Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak : Telaah atas Masyarakat Hukum Adat dan hubungannya dengan tata kelola hutan, baik
pada arah kebijakan maupun pada secara praktis yang dilihat dari berbagai sisi. Sisi tenurial,
pengelolaan hutan, nilai (value), sampai pada pilihan hukum menjadi objek yang menarik perhatian
untuk ditelaah dari berbagai paradigma. Pada Saat dimulainya Reformasi 1999 telah membawa
angin perubahan yang luar biasa dalam bidang hukum dan politik di Indonesia. Produk hukum yang
memfasilitasi kehidupan politik pemerintahan yang otoriter dibongkar sedemikian rupa sehingga
menjadi lebih demokratis. Sistem pemerintahan yang sentralistik digugat dan diubah dengan
pendekatan desentralistik. Untuk itu, Indonesia telah mengadakan perubahan terhadap hampir
semua produk hukum yang berlaku, mulai dari Konstitusi (Undang-Undang Dasar 1945), Undang-
Undang (UU), Peraturan Pemerintah sampai kepada tingkat peraturan di bawahnya. Pemerintah
daerah juga tidak mau ketinggalan, berbagai produk hukum daerah juga telah dilahirkan
menyambut gegap gempita kebijakan otonomi daerah. Masyarakat hukum adat yang seringkali
disebut sebagai indigenous people merupakan contoh dari tipe masyarakat yang tergolong ke dalam
solodaritas mekanis. Masyarakat adat yang cenderung berkarakter kekerabatan, ketergantungan
pada alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat sangat sederhana dan sejenis serta
memiliki nilai-nilai sakral-religius antara masyarakat, hutan dengan lingkungannya, sehingga
menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai budaya lokal. Pengakuan terhadap
masyarakat hukum adat secara tegas dalam suatu produk hukum sangat penting karena pada
umumnya masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat bergantung hidupnya pada sumber daya
alam khususnya pada kawasan hutan, dan masyarakat hukum adat merupakan penjaga daya dukung
ekosistem dan lingkungan. Memberi ruang bagi pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia, terutama hak-hak masyarakat hukum adat atas pengelolaan, penguasaan dan
pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk mewujudkan negara kesejahteraan.
Kata Kunci : Pengelolaan, Masyarakat Hukum Adat, Sumber Daya Alam, Hutan.
PENDAHULUAN
ketertiban dunia yang berdasarkan
Di dalam alinea ke-IV Pembukaan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik keadilan social. Menurut Pasal 33
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
Negara Republik Indonesia berkewajiban menyebutkan, bahwa :
melindungi segenap bangsa dan seluruh ” Bumi, air, dan kekayaan alam yang
tumpah darah Indonesia, memajukan terkandung di dalamnya dikuasai oleh
kesejahteraan umum, mencerdaskan negara dan dipergunakan untuk sebesar-
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan besarnya kemakmuran rakyat ”.
ISSN : 2085-4757 70
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
Penjelasan Pasal 33 ayat (3) Undang- Padahal, tujuan dari pembentukan negara
Undang Dasar 1945 tersebut di atas bahwa adalah untuk melindungi segenap bangsa
yang termasuk kekayaan alam mempunyai dan seluruh tumpah darah Indonesia.
arti yang sangat penting di dalam Dalam banyak kasus seolah-seolah negara
kehidupan makhluk hidup sehinga hutan dan masyarakat hukum adat berada pada
merupakan sumber daya alam yang harus posisi yang saling bertentangan dan
dilindungi dan mempunyai manfaat yang bersaing dalam pengelolaan sumber daya
besar bagi seluruh kehidupan makhluk alam. Tentu saja persaingan ini tidak
hidup di bumi khususnya bagi manusia, berimbang, apalah daya masyarakat hukum
karena manusia pun tidak dapat hidup adat bila berhadapan dengan negara yang
tanpa hutan mempunyai fungsi dan super power. Kondisi inilah salah satunya
manfaat untuk kehidupan manusia. penyebab timbulnya konflik agraria.2 Salah
Sistem negara modern telah satu bukti bahwa kebijakan negara belum
mereduksi kedaulatan masyarakat hukum berempati dengan kondisi atau nasip
adat atas ulayatnya. Hal ini merupakan masyarakat hukum adat adalah selalu
konsekuensi dari komitmen kebangsaan disyaratkannya bahwa hak-hak tradisional
seluruh komponen masyarakat untuk masyarakat hukum adat itu tidak boleh
mendirikan suatu negara bangsa. Rasa bertentangan dengan atau harus “sesuai
nasionalisme dibangun dan dikembangkan dengan kepentingan nasional dan negara,
demi kemajuan bersama. Secara faktual yang berdasarkan atas persatuan bangsa”.
kondisi ini membuat setiap kesatuan Pernyataan ini merupakan suatu a priori
masyarakat hukum adat yang mengandung kecurigaan dari
(rechtsgemeenschappen), menjadi tidak pemerintah terhadap masyarakat hukum
sepenuhnya otonom seperti sebelumnya. adat. Persyaratan ini menunjukkan bahwa
Secara teori, menurut Moore,1 dalam seolah-olah masyarakat hukum adat itu
perspektif hukum dan perubahan sosial bukan merupakan bagian kenasionalan,
(law and social change) gambaran kenegaraan dan kebangsaan.3 Oleh karena
ketidakmutlakan otonomi suatu kelompok itu, dalam era reformasi kondisi
itu disebut dengan istilah semi- masyarakat hukum adat perlu mendapatkan
autonomous social field. Moore perhatian serius dari semua pihak yang
mengatakan, obviously, complete peduli termasuk dari pemerintah baik pusat
authonomy and complete domination are apalagi pemerintah daerah terhadap
rare, if they exist at all in the world today, pengelolaan dan pemanfataan sumber daya
and semi-authonomy of various kinds and alam hutan di Indonesia.
