatuan tim sebagai Tim Fasilitator
Masyarakat (TFM) yang terdiri dari 2 bidang keahlian, yaitu :
· Fasilitator bidang Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi / Water & Sanitation
Facilitator (CF/WSS);
· Fasilitator bidang Pemberdayaan Masyarakat / Community Development
Facilitator (CF/CD).
Tugas pokok TFM adalah memfasilitasi kegiatan penilaian, analisa dan penyusunan
rencana kegiatan kelompok masyarakat sebagai Rencana Strategis Program Air
Minum, Kesehatan, dan Sanitasi (ProAKSi) dengan metode MPA/PHAST
(Methodology For Participatory Assessment/ Partipatory Hygiene And Sanitation
Trasformation ) dan Visioning. Memberikan bantuan teknis kepada masyarakat desa,
terutama Tim Kerja Masyarakat (LKM) atau organisasi pengelola lainnya dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program dalam peningkatan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi masyarakat. Dari Renstra ProAKSi
akan dijabarkan ke dalam rencana tahunan berupa Rencana Kegiatan Masyarakat
(RKM) untuk Program Pamsimas.
Fokus terpenting dari pekerjaan TFM adalah membantu masyarakat untuk
mengembangkan keterampilan teknis dan manajemen yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatannya. Setiap TFM akan memfasilitasi 3-5 desa/tahun di tiap-
tiap kabupaten/kota.

.’/2+3’0 $!
83
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

Bidang Tugas Tim Fasilitator Masyarakat (TFM):


· Penyiapan rencana keseluruhan dalam penyediaan layanan fasilitasi kepada desa
sasaran baik rencana tim maupun rencana individu. Oleh karena itu, jadwal
tentative fasilitator secara tim maupun individu harus disepakati bersama antara
TFM, Koordinator Fasilitator dan Provincial Management Advisory Consultant
(PMC).
· Pengumpulan/updating data primer dan sekunder secara intensif untuk keperluan
monitoring yang berhubungan dengan input data indikator kunci pelaksanaan
program.
· Membantu penyiapan Laporan Pelaksanaan di Desa (proses, konstruksi, dan
pasca konstruksi);
· Melakukan kajian kebutuhan pelatihan masyarakat dan menyelenggarakan
pelatihan masyarakat secara periodik bersama dengan DPMU dan PMC.
· Bersama Kasie pembangunan (Staff Kecamatan), dan Sanitarian melakukan
promosi kesehatan dan penyadaran perubahan prilaku hidup sehat
(STBM/Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) kepada masyarakat sasaran.

L.2.3.5 Fasilitator Keberlanjutan

Fasilitator Keberlanjutan (FK) merupakan tenaga pendamping yang mempunyai fokus


melakukan pendampingan (fasilitasi), advokasi dan peningkatan kapasitas kepada
pelaku AMPL di tingkat kabupaten dan desa/kelurahan dalam rangka memastikan
keberlanjutan program. FK juga akan berperan dalam memberikan pembinaan teknis
terhadap fasilitator masyarakat di wilayah kerjanya sehingga dapat pula disebut
sebagai Fasilitator Senior yang bekerja dalam lingkup kabupaten/kota.
Pada pelaksanaan pekerjaannya FK akan terdiri dari:
· 1 orang Fasilitator Keberlanjutan bidang Penyediaan Sarana Air Minum dan
Sanitasi (FK-WSS)
· 1 orang Fasilitator Keberlanjutan bidang Pemberdayaan Masyarakat (FK-CD)
Fasilitator Keberlanjutan mempunyai lingkup tanggung jawab pekerjaan di wilayah
kabupaten/kota dan secara khusus bertanggungjawab dalam mendampingi TFM
dalam memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan program di desa/kelurahan.
Selain itu FK juga bertanggungjawab dalam melakukan pembinaan terhadap
BPSPAMS di lokasi Pamsimas I untuk menjamin terwujudnya keberlanjutan program
di masyarakat.
Terkait dengan tugas pokoknya, maka FK wajib untuk:
§ Menyusun Rencana Kerja (Workplan) yang berisi rencana dalam penyediaan
fasilitasi kepada pemda, fasilitator masyarakat, dan BPSPAMS di lokasi sasaran
baik secara tim maupun individu. Rencana Kerja ini harus disetujui oleh
Koordinator Kabupaten dan diketahui oleh DPMU.

.’/2+3’0 $!
84
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

§ Melakukan fasilitasi terkait bidang tugasnya dengan pelaku program yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung.
§ Melaporkan data indikator kunci pelaksanaan program sebagai input terhadap
mekanisme pemantauan dan evaluasi program yang akan dilakukan oleh
Koordinator Kabupaten.

L.2.3.6 Independent Monitoring dan Evaluation Consultant

Monitoring dan Evaluasi akan dilakukan oleh Lembaga/konsultan independen saat


awal perencanaan tahun pertama, mid-term, dan paska program, dengan sampel
tertentu dan indikator tertentu.

.’/2+3’0 $!
85
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
2’/4+/’4 $"#%

LAMPIRAN 3.
RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI

L.3.1 MATRIKS RESIKO DAN TINDAKAN PENCEGAHAN


Rencana Tindakan Pencegahan Korupsi dalam proyek Pamsimas dilakukan sesuai
dengan 6 (enam) elemen utama yang sudah di-identifikasi oleh tim Bank Dunia untuk
Pencegahan Anti Korupsi di Indonesia meliputi:
1. Pencegahan Resiko Kolusi,
2. Pencegahan Resiko Korupsi di Tingkat Masyarakat,
3. Pencegahan Resioko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan,
4. Keterbukaan Informasi,
5. Penanganan Pengaduan

Beberapa produk hukum di Indonesia yang merupakan landasan dalam


pemberantasan korupsi, yaitu:
1. Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang No. 31 tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
3. Undang- undang No. 30 tahun 2002 tentang Pembentukan Komite
Pemberantasan Korupsi (KPK);
4. Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara;
5. Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Tata Cara Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah;
6. Keputusan Presiden No. 59 tahun 2004 tentang Pembentukan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;
7. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi; dan
8. Kepmen Kimpraswil No. 225/KPTS/M/2004 tanggal 13 April 2004 tentang Tata
Cara Penanganan Masukan dari Masyarakat di lingkungan Kementerian
Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Rencana Pencegahan Korupsi ini telah dipublikasikan di dalam situs www.pu.go.id,
dan telah disepakati oleh Executing Agency (Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum) dan para Implemeting Agencies (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Pemukimam, Dep. Kesehatan; Direktorat
Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Dep. Dalam Negeri; dan Pusat Pembinaan Kesegaran Jasmani, Dep.
Pendidikan Nasional) untuk dipergunakan dalam Pamsimas. Tabel Tindakan
Pencegahan Korupsi dapat dilihat dalam tabel berikut:

