Você está na página 1de 12

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL AKAR PURWOCENG

(Pimpinella Pruatjan Molk.) PADA RATTUS NORVEGICUS TINJAUAN


TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ

Putri Shafirra Rakita, Fitranto Arjadi, Wahyu Siswandari


Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia
E-mail: shafirrakit@gmail.com

ABSTRAK

Purwoceng merupakan tanaman endemik yang tumbuh di dataran tinggi Dieng


dan banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional Indonesia yang memiliki manfaat
afrodisiak. Purwoceng memiliki berbagai zat aktif yang dieksresi melalui ginjal,
sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pemberian ekstrak etanol akar Purwoceng (Pimpinella pruatjan
Molk.) secara subkronik terhadap kadar ureum dan kreatinin tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan. Penelitian ini menggunakan metode post test only with control
group design. Hewan coba sebanyak 40 tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4
kelompok, yaitu Kelompok A: kontrol (1,5 cc larutan akuades + CMC 1%); Kelompok
B: ekstrak etanol akar Purwoceng dengan dosis 42 mg/kgBB/hari + CMC 1%;
Kelompok C: ekstrak etanol akar Purwoceng dengan dosis 84 mg/kgBB/hari + CMC
1%; Kelompok D: ekstrak etanol akar Purwoceng dengan dosis 168 mg/kgBB/hari +
CMC 1%. Perlakuan diberikan selama 28 hari sesuai panduan uji toksisitas OECD 407.
Metode pengukuran kadar ureum menggunakan metode Urease-GLDH (λ 340 nm),
dan kreatinin menggunakan metode Jaffe (λ 492 nm). Rerata kadar ureum pada
kelompok A 30,40±8,09 mg/dL, kelompok B 36,80±9,05 mg/dL, kelompok C
39,20±7,99 mg/dL dan kelompok D 30,60±5,73 mg/dL. Rerata kadar kreatinin
kelompok A 0,57±0,12 mg/dL, kelompok B 0,42±0,09 mg/dL, kelompok C 0,43±0,06
mg/dL, dan kelompok D 0,41±0,04 mg/dL. Uji One-Way ANOVA pada kadar ureum
memberikan hasil p=0,034 dan pada kadar kreatinin memberikan hasil p=0,001.
Pemberian ekstrak etanol akar purwoceng (Pimpinella pruatjan M.) secara subkronik
28 hari memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kadar ureum pada
kelompok A dan C, serta penurunan pada kelompok C dan D. Sementara kadar
kreatinin tikus putih (Rattus norvegicus) jantan mengalami penurunan signifikan pada
kelompok B, C dan D dibandingkan dengan kelompok A.

Kata kunci: Uji toksisitas subkronik, Purwoceng, ureum, kreatinin

1
2

PENDAHULUAN Purwoceng memiliki

beberapa zat aktif yang dieksresi


Indonesia merupakan negara
melalui ginjal. Beberapa zat diketahui
yang menggunakan obat tradisional
menimbulkan efek toksik pada ginjal.
sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan
Berdasarkan penelitian Nualkew
sebelum obat modern ditemukan dan
(2015), zat aktif stigmasterol dan
dipasarkan. Hasil pendataan yang
sitosterol diketahui dapat
dilakukan PT Esai di tahun 1986
meningkatkan kadar ureum dan
menemukan bahwa terdapat tujuh
kreatinin ginjal melalui mekanisme
ribu spesies tanaman Indonesia
toksisitas tubulus ginjal. Penelitian
dimanfaatkan sebagai obat. Namun,
Sudha et al. (2008) menunjukkan
tanaman yang didaftarkan industri
senyawa tanin yang terdapat pada
jamu ke Badan Pengawas Obat dan
Purwoceng dapat menginduksi
Makanan (BPOM) hanya 283 spesies
kerusakan ginjal karena efek lipid
tanaman (Dewoto, 2007). Purwoceng
peroksidasi dan pemekatan tanin pada
digunakan sebagai obat tradisional
tubulus ginjal.
oleh masyarakat karena memiliki efek

afrodisiak (meningkatkan gairah Uji toksisitas sebagai salah

seksual serta menimbulkan ereksi), satu tahap uji preklinik

meningkatkan diuretik dan tonik pengembangan obat tradisional

(meningkatkan stamina tubuh). menjadi fitofarmaka meliputi uji

Tanaman ini merupakan tanaman toksisitas akut, subkronik, kronik dan

endemik yang tumbuh pada Dataran uji toksisitas khusus (BPOM, 2014).

