Você está na página 1de 17

ALKALOSIS METABOLIK

Tahukah Anda bahwa cairan tubuh memiliki keseimbangan pH?

Artinya, cairan tubuh memiliki unsur asam dan basa yang harus dijaga dalam kondisi seimbang.

Terganggunya keseimbangan akan mempengaruhi tubuh dan berpotensi mengakibatkan


komplikasi serius.

Tingkat basa cairan tubuh yang tinggi akan menyebabkan alkalosis metabolik (alkalosis
metabolic), sedangkan kelebihan asam akan menyebabkan asidosis metabolik (metabolic
acidosis).

Alkalosis adalah kondisi dimana pH cairan tubuh, terutama darah, memiliki kandungan basa
berlebih.

Dalam kondisi ini tingkat pH dari jaringan tubuh lebih tinggi dari kisaran pH normal.

Peningkatan basa disebabkan oleh naiknya konsentrasi serum bikarbonat (HCO3).

Ini adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya atau turunnya ion hidrogen yang dipicu
meningkatnya kadar bikarbonat dalam tubuh.

Secara sederhana, alkalosis disebabkan oleh hilangnya hidrogen (H +) atau meningkatnya


bikarbonat (HCO3).

Penyebab

Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali (basa) yaitu
bikarbonat dalam darah.

Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang berarti darah cenderung bersifat basa.

Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan dibawah 7,0
adalah asam.

Penyebab metabolik alkalosis diantaranya adalah:

1. Kehilangan asam

Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau melalui buang air
kecil.

Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.

2. Penggunaan obat tertentu


Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air kecil berlebihan.

Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari tubuh.

3. Diare

Diare juga bisa menyebabkan alkalosis akibat tubuh kehilangan klorida.

4. Obat Alkalotic

Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum dan hyperacidity
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.

5. Kontraksi ruang ekstraselular

Kontraksi ruang ekstraselular terjadi karena asupan obat diuretik yang menyebabkan alkalosis
metabolik.

6. Hipokalemia

Hipokalemia juga dapat dikaitkan dengan alkalinitas yang berlebihan dalam tubuh.

Tanda dan Gejala

Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik. Pernapasan lambat
berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama sekali untuk interval waktu tertentu.

Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan.

Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah.

Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut, kejang otot, mual,
muntah, dan diare.

Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat mengakibatkan
koma dan kejang.

Pengobatan

Pengobatan alkalosis metabolik akan tergantung dari penyebabnya.

Pengobatan terutama ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan pH dalam tubuh. Untuk itu,
tubuh harus terhidrasi dengan baik terlebih dahulu.
Obat-obat untuk mengembalikan larutan kimia yang hilang mungkin akan diberikan. Ketika
alkalosis disebabkan karena hiperventilasi, penderita akan diberi lebih banyak suplai oksigen
untuk mengatasi masalah ini.

Obat yang mengatur detak jantung, tekanan darah bisa pula diberikan, tergantung pada
penyebabnya.

Penting untuk segera menangani alkalosis metabolik karena jika dibiarkan dapat menyebabkan
risiko dan komplikasi seperti gagal jantung dan koma.[]

ASIDOSIS RESPIRATORIK

Asidosis respiratorik adalah kondisi yang terjadi ketika paru-paru tidak dapat membuang semua
karbon dioksida yang diproduksi tubuh sehingga cairan tubuh, terutama darah, menjadi terlalu
asam. Nama lain untuk asidosis respiratorik atau asidosis pernapasan adalah asidosis hiperkapnia
dan asidosis karbon dioksida.

Asidosis respiratorik bisa kronis atau akut dan dapat disebabkan oleh penyakit saluran napas
(seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis), penyakit dada (seperti sarkoidosis), penyakit
yang mempengaruhi saraf dan otot-otot yang mengatur pernapasan, obat yang menekan
pernapasan, atau obesitas parah.

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan CO2 dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kedalaman
dan kecepatan nafas mengendalikan jumlah CO2 dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul CO2, pH darah menurun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar CO2 dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan CO2 secara adekuat. Hal ini
dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: Cronic
Bronchitis, Pneumonia Berat, Emfisema, Edema pulmoner, dan Asma. Asidosis respiratorik juga
dapat terjadi apabila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan. Selain itu, ketergantungan terhadap narkotika dan obat tidur yang kuat
juga bisa menyebabkan asidosis respiratorik. Asidosis respiratorik ditandai dengan sakit kepala
dan rasa kantuk. Jika keadaanya memburuk rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor
(penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika
pernapasan terhenti atau jika pernapasan sangat terganggu atau setelah berjam-jam. Jika
pernapasan tidak terlalu terganggu.
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan

tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman adalah pH:

· pH 7,0 adalah netral

· pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)

· pH dibawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa

kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH

yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa

darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.

Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang

dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu

penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu

larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.

Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan

karbondioksida (suatu komponen asam).

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih

banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.


Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih

banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan karbondioksida.

Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus

menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan

di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).

pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan

mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,

kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan

menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.

Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan

paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa

menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu

asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau

terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau

terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu

akibat dari sejumlah penyakit.


Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah

metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,

tergantung kepada penyebab utamanya.

Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan

dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.

Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit

paru-paru atau kelainan pernafasan.

Asidosis Respiratorik

Defenisi :

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan

karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau

pernafasan yang lambat.

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam

darah.

Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah

menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur

pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat.

Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,

seperti:

- Emfisema

- Bronkitis kronis

- Pneumonia berat

- Edema pulmoner

- Asma.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot

dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat

tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

Asidosis Metabolik

Defenisi :

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan

rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.

Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar

menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat

sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara

menurunkan jumlah karbon dioksida.


Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara

mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.

Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus

menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir

dengan keadaan koma.

Penyebab :

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau

suatu bahan yang diubah menjadi asam.

Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.

Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).

Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.

Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari

beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.

Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan

menghasilkan asam yang disebut keton.

Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat

dibentuk dari metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam

dalam jumlah yang semestinya.

Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak

berfungsi secara normal.


Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal

tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita

kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolik:

· Gagal ginjal

· Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

· Ketoasidosis diabetikum

· Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

· Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,

asetazolamid atau amonium klorida

· Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,

ileostomi atau kolostomi.

Alkalosis Respiratorik

Defenisi :

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena

pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam

darah menjadi rendah.

Penyebab :

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu

banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.

Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

- rasa nyeri
- sirosis hati

- kadar oksigen darah yang rendah

- demam

- overdosis aspirin.

Pengobatan :

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat

pernafasan.

Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan

penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.

Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu

meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali

karbondioksida yang dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama

mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama

mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.

Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga

mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

Alkalosis Metabolik

Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa

karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.

Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah

yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti

yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang

mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam

jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan

keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan

kortikosteroid).

PENJELASAN MENGENAI ASIDOSIS ALKALOSIS

Secara fisiologis tubuh mempertahankan derajat keasaman dalam rentang normal yaitu 7,35-
7,45. Semakin kecil pH maka semakin asam dan semakin besar pH maka semakin basa.
Mengapa derajat keasaman tubuh penting untuk dipertahankan?
Derajat keasaman penting dipertahankan untuk mencegah rusaknya enzim- enzim serta
hormon dalam tubuh.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh maka dapat terjadi
asidosis dan alkalosis.

ASIDOSIS
Asidosis menekan aktivitas mental,jika asidosis berlebihan ( dibawah 7,4 ) akan menyebabkan
disorentasi, koma dan kematian

1. Asidosis respiratorik. Terjadi akibat penurunan ventilasi pulmonar melalui pengeluaran


sedikit CO2 oleh paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2 arteri dan asam karbonat
akan meningkatkan kadar ion hidrogen dalam darah. Asidosis respiratorik dapat bersifat akut
dan kronis.
a. Penyebabnya. Kondisi klinis yang dapat menyebabkan retensi CO2 dalam darah meliputi
pneumonia, emfisema, obstrusi kronis saluaran pernafasan,stroke atau trauma dan Obat-
obatan yang dapat menekan sistem pernafasan seperti barbiturat,narkotika dan sedative
b. Faktor kompensator: Saat CO2 berakumulasi ,peningkatan frekuensi pernafasan respiratorik
( hiperventilasi ) ketika istirahat terjadi untuk mengeluarkan CO2 dari tubuh
c. Ginjal mengkompensasi peningkatan kadar asam dengan mengekskresi lebih banyak ion
hidrogen untuk mengembalikan pH darah mendekati tingkat yang norma