.’/2+3’0 %!
86
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

Tabel L-3.1 Matriks Risiko Korupsi dan Tindakan Pencegahan

I. Pencegahan Resiko Kolusi


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
I.1. Persiapan Perkiraan Tinggi § Me-mark-up perkiraan harga pemilik § Langkah-langkah pencegahan resiko
Harga Pemilik (Owner (OE) dan informasi perkiraan harga kolusi telah diatur dalam Buku
Estimate, OE) pemilik dibocorkan kepada Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
kontraktor/konsultan agar harga “mark- Pamsimas
up” dimasukkan ke dalam
penawaran/proposal.
§ Kolusi antar pemain untuk
memperkaya diri; berbagi keuntungan
antar pemain. Kurangnya standar
informasi ‘cost/base’ mempersulit
apakah perkiraan harga asli dan
perkiraan harga pemilik masuk akal.
I.2. Persiapan kriteria Sedang § Petunjuk Pengadaan tidak diikuti § Langkah-langkah pencegahan resiko
pemilihan dalam dengan benar mengakibatkan kolusi telah diatur dalam Buku
dokumen penawaran pengadaan di bawah standar Petunjuk Pengadaan Barang /Jasa
Pamsimas
I.3. Kapasitas Panitia Tinggi § Pertimbangan terhadap proses § Langkah-langkah pencegahan resiko
Pengadaan Barang evaluasi calon anggota panitia kolusi telah diatur dalam Buku
pengadaan yang tidak independen. Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Keputusan cenderung condong Pamsimas
mengikuti kemauan peserta
lelang/konsultan atas “perintah” atasan
atau pihak lain.
I.4. Persiapan RFP Sedang § Kriteria dibuat agar cocok dengan § Langkah-langkah pencegahan resiko
(Permintaan konsultan tertentu kolusi telah diatur dalam Buku
Proposal) Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Pamsimas
I.5. Pengiklanan Tinggi § Iklan yang tidak layak: misalnya § Langkah-langkah pencegahan resiko
pemberian persyaratan yang kolusi telah diatur dalam Buku
membatasi kompetisi, informasi yang Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
tidak lengkap, penggunaan surat kabar Pamsimas
dengan sirkulasi terbatas dlsb
§ Iklan palsu
I.6. Rapat Pra-Lelang Sedang § Jika panitia pengadaan mewajibkan § Langkah-langkah pencegahan resiko
peserta lelang untuk menghadiri rapat kolusi telah diatur dalam Buku
pra-lelang, meskipun untuk paket Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
pengadaan barang yang sederhana Pamsimas
dan jenis pekerjaan yang ringan untuk
dilaksanakan. maka beberapa peserta
lelang mungkin tidak diuntungkan.
I.7. Daftar Pendek Tinggi § Manipulasi informasi mengenai § Langkah-langkah pencegahan resiko
(shortlist) perusahaan atau individu yang masuk kolusi telah diatur dalam Buku
dalam daftar pendek agar perusahaan Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
atau individu tertentu dimasukkan Pamsimas
dalam daftar pendek
§ Desakan/tekanan dari atasan untuk
agar perusahaan tertentu dimasukkan
dalam daftar pendek seringkali

.’/2+3’0 &!
87
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

I. Pencegahan Resiko Kolusi


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
mengakibatkan perusahaan yang tidak
masuk kualifikasi masuk dalam daftar
pendek
I.8 Penyerahan proposal Sedang § Melakukan mark-up untuk § Langkah-langkah pencegahan resiko
biaya mendapatkan kickback kolusi telah diatur dalam Buku
Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Pamsimas
I.9. Penyimpanan Tinggi § Kolusi antara konsultan dan panitia § Langkah-langkah pencegahan resiko
proposal teknis dan pengadaan untuk merubah proposal kolusi telah diatur dalam Buku
keuangan ditempat teknis dan/atau keuangan yang Petunjuk Pengadaan Barang dan
aman untuk menjaga sebelumnya sudah masuk dan dibuka Jasa PAMSIMAS
kerahasiaan
I.10 Pembukaan proposal Tinggi § Manipulasi Berita Acara Pembukaan § Langkah-langkah pencegahan resiko
teknis dan keuangan Penawaran Lelang kolusi telah diatur dalam Buku
Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Pamsimas
I.11. Evaluasi Proposal Tinggi § Keterlambatan dalam mengevaluasi § Langkah-langkah pencegahan resiko
Proposal teknis dan/atau proposal kolusi telah diatur dalam Buku
keuangan memungkinkan terjadinya Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
praktik “tawar-menawar”. Pamsimas
I.12. Perpanjangan masa Tinggi § Perpanjangan masa berlaku § Langkah-langkah pencegahan resiko
berlaku pelelangan pelelangan dapat meningkatkan risiko kolusi telah diatur dalam Buku
penyalahgunaan proses. Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Pamsimas
I.13. Penentuan Pemenang Tinggi § Kolusi dan nepotisme dalam § Langkah-langkah pencegahan resiko
Kontrak penentuan pemenang kontrak kolusi telah diatur dalam Buku
Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
Pamsimas
I.14. Reputasi Tinggi § Peserta Lelang/Konsultan mungkin § Langkah-langkah pencegahan resiko
konsultan/peserta terlibat dalam konflik kepentingan, kolusi telah diatur dalam Buku
lelang dan/atau terlibat dalam praktek Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
korupsi/penipuan pada masa lalu Pamsimas
(proyek-proyek sebelumnya)
I.15. Kualitas produk/jasa Sedang § Produk/jasa yang diberikan di bawah § Langkah-langkah pencegahan resiko
kualitas yang disebutkan di dalam kolusi telah diatur dalam Buku
TOR, dan pegawai pemerintah dapat Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
mengambil uang pembayaran di Pamsimas
belakang (kickback) dari perbedaan
tersebut
§ Melakukan supervisi kontrak dengan
kualitas rendah secara sengaja, dan
menerima kickback dari
konsultan/supplier/kontraktor
I.16. Keseluruhan Tinggi § Risiko kickback, praktik kolusi berupa § Langkah-langkah pencegahan resiko
Pengadaan Barang pemberian kontrak untuk penawar kolusi telah diatur dalam Buku
yang disukai, penurunan kualitas Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa
produk/jasa Pamsimas

