Você está na página 1de 10

KAJIAN PENGARUH PRA PENDINGINAN DAN SUHU PENYIMPANAN

TERHADAP UMUR SIMPAN BROKOLI

Nur Anggraeni Blongkod 1) Frans Wenur 2) Ireine A. Longdong 3)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado
2)
Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT

A study on the effect of pre-cooling and storage temperature to the storage life of
Broccoli has been done. The objective of the study was to determine the changes in weight,
changes in texture and color as well as changes in vitamin C of broccoli during storage and to
obtain the pre-cooling methods and proper storage temperature which could extending the
storage life of Broccoli. This research uses experimental method with descriptive analysis to
explain the change in weight, color, vitamin C and texture that occurs in broccoli during
storage. Several Broccoli were stored using a combination of treatments as follows:
Treatment of pre-cooling (A) consists of: A0 - without pre-cooling, A1 - pre-cooling using
water (23ºC), A2 - pre-cooling using ice water (0 °C) and tretment of storage temperature (B)
consisting of: B0 - storage at room temperature (27ºC - 28ºC), B1 - storage at a temperature
of 10ºC ± 2 °C, B2 – storage temperature of 5 °C ± 2 °C, and B3 - storage temperature of 0°C
± 2 °C. The results showed that broccoli with pre-cooling treatment using ice water at a
temperature of 0 °C ± 2 °C is best. The broccoli has not changed in weight, the value of
brightness was 40.74, still keep green color and the vitamin C content of 4.605 mg. with the
value of hardness at the top of 0.09 mm/g and at the bottom of 0.08 mm/g. Broccoli stored
with pre-cooling by ice water at a temperature of 0 °C ±2 °C has a longest storage life
compared to other treatments, namely up to 42 days.
Keywords: Broccoli, pre-cooling, storage temperature, shelf life