degrees is an ordinary circumstance. Since Masyarakat hukum adat memiliki
the law of sovereign states is hierarchical kearifan lokal (local wisdom) tersendiri
in form, no social field within a modern dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
policy could be absolutely authonomous lingkungan hidup dan sumber daya alam
from a legal point of view. 2
Beberapa konflik agraria yang timbul dari kondisi
Keberadaan negara justru menjadi ini dapat dilihat, miksalnya, dalam Afrizal, 2006,
ancaman bagi masyarakat hukum adat. Sosiologi Konflik Agraria: Protes-protes agraria dalam
masyarakat Indonesia kontemporer, Andalas University
Press, Padang.
1 3
Moore, S. F., 1983, Law as a process, An Bahar, S., 2005, Inventarisasi dan Perlindungan
anthropological approach, Routledge and Kegan Paul, Hak Masyarakat Hukum Adat, Komisi Nasional Hak
London, hlm. 78. Asasi Manusia, Jakarta, hlm. 56-57.
ISSN : 2085-4757 71
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 72
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
secara ekologi menimbulkan degradasi pengelolaan antar pusat dan daerah, akses
kuantitas maupun kualitas sumber daya informasi bagi masyarakat dalam
alam (ecological loss), dari segi ekonomi pengelolaan sumber daya alam, partisipasi
membatasi akses bahkan telah semua pihak terkait (stakeholders),
menghilangkan sumber-sumber kehidupan transparansi dan tidak diskriminatif dalam
masyarakat adat lokal (economic resource pembuatan dan implementasi kebijakan,
loss), dari segi sosial budaya secara nyata pertanggungjawaban kepada publik (public
telah merusak sistem pengetahuan, accountability), koordinasi dan
teknologi, institusi, religi dan tradisi keterpaduan antar sektor, penyelesaian
kearifan masyarakat adat/lokal (social and konflik secara bijaksana, dan perlindungan
cultural loss), sedang dari segi politik terhadap hak-hak asasi manusia serta
hukum menggusur atau mengabaikan fakta pengakuan atas kemajemukan hukum
kemajemukan hukum dalam pengelolaan dalam pengelolaan sumber daya alam.8
sumber daya alam (the political of legal Desentralisasi merujuk pada
pluralism ignorance).5 penyerahan kewenangan dan
Kekayaan sumber daya alam tanggungjawab pengelolaan sumber daya
Indonesia dipahami pemerintah sebagai alam oleh pemerintah kepada daerah
modal penting dalam penyelenggaraan otonom, sehingga pengambilan keputusan
pembangunan nasional. Oleh karena itu, dapat dilakukan sesuai karakteristik
atas nama pembangunan yang diabdikan wilayah masing-masing daerah otonom.
pada pengejaran target pertumbuhan Perlindungan hak-hak asasi manusia dan
ekonomi (economic growth development), pengakuan atas kemajemukan hukum
demi peningkatan pendapatan dan devisa memberi jaminan bagi pengakuan dan
negara, maka pemanfaatan sumber daya perlindungan pemerintah atas hak-hak
alam dilakukan tanpa memperhatikan masyarakat adat setempat serta
prinsip-prinsip keadilan, demokratis, dan kemajemukan tatanan hukum mengenai
keberlanjutan fungsi sumber daya alam pengelolaan, penguasaan dan pemanfaatan
dan lingkungan hidup.6 sumber daya alam yang tumbuh dan
Prinsip keadilan merujuk pada berkembang dalam masyarakat.
kebijakan pengelolaan sumber daya alam Berdasarkan latar belakang tersebut
harus direncanakan, dilaksanakan, diatas, maka penulis ingin mengangkat
dimonitoring, dan dievaluasi secara permasalahan ini dengan judul “
berkelanjutan, agar dapat memenuhi
kepentingan keberlanjutan fungsi sumber Pengelolaan Sumber Daya Alam Hutan
daya alam dan lingkungan hidup dan juga Oleh Masyarakat Hukum Adat Di
kepentingan inter/antar generasi maupun Indonesia “.
untuk keadilan gender.7
Prinsip demokrasi mengacu pada RUMUSAN MASALAH
kebijakan pengelolaan sumber daya alam
hutan harus mengakomodasi kewenangan Bagaimana Pengelolaan Sumber
5
I Nyoman Nurjaya, Pengelolaan Sumber Daya
Daya Alam Hutan Oleh Masyarakat
Alam Perspektif Antropologi Hukum, Prestasi Pustaka Hukum Adat di Indonesia ?
Publisher, Jakarta, 2008, hlm 94-95.
6
Ibid, I Nyoman Nurjaya, hlm 124.
7 8
Ibid, I Nyoman Nurjaya, hlm 130. Ibid.
ISSN : 2085-4757 73
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 74
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
masyarakat hukum adat di Indonesia tetapi Pasal 62 Regering Reglement (RR) 1854
juga di seluruh dunia. sampai kepada Agrarische Wet 1870.
