Você está na página 1de 6

Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...

(Evi) 39-44

SUATU KAJIAN LEGAL SEMANTIC TENTANG


KONSEP ONRECHTMATIGE DAAD DAN WEDERRECHTELIJK

Oleh: Evi
Dosen Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya
evionly@gmail.com

Abstrak: Penggunaan peristilahan hukum asing sering kali menimbulkan perdebatan. Sebab,
setiap istilah hukum terdapat makna tertentu dan mengakibatkan akibat tertentu. Seperti
konsep onrechtmatige daad dan wederrechtelijk, ibaratkan sebuah koin, memiliki dua sisi
yang berbeda, disatu sisi berkembang luas secara revolusioner memecah kekakuan peraturan
perundang-undangan demi menjamin terwujudnya rasa keadilan, di sisi lainnya justru
mengalami penyempitan makna demi meneguhkan kepastian hukum.

Kata kunci : Legal Semantic, Onrechtmatige Daad dan Wederrechtelijk

PENDAHULUAN hukum (recht) tidak sama dengan undang-


undang (wet). Berbeda dengan
Setiap tulisan hukum (treatise) di wederrechtelijk, justru mengalami
Indonesia baik itu praktis maupun penyempitan makna (formele), yaitu lebih
akademis, seringkali ditemukan ke arah sifat melawan hukum (formele
penggunaan istilah onrechtmatige daad dan wederrechtelijkheid). Dalam
wederrechtelijk. Kendati diartikan sama, perkembangan yurisprudensi Belanda,
namun memiliki makna berbeda, yang pada dasarnya tidak ada perbedaan yang
mana masing-masing dikenal dalam bersifat fundamental , meskipun demikian,
lingkup keilmuan hukum yang berbeda dikotomi pada kedua konsepsi hukum
pula. Onrechtmatige daad (melanggar tersebut tetap saja selalu menjadi isu yang
hukum) dikenal dalam bidang perdata dan menarik, apabila menjadikan peristilahan
wederrechtelijk (melawan hukum) dalam yuridis Belanda sebagai titik tolak,
bidang pidana. Namun perbedaan tersebut sehingga untuk menjawabnya diperlukan
itulah yang kemudian menjadikan suatu telahan dalam bentuk tulisan hukum.
keduanya sebagai dua konsep penting
dalam perkembangan ilmu hukum itu PEMBAHASAN
sendiri. Apabila menilik perkembangan
Banyak pengertian hukum Indonesia
pemikiran hukum , konsep onrechtmatige
berkorespondensi dengan istilah-istilah
daad mengalami momentum pemaknaan
Belanda, dan lebih jauh lagi mengingat
yang luas (materële) setelah Hoge Raad
latar belakang keduanya yang sama dapat
Belanda mengeluarkan putusan
dikatakan sebagai padankata satu sama
monumental atas Perkara Lindenbaum v
Cohen (1919) , yakni dengan mengartikan

ISSN : 2085-4757 39
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...(Evi) 39-44