ABSTRAK

Kajian Pengaruh Pra Pendinginan Dan Suhu Penyimpanan Terhadap Umur Simpan
Brokoli telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk menentukan perubahan berat, perubahan
tekstur dan warna serta perubahan vitamin C brokoli selama penyimpanan dan untuk
mendapatkan metode pra pendinginan dan suhu penyimpanan yang tepat dalam
memperpanjang umur simpan brokoli. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan
analisis deskriptif yaitu menjelaskan perubahan berat, warna, kadar vitamin C dan tekstur
yang terjadi pada brokoli selama penyimpanan. Sejumlah Brokoli disimpan dengan
kombinasi perlakuan sebagai berikut: Perlakuan pra pendinginan (A) terdiri dari: A0 - tanpa
pra pendinginan, A1 - pra pendinginan menggunakan air (23ºC), A2 - pra pendinginan
menggunakan air es (0ºC) sedang perlakuan suhu penyimpanan (B) terdiri atas: B0 -
penyimpanan pada suhu ruang (27ºC - 28ºC), B1 - penyimpanan pada suhu 10ºC ±2ºC, B2 -
penyimpanan suhu 5ºC ±2ºC, dan B3 - penyimpanan suhu 0ºC ±2ºC. Hasil penelitian
menunjukan bahwa brokoli dengan perlakuan pra pendinginan menggunakan air es pada suhu
0ºC ±2ºC adalah yang terbaik dimana brokoli tidak mengalami perubahan berat, tingkat
kecerahan sebesar 40,74 dan berwarna hijau dengan kadar vitamin C sebesar 4,605 mg. serta
nilai kekerasan pada bagian atas sebesar 0,09 mm/g dan pada bagian bawah sebesar 0,08
mm/g. Brokoli yang disimpan pada perlakuan pra pendinginan air es pada suhu 0ºC ± 2ºC
memiliki masa simpan yang paling lama dibanding perlakuan lainnya yaitu hingga 42 hari.
Kata kunci : Brokoli, pra pendinginan, suhu penyimpanan, umur simpan
PENDAHULUAN Berbagai kondisi lingkungan selama
produk pertanian disimpan sangat
Brokoli (Brassica oleraceae L.) berpengaruh terhadap mutu produk atau
merupakan salah satu komoditi perubahan fisiologi lepas panen. Dari
hortikultura yang mudah rusak karena semua faktor lingkungan yang paling
memiliki kandungan air yang tinggi berpengaruh adalah suhu (Winarno, 2002).
(90%), dan kelas laju respirasi yang sangat Suhu mempengaruhi penuaan produk
tinggi. (Utama, 2001; Rokhani, 1995). karena mengatur laju semua proses-proses
Sehingga perlu dilakukan penanganan fisiologi dan biokimia (Pantastico et al,
pasca panen yang baik agar umur 1997).
simpannya lebih lama. Setelah dipanen Penyimpanan pada suhu yang dingin
brokoli masih melakukan proses dapat menghambat kerusakan fisiologis,
metabolisme yaitu respirasi dan terus penguapan serta aktivitas mikroorganisme
melakukan transpirasi yang yang mengganggu sehingga mutu serta
menyebabkan pematangan , penuaan dan kualitas buah dan sayuran dari mulai panen
akhirnya layu. sampai diterima di tangan konsumen
Kerusakan brokoli disebabkan oleh masih tetap terjaga. Muchtadi (1992)
beberapa factor yaitu mekanis dan menyatakan penyimpanan bahan pada
biologis. Nilai kesegaran pada brokoli bisa suhu rendah merupakan cara yang efektif
diketahui dari laju respirasi, yang akan untuk memperpanjang umur simpan bahan
mempengaruhi susut berat, tekstur, kadar segar, karena dengan cara ini dapat
air, perubahan warna, kandungan vitamin mengurangi kegiatan respirasi, proses
C atau aktifitas fisiologis maupun penuaan, dan pertumbuhan
mikrobiologis semakin meningkat mikroorganisme.
(Rukmana, 1994). Untuk menjaga agar Penelitian ini bertujuan untuk :
produk selepas panen tetap tahan lama, 1. Menentukan perubahan berat,
maka proses metabolisme harus ditekan perubahan tekstur dan warna serta
serendah mungkin dengan cara perubahan vitamin C brokoli selama
penyimpanan dan pengemasan (Ashari, penyimpanan.
2006). Perlakuan pasca panen bertujuan 2. Mendapatkan metode pra pendinginan
untuk mengurangi proses terjadinya dan suhu penyimpanan yang tepat untuk
respirasi dan transpirasi. Dengan memperpanjang umur simpan brokoli.
terhambatnya kedua proses tersebut, maka
proses biologis (reaksi enzimatis/biokimia) METODE PENELITIAN
yang terjadi didalam brokoli juga ikut
terhambat (Cahyono, 2001). Metode penelitian ini menggunakan
Setelah dipanen brokoli harus segera metode deskriptif, yang terdiri dari 2
ditangani dengan baik dengan melakukan perlakuan dan 3 kali ulangan.
pra-pendinginan untuk menurunkan laju Perlakuan A adalah pra pendinginan yaitu :
respirasi dan mencegah terjadinya A0 : Tanpa pra pendinginan (kontrol)