Masyarakat bangsa Indonesia adalah Walaupun tidak menyebutkan istilah hak
masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika, ulayat, kedua sumber hukum Belanda
yang berbeda-beda suku, agama, ras dan tersebut secara formal sudah eksplisit
antar golongan (SARA), kemudian bersatu menyatakan perlindungan hak-hak
dalam kesatuan negara Pancasila sejak masyarakat yang berasal membuka hutan,
tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum lapangan pengembalaan umum, tanah
Indonesia merdeka, berbagai masyarakat milik persekutuan (desa) dan sejenisnya.
itu berdiam diberbagai kepulauan besar Pemberian hak erfpacht dan hak sewa oleh
dan kecil yang hidup menurut hukum Gubernur Jenderal kepada
adatnya masing-masing.10 pengusahapengusaha terutama investor
Bahkan, pada zaman Hindia Belanda Eropa tidak boleh dilakukan di atas tanah
pun sudah sudah terdapat perhatian yang terdapat hak-hak masyarakat hukum
terhadap hak atas tanah masyarakat hukum adat.9
adat, yang tentu saja dengan motif Memasuki era kemerdekaan,
penjajahan. Seperti diketahui bahwa setidaknya ada 2 (dua) hal yang terdapat
hukum agraria kolonial terbagi ke dalam dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
dua (2) kelompok yaitu hukum agraria 1945) berkaitan dengan materi hukum
keperdataan dan hukum agraria agraria. Pertama, Pasal 33 ayat (3) UUD
administratif. Hukum agraria perdata 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan
terdapat dalam Buku II KUHPer yang air dan kekayaan alam yang terkandung
menentukan dan mengatur hak-hak atas didalamnya dikuasai oleh negara dan
tanah. Dalam hukum agraria keperdataan dipergunakan untuk sebesar-besar
memang tidak disinggung-singgung kemakmuran rakyat. Pernyataan tentang
tentang hak atas masyarakat hukum adat, konsep “hak menguasai negara” ini
khususnya hak ulayat. Sedangkan hak menggantikan konsep domein yang
milik atas tanah dari kelompok dan diterapkan oleh Pemerintahan Kolonial.
individu dalam masyarakat hukum hukum Kedua, UUD 1945 memberikan apresiasi
adat itu tetap diakui dan dilindungi sebagai dan kedudukan istimewa terhadap
hak kepemilikiannya. Walaupun demikian, masyarakat hukum adat
pernyataan domein verklaring menjadi (rechtsgemeenschappen) di mana
momok bagi hak-hak keperdataan anggota terdapatnya hak ulayat. Walaupun Negara
masyarakat hukum adat atas tanah, karena Indonesia berbentuk kesatuan
rakyat Indonesia memiliki tanah tidak (eenheidsstaat atau unitary state). Namun,
berdasarkan bukti tertulis yang Negara menghormati kedudukan daerah-
disayaratkan oleh domein verklaring. daerah istimewa tersebut dan segala
Pengakuan yuridis terhadap hak-hak atas peraturan negara yang mengenai daerah-
tanah masyarakat hukum adat pada zaman daerah itu akan mengingati hak-hak asal-
Belanda dapat dilihat dalam sumber usul daerah tersebut. Pernyataan ini
hukum agraria administratif, mulai dari terdapat pada Penjelasan Pasal 18 Angka
II, Negara mengakui bahwa di Indonesia
10
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende
Adat Indonesia, Cetakan II, Bandung, PT. Mandar landchappen dan volksgetneenschappen,
Maju, 2003, hlm. 105.
ISSN : 2085-4757 75
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di masyarakat hukum adat yang tunggal,
Minangkabau, dusun dan marga di bertingkat dan berangkai.13
Palembang dan sebagainya. Teer Haar Setelah Amandemen Kedua UUD
mengemukakan adanya kelompok- 1945 pada Tahun 2000, nilai-nilai tersebut
kelompok masyarakat dilingkungan raja- diangkat ke dan dijadikan rumusan pasal
raja dan kaum bangsawan dan tersendiri dalam Batang Tubuh, karena
dilingkungan kaum pedagang. Kelompok- pasca amandemen UUD 1945 tidak
kelompok masyarakat ini dipengaruhi oleh mengenal lagi penjelasan. Terdapat 2 pasal
kehidupan hukum adat dan tempat penting dalam UUD 1945 tentang
kediaman yang terpisah dari masyarakat pengakuan dan perlindungan masyarakat
umum.11 hukum adat dan hak-hak tradisionalnya
Soepomo dalam pidatonya Tanggal 2 pasca amandemen. Pertama, Pasal 18B
Oktober 1901 yang mengutip pendapat van ayat (2) yang menyatakan, negara
Vollenvohen menyatakan : mengakui dan menghormati kesatuan-
Bahwa untuk mengetahui hukum, maka masyarakat hukum adat beserta hak-hak
adalah terutama perlu diselidiki buat waktu tradisionalnya sepanjang masih hidup
apabila pun dan didaerah manapun, sifat kesatuan dan sesuai dengan perkembangan
dan susunan badan-badan persekutuan, masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
dimana orang-orang yang dikuasai oleh Republik Indonesia, yang diatur dalam
hukum itu, hidup sehari- undang-undang. Kedua, Pasal 28I ayat (3)
12
hari. yang menyebutkan, bahwa identitas
Menurut Seopomo, maka budaya dan hak masyarakat tradisional
masyarakat-masyarakat hukum adat di dihormati selaras dengan perkembangan
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan zaman dan peradaban.
menurut dasar susunannya, yaitu yang Sebagai pelaksana Undang-Undang
berdasarkan pertalian keturunan Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 5
(genealogi), dan yang berdasar lingkungan Tahun 1960 atau Undang-Undang Pokok-
daerah (territorial), kemudian ditambah Pokok Dasar Agraria (UUPA) kemudian
dengan susunan yang didasarkan pada memberikan penafsiran autentik terhadap
kedua dasar tersebut, yakni genealogi- konsep hak menguasai negara yang
territorial. Dari sudut bentuknya maka terdapat pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
masyarakat hukum adat tersebut ada yang (Pasal 2 ayat (2)). Di samping itu, UUPA
berdiri sendiri, menjadi bagian dari juga menyebutkan dan memberikan posisi
masyarakat hukum adat yang lebih tinggi terhadap hak masyarakat hukum adat atas
atau mencakup beberapa masyarakat sumberdaya agraria yaitu “hak ulayat”.
hukum adat yang lebih rendah, serta Pasal 3 UUPA menyatakan bahwa hak
merupakan perserikatan dari beberapa ulayat dan hakhak serupa itu, sepanjang
masyarakat hukum adat yang sederajat. menurut kenyataannya masih ada diakui.
