Você está na página 1de 21

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TOF


Tujuan : menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan TOF pada anak

Dosen Pembimbing:
Diah Ayu Fatmawati S.Kep.Ns,M.Kep.

Disusun Oleh :
1. Nur Sa’idatul Fadhilah (7316014)
2. Sintiya Nur Faridah (7316012)
3. Fendi (7316017)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadiratallah SWT yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan rahmat yang dianugrahkan kepada kita sehingga dengan nikmat
tersebut tugas ini dapat terselesaikan meskipun sangat sederhana.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW. Kepada keluarga dan sahabat beliau sampai akhir
nanti. Kami menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami sangat mengharap kritik dan saran guna kesempurnaan dari tugas kami ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya, teman - teman
mahasiswa – mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah tempat kita kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa
diterima di sisi Allah SWT serta mendapat syafa’at dari Nabi besar Muhammad SAW,
Amin yarobbal alamin

Penyusun, 17 September 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................................1
a. Umum....................................................................................................................1
b. Khusus...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Pengertian TOF...............................................................................................3
2.2. Etiologi............................................................................................................4
2.3. Manifestasi klinis............................................................................................5
2.4. Patofisiologi....................................................................................................5
2.5. Nursing Pathway.............................................................................................8
2.6. Pemeriksaan diagnostik..................................................................................9
2.7. Penatalaksanaan............................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................11
3.1. Pengkajian.....................................................................................................11
3.2. Diagnosa keperawatan..................................................................................12
3.3. Rencana intervensi........................................................................................13
3.4. Implementasi.................................................................................................16
3.5. Evaluasi.........................................................................................................16
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................18
4.1. Kesimpulan...................................................................................................18
4.2. Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini kita mengetahui mengenai penyakit jantung yang bukan
hanya dapat diderita oleh orang dewasa, namun dapat juga diderita oleh anak-
anak bahkan saat baru lahir. Biasanya penyakit jantung pada anak memang
tidak dapat langsung diketahui, namun seiring bertambahnya usia, tanda-
tanda dan gejala dari penyakit jantung ini akan sangat mudah diketahui.
Salah satu penyakit jantung pada anak adalah TOP (Tetralogi of fallot)
kelainan jantung kongenital dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan
kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek Septum Ventrikel,
Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan
(Berhman, 2012).
Tetralogi of fallot mencakup 10% dari keseluruhan penyakit jantung
kongenital serta merupakan penjait jantung bawaan (PJB) sianotok tersering
didiagnosis setelah tahun pertama kehidupan (Tanto, 2014).
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dasar tentang tetralogi of fallot?
b. Bagaimana asuhan keperawatan tetralogi of fallot?

1.3.Tujuan

a. Umum
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar TOF

2. Mahasiswa mampu mndiskripsikan asuhan keperawatan TOF pada anak

b. Khusus
1. Mahasiswa mampu menanganalisa konsep dasar TOF

2. Mahasiswa mampu mendiskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan


kasus TOF

1
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
pada anak dengan kasus TOF

4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada


anak dengan kasus TOF

5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak


dengan kasus TOF

6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada


anak dengan kasus TOF

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian TOF


Tetralogi of fallot (TOF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek
Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel
Kanan (Barhman, 2012).
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis
pulmonal sangat menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat
sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata (Tanto, 2014).
Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru
dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi ventrikel
kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah
ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel
septum defek), akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan
akan dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari
ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Sehingga percampuran ini mengakibatkan
darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami penurunan kadar O2
Empat kelainan anatomi sebagai berikut :
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel.

3
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.

(Barhman, 2012).

2.2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down
syndrome, marfan syndrome.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD,
pulmonary stenosis, and overriding aorta.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin,
amethopterin, jamu).
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella.
c. Efek radiologi (paparan sinar X).
d. Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.

4
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adalah multifaktor (Wong, 2009).

2.3. Manifestasi klinis


1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia
merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut
jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai
suara murmur jantung.
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis
adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah
mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang
pucat.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. BB yang rendah
7. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
8. Clubbing finger’s (Barhman 2012).