pelayuan dan pembusukan (Rokhani, A1: Pra pendinginan dengan air (23ºC)
1995). Penyimpanan produk hortikultura A2: Pra pendinginan dengan air es (0ºC)
segar dimaksudkan untuk memperpanjang Perlakuan B adalah suhu penyimpanan
daya gunanya dan dalam keadaan tertentu terdiri dari :
memperbaiki mutunya; selain dari itu juga B0 : Suhu Ruangan
menghindarkan banjirnya produk ke pasar, B1 : Suhu 10Cº ± 2ºC
memberi kesempatan yang luas untuk B2 : Suhu 5ºC ± 2ºC
memilih produk hortikultura sepanjang B3 : Suhu 0ºC ± 2ºC
tahun, membantu pemasaran yang teratur, Data hasil pengamatan dan
dan meningkatkan keuntungan produsen perhitungan kemudian di plot kedalam
atau petani (Pantastico et al, 1997). tabel, gambar dan grafik kemudian dikaji
secara deskriptif, yaitu menjelaskan 𝐴 −𝐵
kehilangan bobot, warna, kadar vitamin C 𝑊 = 𝑥 100% (1)
𝐴
dan tekstur yang terjadi pada brokoli
selama penyimpanan. Keterangan :
W: Susut Berat (%)
Prosedur Penelitian A: Bobot brokoli awal (g)
B: Bobot brokoli Hari ke-n (g)
1. Brokoli yang digunakan untuk Perubahan susut berat brokoli diukur
penelitian ini dipanen pada umur 100 dengan menggunakan timbangan digital
hari langsung dari kebun petani di selama penyimpanan.
kelurahan Kakaskasen. Pada setiap perlakuan pra
2. Brokoli dipetik dengan sebagian daun pendinginan dengan menggunakan air es
yang membungkus krop. direndam selama 15 menit. Setelah
3. Brokoli dimasukan kedalam keranjang dilakukan pra pendinginan brokoli
plastik untuk diangkut ke tempat pra disimpan sesuai perlakuan. Selama
pendinginan. penyimpanan brokoli dilakukan
4. Brokoli di kupas dari daun-daun yang penghitungan perubahan berat.
membungkus krop kemudian dicuci
dengan air bersih, dan ditiriskan Perubahan Warna
5. Kemudian ditimbang sebelum Persepsi manusia terhadap warna
dilakukan pra pendinginan. Masing- berbeda dengan pengkodean pada model
masing perlakuan dibuat 3 ulangan. RGB yang diterapkan dikomputer. KII (
6. Brokoli di lakukan pra pendinginan Komisi Iluminasi Internasional)
sesuai perlakuan selama 15 menit mengembangkan model warna yang
setelah itu disimpan pada lemari banyak diterapkan pada alat ukur warna.
pendingin dan suhu ruang sesuai Sistem warna ini mempunyai tiga buah
perlakuan suhu penyimpanan sumbu utama, yaitu X,Y, dan Z. 3 unsur
7. Selanjutnya pengamatan dilakukan warna untuk menyatakan warna yaitu hue
setiap hari sekali (berat dan warna) (warna kromatik), value/ lightness (warna
selama penyimpanan untuk mengukur akromatik atau kecerahan), dan kroma
tekstur dan penurunan vitamin C (intensitas warna kromatik). Penglihatan
dilakukan sebelum dan sesudah manusia merespon 3 warna yaitu merah,
perlakuan. hijau dan biru. Alat pengukur warna
8. Penimbangan berat brokoli yang Hunter, Gardner atau Macbeth
disimpan pada suhu 0ºC ± 2ºC didalam menggunakan skala L, a dan b, dimana :
coolbox terlebih dahulu ditiriskan L = menyatakan cahaya pantul yang
selama 10 menit kemudian dilakukan menghasilkan warna akromatik putih, abu-
penimbangan. abu dan hitam.
9. Pengamatan dibatasi sampai bahan Nilai L berkisar antara 0 (hitam) – 100
menjadi rusak . (putih).
a = menyatakan warna kromatik campuran
Hal-hal yang Diamati merah – hijau
nilai :+a dari 0 – 100 untuk warnah
Perubahan/Susut Berat merah
Bobot Awal sampel ditimbang -a dari 0 - (-80) untuk warna hijau
sebelum buah disimpan. Pengamatan b = menyatakan warna kromatik
selanjutnya dilakukan dengan menimbang campuran biru – kuning
sampel sebelum penyimpanan dan setelah nilai : +b dari 0 -70 untuk warna biru
penyimpanan. Susut berat dapat dihitung -b dari 0 - (-70) untuk warna
berdasarkan rumus sebagai berikut: kuning
Sampel di letakan pada colorflex
hingga menutupi seluruh lubang kamera
yang ada pada colorflex. Analisis warna
kemudian dilakukan dengan menggunakan
Hunterlab ColorFlex EZ
spectrophotometer. Uji brokoli dilakukan
dengan sistem warna Hunter L*, a*, b*.
Chromameter terlebih dahulu dikalibrasi
dengan standar warna putih yang terdapat
pada alat tersebut. Hasil analisis yang
dihasilkan berupa nilai L (Lightning), a*,
b*. Pengukuran total derajat warna
digunakan basis warna putih sebagai Gambar 2. Grafik Warna
standar. Hubungan nilai L, a dan b dengan
nilai X, Y, dan Z pada sistem CIE yaitu : Pengukuran Vitamin C