Tinggi Dieng. Saat ini, belum terdapat penelitian

untuk mengetahui efek toksik yang


3

terjadi pada pemberian jangka waktu badan bersih, berat sesuai usia, tanpa

subkronik. Berdasarkan uraian kelainan anatomi). Kriteria eksklusi

tersebut, peneliti tertarik untuk hewan coba antara lain sakit selama

melakukan uji toksisitas subkronik aklimatisasi, mati selama

pemberian ekstrak akar etanol aklimatisasi, dan berat badan tikus

Purwoceng (Pimpinella pruatjan meningkat atau menurun 20% selama

Molk.) terhadap kadar ureum dan aklimatisasi. Penentuan jumlah

kreatinin ginjal tikus putih (Rattus sampel berdasarkan guideline OECD

norvegicus) jantan dalam tiga dosis 407, tentang Uji Toksisitas dengan

bertingkat yang dilakukan selama 28 metode Repeated Dose 28-day Oral

hari, yaitu 42 mg/kgBB/hari, 84 Toxicity Study in Rodents. Penelitian

mg/kgBB/hari dan 168 mg/kgBB/hari ini mendapat persetujuan etik dari

(OECD, 2008). Komite Etik Penelitian Kesehatan

(KEPK) Universitas Jenderal


METODE PENELITIAN
Soedirman, Purwokerto.
Penelitian ini menggunakan
Hewan coba dikelompokkan
metode eksperimental dengan
secara acak ke dalam 4 kelompok.
pendekatan post test only with control
Kelompok A sebagai kontrol diberi
group design. Hewan coba yang
1,5 cc larutan akuades dan CMC 1%,
digunakan sebanyak 40 tikus putih
kelompok B diberi ekstrak etanol akar
(Rattus norvegicus) jantan galur
Purwoceng dengan dosis 42
wistar usia 6-8 minggu. Kriteria
mg/kgBB/hari dan CMC 1%,
inklusi hewan coba adalah berat
kelompok C diberi ekstrak etanol akar
badan dalam rentang 100-150 gram,
Purwoceng dengan dosis 84
normal dan sehat (mata jernih, bulu
4

mg/kgBB/hari dan CMC 1%;, serta laboratorium Biofit, Purwokerto.

kelompok D diberi ekstrak etanol Ureum dan kreatinin diukur dengan

akar Purwoceng dengan dosis 168 metode kolorimetri menggunakan

mg/kgBB/hari dan CMC 1%. analyzer kimiawi.

Pemberian pakan AD II dan air


Analisis univariat meliputi
minum dilakukan setiap hari.
mean, median, modus, dan standar
Kandang hewan coba memiliki
deviasi untuk mengetahui distribusi
spesifikasi bentuk, ukuran dan bahan
data. Uji normalitas data hasil
yang sama. Kandang ditempatkan
penelitian diuji berdasarkan metode
0
pada ruangan dengan suhu (22 ± 3 C)
uji Saphiro-Wilk. Variansi data hasil
dan kelembaban (75 ± 5%) yang
penelitian diuji dengan metode
dipertahankan konstan.Pengendalian
Levene-test. Data dianalisis
pada lingkungan dilakukan supaya
menggunakan uji One-Way ANOVA,
menyamakan bentuk adaptasi
karena memiliki jenis hipotesis
lingkungan antar kelompok hewan
komparatif numerik tidak
coba (Khairiza, 2015).
berpasangan lebih dari dua kelompok.

