Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
1
i
ABSTRAK
REZSA BERRI PERMANA. Aktivitas Antidiabetes Buah Ciplukan (Physalis angulata
Linn.) pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan
ERNI SULISTIAWATI.
ABSTRACT
REZSA BERRI PERMANA. Anti-Diabetic Activity of Ciplukan Fruits (Physalis
angulata Linn.) in Type-2 Diabetes Mellitus Animal Model. Supervised by
SULISTIYANI and ERNI SULISTIAWATI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv
v
Disetujui oleh
drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. Dr. drh. Erni Sulistiawati, SP1., APVet.
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayat-Nyalah penulis diberi kekuatan untuk dapat menyelesaikan laporan
penelitian yang berjudul Aktivitas Antidiabetes Buah Ciplukan (Physalis angulata
Linn.) pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2. Penelitian ini memperoleh
pendanaan sebagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P)
yang berjudul yang sama dengan penulis sebagai ketua timnya. Penelitian ini telah
dilaksanakan dalam rentang waktu April 2011 sampai Februari 2012 di Laboratorium
Penelitian Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D.
selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. drh. Erni Sulistiawati, SP1., APVet. selaku
pembimbing lapangan atas masukan dan bimbingannya selama penyusunan laporan
penelitian ini. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua atas bimbingan dan sarannya, kepada Bapak Dimas Andrianto, Bapak
Waras Nurcholis, Bapak Syamsul Falah, Bapak I Made Artika, Bapak Edy Djauhari,
Auzi Asfarian, Fajri Prabowo, dan Mujibur Rahman atas masukannya, serta kepada
Ganep Agus, Ayu Arthuria, Fahry Irwan, Bina Pertamasari, dan Rezana Falachi atas
bantuannya selama penelitian di lapangan. Terima kasih khusus penulis sampaikan
kepada M. Fadhil Adinugroho dan keluarga atas kesediaannya untuk menampung
penulis selama menyusun laporan ini.
Penulis menyadari adanya kesalahan dalam penyusunan laporan penelitian ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat
menyempurnakan tulisan ini. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang herbal, penyakit degeneratif,
dan pengembangan hewan model laboratorium di Indonesia.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1 Kandungan gizi pakan yang digunakan pada penelitian 4
2 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol buah ciplukan 6
DAFTAR GAMBAR
1 Timeline pengambilan darah, induksi dan konfirmasi DMT2, serta masa
perlakuan 4
2 Pola berat badan dan rataan konsumsi pakan harian hewan uji selama
masa HFD-STZ 7
3 Pola glukosa darah, lipid total, dan NEFA serum hewan uji selama
masa HFD-STZ 7
4 Pola berat badan dan rataan konsumsi pakan harian hewan uji selama
masa perlakuan pengobatan 8
5 Pola glukosa darah, lipid total, dan NEFA serum hewan uji selama
masa perlakuan pengobatan 8
6 Mekanisme resistensi insulin pada jaringan otot yang diawali dengan
tingginya konsentrasi NEFA; siklus Randle dan revisi siklus Randle
oleh Shulman 10
7 Pengaruh aktivasi PPAR-γ2 terhadap masukan NEFA dan glukosa 12
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Metode
Pembuatan Simplisia dan Ekstraksi (Djajanegara 2010)
Persiapan buah ciplukan yang dilakukan meliputi pengumpulan bahan baku,
pencucian, perajangan, dan pengeringan oven. Sebanyak 4.5 kg buah ciplukan
(dipisahkan dari tudung buahnya) dikeringkan dalam oven dengan suhu 35OC selama
3 hari. Buah yang sudah kering selanjutnya digiling menggunakan homogenizer
hingga diperoleh bentuk serbuk/simplisia sebanyak 255 gram. Ekstraksi dilakukan
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Maserasi dilakukan
dengan merendam simplisia kedalam pelarut dengan perbandingan 1:10 (100 gram
simplisia dalam 1 liter pelarut) di atas orbital shaker (putaran 200 rpm) selama dua
malam pada suhu kamar sehingga diperoleh maserat buah ciplukan, setelah
dipisahkan dari endapan simplisianya. Maserat kemudian dipekatkan menggunakan
rotary evaporator.
Ekstrak pekat, sebanyak 103.22 gram berbentuk pasta berwarna cokelat
kehitaman, kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Sebelum diberikan pada
tikus, stok ekstrak dengan konsentrasi 400 mg/mL dibuat dengan melarutkan 50.4
gram ekstrak pekat ke dalam 126 mL akuades hangat.