Masing-masing masyarakat hukum adat UUPA merupakan produk hukum negara
tersebut dapat dinamakan sebagai pertama yang mengakui adanya “hak
ulayat” masyarakat hukum adat, walaupun
11
Ibid komitmen pengakuan tersebut masih
12
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,
13
Edisi I, Cetakan 9, Jakarta, PT. Raja Grafindo R. Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat,
Persada, 2008, hlm. 91. Jakarta, PT. Pradya Paramita, 1977, hlm. 51.
ISSN : 2085-4757 76
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 77
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 78
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
adalah apa yang dalam literatur hukum beraspek perdata sekaligus publik, kedua,
yang disebut dengan beschikkingsrecht. hak kepala adat dan para tetua adat yang
Sehingga untuk melihat konsep hak ulayat bersumber dari hak ulayat yang bersifat
dalam UUPA relevan dengan publik,dan ketiga, hak-hak atas tanah
konsepkonsep hak ulayat dalam artian individual (hak milik) yang baik langsung
beschikkingsrecht, yang pernah maupun tidak langsung berasal dari hak
dikemukakan oleh beberapa penulis ulayat.17 Kemudian, Muhammad Bakri
terkemuka di bidang itu,14 dan juga (2007) mempertegas hak ulayat tersebut
pengembangan-pengembangannya. dalam dua aspek, yaitu; pertama, aspek
Beschikkingsrecht pertama kali keperdataan yang berarti mengandung hak
diperkenalkan oleh Van Vollenhoven kepunyaan bersama atas tanah bersama
sebagai salah satu ahli hukum adat yang para anggota atau warga masyarakatnya,
pernah ada. Van vollenhoven dalam dan kedua, aspek publik yang berarti
bukunya berjudul “De Indonesier en zijn mengandung tugas kewajiban mengelola,
Grond” yang dikutip dalam Sjahmunir, mengatur dan memimpin penguasaan,
hak ulayat disebut sebagai pemeliharaan, peruntukan dan penggunaan
beschikkingsrecht. Beschikkingrechts tanah bersama.18
dalam kepustakaan hukum adat Indonesia Artinya keberadaan hak ulayat
tidak dapat dipisahkan dari hak yang bergantung kepada keberadaan masyarakat
melekat pada suatu masyarakat hukum adat hukum adat. Hak ulayat merupakan bentuk
yang pada dasarnya terarah kepada tanah ikatan socio-magis sekaligus ikatan yuridis
dalam teritorialnya.15 Hubungan antara hak atas wilayah masyarakat hukum adat
ulayat tersebut tidak dapat dipisahkan (ulayat) yang meliputi segala hal yang
dari:16 tumbuh dan berkembang di atas wilayah
1. Masyarakat hukum adat sebagai subyek adat tersebut. Hak ulayat juga meliputi dua
hak ulayat; aspek yaitu aspek publik dan aspek privat
2. Tanah (termasuk air dan udara) yang yang masing-masing hubungan dua aspek
berada dalam wilayah kekuasaan tersebut akan dibahas lebih dalam pada sub
masyarakat hukum adat yang materi daya berlakunya hak ulayat di
bersangkutan beserta apa-apa yang bawah ini.
tumbuh dan hidup di atas tanah itu, Ciri spesifik dari hak ulayat adalah
sebagai obyek dari hak ulayat; mempunyai kekuatan atau daya berlaku
3. Daya berlakunya hak ulayat, baik kedalam dan keluar. Oleh Ter Haar
kedalam maupun keluar, sebagai ciri sebagaimana dikutip oleh Muhammad
hak ulayat. Bakri, kekuatan berlaku kedalam terdiri
Selanjutnya, Boedi Harsono membagi atas:19
hak ulayat atas tiga aspek, yaitu: pertama, 1. Masyarakat hukum itu dalam arti
hak ulayat masyarakat hukum adat yang anggota-anggotanya secara bersama-
sama memungut hasil dari tanah dan
14
Kurnia Warman, 2008, Nasib Tenurial Adat Atas 17
Ibid.
Kawasan Hutan (Tumpang Tindih Klaim Adat dan 18
Muhammad Bakri, 2007, Hak Menguasai
Negara Pada Aras Lokal di Sumatera Barat), Huma dan Tanah Oleh Negara: Paradigma Baru Untuk
Qbar, hlm. 54.
15
Sjahmunir, 2006, Eksistensi Tanah Ulayat Dalam Reformasi Agraria, Citra Media, Yogyakarta, hlm.
PerundangUndangan Indonesia, PPIM, Padang, hlm, 30. 41.
16
Ibid. 19
Op.cit, hlm. 111-113.