𝐿 = 100𝑌1/2 (2) Pengukuran vitamin C dilakukan


diawal dan diakhir pengamatan,
menggunakan metode Titrimetri (titrasi)
175(1,02 𝑋−𝑌) dengan cara sebagai berikut: (Sudarmadji,
𝑎 = 1 (3) 1997)
𝑌2
Timbang 200–300 g bahan dan
70(𝑌 − 0,847Z) hancurkan dalam waring blender sampai
𝑏 = 1 (4) diperoleh slurry. Timbang 10 – 30 g slurry
𝑌2 masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan
Nilai X, Y dan Z kemudian di tambahkan aquades sampai tanda. Saring
konversi ke nilai x dan y. Nilai x dan y dengan kertas saring untuk memisahkan
merupakan nilai-nilai koordinat pada peta filtratnya.
warna monokromatis dan warna Ambil 5–25 ml filtrat dengan pipet
campurannya, dimana : dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125
ml. Tambah 2 ml larutan amilum 1% dan
𝑌 tambahkan 20 ml aquades kalau perlu.
𝑥 = (5)
(𝑋 + 𝑌 + 𝑍) Kemudian titrasi dengan 0,01 N standard
yodium.
𝑌 Perhitungan vitamin C menggunakan
𝑦 = (6)
(𝑋 + 𝑌 + 𝑍) rumus :
ml titrasi x 0,88 = ........ mg

Warna-warna spektral yang diplot Tekstur


pada koordinat x dan y.
Tekstur buah diukur dengan
menggunakan penetrometer dengan cara
sebagai berikut (Edowaii, 2007):
1. Ambil Sampel brokoli sesuai
perlakuan.
2. Atur penetrometer hingga angka
penetrometer mencapai 0.
3. Letakkan Sampel di bawah
penetrometer, atur hingga menyentuh
sampel. Kemudian tekan hingga
terdengar bunyi dan dengan 2 posisi pada brokoli yang tidak mengalami
berbeda yaitu: Pangkal dan ujung. perlakuan pra pendinginan.
4. Baca angka yang tertera pada Pada penyimpanan suhu berkisar
penetrometer (mm). Kemudian catat 10˚C ± 2˚C brokoli pada hari ke-20
angka yang tertera pada alat. penurunan berat pada perlakuan tanpa pra
5. Angka yang didapat atau terlihat pada pendinginan sebesar 68,6 %, pada
penetrometer. perlakuan air sebesar 65 % dan pada
𝑝 perlakuan air es sebesar 63,1% .
c= Penyimpanan suhu berkisar 5˚C ± 2˚C
𝑤
Keterangan : pada penyimpanan hari ke-20, penurunan
c : Kekerasan berat pada perlakuan tanpa pra
w : Massa beban (g) pendinginan sebesar 52,8% perlakuan air
p : Hasil yang terbaca pada penurunan berat sebesar 50,4% dan
penetrometer (mm) perlakuan air es sebesar 48,0 %.
Penyimpanan suhu berkisar 0˚C ± 2˚C
brokoli tidak mengalami penurunan berat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini terjadi karena brokoli direndam
didalam air bercampur es. Penambahan air
Perubahan Berat terjadi karena proses absorbsi yaitu terjadi
penyerapan air oleh brokoli.
Perubahan berat merupakan salah
Pada penyimpanan suhu ruang
satu faktor yang dapat digunakan untuk
perubahan berat lebih tinggi dari pada suhu
mengidentifikasi mutu fisik brokoli.
di bawah 10ºC, hal ini dipengaruhi oleh
Perubahan berat brokoli berubah
respirasi yang meningkat dapat
bersamaan dengan lamanya waktu
mengakibatkan hilangnya cadangan
penyimpanan (Gambar 3).
80 makanan dalam jaringan, menurunnya rasa
dan nilai makanan. Kehilangan berat
60 kering karena respirasi, nyata sekali pada
A0B0
A1B0 bahan yang disimpan pada kurun waktu
Rata-rata Penurunan Berat

