Você está na página 1de 4

SPORT INJURY

dr. Febrian Naufaldi

Bismillahirrahmanirrahim.

Cedera akibat trauma adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari dalam hidup ini. Tidak hanya
saat olahraga saja, cedera pun bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Bahkan bisa terjadi saat
kita tertidur lalu terjatuh. Cedera ini pun bermacam-macam, dari yang hanya keseleo saja
hingga patang tulang yang merobek kulit kita.

Efek dari cedera tersebut sering menimbulkan reaksi inflamasi (peradangan) pada daerah yang
mengalami trauma. Reaksi inflamasi ini sangat berhubungan dengan vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah) yang memiliki 5 tanda, yaitu :
1. Kalor (panas)
2. Dolor (nyeri)
3. Rubor (merah)
4. Tumor (bengkak)
5. Fungsiolesa (penurunan fungsi)

Banyak sekali tindakan-tindakan yang sering dilakukan di masyarakat untuk penanganan awal
cedera. Mulai dari di kasih balsem, di pijit hingga di tempelkan daun-daun.

Tapi apakah itu sesuai dengan ilmu kedokteran?

Kita bahas dulu tentang penanganan yang salah dan harus dihindari dalam penanganan awal
cedera. Kata kuncinya adalah ‘H A R M’, mari kita bahas satu-satu.

1. H (Hot)
Masih banyaknya masyarakat awam yang memberikan salep/balsem pelega otot yang
bersifat panas pada daerah yang mengalami cedera. Bayangkan saja, sudah ada gejala
kalor (panas) lalu kita tambah panaskan lagi dengan balsem. Ini akan membuat cedera
semakin panas, bengkak dan nyeri.
2. A (Alcohol)
Ada juga sebagian masyarakat yang begitu terkena cedera yang disertai sedikit lecet
langsung diberikan cairan alkohol. Memang benar, alkohol bersifat sebagai anti-septik
dan dapat membunuh kuman di daerah lecet tersebut. Tetapi, alkohol juga memiliki
efek ‘vasodilatasi’ (melebarkan pembuluh darah) yang akan membuat cedera semakin
bengkak dan nyeri. Jika ingin memberikan anti-septik pada daerah luka, cukup diberikan
cairan yang mengandung ‘povidone iodine’ yang bersifat anti-septik tanpa vasodilatasi.
3. R (Running/Re-Exercise)
Tentu bila ada cedera namun kita terus melakukan gerakan di daerah itu maka akan
menambah beban kerja dari struktur yang cedera dan akan memperpanjang masa
penyembuhan. Bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah/cedera baru.
4. M (Massase)
Massase/pijat hampir menjadi pilihan utama pada masyarakat yang terkena cedera.
Bahkan banyak sekali pelayanan yang menawari jasa seperti ini. Sering kali ketika
bertugas di UGD menemukan keadaan cedera yang sudah komplikasi akibat dari
pemijatan dengan teknik yang salah. Mulai dari bertambah bengkak, menjadi infeksi dan
bahkan harus segera diamputasi.
Memang betul ada teknik pemijatan yang dapat dilakukan untuk membantu
mempercepat penyembuhan cedera namun tidak dilakukan dalam keadaan akut (1-3
hari setelah cedera). Pemijatan pada keadaan ini justru akan membuat kerusakan yang
jauh lebih parah dari sebelumnya. Kami teringat saat guru kami (dokter spesialis bedah
tulang) menceritakan pengalamannya yang kurang lebih seperti ini.

Dokter : “Mas, kenapa suka kesana kalau cedera ?”


Pasien : “Iya dok, saya setiap cedera selalu kesana buat dipijat. Biasanya dalam waktu 3
minggu langsung sembuh setelah dipijat tetapi kenapa sekarang seperti ini.”
Dokter : “Iya mas ssembuh dalam waktu 3 minggu, tapi kalau tidak dibawa
kemana-mana saja itu cederanya bisa sembuh dalam waktu 2 minggu.”

Setelah kita mengetahui penangan awal yang salah, lalu bagaimana penanganan awal cedera
yang benar menurut ilmu kedokteran ? Prinsip penanganan awal cedera adalah ‘P R I C E’ , mari
kita bahas satu-satu.

1. P (Protection) :
Daerah yang terkena cedera harus dilindungi agar tidak terjadi trauma susulan yang
akan memperparah cedera.
2. R (Rest)
Istirahat adalah suatu keharusan agar tidak menambah beban kerja di daerah cedera
yang bisa mengakibatkan bertambah bengkak dan nyeri.
3. I (Ice)
Kompres air dingin/es batu. Es batu dapat dibalut dengan handuk atau kain untuk
mengurangi bengkak dan nyeri. Pada atlit professional biasanya disemprotkan larutan
penahan sakit ‘etil chloride’. Kompres es dan pemberian semprot ‘etil chloride’ akan
membuat vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) disekitar yang akan membuat
bengkak dan nyeri berkurang.
4. C ( Compress)
Kompres yang dimaksud adalah pemberian bebat dengan ‘elastic bandage’ untuk
mengurangi pembengkakan. Pastikan pembebatan tidak terlalu ketat agar sirkulasi
darah tetap berjalan. Jika terasa dingin atau kesemutan segera longgarkan bebatnya.
5. E (Elevation)
Posisikan bagian yang cedera di atas jantung. Terutama saat tidur, bisa diganjal oleh
bantal. Dengan membuat posisi seperti ini bengkak dan memar akan berkurang.
Bila setelah menerapkan berbagai prinsip diatas namun masih keluhan masih terasa, silakan konsultasi
ke dokter untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ِ َّ‫ الن‬، ُ‫الص َّح ِة‬


ِ ‫اس مِ نَِ َكثِيرِ فِي ِه َما َم ْغبُونِ نِ ْع َمت‬
ِ‫َان‬ ِ ُ‫غ‬ِ ‫َو ْالف ََرا‬

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR.
Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Please do not HARM yourself because your health is very PRICEless.

Semoga bermanfaat.
Barakallahu fiikum.

Você também pode gostar