Pemeriksaan ureum Pengolahan data dilanjutkan dengan

menggunakan metode urease-GLDH uji post-hoc.

dan pemeriksaan kreatinin


HASIL PENELITIAN
menggunakan metode Jaffe.
Penelitian ini bertujuan untuk
Pemeriksaan bertempat di
mengetahui adanya pengaruh
Laboratorium Patologi Klinik
pemberian ekstrak etanol akar
Fakultas Kedokteran Universitas
Purwoceng (Pimpinella pruatjan
Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan
5

Molk) secara subkronik terhadap minggu. Berikut karakteristik berat

perubahan kadar ureum dan kreatinin badan hewan coba dijelaskan pada

tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Gambar 4.1.

galur wistar. Penelitian dilakukan


Analisis univariat dilakukan
selama 35 hari pada bulan September
untuk mengetahui rerata kadar ureum
– Oktober 2016, terdiri dari 7 hari
dan kreatinin. Gambar 4.2
aklimatisasi dan 28 hari perlakuan.
memperlihatkan adanya peningkatan
Perlakuan diberikan secara per oral
kadar ureum dari kelompok A ke
menggunakan sonde lambung.
kelompok C. Namun, kadar ureum
Pengamatan dilakukan setiap hari
kelompok D ditemukan lebih rendah
untuk mengetahui apakah terdapat
dibandingkan kelompok B dan
hewan coba yang mati atau dalam
kelompok C. Rerata kadar ureum
keadaan sakit. Penimbangan berat
tertinggi adalah pada kelompok C
badan dilakukan setiap minggunya.
yaitu sebesar 39,2 mg/dL. Sementara
Penelitian ini dilaksanakan di
rerata kadar ureum paling rendah
Laboratorium Anatomi, Fakultas
diketahui pada kelompok A yang
Kedokteran Universitas Jenderal
merupakan kelompok kontrol, yaitu
Soedirman, Purwokerto.
sebesar 30,4 mg/dL. Urutan

Pengamatan yang dilakukan kelompok dengan rerata kadar ureum

setiap hari memberikan hasil tidak tertinggi hingga terendah adalah

terdapat hewan coba yang mati dan kelompok C, B, D, A.

menunjukkan keadaan sakit ataupun

stres selama perlakuan. Pengukuran

berat badan tikus dilakukan setiap


6

Gambar 4.3 memperlihatkan rerata kadar kreatinin hewan coba yang

tertinggi justru pada kelompok A (kelompok kontrol), yaitu sebesar 0,571 mg/dL.

Rerata kadar kreatinin paling rendah ditemukan pada kelompok D, sebesar 0,512

mg/dL. Kelompok hewan coba yang diberikan perlakuan dengan 3 tingkatan dosis

diketahui memiliki rentang kadar kreatinin yang tidak berbeda jauh antar dosisnya.

Urutan rerata kadar kreatinin dari yang paling tinggi ke paling rendah adalah

kelompok A, C, B, D.
7

Uji normalitas Saphiro-Wilk pada hasil pengukuran kadar ureum dan

kreatinin hewan coba memiliki sebaran data yang normal. Uji varians Levene test

menunjukan variansi data homogen pada kadar ureum, namun tidak homogen pada

kadar kreatinin. Data kreatinin selanjutnya ditransformasi dengan Lg10 dan

menunjukkan hasil data terdistribusi normal dengan varians homogen.

Analisis menggunakan One-Way ANOVA menghasilkan nilai p=0,034 pada

kadar ureum dan p=0,001 pada kadar kreatinin. Hal ini menunjukkan terdapat

perbedaan bermakna pada minimal 2 kelompok data, baik pada kadar ureum

maupun kreatinin. Uji post-hoc pada kadar ureum dilakukan dengan uji LSD, dan

didapatkan hasil p=0,016 pada kelompok A dan C, p=0,019 pada kelompok C dan

D. Maka dapat diinterpretasikan bahwa secara statistik, terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) pada kadar ureum kelompok A dengan B, dan kelompok C


8

dengan D. Uji post-hoc pada kadar kreatinin dilakukan dengan uji LSD, dan

didapatkan hasil p=0,000 pada kelompok A dengan B, p=0,001 pada kelompok A

dengan C, p=0,000 pada kelompok A dengan D. Maka dapat disimpulkan bahwa

secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada kadar kreatinin

kelompok A dengan B, A dengan C, dan A dengan D.

PEMBAHASAN

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan

kadar ureum yang signifikan pada kelompok B dan C.