40
A2B0 lama (Susanto, 1994).
20 A0B1 Susut berat ini disebabkan proses
A1B1
0 A2B1 transpirasi dan respirasi sehingga
0 2 4 6 10 14 18 21 27 33 39 A0B2 mengakibatkan sayur mengalami susut
-20 A1B2 berat. Hal ini disebabkan brokoli setelah di
A2B2 panen terus melakukan proses
-40 A0B3
A1B3 metabolisme, salah satu proses tersebut
-60 adalah katabolisme. Katabolisme disebut
Penyimpanan Hari ke- A2B3
pula disimilasi, karena dalam proses ini
energi yang tersimpan ditimbulkan
Gambar 3. Rata-rata perubahan /
kembali atau dibongkar untuk melakukan
penurunan berat brokoli selama
proses-proses kehidupan.
penyimpanan
Kehilangan air selama penyimpanan
Brokoli yang disimpan pada suhu
tidak hanya menurunkan berat, tetapi juga
ruang pada hari ke-5 mengalami
dapat menurunkan mutu dan menimbulkan
penurunan berat sebesar 53,4 % pada
kerusakan. Kehilangan yang hanya sedikit
perlakuan tanpa pra pendinginan, 52 %
mungkin tidak akan mengganggu tetapi
pada perlakuan air biasa, dan 50,6% untuk
kehilangan yang banyak akan
perlakuan air es. Berdasarkan hasil
menyebabkan kelayuan dan pengkriputan.
perhitungan perubahan berat dapat dilihat
Kehilangan berat dapat juga disebabkan
bahwa rata-rata perubahan berat pada
oleh kehilangan karbon selama respirasi,
perlakuan air + es terendah sedangkan
namun hal ini ternyata kurang penting
perubahan berat yang tertinggi terdapat
(Muchtadi, 1991). Selama penyimpanan 50
akan berkurang sebagai akibat dari 40 A0B2

Kecerahan (L*)
penguapan air. Jika air telah berkurang
sebanyak 10% maka akan mempengaruhi 30
mutu dan akan berimbas pada kenampakan 20 A1B2
visual dan beberapa zat dalam komoditas
10
yang bersangkutan (Gardjito dan Wardana,
2003). Menurut Setyadjit dan Syaifullah 0
(1994) dalam Linayanti (2005), suhu 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 A2B2
tinggi menyebabkan proses transpirasi Pengamatan Hari ke-
lebih cepat dari pada suhu rendah. Gambar 6. Tingkat Kecerahan
Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan Brokoli pada Suhu penyimpanan 5ºC ±
kadar air sehingga susut berat menjadi 2ºC
besar. Selain itu suhu tinggi menyebabkan 50
respirasi meningkat. A0B1
40

Kecerahan (L*)
Perubahan Warna 30
Warna bahan pangan selama
penyimpanan akan mengalami perubahan 20 A1B1
yang dipengaruhi kondisi penyimpanan. 10
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai L*
(kecerahan) menggunakan HunterLab 0
0 6 12 18 24 30 36 42 A2B1
selama penyimpanan (Gambar 4,5,6 dan 7)
Pengamatan Hari ke-
60
Gambar 7. Tingkat Kecerahan
Tingkat Kecerahan (L*)