ISSN : 2085-4757 79
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 80
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
makin kuat pula haknya atas tanah Orang di luar masyarakat hukum adat
tersebut. Menurut hukum adat yang asli, dalam memungut hasil sumberdaya alam
bagaimanapun kuatnya hak perorangan (SDA) diwajibkan menyerahkan sebagian
terhadap tanah itu tetap terikat hak ulayat. hasil pemungutannya (biasanya sebesar
Hubungan timbal balik ini tergantung pada sepuluh persen), sedangkan dalam hal
daya ikat hak ulayat terhadap tanah-tanah menggarap tanah dalam wilayah adat
yang dikuasai anggota masyarakat hukum (ulayat), maka orang di luar masyarakat
adat. Dalam kondisi tertentu dalam hukum adat tersebut berhak atas izin
masyarakat hukum adat, penguasaan atas pemangku adat yang biasanya berupa hak
tanah oleh anggota masyarakat adat begitu untuk membuka tanah untuk berlandang
kuat sehingga suasana hak ulayatnya atau berkebun dengan komoditi tanaman
menjadi kendor. Begitu pula sebaliknya, muda. Bentuk hak yang diberikan kepada
hak ulayat bisa begitu kuat atas hak orang di luar masyarakat hukum adat
perorangan dalam suatu masyarakat hukum adalah hak pakai dan tidak diperbolehkan
adat sehingga hak perorangan tersebut untuk mendapat hak milik dalam ulayat
kembali kepada masyarakat hukum adat. masayarakat hukum adat. Secara prinsip,
Untuk menjaga daya berlaku hak daya berlaku keluar hak ulayat adalah
ulayat kedalam dan daya berlaku keluar, integritas yang harus dihormati oleh dunia
maka masyarakat hukum adat itu diwakili luar atau oleh orang di luar masayarakat
oleh penghulu-penghulu rakyat yang hukum adat, baik itu individu maupun
mempunyai tugas keluar sebagai wakil badan hukum. Sehingga dalam asasnya hak
masyarakat hukum adat menghadapi ulayat tidak dapat dipindahtangankan,
orang-orang di luar lingkungannya dan walaupun ada beberapa pengecualian
kedalam mengatur hubungan antara orang- dalam situasi tertentu, yaitu:
orang dengan tanah di wilayahnya serta 1. Penyerahan sebidang tanah di mana
bertugas sebagai pemelihara tanah. Daya mayat yang terbunuh terdapat sedang
berlaku keluar hak ulayat oleh orang-orang pembunuhnya tidak ditemukan, sebagai
asing yang berarti orangorang bukan pembebasan tanggung-jawab
anggota masyarakat hukum adat adalah masyarakat hukum adat setempat
tidak diperkenankannya orang-orang kepada masyarakat hukum adat yang
tersebut dalam memungut hasil hutan, terbunuh;
sungai dan lain-lain (sumberdaya alam) 2. Karena tekanan pemerintah pusat acap
serta menggarap tanah dalam wilayah adat kali terjadi menyerahkan tanah ulayat
suatu masyarakat hukum adat tanpa secara besar-besaran, hal ini
persetujuan penguasa adatnya, bagi menyebabkan terlepasnya tanah ulayat
masyarakat hukum adat, pelanggaran dari masyarakat hukum adatnya.
terhadap norma ini maka dianggap sebagai Pengaruh kekuasaan yang lebih tinggi
maling hutan atau maling tanah. Artinya, menyebabkan hak ulayat seringkali
orang di luar masyarakat hukum adat harus diterobos, dihapus oleh kekuasaan raja-
terlebih dahulu meminta izin kepada raja dan pemerintah.
masyarakat hukum adat melalui penguasa
adat dalam hal memungut hasil Pengelolaan Sumber Daya Hutan
sumberdaya alam serta dalam hal Menurut Undang-Undang Nomor 41
menggarap tanah. Tahun 1999.
ISSN : 2085-4757 81
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 82
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 83
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 84
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
pengelolaan kawasan hutan yaitu, (1) menguasai bumi, air, dan kekayaan alam
pengelolaan kawasan hutan dilaksanakan melahirkan peraturan perundang-undangan
dengan tetap menjaga fungsi lingkungan sebagai penjabaran Pasal 33 ayat (3)
hidup hutan sebagai paru-paru dunia, Undang-Undang Dasar Negara Republik
stabilitas daerah aliran sungai, konservasi Indonesia Tahun 1945 yang memberikan
sumber daya biologi dan perlindungan peran negara yang sangat besar tanpa
habitat kehidupan liar, (2) perencanaan dan adanya kontrol dari rakyat sehingga esensi
pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan “untuk sebesar-besarnya kemakmuran
dilakukan dengan memasukkan konsep rakyat” seharusnya menjadi tujuan
kelestarian hasil untuk semua produk hutan penguasaan atas bumi, air dan kekayaan
yang dipanen atau dimanfaatkan, alam seringkali menjadi hilang.26
berdasarkan pemahaman tentang dan Disamping itu aspek keberlanjutan
dokumentasi terkait dengan ekologi hutan dan perlindungan daya dukung ekosistem
lokal, (3) kegiatan harus mempunyai bumi, air, dan kekayaan alam tidak
dampak positif pada kesejahteraan sosial tercermin dalam rumusan Pasal 33 ayat (3)
dan ekonomi jangka panjang untuk Undang-Undang Dasar Negara Republik
masyarakat lokal yang mampu Indonesia Tahun 1945. Apabila aspek
menigkatkan ketahanan nasional.25 keberlanjutan dan perlindungan daya
dukung ekosistem ingin dijadikan
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hutan landasan bagi setiap upaya pemanfaatan
Oleh Masyarakat Hukum Adat Menurut sumber daya alam, maka rumusan Pasal 33
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
tentang Kehutanan. Republik Indonesia Tahun 1945 harus
diperkuat dengan melakukan amandemen.