Analisis Kualitatif Fitokimia (Harbone 1984)
Uji Flavonoid dan Hidrokuinon. Sebanyak 0.1 gram ekstrak ditambahkan 5
mL metanol 30% kemudian dipanaskan selama 5 menit dan dipisahkan filtrat dari
larutannya. Ke dalam filtrat ditambahkan 5 tetes NaOH 10% atau H2SO4 pekat.
Terbentuknya warna merah setelah diberi NaOH 10% menandakan adanya flavonoid
pada sampel, sedangkan warna merah setelah diberi H2SO4 pekat menandakan adanya
hidrokuinon.
3
satu tetes sampel darah diteteskan pada kertas glucose strip, kemudian dibaca pada
alat ukur Glucometer.
Analisis Lipid Total Serum. Konsentrasi lipid total serum diukur
menggunakan metode Sulfo-Fosfo-Vanilin Chabrol&Charonnat (Knight 1972; Lu
2008; van Handel 1985). Sebanyak 10 μL serum dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(kurva standar dibuat dengan standar asam oleat dengan konsentrasi masing-masing
1.25, 2.5, 4, 5, 8, dan 10 mg/mL). Ke dalam tabung kemudian ditambahkan H2SO4
pekat sebanyak 1 mL lalu diaduk hingga bercampur. Setelah tercampur, tabung
dipanaskan pada 100OC selama 20 menit pada waterbath, kemudian didinginkan
dalam air dingin selama 5 menit. Reagen Chabrol & Charonnat (yang berisi vanilin
dan kalium fosfat) sebanyak 2 mL ditambahkan ke dalam tabung sambil diaduk
dalam air dingin, kemudian sampel diinkubasi selama 30 menit. Warna ungu/merah
ceri yang terbentuk (stabil selama 60 menit) dibaca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 525 nm.
Analisis NEFA serum. Konsentrasi NEFA diukur menggunakan modifikasi
metode Duncombe-Novak-Dole, yakni metode Elphick (Elphick 1968). Ke dalam
tabung dimasukkan 1 mL kloroform (1 mL larutan standar palmitat dengan
konsentrasi 1.25, 2.5, 4, 5, 8, dan 10 mg/mL untuk membuat kurva standar). Bufer
fosfat sebanyak 0.3 mL dipipet ke dalam tabung, diikuti dengan 50 μL sampel serum
ke dalam tabung sampel dan dH2O dengan volume sama ke tabung blanko dan
standar. Seluruh tabung kemudian dikocok selama 90 detik, kemudian disentrifugasi
(pada 2 000 g selama 15 menit) sehingga terpisah menjadi dua fase (fase air di atas
dan fase kloroform di bawahnya).
Fase air dikeluarkan menggunakan pipet tanpa mengganggu fase kloroform di
bawahnya. Ke dalam fase kloroform ditambahkan 1 mL campuran heksana-asam
butirat, kemudian dikocok perlahan hingga homogen. Sebanyak 0.3 mL natrium
sulfat jenuh ditambahkan dan dikocok hingga bercampur, kemudian disentrifugasi
(pada 2 000 g selama 15 menit) hingga terpisah menjadi dua fase (fase kloroform-
heksana di atas dan fase air di bawahnya).
Fase kloroform/heksana dipindahkan ke tabung lain dengan bagian fase air
tidak turut terbawa dengannya. Ke dalam fase kloroform-heksana ditambahkan 1.0
mL reagen kobalt, kemudian tabungnya ditutup dengan rapat. Tabung kemudian
diinginkan dalam air dingin, dikocok selama tiga menit, setelah itu disentrifugasi
selama 15 menit pada 2 000 g. Lapisan teratas kemudian dipidahkan secara hati-hati
agar tidak ada reagen kobalt yang terbuang, kemudian ditambahkan indikator kobalt
sebanyak 0.05 mL. Warna biru-keunguan akan terbentuk pada menit ke-30, kemudian
menggunakan spektrofotometer UV/vis, blanko, standar, dan sampel tersebut dibaca
pada 527 nm.