lain.1 Namun, di dalam keilmuan hukum yang disengaja untuk menyesatkan orang
persoalan timbul ketika berhadapan dengan lain.4 Perbedaan penalaran disini
suatu istilah hukum Belanda yang mana penekanannya terhadap tujuan dari
dalam penerapan suatu ketentuan penalaran tersebut.
perundang-undangan yang naskah aslinya Kesesatan bahasa (semantik) timbul
masih ditulis dengan bahasa Belanda, karena adanya ambiguitas arti kata yang
sehingga hal ini kemudian menimbulkan digunakan sehingga menyebabkan
interpretasi. Interpretasi tersebut, perbedaan makna yang sebenarnya.5
sebagaimana diungkapkan oleh Koesnadi Kesesatan ini, salah satunya dikarenakan
Hardjasoemantri, dapat dilihat secara term ekuivok (equivocal), yaitu kata yang
subtansi dan bahasa.2 Hal ini dapat digunakan memiliki arti lebih dari satu,
dipahami bahwa, suatu interpretasi sehingga menimbulkan penafsiran yang
tergantung dari kemampuan seseorang berbeda.6Sebab ketidakcermatan dalam
memahami bahasa hukum Belanda. menemukan arti kata akan mengarahkan
Setiap konsep hukum mempunyai kepada kesesatan penalaran.7
konsep fundamental, yaitu sebagai konsep Istilah onrechtmatige daad dan
dasar yang digunakan sebagai dasar wederrechtelijk, seringkali dianggap
konsep selanjutnya, konsep fundamental sebagai equivalen sempurna satu sama
ini erat sekali dengan bahasa.3Logika lain, namun apabila melihat kembali
demikian timbul karena manusia berusaha sejarah perkembangannya, terdapat
menghindari kesalahan-kesalahan dalam perbedaan substansi melingkupinya.
berpikir, baik itu sengaja ataupun tidak Onrechtmatige daad dalam pasal 1365 BW
disadarinya, membiarkan suatu kesalahan pada awalnya mengandung pengertian
berpikir sama artinya dengan mengarahkan yang sempit sebagai pengaruh dari ajaran
kesesatan pada diri pribadi dan orang lain. legisme, yaitu perbuatan yang
Kesesatan (fallacy) dalam berpikir bertentangan dengan hak dan kewajiban
dibedakan 2 (dua) yaitu paralogis dan hukum menurut undang-undang, sehingga
sofisme, paralogis merupakan kesesatan onrechmatige daad sama pengertiannya
yang timbul bukan karena sengaja dengan onwetmatige daad (melanggar
melainkan karena ketidaktahuan undang-undang). Aliran ini ditandai
sedangkan sofisme merupakan kesesatan dengan Putusan Hoge Raad 6 Januari 1905
dalam perkara Singer Naaimachine8 dan
1
Pengertian dalam bahasa sumber dan
bahasa tujuan memiliki substansi yang sama. 4
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri
Lihat Marjanne Termorshuizen (et.al), hlm. Djatmiati, Argumentasi Hukum, Cetakan
569. Keempat, Gadjah Mada University Press,
2
Dari sudut substansi, perbedaan Yogyakarta, 2009, Hlm. 15.
interpretasi dapat dipelajari dari berbagai 5
Bandingkan dengan R.G. Soekadijo,
komentar yang ditulis oleh para cendikiawan Logika Dasar: tradisional, simbolik, dan
dan praktisi hukum Belanda yang ditulis induktif, Edisi Kelima, PT Gramedia Pustaka
dengan hukum Belanda. Dilihat dari sudut Utama, 1994, Hlm. 12.
bahasa, perbedaan interpretasi tersebut 6
Oesman Arif, Ilmu Logika, Cetakan
tergantung dari pemahaman seorang tentang Kedua, Penerbit Bina Ilmu, Surabaya, Hlm. 64.
bahasa hukum Belanda. Lihat Marjanne 7
R.G. Soekadijo, Loc. Cit.
Termorshuizen, et.al, hlm. xi. 8
Perkara berawal dari tindakan seorang
3
Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit. pedagang yang menjual mesin jahit dengan

ISSN : 2085-4757 40
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...(Evi) 39-44

Putusan Hoge Raad 10 Juni 1910 perkara kewajiban hukum si pelaku dan melanggar
Zutphenese Juffrouw9,namun pengertian hak subyektif orang lain, namun termasuk
legistis tersebut selanjutnya berubah didalamnya suatu perbuatan yang
melalui Putusan Hoge Raad31 Januari melanggar kaidah yang tidak tertulis, yaitu
1919 dalam perkara Perkara Lindenbaum v kaidah yang mengatur tata susila,
Cohen10,dengan adanya putusan tersebut kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian
maka pengertian onrechmatige daad yang seharusnya dimiliki seseorang dalam
menjadi lebih luas, tidak hanya perbuatan pergaulan hidup dalam masyarakat atau
yang melanggar kaidah-kaidah tertulis terhadap harta benda warga masyarakat.
yaitu bersifat bertentangan dengan Akan tetapi, penilaian terhadap suatu
perbuatan termasuk perbuatan melanggar
nama mesin jahit SINGER, akan tetapi mesin
hukum, tidak cukup apabila hanya
itu sama sekali bukan produk dari
SINGER.Terdapat perbedaan pada kata
didasarkan pada pelanggaran terhadap
“SINGER” yang ditulis dengan huruf kapital, kaidah hukum semata, akan tetapi
sedang kata-kata yang lain ditulis kecil perbuatan tersebut harus juga dinilai dari
sehingga sepintas yang terbaca hanya sudut pandang kepatutan. Fakta bahwa
“SINGER” saja. Akan tetapi tindakan seseorang telah melakukan pelanggaran
pedagang tersebut oleh Hoge Raaddianggap
bukanlah perbuatan melanggar hukum karena memberikan salinan pesanan dari pelanggan-
tidak setiap tindakan dalam dunia usaha, yang pelanggannya. Cohen memanfaatkan informasi
bertentangan dengan tata krama dalam ini sehingga Lindenbaum mengalami kerugian
masyarakat dianggap sebagai tindakan karena para langganannya lari ke perusahaan
melanggar hukum. Cohen. Selanjutnya, Cohen digugat untuk
9
Perkara berawal dari sebuah gudang membayar ganti kerugian kepada Lindenbaum.
di Zutphen, dikarena suhu yang begitu dingin Gugatan tersebut dikabulkan oleh
sehingga mengakibatkan pipa air dalam rechtbank(Pengadilan Negeri), akan tetapi Hof
gudang tersebut pecah, kran induk berada (Pengadilan Tinggi) membatalkan keputusan
dalam rumah di tingkat atas namun Pengadilan Negeri dengan mempertimbangkan
penghuninya tidak bersedia untuk menutup bahwa sekalipun karyawan tersebut melakukan
kran induk tersebut meskipun kepadanya telah perbuatan yang bertentangan dengan undang-
dijelaskan bahwa dengan tidak ditutupnya kran undang, yakni telah melanggar suatu
induk maka akan menimbulkan kerusakan kewajiban hukum, namun tidak berlaku bagi
besar pada barang yang tersimpan dalam Cohen karena undang-undang tidak melarang
gudang karena tergenang air, pada akhirnya dengan tegas bahwa mencuri informasi adalah
barang-barang dalam gudang itu tergenang air. melanggar hukum. Hoge Raad membatalkan
Pihak asuransi telah membayar ganti kerugian keputusan tersebut atas dasar pertimbangan
dan kemudian menuntut penghuni rumah bahwa dalam keputusan Pengadilan Tinggi
tingkat atas di muka Pengadilan, tapi ditolak makna tentang onrechtmatige daad dipandang
oleh Hoge Raaddengan alasan bahwa tidak secara sempit sehingga yang termasuk di
terdapat suatu ketentuan undang-undang yang dalamnya hanyalah perbuatan-perbuatan yang
mewajibkan penghuni dari rumah tingkat atas secara langsung dilarang oleh undang-undang.
tersebut untuk mematikan kran induk untuk Sedangkan perbuatan-perbuatan yang tidak
kepentingan pihak ketiga. dilarang oleh undang-undang, sekalipun
10
Perkara berawal dari tindakan yang perbuatan-perbuatan ini bertentangan dengan
dilakukan oleh Cohen, seorang pengusaha keharusan dan kepatutan, yang diharuskan
percetakan yang membujuk karyawan dalam pergaulan masyarakat bukan merupakan
pengusaha percetakan Lindenbaum untuk perbuatan melanggar hukum.

