Você está na página 1de 9

BAB III

REAKSI INTI

Reaksi Inti : merupakan suatu proses yang terjadi apabila dua zarah nuklir
(nukleon ataupun sistem nukleon) yang terikat sebagai inti yang
menduduki salah satu keadaan kuantumnya bertumbukan
sehingga terjadi pertukaran tenaga dan momentum (kadang-
kadang juga terjadi pertukaran muatan listrik, momentum sudut,
jumlah nukleon dan paritas).
Proses reaksi inti :
Partikel yang diam (di kerangka lab) dinamakan sasaran X, sedangkan partikel
yang bergerak a disebut proyektilnya dengan tenaga kinetik Ka.
Hasil reaksi adalah terbentuk inti residu Y yang bergerak dengan tenaga gerak
recoil KY dan satu atau lebih partikel yang dihasilkan (b1,b2, …) dengan tenaga
kinetik Kb.
Untuk reaksi inti biner dapat ditulis :
a + X Y + b + Q atau X (a,b) Y
Besar energi yang dihasilkan :
Q  mx  ma  my  mb 931,5 MeV massa inti

Q  mx  z x me   ma  za me  my  z y me  mb  zb me C 2

Q  Mx  Ma   My  Mb 931,5 MeV/U massa atom

Q > 0 bernilai positif. Reaksi bersifat eksoergik (eksotermik)


Q > 0 bila :  M initial > M final
 M initial > M final
Karena :
Q = (M initial - M final) C2 atau
Q = M final - M initial
= (TY + Tb) – (TX + Ta)
Q < 0, bernilai negatif, reaksi bersifat endoergik (endotermik).
Q < 0 terjadi bila :
 M initial < M final
 M initial < M final
Reaksi hanya dapat terjadi apabila Ka > Kambang > 0
Partikel yang menjadi proyektil yang bererak dapat berupa elekttron, foton, muon
() ataupunpion ().

Reaksi inti hanya terjadi di ruang hampa (P 10-5 Toor). Nilai tenaga ambang
ditentukan dengan nilai Q , mx, ma

Untuk proses endoergik, reaksi inti ditulis :


aX  Q Y+b

Untuk reaksi tenaga rendah Kambang dapat dihitung dari nilai Q , mx, ma dengan

rumus :
K ambang  Q mX  ma  / mX , dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dalam kerangka pusat massa C dari sistem (X,a) maupun (Y,b). Momentum
keseluruhan sistem lenyap sehingga :

m a m a V ' a  m X V ' X  mb V ' b  m y V ' y  0 (tanda   Kc di PM)

ma V ' a   m X V ' X

ma
V 'X   V ' ……………………………………….. (1)
mX a
Dalam kerangka di lab:

Kecepatan a yaitu V a merupakan kecepatan relatif a terhadap x

V a V ' a  V ' X (dalam kerangka PM)


Maka, berdasarkan persamaan di atas diperoleh

ma
V a V 'a  V ' a atau
mX
 m  ma 
V a V ' a  X  ………………………………….. (2)
 mX 
Atau sebaliknya
 mX 
V ' a   V a …………………………………(3)
 m X  ma 
Dari persamaan (1)
Tenaga kinetik sistem (x,a) di kerangka PM (non rul)

Kc' 
1
2

m aV a ' 2  m X V X ' 2  ....................................... (4)

Bila V ' a diambil dai persamaan (3) dan Vx dari persamaan (1);

1
mX
Kc' 
2
ma V a .......................... (5)
2 m X  ma

KL
mX
Kc'  K L
m X  ma
Untuk reaksi endotermik tenaga kinetik sistem (T,b) di kerangka PM bernilai nol
sehingga perumusan tenaganya dapat ditulis :
Kambang + (ma + mx) C2 = (my + mb)C2
 

         

Kambang =   (m a  m X ) C 2 - (m y  m b )C 2 
  

 Q 

Kambang = - Q (PM)

Kc' 
1
2

m aV a ' 2  m X V X ' 2 
1   m X  
2 2
  ma
 ma  Va   m X   Va '  
2   m X  ma   mX  

