Você está na página 1de 7

1.

Agama Yang Memanusiakan Manusia


Peradaban manusia di abad millennium III sangat membutuhkan kembali hadirnya agama, yaitu
agama dengan paradigma moral. Agama yang sanggup menggairahkan inisiatif umat dalam
pemberdayaan demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Suatu
masyarakat yang berpondasikan penghormatan akan HAM maupun demokrasi. Singkatnya,
peradaban masa kini dan mendatang sangat berkepentingan dengan hadirnya agama, agama
yang memiliki kompetensi moral. Agama dengan paradigma moral yaitu agama yang memiliki visi
memanusiakan manusia seutuhnya. Dalam hubungan dengan itulah peradaban manusia dewasa
ini mendambakan agama yang berkemampuan memberdayakan keutuhan manusia. Agama secara
fungsional mampu menjembatani jurang ritual dengan moral-spiritual warganya. Agama yang
secara aktif menjadi lokomotif dalam menentukan arah peradaban manusia, pengembangan
disiplin ilmu untuk percepatan diakhirinya krisis kemanusiaan.
Agama harus menjadi berkat bagi masyarakatnya. Cita-cita itu akan terwujud jika saja agama
secara internal merekonstruksi primordialitasnya yang potensial memicu lahirnya konflik
horosontal dalam kehidupan masyarakat. Agama yang secara terus menerus dan ikhlas belajar
dari sejarah peradaban manusia yang penuh dengan lumuran darah. Cerdas dan arif dengan
kenyataan besarnya saham agama dalam memicu dan melestarikan pertikaian.

2. Agama Yang Memperjuangkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera


Masyarakat yang beradab dan sejahtera tidak akan pernah bias terwujud dengan sendirinya.
Apalagi, di tengah kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang sedang mengalami berbagai
dekadensi moral. Kita kini hidup dalam kenyataan semakin menipisnya rasa hormat akan hidup
dan martabat manusia. Rasa perikemanusiaan seakan-akan telah secara sengaja dibunuh demi
kepuasan prestise golongan. Kekerasan demi kekerasan di berbagai sektor kehidupan semakin
membudaya dalam masyarakat. Kekerasan acapkali dipakai sebagai satu-satunya penyelesaian
terhadap adanya berbagai sisi perbedaan pendapat, suku, agama, daerah, cita-cita, kepentingan
atau aspirasi hidup.
Ajaran Kristus untuk mewujudkan masyarakat yang beradab dan sejahtera secara eksplisit
terdapat dalam hukum kasih. Kasih sebagai ajaran utama agama Kristen bersifat proaktif
menggugah mata hati nurani menjalankan panggilan mengubah wajah buruk masyarakat kini.
Panggilan itu menjadi suatu kewajiban setiap orang beriman menjadi garam dan terang (Mat. 5 :
13 – 16). Prinsip kasih yang proaktif menggerakkan orang beriman untuk melakukan advokasi
saat orang miskin dilucuti kemanusiaannya dengan berbagai dalih pembenarannya. Di sisi lain, ia
menjadi kekuatan penyadar ketika sejumlah individu berkompetisi memperkaya diri sendiri
dengan menghalalkan berbagai cara. Pembungkaman ajaran kasih dengan keberpihakan kepada
kekayaan, pada hakikatnya merupakan kejahatan keagamaan, pembunuhan kasih. Kasih yang
proaktif merupakan pendorong yang tidak akan pernah keletihan untuk turut serta berpartisipasi
dalam usaha keras membangkitkan kembali proses pemulihan dan reformasi bangsa untuk
membarui Indonesia. Bersama-sama komponen bangsa lainnya bangkit menegakkannya bangsa
Indonesia dari keterpurukan yang multi dimensi ini. Dalam melihat situasi yang suram ini,
penglihatan kita dapat menjadi suram juga. Dengan pelita iman disertai kejernihan budi dan
hati, mari kita coba juga melihat titik terang, hikmah yang dapat ditarik serta mutiara-mutiara
sikap hidup yang indah yang masih dapat kita temukan di tengah masyarakat dan bangsa kita,
untuk kita kembangkan bersama.