.’/2+3’0 &!
88
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

II. Pencegahan Resiko Korupsi di Tingkat Masyarakat


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
II.1. Penyaluran Dana Sedang § Penyuapan terhadap pejabat § Menetapkan kriteria yang transparan
pemerintah dan desa baik oleh untuk pembayaran dan penyaluran hibah
kontraktor maupun oleh (dari DPMU kepada masyarakat) dalam
masyarakat penerima manfaat. panduan proyek. Hal ini akan dikaji
secara berkala oleh fasilitator dan secara
acak oleh tim monitoring dan evaluasi.
II.2. Pelatihan masyarakat Sedang § Peserta pelatihan hanya terdiri § Memastikan pelatihan masyarakat
dari kelompok tertentu tanpa melibatkan sebanyak mungkin peserta
melibatkan orang miskin. yang berasal dari kelompok masyarakat
yang berlainan dan menerapkan
perimbangan jender untuk mencegah
nepotisme.
II.3. Pemerintah desa Sedang § Penyalahgunaan wewenang oleh § TKM membuat laporan kemajuan dan
aparat desa dalam setiap tahap penggunaan uang secara berkala kepada
proses dapat menyebabkan resiko masyarakat
tidak/kurangnya terakomodasi § Papan pengumuman dipasang di desa
aspirasi/kebutuhan masyarakat untuk menginformasikan kegiatan proyek.
dalam penyediaan air minum dan
§ Memastikan transparansi informasi dan
sanitasi serta minimnya
penyebarluasan secara memadai untuk
keterlibatan masyarakat dalam
mencegah upaya kolusi dan nepotisme.
pelaksanaan fisiknya.
§ Meningkatkan penanganan pengaduan.
§ Pada tingkat desa, pengkajian dilakukan
setiap 3 bulan oleh masyarakat sendiri,
dibantu fasilitator bila diperlukan. Audit
terhadap pembukuan desa akan
dilakukan berdasarkan sampel dan
kebutuhan untuk menyelesaikan masalah.
II.4. Pengembangan Sedang § Kemampuan tim operasional dan § Konsultan/executing agency memberikan
organisasi pemeliharaan dalam mengelola, peningkatan kapasitas dalam operasional
institusional desa mengoperasikan dan menjaga dan pemeliharaan
dalam operasi dan sarana dan juga dalam § Memastikan adanya mekanisme
pemeliharaan menetapkan tarif operasional dan transparansi.
pemeliharaan.
§ Resiko adanya praktik kolusi
II.5. Pemilihan Tim Kerja Sedang § Resiko nepotisme § TKM harus dipilih melalui pertemuan
Masyarakat (TKM) § Kemampuan TKM masyarakat yang dihadiri oleh semua
anggota masyarakat. Anggota TKM harus
§ Forum desa tidak
bertanggungjawab dalam pelaksanaan
mengikutsertakan masyarakat
proyek.
miskin, penduduk terpencil dan
kelompok perempuan § Executing agency melalui fasilitator
masyarakat, akan memberikan pelatihan
§ Penunjukan langsung bukannya
TKM .
pemilihan wakil
§ PMC harus mengkaji, memantau dan
menyetujui proses seleksi
II.6. Surat Pernyataan Sedang § Resiko kecurangan § Surat pernyataan minat harus diketahui
minat mengenai § Resiko pejabat daerah dan ditandatangani oleh masyarakat
kontribusi tunai meminjamkan lebih dahulu termasuk kelompok masyarakat yang
sebesar 4% dari total kontribusi masyarakat sehingga terpinggirkan
biaya konstruksi berakibat ybs mempengaruhi
jalannya proses selanjutnya.

.’/2+3’0 &!
89
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

II. Pencegahan Resiko Korupsi di Tingkat Masyarakat


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
II.7. Pembelian Tinggi § Tekanan/desakan dari pegawai § Langkah-langkah pencegahan resiko
barang/peralatan/mat pemerintah untuk membeli kolusi telah diatur dalam Pedoman
erial oleh masyarakat barang/peralatan/material kepada Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat
supplier tertentu Masyarakat.
§ Kickback kepada pegawai
pemerintah
§ Lemahnya pendokumentasian di
tingkat masyarakat
§ TKM (Tim Kerja Masyarakat)
melakukan pengadaan semua
material/peralatan tanpa
melibatkan masyarakat desa
(anggota masyarakat terpilih)
sebagai panitia pengadaan
§ Kurangnya kapasitas TKM
tentang kualitas material/peralatan
§ TKM membeli material/peralatan
dari satu supplier.
§ Lemahnya pendokumentasian
nota pembelian.
§ Material/peralatan yang dibeli oleh
warga akan dikenakan PPN.
§ Fasilitator/DPMU mengarahkan
TKM untuk membeli material dari
supplier tertentu dengan potongan
harga (tanpa mempertimbangkan
kualitas material)
§ Panitia Pengadaan memanggil
calon pemenang kuat dan
melakukan tawar-menawar
besarnya kontrak.
§ Kolusi dan nepotisme dalam
penentuan pemenang kontrak.
II.8. Reputasi dari Supplier Tinggi § Supplier mungkin dalam situasi § Langkah-langkah pencegahan resiko
konflik kepentingan, dan/atau kolusi telah diatur dalam Buku Petunjuk
terlibat tindakan korupsi/penipuan Pengadaan Barang/Jasa Pamsimas
di masa lalu
II.9. Reputasi dari Tinggi § Kelompok Masyarakat mungkin § Sebagai bagian dari proposal yang
kelompok masyarakat dalam situasi konflik kepentingan, diserahkan, kelompok masyarakat
penerima hibah dan/atau terlibat kegiatan diharuskan menandatangani pernyataan
korupsi/penipuan pada masa lalu. resmi yang menyatakan bahwa mereka
tidak terlibat dalam situasi konflik
kepentingan, dan/atau terlibat dalam
praktik korupsi/penipuan di masa yang
lalu yang jika tidak mereka akan
dikeluarkan dari pelelangan dan akan
diambil tindakan hukum oleh pemerintah.
Pernyataan ini akan dipublikasikan di
forum desa.
§ Semua kelompok masyarakat diminta
untuk menginformasikan sejak awal bila