9

Peningkatan kadar ureum dapat menyebabkan peningkatan kadar

disebabkan oleh efek toksik pada ureum antara lain berkurangnya

tubulus renal, parenkim renal, penyakit volume ekstraseluler dalam tubuh

jantung, dan sumbatan aliran urin hewan coba akibat dehidrasi, asupan

karena terdapat kristal dalam urin, protein yang tinggi dan penyakit liver.

kalikulus, maupu jenis sumbatan lain


Pemberian ekstrak etanol dalam
(Hor et al., 2012) . Penyebab
dosis tinggi pada kelompok D justru
meningkatnya kadar ureum darah juga
memiliki kadar ureum lebih rendah
dapat berasal dari radikal bebas,
dibandingkan kelompok B dan C.
melalui mekanisme toksisitas tubulus
Secara umum, prinsip yang
ginjal (Naughton, 2008). Peningkatan
menyebabkan fenomena tersebut belum
radikal bebas dapat menyebabkan
dapat diketahui, namun dapat
terjadinya apoptosis sel dimana sel-sel
disebabkan oleh mekanisme cara kerja
tersebut akan berikatan dengan protein
beragam senyawa aktif yang terdapat
fibronektin di dalam lumen tubular. Hal
pada ekstrak tersebut berbeda-beda
tersebut dapat menyebabkan
pada tingkatan dosis tertentu (Diallo et
penyumbatan oleh terbentuknya
al, 2010).
silinder, sehingga ureum tidak
Serum kreatinin merupakan
diekskresi dengan baik. Senyawa yang
hasil katabolisme kreatinin fosfat di
menimbulkan nefrotoksisitas melalui
otot skeletal. Kadar kreatinin dinilai
mekanisme ini antara lain stigmasterol,
lebih spesifik sebagai indikator
alkaloid dan glikosida (Muhyi, 2014).
penurunan fungsi nefron dibandingkan
Kondisi klinis lain juga diketahui dapat
10

peningkatan ureum, karena metabolit atau donor elektron sehingga terbentuk

kreatin dieksresi sepenuhnya dalam senyawa yang stabil dan tidak reaktif.

urin melalui filtrasi glomerulus (Peng,


Berdasarkan penelitian Muhyi
2016). Sedangkan, sekitar 50% fungsi
(2014) diketahui bahwa senyawa
ginjal sudah menurun sebelum kadar
flavonoid bertanggungjawab atas
ureum meningkat. Penurunan kadar
terbentuknya antioksidan yang
kreatinin juga dapat terjadi akibat
menghambat lipid peroksidasi dengan
penurunan massa otot (Hor et al, 2012).
meredam radikal bebas dan
Kadar kreatinin pada penelitian ini
meningkatkan konsentrasi intraseluler
menurun pada kelompok B, C, dan D
dari glutathion. Penelitian Fuadi (2009)
apabila dibandingkan dengan
juga menyatakan bahwa kandungan
kelompok kontrol.
saponin, alkaloid, flavonoid dan

Penelitian Soleh (2015) polifenol dapat menurunkan kadar

menjelaskan bahwa kandungan ureum dan kreatinin.

senyawa seperti flavonoid, alkaloid,


Fenomena peningkatan ureum
glikosida, terpenoid, kuinin dan
dibandingkan dengan kreatinin dapat
saponin memiliki aktifitas antioksidan
dijadikan kemungkinan pertanda
yang berfungsi memperbaiki ginjal dari
adanya pre-renal acute kidney injury.
radikal bebas. Senyawa tersebut
Hormon anti diuretik pada penyakit
bekerja dengan cara menangkap radikal
pre-renal azotemia diproduksi lebih
bebas dan menstransfer atom hidrogen
banyak dan meningkatkan reabsorbsi

air dan urea pada tubulus, sehingga


11

menyebabkan peningkatan kadar coba yang digunakan dalam keadaan

ureum darah (Uchino, 2012). sehat dan tidak menjadikan bias pada

hasil pemeriksaan parameter fungsi


Perilaku semua hewan coba
ginjal.
dinilai aktif hingga akhir perlakuan.

Pemberian pakan dan minum hewan DAFTAR PUSTAKA

coba disamaratakan tiap harinya.