HASIL
Kandungan Fitokimia Buah Ciplukan dalam Pelarut Etanol 70%
Ekstraksi maserasi buah ciplukan dalam pelarut etanol 70% selama 48 jam
pada suhu kamar menghasilkan rendemen sebesar 41%. Hasil penapisan fitokimia
(Tabel 2) menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder alkaloid (positif pada
uji Dragendorf, Meyer, dan Wagner), flavonoid, dan saponin pada ekstrak etanol
buah ciplukan. Kandungan terpenoid, fenolik hidrokuinon, steroid, dan tanin tidak
terdeteksi dalam ekstrak pada percobaan ini. Hasil ini sesuai dengan laporan
penapisan fitokimia metabolit sekunder oleh Djajanegara (2010).
6
425.00 19.000
400.00
Harian (gram)
18.000
375.00
350.00 17.000
325.00 16.000
300.00 15.000
28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Usia (minggu) Usia (minggu)
Gambar 2 Pola berat badan (a) dan rataan konsumsi pakan harian (b) hewan uji selama
masa HFD-STZ (ket: ♦ norm, ■ DMT2, ▲ pio, × X0.5, *X1.0)
(a) 400.00 (b) 9.000 (c) 7.000
Lipid Total Serum (mg/mL)
360.00
Glukosa Darah (mg/dL)
8.000 6.000
320.00
280.00 7.000 5.000
240.00 6.000
200.00 4.000
5.000
160.00 3.000
120.00 4.000
80.00 3.000 2.000
21 25 29 33 37 41 45 21 25 29 33 37 41 45 21 25 29 33 37 41 45
Usia (minggu) Usia (minggu) Usia (minggu)
Gambar 3 Pola glukosa darah (a), lipid total (b), dan NEFA serum (c) hewan uji selama
masa HFD-STZ (ket: ♦ norm, ■ DMT2, ▲ pio, × X0.5, *X1.0)
8
Harian (gram)
400.00 18.000
17.000
350.00
16.000
300.00 15.000
44 45 46 47 48 49 50 44 45 46 47 48 49 50
Usia (minggu) Usia (minggu)
Gambar 4 Pola berat badan (a) dan rataan konsumsi pakan harian (b) hewan uji selama
masa perlakuan pengobatan (ket: ♦ norm, ■ DMT2, ▲ pio, × X0.5, *X1.0)
350.00
8.000 6.000
7.000 5.000
250.00 6.000
5.000 4.000
150.00
4.000 3.000
50.00 3.000 2.000
44 45 46 47 48 49 50 42 43 44 45 46 47 48 49 50 42 43 44 45 46 47 48 49 50
PEMBAHASAN
Penggunaan hewan model untuk penelitian in vivo dalam bidang sindrom
metabolik, khususnya DM, telah digunakan secara luas dengan jenis dan karakteristik
yang beragam. Agar dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, hewan model
yang digunakan harus dapat menirukan kondisi yang menyerupai dengan yang terjadi
pada tubuh manusia. Pada kasus ini, hewan model yang digunakan diharapkan
memiliki kemiripan kondisi DMT2 pada manusia, baik dari segi patofisiologi
(kejadian penyakit), kondisi fisik dan klinis selama pengembangan penyakit, serta
respon biokimiawinya terhadap pengobatan yang diberikan.
tanaman ciplukan untuk mengetahui secara pasti kandungan mana yang berperan
dalam aktivitas antihiperglikemia tersebut.
Ekstrak etanol 70% buah ciplukan dinyatakan toksik terhadap larva udang
(brine shrimp) karena memiliki LC50 lebih kecil dari 1 000 μg/mL, yakni hanya
sebesar 39.63 μg/mL. Oleh karena itu, dosis yang digunakan pada percobaan ini tidak
dapat melebihi 5.0 gram/kg.bb (Baedowi 1998).
Gambar 6 Mekanisme resistensi insulin pada jaringan otot yang diawali dengan
tingginya konsentrasi NEFA; siklus Randle (atas) dan revisi siklus
Randle (bawah) oleh Shulman (Kovacs 2005)
hiperglikemia seperti yang dilaporkan peneliti lain (Reed 2000; Tahara 2008; Willett
2002; Winzell 2004; Zhang 2008).
Ishii et al. (2010) dalam penelitiannya, menggunakan tikus Diabetes Spontan
Torii (Spontaneous Diabetic Torii) yang diinduksi pakan tinggi lemak (35%),
melaporkan bahwa pemberian pakan HFD selama 8 minggu tidak memberikan
perubahan yang berarti pada kadar glukosa darah puasa tikus percobaannya, namun
keadaan tersebut diikuti dengan tetap terjadinya peningkatan yang signifikan pada
bobot badan, insulin, dan perubahan pada profil lipid (peningkatan pada trigliserida,
total kolesterol dan leptin, serta penurunan pada konsentrasi adiponektin).