.’/2+3’0 &!
90
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

II. Pencegahan Resiko Korupsi di Tingkat Masyarakat


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
anggota dewan komisaris/direksi dan
anggota keluarga dekat mereka adalah:
(i) anggota panitia lelang dari pelelangan
yang akan diikuti dan juga (ii) eselon I –
IV dari Kementerian yang terlibat dalam
proyek.
II.10. Pelaksanaan sub Sedang § Kelompok masyarakat tidak § Konsultan manajemen regional dikontrak
proyek sebagai hibah mempunyai kapasitas dan sumber untuk membantu masyarakat.
masyarakat daya yang memadai untuk § TFM akan mengkaji kemampuan
melaksanakan kegiatan/pekerjaan kelompok masyarakat dan pelatihan yang
yang dibutuhkan untuk hibah diperlukan. Hal ini memerlukan
masyarakat, dapat berakibat persetujuan konsultan kabupaten dan
kepada buruknya kinerja dan pengawasan oleh PMC.
kualitas produk
II.11. Perencanaan teknis Sedang § Keterlambatan dalam membuat § Rencana pengadaan barang secara rinci
sebagai menu dari disain teknis akan harus disatukan dalam perjanjian hukum
opsi teknis menguntungkan konsultan. dan akan menjadi dasar bagi setiap
§ Terdapat kemungkinan perkiraan kegiatan pengadaan barang.
anggaran (RAB) untuk konstruksi § Tim Teknis Kabupaten/Kota bertanggung
menjadi tinggi karena lemahnya jawab untuk mengevaluasi RKM
kinerja konsultan atau survei yang (memeriksa proposal biaya, sesuai
tak lengkap; hal ini akan berakibat dengan perencanaan Pamsimas).
pada biaya total konstruksi Konsultan kabupaten juga harus
khususnya kontribusi masyarakat memeriksa perencanaan biaya sebelum
§ Pengawasan teknis yang kurang evaluasi.
layak oleh Konsultan Teknis
DPMU atau Kajian yang tidak
independen oleh Konsultan
Pengawas Proses (PMC) dapat
menambah biaya total atau disain
yang buruk dengan kemungkinan
tingkat kegagalan yang tinggi

.’/2+3’0 &!
91
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

III. Pencegahan Resioko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan

III.1. Penunjukan Unit Sedang § Minimnya kapasitas dan § Panduan proyek mencakup: (i) kriteria
Pelaksana Proyek transparansi dapat pemilihan dan indikator kinerja manajer
(Satker) and stafnya mengakibatkan tindakan kolusi. proyek, bendahara, staf perencanaan,
(pembuat komitmen, dan staf keuangan; (ii) mensyaratkan
bendahara, adanya penilaian kinerja tahunan sesuai
pemegang uang kriteria tersebut; (iii) Persyaratan CPMU
muka, pembuat SPM) untuk melaksanakan pelatihan yang
pada tingkat memadai tentang panduan proyek untuk
Kabupaten tidak semua staf.
didasarkan pada
wewenang dan
kualifikasi fungsional
mereka. Ada dua
alasan yang
mungkin melandasi
penunjukan tersebut:
(i) Proyek dianggap
kurang prioritas oleh
pihak lain; (ii) Pilih
kasih (favoritism)
II.2. Proses Rekruitmen Tinggi § Risiko tindakan kolusi untuk § Meningkatkan keterbukaan, penanganan
TFM, PMU dsb. merekrut konsultan yang disukai. keluhan seperti yang dicantumkan dalam
§ Risiko minimnya kapasitas staf Keppres 80/2003
PMU. § Proyek akan mengadakan pelatihan
tentang pengelolaan dan keuangan
proyek
§ Evaluasi rutin terhadap kinerja konsultan
(perlu dipertimbangkan penghargaan
terhadap konsultan dengan kinerja
terbaik).
§ Pemilihan semua personil harus
dilaksanakan melalui mekanisme yang
sepenuhnya jujur, obyektif dan transparan
sesuai petunjuk Bank. Panitia seleksi
diharuskan menunjukkan komitmen
mereka untuk mewujudkan proses seleksi
yang jujur, obyektif dan transparan dan
menghindari penyalahgunaan wewenang
dan diskresi dalam pemilihanb untuk
memenuhi kepentingan pribadi, keluarga,
kelompok dan/atau kepentingan lainnya
dengan menandatangani ‘Pakta Integritas’
sesuai dengan peraturan pemerintah
yang relevan (Keppres 80/2003). Kriteria
seleksi dibuat berdasarkan prinsip
meritokrasi bahwa hanya yang paling
berkualitas yang akan direkrut.
§ TFM akan diseleksi berdasarkan kinerja
mereka setelah melalui pelatihan pra-
tugas.

.’/2+3’0 &!
92
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

III. Pencegahan Resioko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
III.3. Publikasi Laporan Rendah § Risiko bahwa informasi mengenai § Executing Agency dan Implementing
Audit kemajuan dan hasil pelaksanaan Agency harus mengadakan audit tahunan
proyek (termasuk tindakan oleh pihak ketiga, yang mencakup audit
penyalah-gunaan, kolusi dan terhadap pengadaan dan hasil
nepotisme jika ada) tidak tersedia. pelaksanaan (‘end-use check’, kualitas
dan kuantitas barang, pekerjaan atau
jasa, verifikasi pembayaran,
perbandingan harga antara harga kontrak
dan harga pasar, dan lain-lain)
§ Membuat laporan audit dan semua
tanggapan oleh pemerintah tersedia untuk
umum segera setelah penerimaan
laporan akhir yang disiapkan sesuai
dengan persetujuan pinjaman/kredit.
III.4. Mekanisme Sedang § Kurangnya pengalaman DPMU § Menggunakan pengawasan proyek dan
Akuntabilitas Sub- dapat mengakibatkan supervisi untuk mengurangi risiko.
projek penyalahgunaan dana.
III.5. Pemilihan Desa Rendah § Lemahnya transparansi dan § Menghindari konflik kepentingan dengan
Sasaran proses yang berpihak. Konflik menyediakan pedoman kriteria pemilihan
kepentingan. masyarakat penerima manfaat Pamsimas
III.6. Penunjukan Tim Rendah § Penunjukan calon yang tidak § Menetapkan kriteria mekanisme seleksi
yang mengelola berkualitas. tim pengelola hibah desa yang disepakati;
hibah desa di tingkat § Pemilihan tidak dilakukan § Mengumumkan kriteria kepada
masyarakat berdasarkan kemampuan dan masyarakat dan mengadakan penilaian
konsensus masyarakat, tetapi kinerja tahunan.
pada kedekatan kekeluargaan § Nama-nama calon harus diumumkan
antara calon dan elit desa. sekurang-kurangnya seminggu sebelum
pemilihan
III.7. Pemilihan lokasi Sedang § Negosiasi mungkin dilaksanakan § Pemilihan desa harus benar-benar
proyek (desa) dalam pemilihan desa antara berdasarkan data kemiskinan dan tingkat
executing agency dan perwakilan kebutuhan masyarakat atas air dan
dari kabupaten sanitasi
§ Meningkatkan mekanisme oleh Bank
III.8. Pelatihan Fasilitator Sedang § Dilaksanakan dengan tidak layak, § Mekanisme monitoring dan evaluasi
dan Konsultan tidak dilaksanakan sesuai dengan mencakup penilaian kualitas pelatihan
jadwal
III.9. Pembayaran Gaji Sedang § Keterlambatan pembayaran gaji § Meningkatkan penanganan keluhan dan
Konsultan (TFM) konsultan dapat memberikan sanksi atas keterlambatan pembayaran.
dampak terhadap kinerja proyek § Mekanisme penilaian kinerja konsultan
seperti penyalahgunaan dana dan oleh perusahaan dan harus dikaji dan
peningkatan harga (mark up). disetujui oleh Bank
§ Executing agency (dengan bantuan Bank)
akan menyiapkan prosedur operasional
untuk konsultan.
III.10. Pembayaran Tinggi § Laporan/dokumen pendukung § Menyiapkan pedoman untuk mengawasi
fiktif seperti biaya perjalanan dan klaim pengeluaran yang ditunjang oleh
pengeluaran untuk workshop/ bukti-bukti yang relevan, termasuk
pelatihan. laporan kegiatan, absensi, tiket, tanda
terima pembayaran,