Sumber kebijaksanaan atau arah Menurut Bagir Manan Pasal 33
politik hukum tentang pengelolaan sumber Undang-Undang Dasar Negara Republik
daya alam di Indonesia adalah Pasal 33 Indonesia Tahun 1945 merupakan politik
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara hukum atau kebijakan hukum yang
Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan mendasar,27 yang menentukan arah
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar pembangunan hukum di bidang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pengelolaan sumber daya alam dan
tersebut mengandung pesan bahwa, demokrasi ekonomi sesuai dengan bunyi
terhadap negara diberikan hak menguasai Pasal 33 ayat (1). ayat (2), ayat (3), ayat
oleh konstitusi untuk memanfaatkan bumi, (4), dan ayat (5) Undang-Undang Dasar
air dan kekayaan alam yang terkandung di Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dalamnya untuk sebesar-besar (1) perekonomian disusun sebagai usaha
kemakmuran rakyat. bersama berdasar atas asas kekeluargaan,
Rumusan pasal di atas tidak (2) cabang-cabang produksi yang penting
memberikan penjelasan tentang dan tugas- bagi negara dan yang menguasai hajat
tugas negara dalam menguasai bumi, air, hidup orang banyak dikuasai oleh negara,
dan kekayaan alam. Ketiadaan batas-batas 26
Mas Achmad Santoso, Good Governance dan
yang jelas dari hak negara dalam Hukum Lingkungan, ICEL, hlm. 98-99.
27
Otong Rosadi, Pertambangan dan Kehutanan
25
Suhardi Alius, Masa Depan Hutan Indonesia, Dalam Perspektif Cita Hukum Pancasila, (Thafa Media,
Pensil – 324, Jakarta, hlm. 111. Yogyakarta, 2012) hlm 12.
ISSN : 2085-4757 85
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
(3) bumi dan air dan kekayaan alam yang perbuatan-perbuatan hukum mengenai
terkandung di dalamnya dikuasai oleh bumi, air dan ruang angkasa.
negara dan dipergunakan untuk sebesar- UUPA merupakan produk hukum
besar kemakmuran rakyat, (4) nasional pertama yang mengatur sumber
perekonomian nasional diselenggarakan daya alam, khususnya tanah. Politik
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan hukum agraria yang terkandung dalam
prinsif kebersamaan, efisiensi berkeadilan, UUPA, antara lain bahwa pengelolaan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, sumber-sumber agraria dapat mewujudkan
kemandirian, serta dengan menjaga sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
keseimbangan kemajuan dan kesatuan Penggunaan sebesar-besarnya
ekonomi nasional, (4) ketentuan lebih kemakmuran rakyat inilah yang menjadi
lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini politik hukum agraria nasional, sama
diatur dengan undang-undang. seperti yang tercantum dalam Pasal 33 ayat
Konsep Hak Menguasai Sumber (3) Undang-Undang Dasar Negara
Daya Alam oleh Negara lalu Republik Indonesia Tahun 1945. Tetapi
diimplementasikan dalam Undang-Undang substansi yang diatur dalam UUPA tidak
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar seluas itu, karena lebih banyak mengatur
Pokok-pokok Agraria (UUPA). Dalam permukaan bumi saja, yang disebut tanah.
ketentuan Pasal 2 ayat (1) menyebutkan, UUPA lebih dominan mengatur
“atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) penguasaan hak-hak atas tanah daripada
Undang-Undang Dasar Negara Republik hak-hak atas air dan ruang angkasa serta
Indonesia Tahun 1945 dan hal-hal kekayaan alam yang terkandung di
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalamnya.28
“Bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk Negara memiliki kewenangan penuh
kekayaan alam yang terkandung di untuk melakukan pengelolaan atas sumber
dalamnya itu, pada tingkatan tertinggi daya alam berupa hutan, akan tetapi perlu
dikuasai oleh negara, sebagai organisasi diperhatikan kesatuan-kesatuan masyarakat
seluruh rakyat.” tradisional yang masih mempertahankan
Hak menguasai sumber daya alam nilai-nilai budaya lokalnya dikawasan
oleh negara menurut UUPA dijabarkan hutan. Kesatuan masyarakat hukum adat
menjadi 3 (tiga) kewenangan negara, tersebut bagian dari ekosistem alam yang
dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA perlu mendapatkan hak juga untuk
menyebutkan: Hak Menguasai Sumber mengelola dan memanfaatkan hutan adat.
Daya Alam oleh Negara termasuk memberi Masyarakat hukum adat yang memiliki
wewenang untuk: (a) mengatur dan karakter lokal dan tradisional tersebut
menyelenggarakan peruntukkan, memiliki sifat nilai-nilai sakral, budaya
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan spiritual dan peraturan bersama
bumi, air dan ruang angkasa tersebut, (b) (aturan/norma tidak tertulis) yang telah
menentukan dan mengatur hubungan- disepakati oleh komunitasnya. Menurut
hubungan hukum antara orang-orang Northop, sebagaimana dikutip oleh
dengan bumi, air, dan ruang angkasa, (c) Bodenheimer, bahwa hukum itu memang
menentukan dan mengatur hubungan- tidak dapat dimengerti secara baik jika ia
hubungan hukum antara orang-orang dan
28
Muhammad Akib, Politik Hukum Lingkungan,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 49.
ISSN : 2085-4757 86
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
30
Bambang Eko Supriyadi, Hukum Agraria
29
Edgar Bodenheimer, Yurisprudence; The Kehutanan; Aspek Hukum Pertanahan dalam
Philosophy and Method of the Law, Cambriage Pengelolaan Hutan Negara, Cetakan I, Jakarta,
Massachesetts, 1962, hlm. 106. Rajawali Pers, 2013, hlm. 72.