50 Brokoli pada Suhu penyimpanan 0ºC ±


A0B0
40 2ºC
30 Dapat dilihat dari gambar diatas
20 A1B0 bahwa kecerahan bunga brokoli yang
disimpan dalam beberapa tingkat suhu
10
penyimpanan, setelah beberapa hari,
0 A2B0 tingkat kecerahan bunganya bervariasi dan
0 1 2 3 4 5 tidak tergantung pada suhu penyimpanan.
Pengamatan Hari ke- Indikator lain yang sering digunakan
Gambar 4. Tingkat Kecerahan sebagai indeks kesegaran untuk sayuran
Brokoli pada Suhu Ruang daun atau bunga adalah klorofil. Degradasi
50 klorofil dapat menyebabkan perubahan
warna daun atau bunga dari hijau menjadi
40 A0B3
kuning (Winarno, 2002). Pada penelitian
Kecerahan (L*)

30 ini tidak diukur kandungan klorofil, akan


tetapi berdasarkan indikator umum warna
20 A1B3 hijau yang identik dengan kandungan
10 klorofil, secara visual terlihat
perubahannya. Hal ini disebabkan karena
0 A2B3 brokoli yang baru dipanen umumnya
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
berwarna hijau tua yang disebabkan oleh
Pengamatan Hari ke- adanya kandungan klorofil dan lambat
Gambar 5. Tingkat Kecerahan laun (setelah disimpan) warnanya berubah
Brokoli pada Suhu penyimpanan 10ºC ± menjadi kuning (menguning).
2ºC
Vitamin C sehingga asam askorbat digunakan sebagai
Berdasarkan hasil penelitian sumber energi dan aktivitas metabolisme
pengaruh suhu penyimpanan terhadap sayur.
vitamin C menunjukkan adanya pengaruh Menurut Muchtadi (1992) kenaikan
suhu penyimpanan terhadap vitamin C suhu sebesar 10ºC dalam kisaran 10ºC -
dapat dilihat pada tabel 2. 38ºC akan mempercepat reaksi tersebut
Tabel 2. Rata-rata Vitamin C sebesar dua kalinya. Kebalikannya apabila
suhu bahan pangan yang baru dipanen
Perlakuan Hari ke- Rata-rata Vit C segera diturunkan, penurunan 10ºC akan
A0B0 5 7,304 mg memperlambat reaksi sebesar dua kalinya.
Menurut Apandi (1984), kandungan
A1B0 5 7,128 mg
vitamin C selama penyimpanan tidak
A2B0 5 7,216 mg banyak mengalami penurunan. Hal ini
A0B2 20 4,4 mg terjadi karena konsentrasi O₂ yang rendah
A1B1 20 5,456 mg sehingga proses respirasi diperlambat dan
A2B1 20 5,28 mg perombakan asam askorbat berkurang,
A0B2 20 3,96 mg mg produksi etilen tertunda.
A1B2 20 4,488 mg
A2B2 20 4,4 mg Tekstur
Untuk menentukan nilai kekerasan /
A0B3 42 4,928 mg
tekstur pada brokoli diukur dengan
A1B3 42 4,605 mg menggunakan penetrometer. Penetrometer
A2B3 42 4,605 mg merupakan alat yang digunakan untuk
Rata-rata vitamin C menunjukan mengukur kekerasan bahan dengan cara
bahwa pada penyimpanan suhu 0ºC ± 2ºC menusukkan jarum ke bagian jaringan.
dengan penyimpanan selama 42 hari Semakin dalam penetrasi jarum tersebut
paling sedikit mengalami penurunan. Pada menunjukkan semakin lunaknya suatu
suhu 5ºC ± 2ºC dan pada suhu 10ºC ± 2ºC jaringan. Dengan kata lain semakin besar
selama penyimpanan 20 hari lebih rendah nilai kekerasan mengindikasikan semakin
dari pada penyimpanan pada suhu ruang lunaknya jaringan tersebut. Hasil
(26 ºC). pengamatan tekstur dapat dilihat pada
Hal ini dikarenakan suhu yang tepat Gambar 8, 9, 10 dan 11.
dapat menghambat respirasi sayur Nilai rata-rata tekstur pada suhu
sehingga kandungan vitamin C dapat ruang dapat dilihat pada gambar berikut:
dipertahankan, atau bisa dikatakan suhu 0.45
mempunyai pengaruh terhadap kecepatan 0.40
Rata-rata tekstur (mm/g)

