Você está na página 1de 3

Nama: Ersa Naufal .

Kelas: H

NIM: 11000118120162

Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Hukum

Asas – Asas Hukum Indonesia

1.Udi et alteram partem atau audiatur et altera pars (Bahwa para pihak harus didengar).
2. Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem (Mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak
boleh disidangkan untuk yang keduakalinya)
3. Clausula rebus sic stantibus (Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu perjanjian
antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama)
4. Cogitationis poenam nemo patitur (Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab apa yang
dipikirkannya)
5. Concubitus facit nuptias (Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin)
6. De gustibus non est disputandum (Mengenai selera tidak dapat disengketakan)
7. Erare humanum est, turpe in errore perseverare (Membuat kekeliruan itu manusiawi, namun
tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan)
8. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus (Sekalipun esok langit akan runtuh
atau dunia akan musnah keadilan harus tetap ditegakan)
9. Geen straf zonder schuld (Tiada hukuman tanpa kesalahan)
10.Hodi mihi cras tibi (Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh perasaan, tetap
tersimpan dalam hati nurani rakyat )
11. Indubio pro reo (Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan
bagi siterdakwa)
12. Juro suo uti nemo cogitur (Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan haknya.)
13. Koop breekt geen huur (Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa. Perjanjian sewa
menyewa tidak berubah walaupun barang yang disewanya beralih tangannya.)
14. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta (Undang-undang adalah keras tetapi
ia telah ditulis demikian. Contoh periksa pasal 11 KUH Pidana)
15. Lex niminem cogit ad impossibilia (Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contoh periksa pasal 44 KUH Pidana.)
16. Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori (Undang-undang
yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama.)
17. Lex specialis derogat legi generali (Undang-udang yang khusus didahulukan berlakunya dari
pada undang-undang yang umum.)
18. Lex superior derogat legi inferiori (Undang-undang yang lebih tinggi mengenyampingkan
undang-undang yang lebih rendah tingkatannya)
19. Matrimonium ratum et non consummatum (Perkawinan yang dilakukan secara formal,
namun belum dianggap jadi, mengingat belum terjadi hubungan kelamin),
20. Melius est acciepere quam facere injuriam (Lebih baik mengalami ketidak adilan daripada
melakukan ketidak adilan)
21. Modus vivendi (Cara hidup bersama )
22. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet (Tak seorangpun dapat mengalihkan lebih
banyak haknya daripada yang ia miliki)
23. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali (Tiada suatu perbuatan dapat
dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada lebih
dahulu daripada perbuatan itu. Asas ini dipopulerkan oleh Anselm von Feuerbach.)
24. Opinio necessitatis (Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat
untuk timbulnya hukum kebiasaan)
25. Pacta sunt servanda (Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan itikad
baik Lebih jelas di pasal 1338 KUH Perdata)
26. Potior est qui prior est (Siapa yang pertama dialah yang beruntung )
27. Presumption of innocence (Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan putusan hakim tersebut
telah mempunyai kekuatan hukum tetap) (penjelasan UU No 8/1981 tentang KUAP butir 3 c)
28. Primus inter pares (Yang pertama(utama) diantara sesama)
29. Princeps legibus solutus est Kaisar (tidak terikat oleh undang-undang atau para pemimpin
sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak buahnya )
30. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio (Asas dalam hukum internasional yang
menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum
negara itu)
31. Qui tacet consentire videtur (Siapa yang berdiamdiri dianggap menyetujui)
32. Res nullius credit occupanti (Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat diambil untuk
dimiliki)
33. Summum ius summa injuria, (Keadilan tertinggi dapat berarti ketidak adilan tertinggi)
34. Similia similibus (Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama pula, tidak pilih
kasih )
35. Testimonium de auditu (Kesaksian dapat didengar dari orang lain)
36. Unus testis nullus testis (Satu saksi bukanlah saksi)
37. Ut sementem feceris ita metes (Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan memetik
hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai)
38. Vox populi vox dei( Suara rakyat adalah suara Tuhan )
39. Verba volant scripta manent (Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang ditulis
tetap ada )
40. Nemo plus Yuris (bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada padanya.
asas ini bertujuan melindungi pemegang hak yang selalu dapat menuntut kembali haknya yang
terdaftar atas nama siapapun.)
Asas – Asas Hukum Internasional

1. Asas Independent ( kemerdekaan ). Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari dari negara
lainnya.
2. Asas Exteritorial. Seorang Diplomat / Duta yang ditugaskan disuatu negara harus dianggap
berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.
3. Asas Souvereignity. Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.
4. Asas Receprocitet. Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat, maka negara itu
juga harus mengirimkan dutanya.
5. Asas Statuta mixta. Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum negara dimana
perbuatan itu dilakukan.
6. Asas Personalitas.Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang yang berlaku
baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).
7. Asas Teritorialitas. Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara dimana dia berdomilisi
( Lex domicili ).
8. Mobilia Personam Sequuntur. Status hukum benda-benda bergerak mengikuti status hukum
orang yang menguasainya.
9. Lex Rei Sitae, Lex Situs. Status hukum benda tidak bergerak / tetap, tunduk kepada hukum
dimana benda itu berada (Statuta realita).
10. Lex Loci Contractus.. Dalam Perjanjian Perdata Internasional, hukum yang berlaku adalah
hukum negara dimana perjanjian dibuat.
11. Lex Loci Solotionis. Hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian itu
dilaksanakan.
12. Lex Loci Delicti Commissi. Apabila terjadi perbuatan melanggar hukum / wan prestasi, maka
yang berlaku adalah hukum negara dimana penyelewengan perdata itu terjadi.
13. Lex Fori. Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah hukum
negara dimana perkara diadili.
14. Lex Loci Actus. Berlaku hukum dimana dilakukannya suatu perbuatan hukum.
15. Lex Partriae. Hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam berperkara
adalah Hukum kewarganegaraannya.
16. Lex Locus Delicti. Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara adalah hukum
dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.
17. Lex Causae. Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang berlaku bagi persoalan
pokok ( pertama ) yang mendahului persoalan yang akan diselesaikan kemudian.
18. Lex Actus. Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan transaksi yang
dilakukan.
19. Lex Originis. Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek hukum tetap
berlaku diluar negeri.
20. Lex Loci Celebrationis. Syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, berlaku hukum dari
negara dimana perkawinan dilangsungkan. ( locus regit actum ).
21. Monogami. Asas dalam suatu perkawinan dimana seorang laki-laki hanya boleh memiliki
seorang perempuan sebagai isteri dan seorang perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.
22. Poligami. Asas dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki diperbolehkan memiliki
lebih dari seorang isteri.
23. Resiprositas. Asas Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya berlaku dalam hal hak dan
kewjiban suatu negara terhadap negara lain.

Você também pode gostar