Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DADA
Disusun oleh:
2018/ 2019
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Trauma Dada
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura
dan paru-paru, diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh
benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernafasan.
Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok:
cedera penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks
terbuka, hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur
diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan
dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (misalkan: neumotoraks
tertutup, pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture
diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga
dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF
bedah, 1994).
2. Penyebab / Faktor Predisposisi
a. Trauma Tembus
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau
atau projectile, misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan
“stretching dan crushing” dan cedera biasanya menyebabkan batas luka
yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan. Berat ringannya
cidera internal yang berlaku tergantung pada organ yang telah terkena dan
seberapa vital organ tersebut.
Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan
temasuk, diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan
dari obyek ke jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor –faktor lain yang
berpengaruh adalah karakteristik dari senjata, seperti kecepatan, size dari
permukaan impak, serta densitas dari jaringan tubuh yang terpenetrasi.
Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil karena ia termasuk
proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang disebabkan oleh pisau
sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi.Luka disebabkan tusukan
pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan tersebut pada daerah
jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan medis yang
maksimal.
Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan
biasanya bisa mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik.
Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat
menyebabkan berat cidera yang sama denganseperti penetrasi pisau, namun
tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan oleh penetrasi peluru dapat
merusakkan struktur yang berdekatan dengan laluan peluru. Ini karena
disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan menghasilkan
gelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas.Tempat keluar peluru
mempunya diameter 20-30 kali dari diameter peluru.
b. Trauma Tumpul
Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma
tembus,kira-kira lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi
pada trauma tumpul: (1) transfer energi secara direk pada dinding dada dan
organ thoraks dan (2) deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ thoraks
ketika terjadinya impak. Benturan yang secara direk yang mengenai dinding
torak dapat menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan
tulang seperti tulang iga.Cedera thoraks dengan tekanan yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan ruptur
dari organ – organ yang berisi cairan atau gas. Contoh penyebab trauma
tumpul adalah :
c. Kecelakaan kendaraan bermotor
d. Jatuh
e. Pukulan pada dada
3. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentukkompresi
maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas
trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat
menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya
ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran
bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding
thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda tajam seringkali
berdampaklenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul.
Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan
merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi
tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada
(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan
didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus.
Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif dalam waktu
yang relatif singkat seperti Pneumothorax , penurunan ekspansi paru, gangguan
difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun gambaran proses
perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema.
PHATWAY
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak pernah sakit, tetapi tiba-tiba klien menderita batuk dan
sesak selama ± 3 minggu.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk
Terdapat retraksi klavikula/dada
Pengambangan paru tidak simetris
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
Pada kasus, ditemui klien batuk produktif, pernafasan kausmul,
perkusi dada : Kanan redup dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga
1-6. Terdapat ronhi, batuk produktif, batuk berdarah (-), sputum
kental berwarna putih, penggunaan otot batu napas (-), pernapasan
kasmaul, kedalaman dangkal, fremitus kiri
2. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada karena pernapasan dan batuk
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal
Hipotensi
3. Sistem Persyarafan :
Kesadaran Compos mentis
4. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
Terdapat kelemahan
5. Diagnosa Keperawatan :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
6. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Ttd
Dx
Tujuan: Pasien tidak mengalami sesak NIC : Airway
1
nafas setelah dilakukan tindakan selama management
1x24 jam dengan kriteria hasil : (Pengaturan
NOC : Status pernapasan:Jalan napas jalan napas)
paten (p. 348) (p.95)
Domain: kesehatan psikologi (II) Defenisi:
Kela: kardiopulmonar (E) fasilitasi patensi
Skala: extremely compromised to not dari saluran udara
compromised Aktivitas:
Defenisi: ketika trakeobronkial tetap 1. Buka jalan
terbuka napas dengan
Indikator : teknik chin lift
1. Batuk tidak muncul atau jaw trust
2. Tingkat pernapasan dalam rentang 2. Posisikan
yang diharapkan (normal) pasien pada
3. Irama pernapasan dalam rentang yang posisi ventilasi
diharapkan (normal) yang maksimal
4. Bebas dari suara pernapasan yang 3. Mengidentifika
tidak disengaja si pasien yang
5. Mengeluarkan sputum dari jalan membutuhkan
napas aktual/
penyisipan
potensi jalan
nafas
4. Tunjukkan
terapi fisik
dada yang
cepat
5. Keluarkan
secret dengan
mendorong
batuk atau
suctioning
6. Dorongan
pelan,
pernapasan
dalam,
pemutaran, dan
batuk
7. Instruksikan
bagaimana
batuk yang
efektif
8. Dengarkan
suara
pernapasan
9. Atur posisi
untuk
mengurangi
sesak napas
10. Pantau status
pernapasan dan
oksigenasi
dengan tepat
Aktivitas:
1. Memonitor
rata-rata
irama,
kedalaman,
dan usaha
pernapasan
2. Catat
pergerakan
dada, lihat
kesimetrisann
ya,
penggunaan
otot
pernapasan,
dan
supraklavikul
a dan retraksi
otot
interkostal
3. Memonitor
suara
pernapasan,
krowing atau
snoring
4. Memonitor
pola
pernapasan:b
radypnea,
takypnea,
hyperventilas
i, pernapasan
kusmaul
5. Auskultasi
suara paru
setelah
perawatan
untuk
mencatat
hasil
6. Memantau
sesak napas
dan kejadian
yang memicu
dan
memperburu
knya.
Ventilation
assistance
(bantuan
ventilasi) (p.59)
Definisi: promosi
pola pernapasan
spontan yang
optimal yang
memaksimalkan
pertukaran O2 dan
CO2 di paru-paru
Aktivitas :
1. Mempertaha
nkan
kepatenan
jalan napas
2. Memberikan
posisi untuk
mengurangi
dispnea
3. Membantu
pertukaran
posisi secara
teratur
4. Memposisik
an untuk
mengurangi
upaya
pernapasan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/170772513/kegawat-daruratan-Trauma-Thorak-
New#download
https://www.scribd.com/doc/225277803/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Trauma-
Thoraks
http://www.academia.edu/31571866/askep_trauma_dada.docx