suatu reaksi kimia dalam bahan pangan 0.35


yang dikatalis oleh kerja enzim, sehingga 0.30
pada suhu penyimpanan yang paling 0.25 A0B0
rendah (0ºC) kerja enzim akan terhambat 0.20 A1B0
dan vitamin C akan tetap terjaga. 0.15 A2B0
Menurut Winarno (1993), vitamin C 0.10
merupakan vitamin yang mudah rusak. 0.05
Selain larut dalam air, vitamin C mudah 0.00
hilang dalam proses oksidasi yang bisa Bawah Atas
dipercepat oleh panas atau sinar matahari,
enzim serta oleh katalis seperti tembaga Gambar 8. Rata-rata tekstur brokoli
dan besi sehingga semakin rusak. Seiring pada penyimpanan suhu ruang
dengan penurunan kadar air maka vitamin Dapat dilihat bahwa nilai kekerasan
C juga menurun, hal ini diakibatkan karena atau tekstur semakin naik dengan seiring
terjadi reaksi enzimatis semakin cepat waktu penyimpanan. Pada suhu ruang nilai
kekerasan tanpa pra pendinginan pada
bagian batang bawah brokoli sebesar 0,12 pra pendinginan menggunakan air pada
mm/g dan pangkal atas batang brokoli bagian bawah batang brokoli sebesar 0,43
sebesar 0,20 mm/g, sedangkan pra mm/g dan pada bagian atas sebesar 0,85
pendinginan menggunakan air pada mm/g, dan pada pra pendinginan
bagian batang bawah brokoli sebesar 0,13 menggunakan air es pada bagian bawah
mm/g dan bagian atas batang brokoli sebesar 0,35 mm/g dan pada bagian atas
sebesar 0,22 mm/g, dan pra pendinginan sebesar 0,67 mm/g.
menggunakan air es pada bagian bawah 0.60
batang brokoli sebesar 0,13 mm/g dan
pada bagian atas batang brokoli sebesar 0.50

Rata-rata tekstur (mm/g)


0,23 mm/g. Setelah penyimpanan selama 5
0.40
hari nilai kekerasan pada brokoli tanpa pra
pendinginan pada bagian bawah batang A0B2
0.30
brokoli sebesar 0,22 mm/g dan pada A1B2
bagian atas sebesar 0,36 mm/g, pada pra 0.20
A2B2
pendinginan menggunakan air pada bagian
bawah batang brokoli sebesar 0,23 mm/g 0.10
dan pada bagian atas sebesar 0,42 mm/g, 0.00
dan pada pra pendinginan menggunakan Bawah Atas
air es pada bagian bawah sebesar 0,26
mm/g dan pada bagian atas sebesar 0,38 Gambar 10. Rata-rata tekstur pada
mm/g. suhu 5ºC ± 2ºC
0.90 Nilai kekerasan pada suhu 5˚C ± 2˚C
0.80 nilai kekerasan pada batang brokoli tanpa
Rata-rata tekstur (mm/g)