.’/2+3’0 &!
93
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

III. Pencegahan Resioko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
§ Membandingkan laporan harga di lokasi
yang berbeda dan memberikan perhatian
atas perbedaan yang diakibatkan
masalah dalam akses dan ruang lingkup
aktifitas, dan lain-lain.
§ Karena keterbatasan kemampuan, audit
internal oleh Inspektorat Jenderal
mensyaratkan adanya bantuan teknis. Hal
ini berdasarkan kerangka acuan yang
disetujui oleh Bank sebelum negosiasi,
termasuk, antara lain, sebuah pengkajian
atas pengendalian internal terhadap
implementing agency proyek dan
pernyataan bahwa semua pencairan dana
proyek dilakukan merupakan pengeluaran
yang layak dibiayai. Hasil dari pengkajian
ini akan di laporkan kepada Bank dan
external auditor.
III.11. Pengarsipan Sedang § Dokumen proyek (seperti § Menetapkan pedoman yang jelas
pengadaan barang, keuangan, tentangpengarsipan pengadaan barang
kontrak, audit, laporan dan pembukuan keuangan dan
pelaksanaan, data fisik dan penanganan lanjut bila arsip tidak
keuangan, surat masuk dan dipelihara, termasuk penundaan
keluar dan dokumen pengujian pembayaran dan penggantian personil
kualitas) sengaja tidak disediakan bila diperlukan.
untuk menutupi praktik korupsi. § Pedoman penyebarluasan informasi
mengenai kontrak-kontrak yang sudah
diputuskan
§ Membuat data proyek yang layak dan
sistem pembukuan
III.12. Penyaluran dan Tinggi § Resiko keterlambatan § Menyederhanakan proses penyaluran
penggunaan dana pelaksanaan proyek dana.
§ Pencairan dana di tingkat desa § Executing agency harus menyiapkan
dilakukan secara sekaligus. prosedur tetap untuk penyaluran dan
§ Resiko ketidaklengkapan/ penggunaan dana
ketidaksesuaian dokumentasi § Pedoman penyerahan dokumen lengkap
keuangan yang menjadi persyaratan surat perintah
membayar kepada KPN Depkeu akan
tercantum dalam pedoman proyek. Hal ini
merupakan langkah penting karena
standar tindakan yang ditetapkan
pemerintah perlu diperkuat untuk
mengurangi resiko korupsi.
§ Penggunaan dana harus tranparan –
ditempelkan di papan pengumuman
§ Pencairan dana di desa dilakukan
berdasarkan kebutuhan di setiap tahap
pelaksanaan, setelah FM dan TKM
menyerahkan estimasi anggaran.
§ Pemantauan oleh masyarakat,
§ Proyek akan mempekerjakan tim
independen sebagai auditor untuk

.’/2+3’0 &!
94
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

III. Pencegahan Resioko Penyalahgunaan Wewenang dan Pemalsuan


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
memastikan bahwa pengeluaran bersifat
wajar
§ Staf keuangan dan manajemen dalam
CPMU dan PPMU akan mengawasi dan
mengaudit aspek keuangan.
§ Membentuk tim yang berfungsi untuk
memberikan pelatihan pembukuan dan
manajemen proyek
§ Peningkatan dalam penanganan keluhan,
dan sanksi untuk mereka yang
mencairkan dana tidak sesuai peraturan.
§ Forum pertanggungjawaban desa akan
dilaksanakan dan dihadiri oleh seluruh
anggota masyarakat.

IV. Keterbukaan Informasi


Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
IV.1 Terbatasnya Rendah § Informasi terbatas untuk Unit § Diseminasi tujuan dan aturan proyek dan
diseminasi informasi Pelaksana. peraturan-peraturan melalui pertemuan-
yang terkait proyek. pertemuan dan rapat kerja di tingkat
Kabupaten
§ Pastikan bahwa kantor-kantor Pamsimas
mengetahui peran dan tanggungjawabnya
dan bagaimana masing-masing
bertanggung-jawab terhadap agendanya
IV.2 Diseminasi informasi Sedang § Informasi dipegang oleh kelompok § Setiap informasi terkait proyek harus
tertentu disebarluaskan secara terbuka kepada
masyarakat dan pihak-pihak lain untuk
mengendalikan dan memantau kinerja
dan dampak program
§ Fasilitator harus memastikan bahwa
desa-desa miskin, terpencil dan kelompok
wanita (dlsb.) memperoleh informasi yang
diterima sebagaimana masyarakat lainnya
§ Penguatan mekanisme penanganan
pengaduan dan sanksi untuk mereka
yang membatasi informasi

V. Penanganan Pengaduan
Peta Risiko Korupsi Resiko Kesempatan adanya Korupsi Tindakan Pencegahan
V.. Penanganan Sedang § Keluhan tidak ditangani secara § Membangun mekanisme penanganan
Pengaduan memadai keluhan secara rinci, termasuk
penelusuran keluhan dan pengukuran
efektifitas penerapan sistem ini. Termasuk
di dalamnya menempelkan pengumuman
dan deskripsi singkat mengenai hibah
desa di ruang publik seperti balai desa,
mesjid, dan lain-lain.