Berdasarkan perubahan pada parameter tersebut, Ishii tetap menyimpulkan bahwa
kondisi obesitas dan resistensi insulin tetap terjadi. Ishii menyatakan, tidak
terbentuknya kondisi hiperglikemia pada hewan uji tetap membentuk kondisi
toleransi terhadap glukosa, atau resistensi insulin, yang ditandai dengan tingginya
tingkat sekresi insulin. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut lagi mengenai kejadian
yang menurutnya dapat terjadi pada jenis tikus lain dengan perlakuan yang sama.
Tidak terbentuknya kondisi hiperglikemia pada tikus dengan pakan HFD pada
percobaan ini tidak dapat dijelaskan melalui siklus Randle dan belum ada yang
melaporkan penyebab pasti kejadian tersebut. Selain itu, melihat regresi grafik
glukosa darah hewan uji, perpanjangan masa HFD diasumsikan tidak akan
memunculkan kondisi hiperglikemia, sehingga, sesuai prosedur yang diusulkan
Srinivasan, kondisi tersebut diinduksi menggunakan STZ.
Induksi STZ dosis rendah (35 mg/kg.bb, i.p) pada tikus yang sebelumnya
diberi HFD selama 14 minggu menyebabkan peningkatan yang signifikan pada
konsentrasi glukosa darah. Hasil ini serupa dengan hasil yang diperoleh pada studi
Srinivasan et al. (2005). Berbeda dengan penggunaan dosis tinggi STZ pada
penelitian DM umumnya, dosis rendah ini tidak bertujuan meniadakan sekresi insulin
dengan cara destruksi sel beta pankreas secara permanen (Akbarzadeh 2007),
melainkan hanya untuk memicu kondisi hiperglikemia dengan memunculkan
kerusakan reversibel sel beta pankreas sehingga insulin masih tetap dapat
disekresikan dan sel beta dapat dipulihkan. Terkait dengan kondisi resistensi insulin
yang telah dibentuk sebelumnya, induksi STZ dosis rendah, yang seharusnya tidak
dapat memicu kondisi hiperglikemia pada tikus yang tidak diberi pakan HFD
(Srinivasan 2005), terbukti dapat memicu hiperglikemia sehingga dapat melengkapi
gejala DMT2 pada hewan model yang menyerupai kejadian DMT2 pada manusia.
tinggi pada fase DMT2 ke angka kisaran mendekati normal. Kandungan senyawa
aktif ekstrak etanol 70% buah ciplukan diasumsikan memicu peningkatan aktivitas
CD36 (protein integral scavenger NEFA) dan FATP (Fatty Acid Transport Protein),
sehingga terjadi inisiasi transpor NEFA intraseluler ke dalam adiposit. Turunnya
konsentrasi NEFA akan mengembalikan rasio NADH/NAD+ ke kondisi normal.
Perbaikan pada kedua parameter ini dapat memperbaiki kondisi diabetes dengan jalan
normalisasi fosforilasi situs serin/treonindan tirosin pada IRS-1 sehingga sinyal
insulin tidak lagi terhambat (pembalikan dari kejadian DMT2 yang dipaparkan oleh
Shulman et al.). Selain itu, normalisasi rasio NADH/NAD+ akan memperbaiki laju
reaksi pada glikolisis dan silkus Krebs dengan jalan mengurangi penumpukkan asam
sitrat, yang merupakan inhibitor fosfofruktokinase, sehingga memperlancar reaksi
metabolisme glukosa ke arah hilir (Bays 2004; Gurnell 2005).
Kedua adalah penurunan konsentrasi glukosa darah. Merujuk mekanisme
yang diusulkan di atas, penurunan konsentrasi glukosa juga diduga terjadi akibat
peningkatan aktivitas GLUT4 dan fosfoenolpiruvat karboksikinase. Peningkatan
aktivitas GLUT4, yang diikuti dengan perbaikan transduksi sinyal insulin pada IRS-1,
menyebabkan tingginya laju asupan glukosa ke dalam sel. Di dalam sel, khususnya
adiposit, terjadi inisiasi gliserogenesis akibat aktivasi fosfoenolpiruvat karboksikinase
(PEPCK) sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel diubah menjadi gliserol (Bays
2004; Gurnell 2005). Tahap akhir dari perbaikan kondisi DMT2 diduga terjadi akibat
aktivasi gliserol kinase oleh senyawa aktif pada ekstrak ciplukan. Aktivasi gliserol
kinase memicu lipogenesis, yakni pembentukkan trigliserida dari asam lemak yang
dijerap pada poin pertama dan gliserol hasil konversi glukosa pada poin pertama.