ISSN : 2085-4757 41
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...(Evi) 39-44

terhadap suatu kaidah hukum dapat praevia legi poenali (tidak ada hukuman
menjadi faktor pertimbangan untuk menilai tanpa peraturan yang
13
apakah perbuatan yang menimbulkan mendahuluinya). Sehingga untuk adanya
kerugian tadi sesuai atau tidak dengan pidana (straf) harus diatur telebih dahulu
kepatutan yang seharusnya dimiliki oleh peraturan perundang-undangan.
seseorang dalam pergaulan dengan sesama Kembali kepada persoalan konsep
warga masyarakat.11Wirjono Prodjodikoro onrechtmatige daad dan wederrechtelijk,
menggunakan terminologi perbuatan diketahui sebelumnya dalam hukum
melanggar hukum sebagai terjemahan dari perdata yang telah diuraikan sebelumnya
kata onrechtmatige daad, karena istilah telah terjadi pergeseran pengertian
onrechtmatige daad dalam bahasa Belanda mengenai onrechtmatige daad. Doktrin
lazimnya mempunyai arti yang sempit, yang kemudian terwujud melalui Putusan
yaitu arti yang dipakai dalam Pasal 1365 Hoge Raad pertama-tama mengartikan
B.W dan yang hanya berhubungan dengan onrechtmatige daad sebagai melanggar
penafsiran dari pasal tersebut, sedang kini undang-undang. Perlu dipahami sejarah
istilah perbuatan melanggar hukum lahirnya asas legalitas, antara lain karena
ditujukan kepada hukum yang pada pertimbangan adanya asas politik agar
umumnya berlaku di Indonesia dan yang rakyat mendapat jaminan pemerintah tidak
sebagian terbesar merupakan Hukum sewenang-wenang.14 Namun, Putusan
Adat.12Seseorang yang mengalami 13
kerugian karena perbuatan melanggar Adagium tersebut selanjutnya
hukum, yang dilakukan oleh orang lain oleh Paul Johann Anselm von Feuerbach,
terhadap dirinya, dapat mengajukan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu nulla
tuntutan hak berupa gugatan ganti poena sine lege(tidak ada hukuman, kalau
kerugian. tak ada ketentuan undang-undang);nulla
Istilah Wederrechtelijk dikenal dalam poena sine crimine(tidak ada hukuman,
hukum pidana, istilah tersebut diartikan kalau tak ada perbuatan pidana); dan
sebagai perbuatan melawan hukum Karen nullum crimen sine poena legali(tidak ada
astrafbaarfeit (perbuatan pidana) intinya perbuatan pidana, kalau tidak ada hukuman
adalah feit yang wederrechtelijk, perbuatan yang berdasarkan Undang-undang).Lihat
tersebut kadang-kadang secara tersendiri Birgit Schlütter, Developments in
diisyaratkan dengan opzettelijk (sengaja). Customary International Law: Theory and
Ukuran normatif untuk menentukan dapat the Practice of the International Court of
dipidananya perbuatan dalam hukum Justice and the International Ad Hoc
pidana adalah asas legalitas berdasarkan Criminal Tribunals for Rwanda and
adagium nullum delictum nulla poena sine Yugoslavia, Martinus Nijhoff Publishers,
2010, p. 297.
14
Pandangan tersebut berasal
Setiawan, Empat Kriteria Perbuatan
11
ketentuan yang timbul dari Revolusi
Melanggar Hukum dan Perkembangannya
Perancis tahun 1789, dalam Pasal
Dalam Yurisprudensi, (Varia Peradilan No.16,
Desember 1986). 8 Declaration des droits de L’homme et du
12
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan citoyen disebutkan tidak ada
Melanggar Hukum: Dipandang dari Sudut orang yang dapat dipidana selain atas
Hukum Perdata, Cetakan Kesatu, Bandung, kekuatan undang-undang yang sudah ada
2000, Hlm. 7. sebelumnya.