.’/2+3’0 &!
95
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

L.3.2. PENGUATAN KETERBUKAAN INFORMASI di PAMSIMAS


Berikut adalah contoh bagaimana Pamsimas akan mengurangi risiko korupsi melalui
penguatan keterbukaan informasi.
Dengan berkonsultasi kepada pihak Bank, Implementing Agency akan menetapkan
mekanisme dalam hal apa media dan kelompok masyarakat madani dapat terlibat
untuk mengawasi kemajuan proyek (lihat juga tentang Pengawasan oleh Masyarakat
Madani, di bawah). Mekanisme ini akan dirinci dalam Panduan Proyek dan mencakup
kegiatan berbagi informasi dengan media. Fotokopi kliping media akan dikirimkan ke
CPMU untuk dibahas dan diarsip.
Tindakan lain terkait penyebarluasan dokumen Pamsimas kepada publik dijabarkan
di dalam matriks berikut.
Penyebaran dokumen Pamsimas kepada publik antara lain:
a. Executing dan Implementing Agencies serta Bank Dunia menyediakan kepada
publik segera setelah selesainya kajian mid-term proyek dilaksanakan sesuai
dengan perjanjian pinjaman, laporan kajian mid-term dan aide memoire yang
dipersiapkan untuk tujuan tersebut.
b. Executing dan Implementing Agencies serta Bank Dunia dapat menyediakan
kepada publik segera setelah menerima semua laporan akhir audit (keuangan
atau selain itu, termasuk laporan audit yang disetujui) yang disiapkan sesuai
dengan perjanjian pinjaman dan semua tanggapan resmi dari pemerintah terkait
dengan laporan tersebut.
c. Executing dan Implementing Agencies serta Bank Dunia menyediakan segera
untuk publik:
· Semua rencana dan jadwal pengadaan tahunan, termasuk informasi terbaru;
· Apabila diminta, semua dokumen lelang dan permintaan proposal yang
dikeluarkan sesuai dengan persyaratan pengadaan dalam perjanjian
pinjaman, dengan bea yang wajar untuk membayar biaya cetak dan
pengiriman. Dalam hal dokumen yang diminta adalah dokumen lelang dan
permintaan proposal dari peserta lelang yang menunjukkan ketertarikan,
dokumen terkait hanya akan disediakan setelah pemberitahuan pemberian
kontrak kepada perusahaan pemenang. Masing-masing dokumen tersebut
akan disediakan sampai satu tahun setelah penyelesaian kontrak dimasukkan
dalam pertanyaan untuk barang, pekerjaan atau jasa;
· Apabila diminta semua daftar pendek konsultan, dan dalam kasus pra-
kualifikasi, daftar-daftar supplier pra-kualifikasi.
· Membuka kepada semua peserta lelang dan semua pihak yang memasukkan
proposal untuk kontrak tertentu, segera setelah pemberitahuan penghargaan
kontrak kepada pemenang lelang, ringkasan evaluasi semua lelang dan
proposal untuk kontrak yang diajukan. Informasi dalam ringkasan tersebut
akan dibatasi pada daftar peserta lelang, semua nilai lelang dan proposal

.’/2+3’0 &!
96
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

keuangan yang dibacakan pada saat pembukaan penawaran lelang dan


proposal keuangan, penawaran dan proposal yang dinyatakan tidak-tanggap
(bersama dengan alasan untuk penilaian itu), nama pemenang lelang dan nilai
kontrak. Ringkasan tersebut akan disediakan kepada publik, segera setelah
diminta;
· Mempublikasikan secara luas informasi penghargaan kontrak untuk semua
kontrak, segera setelah pemberian kontrak;
· Setelah diminta oleh perorangan atau perusahaan, daftar semua kontrak yang
diberikan dalam tiga bulan sebelum tanggal permintaan mengenai suatu
proyek, termasuk nama penyedia/supplier/konsultan, nilai kontrak, jumlah
peserta lelang/proposal, metoda pengadaan yang diikuti dan tujuan dari
kontrak.
· Panduan pengelolaan proyek
· Akses yang mudah kepada publik untuk mendapatkan versi Indonesia dari
Rencana Anti Korupsi proyek;
· Konsolidasi Program Kerja Tahunan dan harus disetujui oleh Bank.

Hampir semua dokumentasi di atas harus ditempatkan secara lengkap dalam situs
proyek dan dalam bentuk cetakan (hardcopies). Beberapa dokumen akan diringkas
agar memberikan akses yang lebih baik terhadap informasi utama. Rincian lengkap
tentang bagaimana masing-masing dokumen tersebut di atas akan disediakan oleh
Executing and Implementing agencies akan dituangkan dalam panduan proyek.
Format sederhana, ringkas, dalam bentuk standar akan disiapkan untuk memastikan
adanya pelaporan kemajuan tahunan untuk lembaga non-pemerintah dan media
tingkat nasional dan lokal. Data dari laporan tersebut akan dipublikasikan setiap
bulan dalam website oleh CPMU. Informasi terpenting mengenai kontrak, kemajuan
pelaksanaan, dan rapat kerja dan lain-lain kegiatan terkait proyek akan dimuat dalam
laporan tersebut. Situs tersebut juga memuat data dasar mengenai jumlah, jenis dan
status keluhan untuk setiap propinsi dan kabupaten.
Satu ringkasan informasi dan kemajuan proyek, termasuk masalah dan solusinya,
akan dimuat dalam IFR (Interin Un-Audited Financial Report) dan dipaparkan kepada
forum masyarakat madani (misalnya LSM) dalam bentuk cetakan di tingkat pusat dan
propinsi. IFR akan dibuat tahunan dan akan ditempatkan dalam situs proyek.