Produk akhir dari perbaikan kondisi DMT2 ini adalah adipogenesis, penyusunan
kembali badan lipid, yang diduga merupakan hasil pemecahan badan lipid viskeral
dan penyusunannya kembali dalam bentuk badan lipid subkutan. Kondisi terakhir ini
diduga terjadi pada penelitian ini, yang mana ditunjukkan dengan penurunan
konsentrasi lipid total yang tidak mencapai angka normal dan penurunan berat badan
yang bukan disebabkan oleh pengobatan ekstrak.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akbarzadeh A, et al. 2007. Induction of diabetes by streptozotocin in rats. Indian
Journal of Clinical Biochemistry 22:60-64.
Atkin SH, Dasmahapatra A, Jaker MA, Chorost MI, Reddy S. 1991. Fingerstick
glucose determination in shock. Ann. Int. Med. 114:1020-1024.
Baedowi. 1998. Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta
Insula Pancreatisi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian
Ekstrak Daun Ciplukan, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan
Tinggi di Indonesia IX. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Baker AD, et al. 2010. PPARγ regulates the expression of cholesterol metabolism
genes in alveolar macrophages. Biochemical and Biophysical Research
Communications 393:682-687.
Bajaj M, et al. 2007. Effects of peroxisome proliferator-activated receptor
(PPAR)-α and PPAR-γ agonist on glucose and lipid metabolism in patients
with type 2 diabetes mellitus. Deiabetologia 50:1723-1731.
Bays H, Mandarino L, DeFronzo RA. 2004. Role of the adipocyte, free fatty acids,
and ectopic fat in pathogenesis of type 2 diabetes mellitus: Peroxisomal
proliferator receptor agonist provide a rational therapeutic approach.
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 89:463-478.
Danawati CW et al . 2005. A possible association of Pro12Ala polymorphism in
peroxisome proliferators–activated receptor γ2 gene with obesity in native
Javanese in Indonesia. Diabetes Metab Res Rev 21:465–469.
Djajanegara I, Wahyudi P. 2010. Uji sitotoksisitas ekstrak etanol herba ceplukan
(Physalis angulata Linn.) terhadap sel T47D secara in vitro. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia 1:41-47.
Faergeman NJ, Knudsen J. 1997. Role of long-chain fatty acyl-CoA esters in
regulation of metabolism and in cell signaling. The Biochemical Journal
323:1-12.
14
LAMPIRAN
17
Lampiran 1 Buah ciplukan yang diperoleh (kiri) dan perbandingan ukuran buah
ciplukan dengan bulir jagung (kanan)
Lampiran 4 Tikus Sprague-Dawley jantan berumur 4 bulan dengan bobot 300 gram
(kiri) dan bentuk kandang yang digunakan (tengah & kanan)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 September 1988 dari pasangan ayah
Faisal Anwar dan ibu Arnelia. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai di SDN Polisi I Bogor (1995-2001). Setelah
menyelesaikan pendiikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4
Bogor (2001-2004), kemudian menempuh pendidikan lanjut di SMA Negeri 1 Bogor
(2004-2007). Tahun 2007 penulis lulus, kemudian melanjutkan pendidikannya ke
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan
menempati sepuluh besar pendaftar dengan nilai rapor tertinggi dari sekolah asal.
Organisasi yang pernah diikuti penulis selama masa kuliah di IPB adalah
kepengurusan himpunan profesi (HIMPRO) Biokimia; Community of Research and
Education in Biochemistry (CREBs) sebagai ketua Divisi Bionalisis (2009-2010).
Penulis melakukan kegiatan Praktik Lapang (PL) selama epriode bulan uli
sampai Agustus 2010 di Laboratorium Energi I, Lembaga Biologi Molekular Eijkman,
dengan judul laporan hasil PL “PPAR-γ2 Pro12Ala Polymorphism in Pedawa
Population of Bali”. Selama tahun 2010-2012, penulis pernah menjadi asisten
praktikum di laboratorium Biokimia untuk mata kuliah Biokimia Umum,
Metabolisme, Struktur dan Fungsi Biomolekuler, Biokimia Klinis, dan Pengantar
Penelitian Biokimia untuk mahasiswa sarjana (S1).