ISSN : 2085-4757 42
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...(Evi) 39-44

Hoge Raad dalam perkara Lindenbaum v the International Ad Hoc Criminal


Cohen (1919), ternyata ikut menggeser Tribunals for Rwanda and
konsep wederrechtelijk menjadi perbuatan Yugoslavia, Martinus Nijhoff
melawan hukum materiil (materële Publishers, 2010.
wederrechtelijkheid), hal tersebut yang
kemudian yang mengakibatkan Bryan A. Garner, Editor in Chief, Black’s
tercampurnya pemahaman terkait konsep Law Dictionary, Ninth Edition, West
sebagaimana yang dianut dalam hukum Group, St. Paul Minn, 2011.
perdata dengan hukum pidana.
Marjanne Termorshuizen (et.al), Kamus
PENUTUP Hukum Belanda – Indonesia,
Cetakan Kedua, Djambatan, Jakarta,
Hoge Raad Belanda tidak hanya 2002.
menyelesaikan persoalan hukum yang
timbul, namun juga menyadari adanya Marjanne Termorshuizen-Arts, Legal
perkembangan moral dan pergeseran Semantics : A Contribution to the
pragmatis terkait dengan konsep Methodology of Legal Comparison,
onrechtmatige daad dan wederrechtelijk. Jurisprudence and Legal
Pertama, kekhawatiran akan Translation, Translated by Stephen
ketidakmampuan peraturan perundang- Kahn, Wolf Legal Publishers,
undangan dalam memberikan perlindungan Netherland, 2008.
terhadap hak dan kewajiban masyarakat.
Kedua, pelanggaran terhadap hak dan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian
kewajiban yang dimaksud, tentunya dapat Hukum: Edisi Revisi, Kencana
diartikan sebagai pelanggaran hukum. Prenada Media Group, Jakarta, 2013.
Kedua pandangan tersebut pada awalnya
diuji dan ditolak, namun pada akhirnya Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri
telah memperolah dasar yang kokoh untuk Djatmiati, Argumentasi Hukum,
diterima dalam masing-masing lapangan Cetakan Keempat, Gadjah Mada
hukum baik dalam pidana maupun perdata, University Press, Yogyakarta, 2009.
sehingga kedua konsep tersebut
seyogyanya tidak dicampuradukkan R.G. Soekadijo, Logika
sehingga dapat mengabur masing-masing Dasar: tradisional, simbolik, dan
maknanya. induktif, Edisi Kelima, PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994.

Setiawan, Empat Kriteria Perbuatan


Melanggar Hukum dan
DAFTAR BACAAN Perkembangannya Dalam
Yurisprudensi,Varia Peradilan No.
Birgit Schlütter, Developments in 16, Desember 1986.
Customary International
Law: Theory and the Practice of the
International Court of Justice and

ISSN : 2085-4757 43
Jurnal Ilmu Hukum, Jilid 13, No 1, April 2018 Suatu Kajian Legal Semantic...(Evi) 39-44

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum


: Sebuah Pengantar, Cetakan
Keenam, Liberty, Yogyakarta.

Oesman Arif, Ilmu Logika, Cetakan Kedua,


Penerbit Bina Ilmu, Surabaya.

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan


Melanggar Hukum: Dipandang dari
Sudut Hukum Perdata, Cetakan
Kesatu, Bandung, 2000.

ISSN : 2085-4757 44

Você também pode gostar