Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid
1.3.2 Khusus
a. Menjelaskan definisi demam thypoid
b. Menjelaskan etiologi demam thypoid
c. Menjelaskan klasifikasi demam thypoid
d. Menjelaskan patofisiologi demam thypoid
e. Menjelaskan manifestasi klinis demam thypoid
f. Menjelaskan pemeriksaan penunjang demam thypoid
g. Menjelaskan penatalaksanaan medis demam thypoid
h. Menjelaskan komplikasi demam thypoid
i. Menjelaskan askep pasien dengan demam thypoid
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teorotis
Menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan demam thypoid.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Tenaga keperawatan
Agar tenaga keperawatan mampu menerapkan dan melaksanakan asuhan keperawatan.
b. Mahasiswa
Agar mahasiswa menambah referensi tentang demam thypoid
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi
akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini
hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang
merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu
tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan
antiseptik.
Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch)
merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, antigen H
(Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen V1 (kapsul)
merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap
fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang
lazim disebut aglutinin.
2.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi,
setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama
plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis
setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh
sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak difagosit berkembang
biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke
seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama
limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung
empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman
mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh
lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah
mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala
demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokines
yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler,
depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengandung
eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini
beragregasi maka terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium,
limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi.
Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi
(minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada dinding ileum terjadi ulkus
yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya
pembentukan jaringan parut.
2.6 Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau bed rest.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi
pada intestinal.
3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
- Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
- Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
- Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80
mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
- Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b. Antipiretik seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
2.7 Komplikasi
Perdarahan intestinal, perforasi intestinal, ileus paralitik, renjatan septik, pielonefritis,
kolesistisis, pneumonia, miokarditis, peritonitis, meningitis, ensefalopati, bronkitis, karir
kronik.
KumanSalmonellatyphii
masuk ke salurancerna
2.8 WOC
BAB 3
CASE STUDY
Kasus :
Tn. T (6 tahun) BB : 30 kg, di bawa ke UGD RS Gambiran karena demam tidak turun, pagi
turun sore malam naik lagi, mual muntah, setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat
didapatkan data mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, pasien tampak lemah, T : 40oC, N : 90
x/menit, RR : 23 x/menit. Pasien tampak berkeringat, keluaran urin sedikit hanya 500 cc /jam.
Lidah kotor. Pasien didiagnosa demam thypoid.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Identitas
Nama : Tn. T
Tempat tanggal lahir :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan :
Status :
Agama :
Alamat :
Tanggal MRS :
No. RM :
Diagnosa Medis : Demam Thypoid
b. Keluhan utama : Demam
c. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan pasien sudah merasa tidak enak badan dan kurang nafsu makan, disertai dengan
sakit kepala, badan panas, mual dan ada muntah. Panas berkurang setelah minum obat
parasetamol, tapi hanya sebentar kemudian panas lagi.
Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini,
apakah pasien pernah dirawat di RS, atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek dan batuk, dan
sembuh setelah minum obat biasa yang dijual di pasaran.
Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada dalam keluarga pasien yang pernah sakit seperti pasien.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Mengkaji kesadaran dan keadaan umum pasien. Kesadaran pasien perlu di kaji dari
sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien
Suhu : 40oc
Nadi : 90 x/menit
RR : 23 x/menit
b. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan persistem
Suhu : 40oc, Nadi : 90 x/menit, RR : 23 x/menit
1. B1 (breath)
Bentuk dada : simetris
Pola nafas : teratur
Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan
2. B2 (Blood)
Irama jantung : teratur
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan
Akral : Tangan bentuk simetris, tidak ada peradangan sendi dan oedem, dapat
bergerak dengan bebas, akral hangat, tangan kanan terpasang infus. Kaki bentuk
simetris, tidak ada pembatasan gerak dan oedem, akral hangat.
3. B3 (Brain)
Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak mata simetris, konjungtiva
tampak anemis, sklera putih, pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+),
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa lubang hidung me rah muda,
tidak ada cairan dan serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon setiap
pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan bau -bauan, mukosa hidung
merah muda, sekret tidak ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip.
Kesadaran : kompos mentis
4. B4 (Bladder)
Kebersiahan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
Produksi urin : tidak normal (sedikit) 500 cc/jam, buang air kecil tidak menentu,
rata-rata 4-6x sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5. B5 (Bowel)
Nafsu makan : anoreksia
Porsi makan : ¼ porsi
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak teerlihat pembesaran tonsil
Mukosa: pucat
6. B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : normal
Kondisi tubuh : kelelahan, malaise, lemah
3.2 Analisa Data
Masalah Diagnosa
Analisa Data Etiologi
Keperawatan Keperawatan
Data Subjektif Kuman Salmonella typhii Kekurangan Berhubungan
1. Demam (panas naik volume cairan dengan asupan
turun) cairan yang
2. Mual masuk ke saluran cerna tidak adekuat.
3. Muntah
MK =
Kekurangan Volume Cairan
Menembus
dan masuk aliran darah
Hipothalamus
Demam
Peningkatan
Suhu tubuh
MK = Hipertermi
3.3 Diagnosa
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan
suhu tubuh
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3.5 Planning
3.6 Implementasi
1. Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
Memberikan minum per oral sesuai toleransi.
Mengatur pemberian cairan infus sesuai order.
Mengukur semua cairan output (muntah,urine, diare), dan mengukur semua intake.
2. Diagnosa 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Memonitor tanda-tanda infeksi.
Memonitor tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Memberikan suhu lingkungan yang nyaman pada pasien serta memakaikan pakaian tipis.
Mengkompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya.
Memberikan cairan iv sesuai order atau memnganjurkan intake cairan yang adekuat.
Memberikan antipiretik.
Memonitor komplikasi neurologis.
3.7 Evaluasi
Diagnosa 1:
S : Pasien menunjukkan hidrasi yang baik
O : TTV normal, intake dan output cairan seimbang.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
Diagnosa 2:
S : Pasien mengatakan tidak demam lagi
O : TTV normal, membran mukosa lembab, kulit dingin dan bebas dari keringan yang
berlebih, pakaian dan tempat tidur pasien kering.
A : Masalah teratasi
P : Pasien pulang
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi
akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii.
Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch) antigen H
(Hauch, menyebar) dan antigen V1 (kapsul). Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau
minuman yang terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan
limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Masa inkubasi 7-
20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari.
3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa memahami dan mampu
memberikan asuhan kepearawatan pada pasien dengan demam thypoit. Dan bagi institusi
diharapkan mampu dengan baik dalam menjalankan asuhan keperawatan pada pasien demam
thypoit yang sesuai dengan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
Poskan Komentar