.’/2+3’0 &!
97
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

LAMPIRAN 4.
RENCANA TINDAK KESETARAAN GENDER

No Kegiatan Ukuran

1 Kebijakan dan petunjuk · Memuat kebijakan pengarusutamaan gender kedalam juknis dan
teknis Pamsimas menjelaskan indikator keberhasilan pengarusutamaan gender;
· Memuat petunjuk operasional pengarusutamaan gender ke dalam
pedoman pelaksanaan dan mendisseminasikannya ke seluruh
pengelola program
· Menyusun juknis yang jelas, brosur dan poster yang komunikatif untuk
menjelaskan kebijakan kesetaraan gender dan
mendisseminasikannya ke seluruh aparat pemerintah
· TOR konsultan mewajibkan konsultan mematuhi kebijakan kesetaraan
gender
2 Seleksi Konsultan · Persyaratan bahwa kontraktor (perusahaan) menunjukkan kebijakan
yang memberi kesempatan kepada perempuan untuk menempati
setiap posisi yang ditawarkan. Persyaratan ini menjadi bagian dari
tender proposal
· Persyaratan keseimbangan gender di seluruh tim konsultan provinsi
dan kabupaten (minimum 30% dari anggota tim adalah perempuan
atau laki-laki)
3 Seleksi Fasilitator · PPMU memuat pernyataan dalam iklan lowongan pekerjaan bahwa
Masyarakat perempuan didorong untuk mengajukan lamaran.
· PPMU melakukan upaya untuk memastikan adanya lamaran
pekerjaan dari perempuan
· Sedikitnya satu fasilitator masyarakat per tim adalah perempuan atau
laki-laki
· Persyaratan keseimbangan gender sebesar 50% dalam setiap sub tim
fasilitator (seperti bidang teknis, pemberdayaan masyarakat, dan
kesehatan)
4 Orientasi dalam · Memberikan arahan/orientasi dalam kebijakan dan petunjuk teknis
pengarusutamaan pengarusutamaan gender kepada seluruh unit pengelola program, tim
koordinasi program, dan konsultan di semua tingkatan sehingga
masing-masing pelaku memahami tanggungjawabnya dalam
pengarusutamaan gender.
5 Peningkatan kapasitas · Menyediakan pelatihan bagi konsultan di tingkat pusat, provinsi, dan
bagi konsultan dan kab/kota serta fasilitator masyarakat sehingga mereka dapat
fasilitator masyarakat mengadopsi pendekatan pengarusutamaan gender dalam bidangnya
masing-masing dan mampu memberikan transfer keterampilan
pengarusutamaan gender kepada aparat pemerintah dan pelaku
lainnya.
· Mengidentifikasi pakar kesetarakan gender di tingkat lokal yang dapat
membantu memberikan bimbingan kepada fasilitator dan
merencanakan strategi partisipasi masyarakat
· Evaluasi pelatihan memuat penilaian atas materi kesetaraan gender
· Menyediakan indikator untuk pemberian pengakuan/penghargaan
kepada fasilitator masyarakat yang berkinerja baik dalam mendorong

.’/2+3’0 &!
98
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

No Kegiatan Ukuran

partisipasi aktif perempuan perdesaan.


6 Penyedia Layanan · Persyaratan bahwa setiap tim pelatihan minimal 30%-nya perempuan
Pelatihan atau laki-laki.
· Seluruh program pelatihan dinilai oleh tenaga ahli pemberdayaan
masyarakat tingkat nasional/provinsi atau konsultan social inclusion
dalam hal materi kesetaraan gender dan teknik penyampaiannya.
7 Proses di tingkat · Fasilitator masyarakat menerapkan indikator termasuk advokasi
masyarakat kepada kepala desa/lurah, bekerjasama dengan tokoh wanita dan
kelompok perempuan sejak awal proses di tingkat masyarakat untuk
mendorong partisipasi aktif perempuan, dan jika diperlukan
melaksanakan diskusi kelompok yang terpisah antara perempuan dan
laki-laki.
· Fasilitator masyarakat mendorong perempuan untuk terpilih sebagai
anggota tim pelaksana desa/kelurahan dan BPSPAMS, serta
mempertimbangkan cara mencapai kesetaraan gender (misalnya
pengambilan suara secara terpisah untuk wakil perempuan dan laki-
laki).
· Konsultan district memantau keseimbangan gender selama
perencanaan dan pelaksanaan di tingkat masyarakat serta menangani
kesenjangan kesetaraan gender yang terjadi.
· RKM tidak dapat disetujui jika tim pelaksana kegiatan di tingkat
masyarakat yang menyusun RKM tersebut seluruhnya/didominasi laki-
laki dari kelompok masyarakat kaya dan tidak dapat membuktikan
bahwa laki-laki dan perempuan telah berparrtisipasi dalam
pengambilan keputusan dan persetujuan usulan RKM.
8 Peningkatan kapasitas · Memberikan pelatihan kepemimpinan bagi tokoh perempuan desa,
di tingkat masyarakat termasuk bidan desa dan kader kesehatan
· Menekankan persyaratan kesetaraan sosial dan gender bagi tim
implementasi di tingkat desa/kelurahan dan RKM dalam sosialisasi
program dan peningkatan kapasitas masyarakat.
9 Dana insentif sosial · Melaksanakan analisis gender dalam pemanfaatan dana untuk menilai
ekonomi manfaat dan resiko penggunaan dana bagi laki-laki dan perempuan.
· Memuat kinerja promosi kesetaraan gender dalam Pamsimas sebagai
kriteria evaluasi pemberian hibah baik bagi masyarakat maupun bagi
kelembagaan
· Mendorong rapat khusus warga perempuan dalam menghimpun
masukan/ide dalam penyusunan proposal desa/kelurahan.
10 Pengarusutamaan · Memasukkan prinsip pengarusutamaan gender ke dalam strategi
pendekatan Pamsimas pembangunan air minum dan sanitasi yang mengadopsi pendekatan
dalam pembangunan Pamsimas
air minum dan sanitasi · Mengembangkan kapasitas LSM atau organisasi/pakar dalam
penyediaan pelatihan kesetaraan gender untuk meningkatkan
ketersediaan sumber daya lokal dalam perluasan penerapan
Pamsimas
· Memuat data dan analisis gender ke dalam alat-alat dan kegiatan
advokasi bagi para pengambil keputusan untuk meningkatkan
kesadaran mereka akan pentingnya kesetaraan gender dalam
pembangunan air minum dan sanitasi
11 Pemantauan dan · Konsultan pemberdayaan masyarakat tingkat
Evaluasi nasional/provinsi/konsultan social inclusion secara berkala