2. Asidosis metabolik. Terjadi saat asam metabolik yang diproduksi secara normal tidak
dikeluarakan pada kecepatan yang normal atau basa bikarbonat yang hlang dari tubuh
a. Penyebab. Paling umum terjadi akibat ketoasidosis karena DM atau kelaparan, akumulasi
peningkatan asam laktat akibat aktivitas otot rangka yang berlebihan seperti konvolusi,atau
penyakit ginjal. Diare berat dan berkepanjangan disertai hilangnya bikarbonat dapat
menyebabakan asidosis
b. Faktor kompensator. Hiperventilasi sebagai respon terhadap stimulasi saraf adalah tanda
klinis asidosis metabolik. Bersamaan dengan kompensasi ginjal,peningkatan frekuensi
respiratorik dapat mengembalikan pH darah mendekati tingkat normalnya. Asidosis yang
tidak terkompensasi akan menyebabakan depresi sistem saraf pusat dan mengakibatkan
disorentasi,koma dan kematian.
ALKALOSIS
Alkalosis meningkatkan overeksitabilitas sistem saraf pusat. Jika berat alkalosis dapat
menyebabakan kontraksi otot tetanik,konvulsi dan kematian akibat tetanus otot respiratorik
Alkalosis respiratorik. Terjadi jika CO2 dikeluarkan terlalu cepat dari paru-paru dan ada
penurunaan kadarnya dalam darah
1. Penyebab. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kecemasan,akibat demam,akibat
pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan, akibat hipoksia karena tekanan
udara yang rendah didataran tinggi atau akibat anemia berat
2. Faktor kompensator, jika hiperventilasi terjadi akibat kecemasan gejalanya dapat
diredakan melalui pengisapan kembali CO2 yang sudah di keluarkan. Ginjal
mengkompensasi cairan alkalin tubular dengan mengekskresi ion bikarbonat dan
menahan ion hidrogen.
3. Penyebab. Muntah yang berkepanjangan ( pengeluaran asam klorida lambung
),disfungsi ginjal,pengobatan dengan diuretik yang mengakibatkan hipokalemia dan
penipisan volume CES atau pemakian antasid yang berlebihan.
4. Faktor kompensator
 Alkalosis metabolik. Adalah suatu kondisi kelebihan bikarbonat, hal ini terjadi jika ada
pengeluaran berlebihan ion hidrogen atau peningkatan berlebihan iio bikarbonat dalam
cairan tubuh.
 Kompensasi respiratorik adalah penurunan ventilasi pulmonar dan mengakibatkan
peningkatan pCO2 dan asan karbonat
 Kompensasi ginjal melibatkan sedikit ekskresi ion amonium, lebih banyak ekskresi ion
natrium dan kalium, berkurangnya cadangan ion bikarbonat dan lebih banyak ekskresi
bikarbonat

Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, maka
tubuh akan melakukan kompensasi dengan tiga cara yaitu”:
1. Meningkatkan ventilasi untuk membuang lebih banyak karbondioksida dari tubuh.
Karbondioksida yang meningkat akan meningkatkan keasaman darah. Apabila PaO2
menurun dan CO2 meningkat maka badan karotis aorta akan peka perhadap perubahan
keduanya sehingga merangsang pengeluaran katekolamin untuk merangsang medulla aorta,
dilanjutkan badan aorta dan neuron-neuron respirasi untuk meningkatkan fungsi respirasi.
2. Meningkat ekskresi ginjal dalam bentuk amonia. Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam
dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem
penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat
selama beberapa jam sampai beberapa hari.
3. Sistem penyangga tubuh
Secara kimiawi, CO2 dalam darah akan berikatan dengan H2O menjadi H2CO3 yang
dibantu oleh enzim karbonatanhidrase yang banyak terdapat di sel-sel alveoli dan tubulus
ginjal. Karena reaksi CO2 dan H2O yang menghasilkan H2CO3 merupakan ikatan yang
reversibel dan mudah lepas menjadi H+ dan HCO3-.

Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan tubuh
bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini. Sistem
penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya kedalam
tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali.
ASIDOSIS DAN ALKALOSIS
Asidosis dan Alkalosis

Dalam keadaan normal pH di tubuh relative dipertahankan pada angka 7.4. Kita mengetahui bahwa
pH ini dipengaruhi oleh jumlah ion H+, sedangkan ion H+ mempengaruhi semua aktivitas enzim,
permeabilitas sel, dan struktur sel. Oleh karena itu pengaturan H+ ini sangatlah penting sekali.
Dalam keadaan normal, kadar ion H+ di CES yaitu 0,00004mEq/L. Jumlah ini menyebabkan pH
normal sekitar 7.4. untuk mempertahankan pH darah arteri ini tetap relative 7.4 maka tubuh
memiliki 3 mekanisme pertahanan, yaitu system buffer (HCO3-, PO42- ,dan protein/ bekerja dalam
hitungan detik- menit ), respirasi (bekerrja dalam hitungan menit-jam), dan ginjal ( bekerja dalam
hitungan jam-beberapa hari).

Asidosis

Asidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi menjadi dua
jenis yaitu Asidosisrespiratorik dan asidosis metablolik.

a. Asidosis respiratorik

Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2 dalam darah. Hal ini terjadi
akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2 akan mengakibatkan terjadi peningkatan
konsentrasi H2CO3 dan H+.

Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu

a. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata

b. Gangguan pada otot-otot pernapasan

c. Gangguan pertukaran gas

d. Obstruksi sel-sel napas baik atas akut

Kompensasi yang terjadi dalam tubuh untuk mengurangi PCO2 yaitu pertama dengan cara
meningkatkan ventilasi alveoli. Dengan peningkatan ventilasi alveoli ini tubuh akan membuang
kelebihan CO2 yang berlebih. Kompensasi selanjutnya yaitu dengan cara peningkatan HCO3-
plasma yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal.
Peningkatan HCO3- membantu mengimbangi peningkatan PCO2- , sehingga mengembalikan pH
plasma kembali normal.

Mekanisme penurunan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung
terhadap peningkatan PCO2 darah. Peningkatan PCO2 akan meningkatkan PCO2 sel tubulus,
menyebabkan peningkatan pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian merangsang
sekresi H+ lebih banyak.
b. Asidosis metabolik

Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3- yang terjadi di dalam cairan tubulus secara
primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan ini dikarenakan penurunan
konsentrasi HCO3- cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3 ini dapat dikarenakan hilang melalui
ekresi ginjal maupun karena diare.

Selain karena penurunan kadar HCO3-, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh penambahan
asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI. Penambahan asam ini
akan meningkatkan kadar H+ secara langsung. Inti dari penyebab asidosis metabolik yaitu terjadi
penurunan rasio HCO3-/H+. baik terjadi kekurang HCO3- maupun peningkatan H+.

Kompensasi yang terjadi dalam tubuh paling primer yatiu dengan peningkatan ventilasi alveoli.
Peningkatan ini akan mengurangi PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel, membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi
HCO3- ekstrasel, serta meningkatakan ekskresi ion H+ untuk mengurangi kadar ion H+ di CES.

Alkalosis

alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi menjadi dua jenis
yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.

a. Alkalosis respiratorik

Hal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi alveolar yang
menyebabkan PCO2 turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan saraf pusat, seperti
hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena gangguan CNS, dapat juga
karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal jantung kongestif, fibrosis paru,
ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o2nya rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan
o2 maka secara fisiologis tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan
cara meningkatkan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak
CO2 banyak keluar dari tubuh.

Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan penurunan
ventilasi ini diharapkan kadar CO2 di darah meningkat, sehingga dapat menurunkan pH.
Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara langsung
terhadap penurunan PCO2 darah. Penurunan PCO2 akan menurunkan PCO2 sel tubulus,
menyebabkan mengurangi pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian penurunan sekresi
H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+ yang direabsorbsi akan meningkat, sehingga kadar H+
didalam darah meningkat.

Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3-. Dimana dengan peningkatan
eksresi HCO3- akan mengakibatkan banyak ion H+ yang tidak berikatan yang nantinya akan
direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan peningkatan konsentrasi
H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah.
b. Alkalosis metabolik

Seperti dijelaskan diatas tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu karena terjadi
penurunan rasio antara HCO3-/H+. Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi peningkatan
rasio antara HCO3-/H+. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya yaitu peningkatan
konsentrasi HCO3- dan/atau penurunan konsentrasi H+.

Hal –hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO3- salah satunya karena konsumsi bikarbonat
yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang berlebihan.

Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+ turun diantaranya yaitu

a. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)

Dengan penambahan obat diuretic akan menyebabkan aliran cairan di tubulus lebih cepat, sehingga
reabsobsi Na+ meningkat. Karena peningkatan reabsobsi Na+ selalu berpasangan dengan sekresi
H+, maka sekresi H+ meningkat pula. Selain itu reabsopsi bikarbonat meningkat pula seiring
dengan peningkatan ekskresi H+

b. Kelebihan alddosteron

Salah satu fungsi aldosteron yaitu meningkatkan reabsopsi Na+. seperti yang dijelaskan diatas,
terjadi juga alkalosis. Walaupun alkalosis yang disebabkan karena peningkatan aldosteron
merupakan alkalosis ringan.

c. Muntah

Muntah menyebabkan banyak HCl lambung keluar dari tubuh. Dengan demikian, banyak ion H+
yang hilang dari tubuh. Alkalosis jenis ini banyak ditemukan pada neonates yang mengalami
obstruksi pylorus akibat hipertrofi sfingter pylorus.

Kompensasi primermya yaitu dengan penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO2, dan
peningkatan ekskresi HCO3- oleh ginjal, yang membantu mengompensasi peningkatan awal
konsentrasi HCO3- CES.

Você também pode gostar