1 
2
 m  
2
  mX   mX 
 ma  Va   m X   a  Va 
 
2   m X  ma   mX  m X  ma   
 

1   m X 
2
 ma
2
2
 ma   V  mX
2
V 
2   m X  ma
 
a
m X  ma 2 a 
1 2   m X  ma  

 Va ma m X  2 
2 
  m X  ma  
1 2 mX
 Va
2 m X  ma

1
mX
Kc' 
2
ma V a .......................... (5)
2 m X  ma

KL
Tenaga kinetik ambang di kerangka lab :
ma  m X
Kambang (L) = Kambang
mX

ma  m X
Kambang (L) = (-Q)
mX
atau
ma  m X
Kambang (L) = |-Q| µ
mX

Di kerangka lab sasaran X diam Tx = 0


m  mX
maVa L    Q a
1 2

2 mX

1 2 ma  m X
Q  maVa
2 mX
1 ma m X 2
= Va
2 ma  m X

  = massa tereduksi
1
 Q   Va
2

2
Mekanisme reaksi inti
Sebagaian besar data inti yang terkumpul sekarang berasal dari analisis
berbagai percobaan reaksi inti. Dalam percobaan ini berbagai inti ditembaki
dengan berbagai macam proyektil (radiasi) partikel mapun inti dan kemudian
hasilnya diamati. Sebagai proyektil,juga telah digunakan berbagai isotop dengan
nomor atom sebesar Z = 18.
Biasanya, reaksi inti ini memberi hasil suatu inti sisa akhir( yang biasanya
tak teramati) ditambah partikel lain yang teramati secara eksperimental.(kadang-
kadang kedua hasil akhir ini diamati bersama).
Reaksi-reaksi inti dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
PROYEKTIL + INTI SASARAN INTI SISA + PARTIKEL TERAMATI
Atau dalam bentuk singkat
SASARAN (PROYEKTIL, PARTIKEL TERAMATI) INTI SISA
Dalam setiap persamaan reaksi inti, muatan total (Z total) dan jumlah
nukleon total (A total) harus sama pada kedua ruas persamaan.
Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali (diamati oleh Rutherford
pada tahun 1919) adalah ;
14
7 N  24H e 178O  p atau bisa ditulis secara singkat N714 (He, p) O817

Reaksi-reaksi inti diklasifikasikan menurut proyektil, partikel teramati dan


inti sisa. Jika proyektil dan partikel teramati adalah sama. Maka kita peroleh
reaksi hamburan (scattering reaction). Jika inti sisa tetap berada dalam keadaan
energi rendahnya atau keadaan dasar, maka hamburannya adalah elastis.
Tetapi bila inti sisanya berpindah ke suatu keadaan tereksitasi, maka
hamburannya tak elastik.
Proses pada saat proyektil yang ditembakkan memperoleh tambahan
nukleon dari, atau memberi nukleon ke inti sasaran berturut-turut disebut sebagai
reaksi pengambilan (pick up) dan pelucutan (stripping).
Reaksi pengambilan dan pelucutan ini seringkali terjadi pada tingkat
energi yang cukup tinggi, sehingga kita dapat menganggap bahwa reaksinya
langsung (direct).dalam reaksi pelucutan langsung ini dianggap bahwa nukleon
mengambil bagian dalam memasuki atau meninggalkan suatu orbit model-kulit
tertentu dari inti sasaran tanpa mengganggu nukleon lainnya.
Jenis reaksi lain yang agak berlawanan yaitu proyektil datang dan inti
sasaran bersama-sama membentuk sebuah inti baru, yang disebut inti gabungan
(compuond nucleus), yang hidup selama selang waktu singkat dalam keadaan
suatu eksitasi dan kemudian meluruh.

