Você está na página 1de 2

ALI BIN ABI THOLIB

1. Tahun Masa Pemerintahan

Konflik yang terjadi antara pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan diakhiri dengan tahkim.
Pihak Khalifah Ali mengutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur tetapi tidak baik dalam
berpolitik bernama Abu Musa Al-Asy’ari, sedangkan pihak Muawiyah mengutus seorang yang
terkenal sangat cerdik dalam berpolitik yaitu Amr bin Ash.
Dalam tahkim tersebut pihak Ali bin Abi Thalib kalah bersaing dengan pihak Muawiyah, karena Amr
bin Ash lebih cakap dibandingkan Abu Musa Al-Asy’ari.
Setelah selesai melakukan tahkim, pihak Ali bin Abi Thalib terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok yang menerima hasil tahkim tetapi tetap setia terhadap Khalifah Ali, dan kelompok yang
tidak menerima hasil tahkim tetapi kecewa dengan pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

2. Status atau Hubungan Kekeluargaanya demngan Rosullah SAW.

Dia adalah khalifah pertama dari kalangan Bani Hasyim. Ayahnya adalah Abu Thalib bin Abdul
Muthalib bin Abdu Manaf, dan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Ali dilahirkan di dalam Ka'bah dan mempunyai nama kecil Haidarah. Untuk meringankan beban Abu
Thalib yang mempunyai anak banyak, Rasulullah SAW merawat Ali. Selanjutnya Ali tinggal bersama
Rasulullah di rumahnya dan mendapatkan pengajaran langsung dari beliau. Ia baru menginjak usia
sepuluh tahun ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama.

Sejak kecil Ali telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian. Kesederhanaan, kerendah-
hatian, ketenangan dan kecerdasannya yang bersumber dari Al-Qur'an dan wawasan yang luas,
membuatnya menempati posisi istimewa di antara para sahabat Rasulullah SAW lainnya. Kedekatan
Ali dengan keluarga Rasulullah SAW kian erat, ketika ia menikahi Fathimah, anak perempuan
Rasulullah yang paling bungsu.

3. Prestasi Yang Dicapai

1. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap. Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah
pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat
yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal
dari keluarga Khalifah Usman bin Affan ( Bani Umayah ). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani
Umayyah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi Thalib. Adapun gubernur baru yang diangkat
Khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain: a. Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syiria b. Usman bin Hanif
sebagai gubernur Basrah c. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir d. Umrah bin Syihab sebagai
gubernur Kufah e. Ubaidaillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
2. Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal ). Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak
kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk
membereskan permasalahan ftersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh
secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk
kesejahteraan rakyat.

Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasan dan kerabat Utsman bin
Affan. Mereka mengasut para shahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan
melakukan perlawanan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti
perang Jamal dan perang Shiffin.

4. Kisah Wafatnya

Langkah berani dan tegas Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib memerangi orang-orang Khawarij di
Nahrawan menimbulkan dendam di kalangan para pemberontak ini. Sampai akhirnya muncullah
peristiwa yang mengantarkan sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menyandang syahid
di akhir hayat.

Ibnu Jarir dan sejarawan lainnya mengisahkan, ada tiga orang Khawarij berkumpul. Mereka adalah
Abdurrahman bin Amr. Yang dikenal dengan Ibnu Muljam. Al-Barrak bin Abdullah. Dan Amr bin
Bakr. Mereka bercerita, mengenang teman-teman mereka di Nahrawan. Salah seorang di antara
mereka berkata, “Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia.
Yang paling banyak shalatnya. Mengajak manusia kepada Allah. Tidak takut cemoohan orang-orang
yang mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus dengan mendatangi
pemimpin-pemimpin yang sesat itu. Kemudian kita bunuh mereka. Sehingga kita membebaskan
negara dari kejahatan mereka. Dan kita balaskan kematian teman-teman kita.”
Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali bin Abu Thalib.”
al-Barrak bin Abdullah menyambut, “Aku akan membunuh Muawiyah bin Abu Sufyan.”
Dan Amr bin Bakr berkata, “Aku yang menghabisi Amr bin al-Ash.”
Mereka berikrar. Mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari rencana busuk itu sampai masing-
masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh dalam misi tersebut. Mereka hunuskan pedang
sambil menyebut nama-nama target masing-masing. Operasi pembunuhan ini akan dilaksanakan pada
17 Ramadhan 40 H. Berangkatlah tiga orang celaka ini menuju para sahabat yang mulia itu.
Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Di sana ia menyembunyikan identitasnya. Sampai pun kepada
pemberontak yang dulu turut bersamanya di Perang Nahrawan. Saat itu pula hadir seorang wanita
cantik, yang ayah dan kakaknya tewas oleh pasukan Ali di Nahrawan. Namanya Qathami. Ibnu
Muljam mencoba meminangnya. Qathami mau menerima pinangan itu dengan beberapa syarat. Yaitu:
mahar tiga ribu dirham, seorang pembantu, budak wanita, dan membunuh Ali bin Abu Thalib. Ibnu
Muljam berkata, “Engkau pasti mendapatkan persyaratanmu itu. Demi Allah, aku datang ke kota ini
memang untuk tujuan membunuh Ali.”

Semakin dekatlah hari dimana Ibnu Muljam hendak melaksanakan misinya. Istrinya menyertakan laki-
laki dari kaumnya yang bernama Wardan untuk melindungi suaminya. Kemudian Ibnu Muljam
merekrut Syabib bin Barjah yang juga merupakan veteran Perang Nahrawan. Awalnya Syabib
menolak karena kedudukan Ali bin Abu Thalib. Tapi ia berteman dengan orang yang salah. Ibnu
Muljam berhasil membujuknya. Menumpahkan darah laki-laki shaleh dan ahlul bait Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Você também pode gostar