ISSN : 2085-4757 87
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
sebagai penetapan awal dalam proses adat berada pada masyarakat humum adat
pengukuhan kawasan hutan yang bersangkutan tidak ada lagi, maka
sebagaimana Pasal 15 ayat (4) Undang- hak pengeloaan hukum adat jatuh kepada
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang pemerintah. Wewenang hak ulayat dibatasi
Kehutanan sebagaimana telah diubah seberapa jauh isi dan wewenang hak
dengan Undang-Undang Nomor 19 ulayat.
Tahun 2004. Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka diatur hubungan antara hak
Masyarakat hukum adat juga menguasi negara dengan hutan negara, dan
diberikan tempat untuk perlindungan hutan menguasai hukum negara terhadap hukum
yang menjadi kawasannya, yakni hutan adat. Terhadap hutan negara, negara
adat. Ada hal ini ditegaskan di dalam mempunyai wewenang penuh untuk
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun mengatur dan memutuskan persediaan,
2004 tentang Perlindungan Hutan, bahwa peruntukan, pemanfaatan, perngurusan
diatur dalam Pasal 8 ayat (4) yang serta hubungan-hubungan hukum yang
menyebutkan, bahwa : terjadi di wilayah hukum negara.
“ Perlindungan hutan atas kawasan yang Kewenanagan pengelolaan oleh negara di
pengelolaannya diserahkan kepada bidang kehuatanan seharusnya diberikan
masyarakat adat, dilaksanakan dan menjadi kepada menteri kehutanan. Adapun hukum
tanggung jawab masyarakat adat. adat, wewenang negara diatasi sejauhmana
Perlindungan kawasan hutan oleh isi wewenang yang tercakup dalam hukum
masyarakat adat dilaksanakan berdasarkan adat. Hutan adat disebut juga hutan marga,
kearifan tradisional yang berlaku dalam hutan pentuanan, atau sebutan adat
masyarakat adat yang bersangkutan dengan lainnya) berada cakupan dalam hutan
pendampingan dari pemerintah, ulayat, karena berada dalam satuan
pemerintah provinsi, dan pemerintah kesatuan (ketunggalan wilayah)
kabupaten/kota”. masyarakat hukum adat, yang peragaannya
Hutan adat dalam kenyataannya didassarkan atas kearifan-kearifan lokal
berada dalam wilayah hak ulayat. Dalam (lokal wisdom) dan mempunyai suatu
wilayah hak ulayat, terdapat bagian-bagian badan perurusan pusat yang berwibawa
tanah yang bukan hutan dapat berupa dalam seluruh lingkungan wilayahnya.
ladang penggembalaan, kuburan yang Pada warga suatu masyarakat hukum adat
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mempunyai hak membuka hutan ulayat
umum, dan tanah-tanah yang dimiliki untuk dikuasai dan diusahakan tanahnya
secara perorangan berfungsi memenuhi bagi pemenuhan kebutuhan pribadi dan
kebutuhan perseorangan. Keberadaan hak keluarganya. Dengan demikian, tidak
perseorangan tidak bersifat mutlak, dimungkinkan hak yang dipunyai oleh
sewaktu-waktu haknya akan lenyap, warga masyarakat hukum adat tersebut
akhirnya kembali menjadi kepunyaan ditiadakan atau “dibekukan” sepanjang
bersama. Hubungan antara hak memenuhi syarat dalam cakupan
perseorangan dan hak ulayat bersifat pengertian kesatuan masyarakat hukum
lentur. Hak pengelolaan hukum adat berada adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pada masyarakat hukum adat, namun jika 18B ayat (2) UUD 1945.
dalam perkembangan masyarakat hukum
ISSN : 2085-4757 88
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 89
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 90
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 91
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
masyarakat hukum adat dengan hukum dan hak masyarakat dihormati selaras
ulayatnya diberbagai tempat, lebih-lebih di dengan perkembangan zaman dan
daerah perkotaan sudah mulai menipis dan peradaban. Jadi, masyarakat hukum adat
ada yang sudah tidak ada lagi. secara langsung maupun tidak langsung
Dasar pijakan penyelenggaraan memiliki prinsip yang berakar kuat dari
negara untuk menerapkan prinsip-prinsip leluhurnya untuk melestarikan, mengelola,
ekokrasi yang berdasarkan kepada green melindungi dan memanfaatkan lingkungan
constitution, yakni terdapat dalam Pasal 33 hidup sumber daya alam hutan adat.
ayat (4) UUD 1945 berbunyi :“ Dalam rangka pelestarian fungsi
Perekonomian nasional diselenggarakan lingkungan hidup, dan pengelolaan serta
berdasarkan atas demokrasi ekonomi perlindungan lingkungan hidup, negara
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi dan (pemerintah pusat dan daerah) diberikan
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan tugas dan kewenang atas setiap
lingkungan, kemandiriaan, serta dengan kebijaksanaan terhadap masyarakat hukum
menjaga keseimbangan, kemajuan dan adat. Hal ini sebagaimana dinyatakan di
kesatuan ekonomi sosial.” dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Pelaksanaan pembanguna nasional 2009 tentang Perlindungan dan
atau daerah selalu memprioritaskan unsur Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada
ekomomi atau dalam konteks otonomi Pasal 63 ayat (1) huruf (t), ayat (2) huruf
daerah lebih mengutamakan pendapatan (n), ayat (3) huruf (k). Dengan demikian,
asli daerah, tanpa memperhatikan terhadap beberapa perusahaan
demokrasi lingkungan berbasis sebagaimana yang dipaparkan oleh saksi
pembangunan berkelanjutan dan Pemohon di depan Majelis Hakim
berwawasan lingkungan hidup. Tindakan Konstitusi, antara lain PT. Roda Mas, PT.
seperti ini merupakan sebuah pengingkaran Timber Dana, PT. Kalhod Utama, PT.