.’/2+3’0 &!
99
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

No Kegiatan Ukuran

melaksanakan kunjungan lapangan dan mereview kemajuan dalam


pengarusutamaan gender dan memberikan pembinaan kepada
fasilitator
· Memastikan format monitoring dan evaluasi menghimpun data peserta
pelatihan program dan peserta kegiatan masyarakat yang terpilah
berdasarkan gender dan memuat data ini dalam SIM Pamsimas
· Memastikan pemantauan keberlanjutan program melibatkan
partisipasi perempuan dan laki-laki, dimana data terpilah berbasis
gender terhimpun dan tercatat. Selain untuk memantau hasil program,
data keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam pemantauan
keberlanjutan program digunakan untuk mengevaluasi hasil program
oleh para pelaku dan pengelola program.
· Konsultan pemberdayaayn masyarakat tingkat nasional /Social
Inclusion consultant melaksanakan analisis gender secara berkala
dari data hasil pemantauan keberlanjutan dan melaporkannya kepada
CPMU
· Perusahaan (contractors) memuat kemajuan hasil pengarusutamaan
gender dalam laporan triwulan.
· PMR memuat laporan kemajuan partisipasi gender dan hasilnya
· Bank Dunia menyertakan pakar gender dalam setiap misi supervise.
12 Pengelolaan · Menghimpun cerita sukses dari masyarakat dalam hal kesetaraan
pembelajaran gender dan mendisseminasikannya melalui website, newsletter, dan
(Knowledge media lainnya
management) · Melaksanakan mid-term in-depth gender review dengan penilai dari
pihak ketiga dan mengembangkan rencana aksi dalam merespon hasil
dan rekomendasi dari review tsb
· Fasilitator masyarakat didorong untuk mengembangkan forum
fasilitator lokal yang bertemu secara regular dengan pelaku dari
program lain dalam wilayah kabupaten/kota tsb (seperti KDP, UPP2,
ILGR) dan LSM lainnya.

.’/2+3’0 &!
100
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

LAMPIRAN 5.
RENCANA TINDAK KONVENSI HAK PENYANDANG DISABILITAS

Program Pamsimas menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Hak
asasi manusia sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat
universal dan langgeng, juga dilindungi, dihormati, dan dipertahankan, sehingga
perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia terhadap kelompok rentan khususnya
penyandang disabilitas perlu ditingkatkan.

Pada tanggal 13 Desember 2006 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah


mengeluarkan Resolusi Nomor A/61/106 mengenai Convention on the Rights of Persons
with Disabilities (Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas). Resolusi tersebut
memuat hak-hak penyandang disabilitas dan menyatakan akan diambil langkah-langkah
untuk menjamin pelaksanaan konvensi ini.

Pemerintah Indonesia telah menandatangani Convention on the Rights of Persons with


Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada tanggal 30 Maret
2007 di New York. Penandatanganan tersebut menunjukan kesungguhan Negara Indonesia
untuk menghormati, melindungi, memenuhi, dan memajukan hak-hak penyandang
disabilitas, yang pada akhirnya diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para
penyandang disabilitas.

Kewajiban dalam merealisasikan hak yang termuat dalam Konvensi Mengenai Hak-hak
Penyandang Disabilitas (convention on the rights of persons with disabilities), melalui
penyesuaian peraturan perundang-undangan, hukum dan administrasi dari setiap negara,
termasuk mengubah peraturan perundang-undangan, kebiasaan dan praktik-praktik yang
diskriminatif terhadap penyandang disabilitas, baik perempuan maupun anak, menjamin
partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya, serta pemanfaatan teknologi,
informasi dan komunikasi.

Dalam upaya melindungi, menghormati, memajukan, dan memenuhi hak-hak penyandang


disabilitas, Pemerintah Indonesia telah membentuk berbagai peraturan perundang-undangan
yang mengatur pelindungan terhadap penyandang disabilitas. Berbagai peraturan
perundang-undangan tersebut antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;


2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

.’/2+3’0 &!
101
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;


10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Program Pamsimas dilaksanakan untuk peduli terhadap tujuan memperkuat


upayasensifitasterhadap isu-isuyang berkaitan denganpenyediaanakses keair bersih
danfasilitas sanitasikepada penyandang cacat (disabilitas).Penggabungankegiatan
sosialisasikeManualProyekOperasidan pelatihanFasilitatorakanditampungpada tahap
berikutnyasetelahada konsensustentang jenis-jeniskegiatan yang akandisertakan

Tujuan dari dibuatnya lampiran ini dalam Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas adalah
untuk ikut memajukan, melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang
mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat
penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity).

Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam,
tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan
perlakuan semena-mena, serta memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas
integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain. Termasuk
didalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka
kemandirian, serta dalam keadaan darurat.

Pengakuan harga diri dan nilai serta hak yang sama bagi penyandang cacat (disabilitas),
yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
kesamaan hak. Oleh karena itu, pengakuan bahwa diskriminasi berdasarkan disabilitas
merupakan pelanggaran terhadap martabat dan nilai yang melekat pada setiap orang.

.’/2+3’0 &!
102
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4
PAMSIMAS 2013

LAMPIRAN 6.
DAFTAR SUMBER AIR MINUM DAN SARANA SANITASI YANG
LAYAK (IMPROVED)

Kategori Improved/Layak Unimproved*)/Tidak layak

Sumber Air Minum 1. Sumur terlindungi (berjarak 1. Mata air tak terlindungi
minimal 10 m dari sumber 2. Sumur gali tak terlindungi
pencemar) 3. Air dari drum
2. Sambungan rumah (SR) 4. Air dari tanker truck
3. Kran Umum atau hidran umum 5. Air sungai/genangan
4. Sumur Bor 6. Air kemasan
5. Sumur gali terlindungi
6. Mata air terlindung
7. Penampung Air hujan
Sarana Sanitasi 1. Toilet guyur 1. Cubluk tanpa slab
2. Sewer perpipaan 2. bucket latrines
3. Septic tank 3. Hanging toilet/hanging latrine
4. WC gali (WC gantung di laut/sungai
5. Cubluk dimana kotoran langsung
6. Cubluk dengan ventilasi udara dibuang ke badan air)
7. Cubluk dengan slab 4. Bucket
8. Toilet kompos (kantong/penampungan
sementara yang secara
periodic dibuang)
Sumber: WHO/UNICEF Joint Monitoring Program for Water Supply and Sanitation 2003-2010

.’/2+3’0 &!
103
2)(1/’0 2)0*).1.’’0 231*3’/ 2’/4+/’4

Você também pode gostar