Dalam reaksi inti sebagian zarah proyektil akan dihamburkan dan


sebagian lainnya akan diserap oleh inti atom target. Tahap-tahap reaksi inti sbb :
1. Tahap zarah bebas
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pada setiap reaksi inti selalu terjadi
hamburan dan serapan, pada tahap ini sebagian zarah proyektil dihamburkan
secara elastis dan sebgaian diserap inti atom target untuk memasuki tahap inti
majemuk seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 3.1 Mekanisme Reaksi Inti

Pada tahap penyerapan terdiri dari tumbukan dua benda. Hal ini berarti
bhw jika zarah proyektil adalah nukleon tunggal, maka zarah tersebut akan
berinteraksi dengan sebuah nukleon di dalam inti dan mampu menaikkan energi
nukleon ke tingkat energi lebih tinggi seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.2 Interaksi Zarah

2. Tahap Inti Majemuk


Pada tahap ini sebagian zarah yang diserap dari tahap pertama
dihamburkan kembali dalam hamburan elastis majemuk , sebagian lainnya
membentuk inti majemuk atau menuju ke tahap akhir melalui reaksi langsung.
3. Tahap Akhir
Inti majemuk akan mengalami peluruhan dan memancarkan zarah untuk
membentuk inti baru yang stabil. Jika inti majemuk tidak terbentuk maka pada
tahap ini akan terjadi reaksi langsung antara lain reaksi fisi dan fusi.
Reaksi Eksoterm

Pada reaksi inti, reaksi pembelahan inti dan reaksi pernggabungan inti

menghasilkan energi yang sangat besar. Susunan sebuah inti dapat diubah

dengan cara menembakkan partikel-partikel berenergi tinggi (misalnya neutron)

ke sebuah inti sasaran. Tumbukan antara partikel-partikel berenergi tinggi

dengan inti sasaran dapat mengubah inti sasaran menjadi inti baru (berbeda

dengan inti sasaran). Reaksi seperti ini dinamakan reaksi inti, sedang perubahan

yang terjadi disebut perubahan inti (nucleus transmutation).

Orang yang pertama kali tercatat melihat suatu reaksi inti (kadang disebut

reaksi nuklir) adalah Ernest Rutherford. Pada tahun 1919 ia mengamati bahwa
beberapa partikel  yang lewat melaui gas nitrogen diserap dan beberapa

proton dipancarkan. Menyimpulkan bahwa inti nitrogen telah berubah menjadi inti

oksigen.

Misalkan kita melakukan percobaan reaksi inti dalam sebuah laboratorium

dengan cara menembakkan seberkas partikel a berenergi tinggi pada inti

sasaran X. Setelah reaksi inti terjadi kita mengamati inti baru Y dan sebuah

partikel b. Secara Simbolik, reaksi iinti ini kita tulis :

a+X Y + b + Q.

dengan Q adalah energi reaksi.

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi sebelum reaksi sama

dengan energi sesudah reaksi. Sebelum reaksi (ruas kiri), energi dihasilkan oleh

inti sasaran x dan partikel a. Jika X dan a kita sebut reaktan (pereaksi) maka

energi sebelum reaksi sama dengan energi reaktan. Sesudah reaksi (ruas

kanan), energi dimiliki oleh inti baru Y, partikel b, dan energi reaksi Q. Jika Y dan

b kita sebut produk (hasil reaksi) maka energi sesudah reaksi sama dengan

energi produk di tambah energi reaksi Q. Sesuai hukum kekekalan energi,

energi sebelum reaksi = energi sesudah reaksi.

Energi reaktan = energi produk + energi reaksi.

Energi reaksi = reaksi reaktan – energi produk.

Q = [(ma + mx)-(my + mb)] x 931,5 Mev/sma.

dengan ma,mx,my,mb adalah massa – massa yang harus dinyatakan dalam sma.

Ketika

Q > 0 maka terdapat energi yang dibebaskan (reaksi eksotermik).


Pada reaksi diatas kita menganggap bahwa partikel a dengan energi

kinetik Ka ditembakkan pada inti sasaran X yang diam (KX = 0).Kemudian kita

amati inti baru Y bergerak dengan energi kinetik KY dan partkel b bergerak

dengan energi kinetik Kb. Jadi, energi kinetik sesudah reaksi sama dengan K Y +

Kb, dan sebelum reaksi sama dengan Ka. Selisih antara energi kinetik sesudah

dan sebelum reaksi sama dengan energi reaksi Q. Dengan demikian kita peroleh

persamaan :

Q = K Y + Kb - Ka

Pada reaksi eksoterm ,Q > 0 berarti energinya dilepas dan Q/c2 adalah

selisih antara massa diam total awal dan akhir, dan ini tak lain adalah reaksi

peluruhan.

Você também pode gostar