terhadap konstitusi. Padahal, kesatuan Hutan Mahligai yang memegang HPH
masyarakat adat yang puluhan tahun (Hak Pengusahaan Hutan) wajib
penghuni di bawah payung NKRI dijamin mendirikan Hutan Tanaman Industri, PT.
konstitusi dalam Pasal 18B UUD 1945 Ledo Lestari, melalui instruman perizinan
yang berbunyi: “ Negara mengakui dan dengan terbitnya Keputusan Presiden,
menghormati kesatuan-kesatuan hukum Keputusan Menteri Kehutanan ataupun
addat beserta hak-hak tradisionalnya surat keputusan yang dikeluarkan Bupati,
sepanjang masa hidup dan sesuai dengan telah menyebabkan penderitaan kepada
perkembangan masyasrakat dan prinsip masyarakat adat, yakni tergusur dan tidak
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mendapatkan akses sumber daya alam
diatur dalam undang-undang.” untuk penghidupannya. Jadi, Penulis
Apabila masyarakat adat merasa menganggap bahwa pemerintah setempat
dirugikan melalui sistem perizinan untuk tunduk kepada pemodal dengan dalih
membuka usaha yang dilakukan oleh investasi dan Pendapatan asli Daerah, serta
pemerintah terhadap para pengusaha, maka mengabaikan rasa keadilan masyarakat
sudah menjadi haknya untuk adat dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
memperjungkan secara kolektif untuk Berdasarkan keterangan saksi yang
membangun masyarakat atau bernama Jilung, masyarakat (suku) Talang
komunitasnya. Selain itu, identitas budaya Mamak yang terletak di Riau, tepatnya
ISSN : 2085-4757 92
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu lahan yang sudah pernah dikelola oleh
masih memegang erat nilai-nilai kearifan penduduk lain akan diperbolehkan jika
lokal (local wisdom), yang berhubungan mendapatkan ijin dari pengelola sebelumya
dengan folklore, mitos, nilai, norma, etika, dan berstatus pinjam pakai serta tidak ada
interaksi sosial, struktur sosial, tata ruang, proses jual beli antar komunitas.
modal sosial, potensi sosial, konflik sosial, Mahkamah Konstitusi akhirnya
kelembagaan, pemerintahan adat, pola berkesimpulan bahwaa kata “negara”
pemukiman, alat dan teknologi. Dalam dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang
kesehariannya mereka selalu merujuj Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
kepada apa yang telah diwariskan oleh tidak mempunyai hukum mengikat,
leluhur sebelumya. Warisam-warisan dari sehingga berubah menjadi: “ Hutan adat
leluhur yang mereka sebut sebagai aturan adalah hutan yang berada dalam wilayah
adat ini mengatur semua lini kehidupan, masyarakat hukum adat ”. Sehingga pada
mulai dari pesta kawin, menanam padi, pasal 4 ayat (3) berubah menjadi
membuka lahan, upacara perkawinan, “Penguasaan hutan oleh negara tetap
memilih bibit, sampai menentukan hari memperhatikan masyarakat hukum adat,
baik untuk beraktivitas. Jika dilihat secara sepanjang masih hidup dan masih dan
holistik, mereka memiliki pola pengaturan sesuai dengan perkembangan masyarakat
hidup secara turun menurun, termasuk dan prinsip Negara Kesatuan Republik
dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia” Pasal 5 ayat (1) menjadi:
hutan adat. “Hutan negara termasuk dimaksud pada
Tanah dan hutan bagi suku Talang ayat (1) huruf (a), tidak termasuk hutan
Mamak merupakan bagian dari kehidupan adat”. Terhadap Pasal 5 ayat (3)
yang tidak dipisahkan sejak ratusan tahun menghilangkan kata “dan ayat 2”,
mereka hidup damai dan menyatu dengan sehingga menjadi: “ Pemerintah
alam. Mereka hidup dari mengumpulkan menetapkan status hutan sebagaimana
hasil hutan dan melakukan perladangan dimaksud pada ayat (1) dan hutan adat
berpindah. Terdapat aturan adat mengenai ditetapkan sepanjang menurut
sumber daya alan hutan, yakni: kenyataannya menurut hukum adat yang
1. Kawasan hutan adalah kawasan dengan bersangkutan masih ada dan diakui
kepemilikan komunal; keadannnya.”.
2. Kawasan pemukiman dan perkebunan
adalah kawasan dengan kepemilikan KESIMPULAN
pribadi yang diturunkan berdasarkan
keturunan; Pengelolaan sumber daya alam hutan
3. Kawasan sungai adalah kawasan yang oleh masyarakat hukum adat berpedoman
kepemilikan berkelompok. pada hak menguasai negara yang dimaknai
sebagai kewenangan dan kewajiban negara
Kepemilikan tanah diakui masyarakat untuk mengelola sumber daya alam hutan
lain jika ada yang mengelola lahan yang dengan tujuan untuk kesejahteraan seluruh
belum ada pemiliknya, maka akan masyarakat Indonesia, termasuk
dianggap sebagai orang yang berhak atas masyarakat hukum adat, negara sebagai
lahan tersebut, dan akan diturunkan kepada pemegang hak menguasai berfungsi
generasi berikutnya, jika akan mengelola sebagai perantara antara masyarakat dan
ISSN : 2085-4757 93
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
ISSN : 2085-4757 94
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 12, No 1, April 2017 Pengelolaan Sumber...(Louise Theresia) 70-95
Peraturan Perundang-Undangan :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
ke IV;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 atau
Undang-Undang Pokok-Pokok Dasar
Agraria (UUPA);
ISSN : 2085-4757 95