2.4. Patofisiologi
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan
dengan tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri
yang akan dipompakan ke aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal
dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini sering mengakibatkan kulit bayi menjadi
pucat dan terlihat biru. Apabila Tetralogy of fallot tidak ditangani pada jangka waktu
yang panjang, maka akan mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan
dilatasi berhubung dengan resistensi yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini
dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase
tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase
looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan

5
ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu
ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses
pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa
kehamilan terdapat faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal
(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek
septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan
empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang besar, stenosis pulmonal
infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis
pulmonal. Pada 50% kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10%-25%
kasus kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular.
Selebihnya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal,
overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke
septum. Klasifikasi overriding menurut Kjellberg: (1) tidak terdapat overriding aorta
bila sumbu aorta desenden mengarah ke belakang ventrikel kiri, (2) Pada overriding
25% sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium
aorta menghadap ke ventrikel kanan, (3) Pada overridng 50% sumbu aorta mengarah
ke septum sehingga 50% orifisium aorta menghadap ventrikel kanan, (4) Pada
overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan venrikel kanan. Derajat
overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis
menentukan besarnya pirau kanan ke kiri.
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada
septum interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri, sehingga
terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum teroksigenasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila

6
tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan
mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam
aorta yg bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis
pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran
(hipertrofi ventrikel kanan).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis
pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut
ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak teroksigenasi,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia
spell yang ditandai dengan : sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan
bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang
bahkan pingsan. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani
segera, misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu
memberikan posisi lutut ke dada (knee chest position) (Barhman, 2012).

2.5. Nursing Pathway

7
2.6. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan
sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit
merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan
hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan
hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan
trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti
terjadi anemia relatif yang harus diobati.
2. Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit
membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus
pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga
tampak seperti “sepatu boot”. Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan

8
yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan
trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan
antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esophagus yang berisi
barium ke kiri. Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru relatif
bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan
merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang
banyak mungkin corakan vascular paru tampak normal, atau bahkan
bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong
dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.
a. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
b. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi
fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel
dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat.
Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula
penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis
tidak selalu mudah dilakukan.
c. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah (Barhman, 2012).

2.7. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami spell berikan
1. Oksigen
2. Posisikan knee chest (tempatkan bayi oada bahu ibu dengan lutut terlipat)

9
3. Bolus cairan
4. Morfin sulfat untuk menurunkan dorongan respirasi dan menurunkan aliran balik
vena sistemik (0,1-0,2 mg/Kg BB IM atau SK)
5. Propanolol
Operasi dikerjakan dalam 2 tahun pertama kehidupan atau lebih awal bil aterdapat
sianosis signifikan, spell atau obstruksi RVOT berat (Tanto, 2014).

10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat :
Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia, nyeri
dada dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital berubah
pada aktivitas
2. Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru atau akut.
Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis

3. Integritas :
Gejala : ansietas, takut
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.
4. Eleminasi :
Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
5. Nutrisi :

11
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas
bawah,
Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)

6. Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
7. Nyeri atau kenyamanan :
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit
pada otot
Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)
8. Pernapasan :
Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, penggunaan bantuan pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi
Fungsi mental : kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
(Lynn, 2004).

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan
sianotik akut)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

12
7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang
diagnosis/prognosis penyakit anak
8. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
9. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
10. Kecemasan keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis atau
prognosis penyakit anak.
11. Resiko terjadinya spell berulang b.d hipoksia (Carpenito, 2001).

3.3. Rencana intervensi


Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
a. Penurunan Setelah diberikan asuhan keperawatan  Monitor tanda vital,
cardiac output selama 3 x 24 jam, diharapkan anak pulsasi perifer,
b.d sirkulasi dapat mempertahakan ardia output capilarry refill
yang tidak adekuat dengan kriteria hasil : dengan
efektif dengan • Tanda-tanda vital normal sesuai membandingkan
adanya umur pengukuran pada
• Tidak ada ; dyspneu, napas cepat
malformasi kedua ekstremitas
dan dalam, sianosis, gelisah/letargi,
jantung dengan posisi
takikardi, mur-mur
berdiri, duduk, dan
• Pasien compos mentis
• Akral hangat tiduran jika
• pulsasi perifer kuat dan sama pada
memungkinkan.
kedua ekstremitas  Kaji dan catat
• Capilarry Refill time < 3 detik
• urine output 1-2 cc/kgBB/jam denyut apikal
selama satu menit
penuh
 Observasi adanya
serangan sianotik
 Berikan posisi knee
chest pada anak
 Obsrevasi adanya
tanda-tanda