1. Dewoto HR. 2007.
Meskipun demikian, peneliti tidak Pengembangan Obat
Tradisional Indonesia Menjadi
dapat mengontrol jumlah asupan Fitofarmaka.Majalah
Kedokteran Indonesia;
masing-masing hewan coba. Faktor 57(7):205-211
2. Nualkaew, S., Padee P, dan
lingkungan penelitian hewan coba
Talubmook C, 2015.
dikendalikan dengan pengondisian Hypoglycemic activity in
diabetic rats of stigmasterol and
kandang berupa cahaya, temperatur, sitosterol-3-O-β-D-
glucopyranoside isolated from
kelembaban, sirkulasi udara dan Pseuderanthemum palatiferum
(Nees) Radlk. leaf extract.
kebersihan kandang yang sama.
Journal of Medicinal Plants
Keterbatasan dari penelitian ini adalah Research; 9(20):629-635
3. Sudha M. 2008. Invivo Studies
tidak dilakukannya pemeriksaan kadar on evaluation of potential
toxicity of unspent tannins
ureum dan kreatinin sebelum using albino rats (Rattus
norvegicus). Food Chem
dimulainya perlakuan. Selain itu, saat
Toxicology; 46(6):2288-95
memilih hewan coba sebaiknya 4. Badan Pengawas Obat dan
Makanan. 2014. Peraturan
dilakukan pemeriksaan fisik terlebih Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik
dahulu oleh dokter hewan supaya
Indonesia Nomor
benar-benar memastikan bahwa hewan HK.00.05.41.138 Tahun 2005
Tentang Kriteria dan Tata
12

Laksana Pendaftaran Obat 9. Diallo, A., Eklu-Gadegkeku,


Tradisional, Obat Herbal K., Agbono, A., Aklikokou, K.,
Terstandar, dan Fitofarmaka. 51 Creppy, E. E., & Gbeassor, M.
(2010). Acute and sub-chronic
hal
(28-day) oral toxicity studies of
5. Khairiza, Rizka. 2015. hydroalcohol leaf extract of
Perbedaan Skor Spermatogenik Ageratum conyzoides L
Pasca Pemberian Ekstrak (Asteraceae). Tropical Journal
Etanol Akar Purwoceng of Pharmaceutical Research,
(Pimpinela Alpina Molk): Studi 9(5).
Eksperimental pada Tikus Putih 10. Peng, Ke-Zheng, Song-Yan
Zhang, and Hong-Li Zhou.
Jantan (Rattus norvegicus) yang
"Toxicological evaluation of
Dipaparkan Model Stres the flavonoid-rich extract from
Paradoxical Sleep Deprivation Maydis stigma: Subchronic
(PSD). Skripsi.Fakultas toxicity and genotoxicity
Kedokteran. Universitas studies in mice." Journal of
Jenderal Soedirman, Ethnopharmacology 192
Purwokerto. 110 hal. (Tidak (2016): 161-169.
11. SOLEH, Triono. Uji Efek Renal
dipublikasikan)
Repair Ekstrak Etanol 70%
6. Hor, Sook Yee, et al. "Safety Akar Dan Batang Putri Malu
assessment of methanol extract (Mimosa Pudica) Pada Tikus
of red dragon fruit (Hylocereus Putih Jantan Galur Wistar
polyrhizus): Acute and Yang Diinduksi. 2015. PhD
subchronic toxicity studies." Thesis. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Regulatory Toxicology and
12. Fuadi, Akhmad. "Pengaruh
Pharmacology 63.1 (2012): ekstrak etanol daun alpukat
106-114. (Persea americana Mill)
7. Naughton, Cythia A. 2008. terhadap gambaran ureum dan
Drug Induced Neprotoxicity. kreatinin pada tikus putih jantan
American Academy of Family yang diinduksi etilen glikol."
Physician; 78(6):743-750 (2009).
13. Uchino, Shigehiko, Rinaldo
8. Muhyi, Yopi Dwi, N. Carolia,
Bellomo, and Donna
and A. Tjiptaningrum.
Goldsmith. "The meaning of the
"Pengaruh pemberian ekstrak
blood urea nitrogen/creatinine
kulit manggis (Garcinia
ratio in acute kidney injury."
mangostana L.) terhadap kadar
Clinical kidney journal 5.2
ureum dan kreatinin tikus putih
(2012): 187-191.
(Rattus norvegicus) jantan galur
Sprague dawley yang di induksi
isoniazid." Majority 3.3 (2014)

Você também pode gostar