3. Tegakkan HAM Dan Demokrasi Sebagai Ciri Masyarakat Yang Beradab dan Sejahtera.
Masyarakat beradab pastilah mengakui adanya perbedaan sebagai kekayaan hidup bersama.
Kualitas kesadaran HAM dan demokrasi dibuktikan dengan berkembangnya kesanggupan sikap
toleransi, saling mendengarkan, saling menghargai, saling menghormati satu sama lain.
Terciptanya kehidupan bersama yang secara arif dan penuh kerelaan membangun kebersamaan
sebagai cara hidup, lebih dari hanya sloganisme atau ungkapan klise.
Ada banyak contoh buruk tentang penghormatan HAM dan demokrasi sebagai sebuah retorika
kosong bahkan cenderung sebuah manipulasi belaka. Wajarlah, jika kemudian melahirkan
pribadi-pribadi pengkhianat dan pelacur moral yang berlindung dibalik nilai-nilai luhur HAM dan
demokrasi. Di sisi lain, banyak orang begitu polos dan sederhana begitu saja berharap pada
janji-janji HAM dan demokrasi tanpa melakukan apapun. Akibatnya kehidupan yang demokratis
semakin jauh bahkan nyaris bagaikan suatu utopisme sejati. Pemutarbalikan fakta sosial seolah-
olah ada keputusan kolektif yang diramu dengan pertimbangan publik yang luas dan atas
keseimbangan atau harmoni. Dalih demokrasi didramatisasi dalam pentas kebijakan publik
ditetapkan secara voting berdasarkan kuantitas kekuatan fraksi. Praktek voting memberi kesan
sosial seakan-akan telah berlakunya prinsip demokrasi? Voting dirasionalisasikan sebagai bukti
konstitusi rakyat telah melaksanakan demokrasi dan sekaligus melaksanakan HAM.
Mekanisme voting menyisakan suasana psikologis sosial antara pihak yang menang dan kalah,
menyisakan konflik laten bagaikan gunung es. Perasaan dipinggirkannya kelompok yang kalah,
bukan hanya dalam kebijakan publik tetap bahkan hal-hal yang berhubungan dengan HAM. Ini
merupakan suatu konsekuensi logis dipakainya kekuatan dalam menyelesaikan perbedaan dalam
masyarakat. Di sisi lain ketidakdewasaan dan keterbatasan memahami nilai demokrasi untuk
membereskan konflik-konflik kepentingan secara damai penguatan sekat-sekat keutuhan hidup.
Musnahnya semangat kejujuran dalam bermusyawarah demi terbangunnya kesepakatan, tidak
saja menggambarkan ketidakdewasaan kita membangun demokrasi tetapi menjadikan HAM
semakin mirip.Inti jiwa demokrasi terungkap dalam semboyan revolusi Perancis: Liberte, egalite
dan fraternite (kebebasan, persamaan dan persaudaraan). Artinya demokrasi hanya mungkin
bertumbuh jika ada kedewasaan membangun kerja sama, dalam semangat kebebasan,
persamaan dan persaudaraan. Sikap ksatria dalam menjunjung tinggi nilai kejujuran,
kebersamaan dan keikhlasan perlu dikembangkan. Pergumulan kita dalam membangun
demokrasi membutuhkan wawasan dan kemauan baik bahkan bisa saja malah “pengorbanan”
sebagai harga tunai yang harus dibayarkan untuk menata kehidupan bersama.

“Hak Asasi Manusia (HAM) dan Agama”


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Demokrasi dan HAM (Rombel : 02)
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si
2. Martien Herna Susanti, S.Sos
Oleh :
Asikhatul Fitriyah 3301411158
Jimmy Pranata Hasibuan 3301411159
Abdul Muiz Zakariya 3301411161
Niken Pratiwi 3301411163

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT,karena dengan Rahmat dan
HidayahNya,Kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “HAK ASASI
MANUSIA DAN AGAMA” guna memenuhi tugas mataDemokrasi dan HAM.
Kelompok kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Civitas
Akademika yang terkait dengan laporan ini. Akhirnya atas bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan masukan dan dorongan kepada Penulis hingga terselesaikannya makalah ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si ,selaku dosen pengampu mata kuliah demokrasi dan HAM
2. Martien Herna Susanti,selaku dosen pengampu mata kuliah demokrasi dan HAM
3. Teman-teman yang membantu menyelesaikan makalah ini

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kawan – kawan. Kritik dan saran yang
membangun sangat Kami harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.