13
penurunan sensori:
letargi, bingung dan
disorientasi
 Monitor intake dan
output secara
adekuat
 Sediakan waktu
istirahat yang
cukup bagi anak
dan dampingi anak
pada saat
melakukan aktivitas
 Sajikan makanan
yang mudah
dicerna dan kurangi
konsumsi kafein
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan serial
ECG, foto thorak,
pemberian obat-
obatan anti
disritmia.
 Kolaborasi
pemberian oksigen
 Kolaborasi
pemberian cairan
tubuh melalui infus
b. Intoleransi Setelah diberikan asuhan keperawatan  Ikuti pola istirahat
aktivitas b/d selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah pasien, hindari
ketidakseimba intoleransi aktivitas dapat teratasi pemberian intervensi
ngan dengan kriteria hasil: pada saat istirahat.
pemenuhan O2 No Indikator IR ER  Lakukan perawatan

14
terhadap 1. Aktifitas 2 5 dengan cepat, hindari
kebutuhan 2. Istirahat 2 5 pengeluaran energi
3. Kemudahan 3 5
tubuh. berlebih dari pasien.
bernafas
 Bantu pasien memilih
4. Saturasi 3 5
kegiatan yang tidak
oksigen
melelahkan.
saat
 Hindari perubahan
beraktifitas
suhu lingkungan yang
5. Nadi saat 2 5
mendadak.
aktifitas
 Kurangi kecemasan
pasien dengan
memberi penjelasan
yang dibutuhkan
pasien dan keluarga.
 Respon perubahan
keadaan psikologis
pasien (menangis,
murung dll) dengan
baik.
c. Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan  Sediakan kebutuhan
pertumbuhan selama 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi adekuat.
dan pertumbuhan dan perkembangan klien  Monitor BB/TB, buat

perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh catatan khusus

b/d oksigenasi kembang sesuai dengan usia , dengan sebagai monitor.


 Kolaborasi intake Fe
tidak adekuat, kriteria hasil :
dalam nutrisi.
kebutuhan No Indikator IR ER
nutrisi jaringan 1. Interna 2 5

tubuh, isolasi gambar

social. diri
2. Kesesuaian 3 5
antara
realitas

15
3. Deskripsi 2 5
bagian
tubuh yang
terkena
(Bulechek, 2013 & Moorhead 2013).

3.4. Implementasi
Implementasi merupakan bentuk realisasi dari intervensi keperawatan. Apa
yang telah direncanakan dalam intervensi haruslah dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan kondisi pasien.

3.5. Evaluasi
1. Klien tidak terlihat pucat.
2. Klien tidak terlihat lemah.
3. Mengalami sianosis pada tubuhnya.
4. Saturasi o2 saat aktifitas tercukupi.
5. Kecepatan respiratori normal saat aktifitas.
6. Nadi normal saat aktifitas.
7. Kemudahan bernafas saat bernafas.
8. Tekanan darah sistol dan diastol normal saat aktifitas
9. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan batas kemampuan
10. Klien dapat tidur nyenyak pada malam hari
11. Klien terlihat lebih segar ketika terbangun.
12. Anak usia 6 bulan dapat :
Merangkak,duduk dengan bantuan, menggenggam, dan memasukkan benda ke
mulut.
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan rata – rata masa tubuh
berada dalam batas normal sesuai usia.
13. Klien dapat berinteraksi dengan keluarga
14. Terbebas dari tanda - tanda infeksi
15. Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat (Lynn, 2004).

16
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, disimpulka bahwa Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan
jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal
yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta,
dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyakit TOF juga sangat mempengaruhi terhadap
tumbuh kembang anak, sehingga akan didapatkan body emage yang tidak normal
pada anak

4.2. Saran
Sebaiknya seorang perawat dalam melakukan tidakan keperawatan yang akan
dilakuka harus memahami patofisiologi dari penyebab utama diri timbulnya penyakit.
Sebagai seorang perawat harus memberikan penkes mengenai penyakit TOF
kepada keluarga sehingga dapat membantu dalam proses peyembuhan atau mencegah
terjadinya serangan dari penyakit TOF.

17
DAFTAR PUSTAKA

Behrman et all. 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed. 15, Vol.2. Jakarta.
EGC, 2000.
Tanto Chris et all. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Ed.4. Jakarta.
Aisculapius.
Wong L. Donna et all. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6. Jakarta.
EGC.
Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC
Lynn Betz Cecily & Sowden Linda. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik
Ed.5. Jakarta. ECG

Você também pode gostar