Semarang, April 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak,
kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan
HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga,
dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Kebebasan beragama merupakan salah satu hak dasar manusia yang seharusnya
dipenuhi oleh pemerintah. Namun seringkali di banyak negara terjadi pembatasan bagi
warganya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dia peroleh. Seringkali
bukan hanya pembatasan yang diperoleh, melainkan juga diskriminasi dan penindasan. Pihak
yang biasanya mengalami pembatasan dan penindasan ini adalah kaum yang menganut agama
di luar agama mayoritas di tempat atau negara ia tinggal.
Hal ini karena sebagai manusia yang hidup di lingkungan yang plural, toleransi
beragama harus dijunjung tinggi. Toleransi beragama adalah kondisi menerima dan
mengizinkan kepercayaan lain dan menjalankan ritual meskipun berbeda dengan apa yang ia
percayai. Toleransi beragama dapat diartikan juga ketika negara sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi negara memberikan ijin kepada warganya untuk menganut agama dan kepercayaan
sesuai keinginannya dan untuk menjalankan agama dan kepercayaannya itu tanpa ada paksaan
atau gangguan dari pihak lain. Hal ini tepat dengan apa yang tertera di dalam UUD 1945 pasal
29 ayat 1. Makin meningkatnya perlakuan diskriminatif terhadap agama dan pemeluk agama
tertentu menunjukkan lemahnya pengawasan negara dan atau negara yang melegalkan bentuk-
bentuk pelanggaran agama.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian HAM
2. Apa saja permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia?
3. Bagaimana contoh dari kasus pelanggaran HAM ?
4. Bagaimana hubungan HAM dengan Agama ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian HAM
2. Untuk mengetahui permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia
3. Untuk mengetahui contoh kasus pelanggaran HAM
4. Untuk mengetahui hubungan dari HAM dengan Agama

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar dan kebebasan manusia yang melekat
dalam diri setiap manusia. Menurut Amnesty International, HAM adalah basic rights and freedoms
that all people are entitled to regardless of nationality, sex, national or ethnic origin, race, religion,
language, or other status.Human rights include civil and political rights, such as the right to life,
liberty and freedom of expression; and social, cultural and economic rights including the right to
participate in culture, the right to food, and the right to work and receive an education. Human
rights are protected and upheld by international and national laws and treaties. Oleh karena itu
dapat dimengerti bahwa HAM merupakan hak moral fundamental dari manusia yang penting dan
membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Sesuai dengan definisi tersebut, dapat
intepretasikan bahwa sebuah lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menghargai
persamaan atau otonomi individu yang terjamin melalui pengenalan dan aplikasi dari hak dasar
setiap manusia.
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
B. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik
dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3),
pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui
sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati,
kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme,
serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan
hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
a) Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai
gerakan nasional
b) Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi
dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
c) Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum
melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum
dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
d) Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam
rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan
sewajarnya.
e) Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional
Pemberantasan Korupsi.
f) Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
g) Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan
pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
h) Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.
i) Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
j) Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses
hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.

C. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia


Berikut beberapa contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia :
1) Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2) Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah
kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3) Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan
kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan
terjadi kecelakaan.
4) Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu
dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak
bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
5) Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika masyarakat
bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya sangat cepat,
akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan korupsi, proses hukum
nya sangatlah lama.
6) Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan dari
majikannya
7) Kasus penguguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan remaja yang kawin diluar nikah

D. Hubungan HAM dengan Agama


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep
ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau
kadang-kadang mengatur tugas. Akan tetapi dalam kata-kata Émile Durkheim, agama berbeda
dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial". Émile Durkheim juga
mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.

Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa
Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa,
merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan" (kemudian
selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti "ketekunan"). Max Müller menandai banyak
budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki
struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari
ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".
Jika dikaitkan dengan agama, maka akan terlihat jelas bahwa HAM sejalan dengan
agama karena agama meyakini bahwa segala sesuatu yang baik yang ada di dunia ini
merupakan ciptaan Tuhan, oleh karena itu hak-hak dasar manusia juga harus dipenuhi karena
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi karena dikaruniai akal budi dan hati nurani.
Kebebasan beragama itu berlaku untuk semua orang. Kebebasan tersebut mencakup
penyiaran agama. Itu semua merupakan konsekuensi terhadap HAM dari kecenderungan
masyarakat Indonesia yang religious dan beragama. Kebebasan beragama merupakan HAM.
Dan HAM adalah hak yang melekat pada setiap orang dan tidak merupakan pemberian
siapapun, termasuk negara. Akan tetapi, HAM ini belum tentu memperoleh jaminan dari
negara. Apabila negara telah mengakui dan melindungi HAM dalam konstitusi, amka HAM
juga berarti bebas memeluk agama.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia. Setiap individu mempunyai keinginan
agar Haknya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat adalah jangan pernah melanggar atau
menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau instansi akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan
HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana
terdapat dalam Undang-undang pengadilan HAM.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Gerung, Rocky. 2006. Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Depok: Filsafat UI
Press.
http://library.duke.edu

http:// http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Você também pode gostar