0.70 pra pendinginan pada bagian bawah


0.60 sebesar 0,11 mm/g dan pada bagian atas
0.50 A0B1 sebesar 0,18 mm/g. Pra pendinginan
0.40 A1B1 menggunakan air pada bagian bawah
0.30 A2B1
sebesar 0,09 mm/g dan pada bagian atas
0.20 sebesar 0,17 mm/g. Sedangkan pra
0.10 pendinginan menggunakan air es pada
0.00 bagian bawah sebesar 0,12 mm/g dan pada
Bawah Atas bagian atas sebesar 0,21 mm/g. Setelah
penyimpanan selama 20 hari nilai
Gambar 9. Rata-rata tekstur pada
kekerasan pada brokoli tanpa pra
suhu 10ºC ± 2ºC
pendinginan pada bagian bawah brokoli
Nilai kekerasan pada suhu 10˚C ±
batang brokoli sebesar 0,28 mm/g dan
2˚C nilai kekerasan pada batang brokoli
pada bagian atas sebesar 0,53 mm/g, pada
tanpa pra pendinginan pada bagian bawah
pra pendinginan menggunakan air pada
sebesar 0,11 mm/g dan pada bagian atas
bagian bawah batang brokoli sebesar 0,21
sebesar 0,18 mm/g. Pra pendinginan
mm/g dan pada bagian atas sebesar 0,47
menggunakan air pada bagian bawah
mm/g, dan pada pra pendinginan
sebesar 0,13 mm/g dan pada bagian atas
menggunakan air es pada bagian bawah
sebesar 0,22 mm/g. Sedangkan pra
sebesar 23 mm/g dan pada bagian atas
pendinginan menggunakan air es pada
sebesar 0,56 mm/g.
bagian bawah sebesar 0,10 mm/g dan pada
bagian atas sebesar 0,18 mm/g. Setelah
penyimpanan selama 20 hari nilai
kekerasan pada brokoli tanpa pra
pendinginan pada bagian bawah brokoli
batang brokoli sebesar 0,43 mm/g dan
pada bagian atas sebesar 0,86 mm/g, pada
0.25 maka semakin lunak pula bahan pangan
tersebut sebaliknya semakin kecil nilai
0.20 penetrasi mm/g bahan pangan maka
Rata-rata tekstur (mm/g)

semakin keras pula bahan pangan


0.15 A0B3
tersebut), hal ini disebabkan oleh brokoli
tersebut disimpan dalam coolbox dan
A1B3 direndam dalam campuran air dan es.
0.10
A2B3 Tekstur brokoli pada suhu ruang
0.05 lebih lunak dibandingkan dengan ketiga
suhu lainnya. Hal ini disebabkan
0.00 perubahan tekstur yang terjadi pada
Bawah Atas brokoli yaitu dari keras menjadi lunak,
akibat terjadinya proses kelayuan.
Gambar 11. Rata-rata tekstur pada Respirasi dan transpirasi juga berperan
suhu 0ºC ± 2ºC penting dalam kualitas jaringan tanaman
Nilai kekerasan pada suhu 0˚C ± 2˚C yang dipengaruhi oleh enzim pproteolitik.
(dalam kotak styrofoam) nilai kekerasan Enzim-enzim proteolitik bisa
pada batang brokoli tanpa pra pendinginan mengakibatkan perubahan tekstur pada
pada bagian bawah sebesar 0,14 mm/g dan buah sehingga terjadi pelunakan buah
pada bagian atas sebesar 0,23 mm/g. Pra (Apandi 1984 dalam Muliaty 2005).
pendinginan menggunakan air pada Susanto (1994), mengatakan bahwa
bagian bawah sebesar 0,11 mm/g dan pada baik ukuran maupun bentuk sel
bagian atassebesar 0,20 mm/g. Sedangkan mempengaruhi tekstur. Sel-sel kecil
pra pendinginan menggunakan air + es dengan ruang antar sel yang kecil pula,
pada bagian bawah sebesar 0,11 mm/g dan membentuk tekstur yang padat dan sel
pada bagian atas sebesar 0,19 mm/g. besar dengan ruang antar sel yang berbeda
Setelah penyimpanan selama 42 hari nilai pula membentuk tekstur yang kasar seperti
kekerasan pada brokoli tanpa pra spon. Keterikatan sel satu dengan sel yang
pendinginan pada bagian bawah batang lainya tergantung pada komponen pektin
brokoli sebesar 0,08 mm/g dan pada dinding sel. Proses pemasakan akan
bagian atas sebesar 0,09 mm/g, pada pra mengubah komponen pektin yang tidak
pendinginan menggunakan air pada larut menjadi larut dalam air sehingga sel-
bagian bawah batang brokoli sebesar 0,08 sel mudah terpisah sehingga berakibat
mm/g dan pada bagian atas sebesar 0,10 lunak.
mm/g, dan pada pra pendinginan
menggunakan air es pada bagian bawah
sebesar 0,09 mm/g dan pada bagian atas KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 0,09 mm/g.
Aktivitas respirasi dan transpirasi Kesimpulan
yang tinggi pada brokoli menyebabkan 1. Brokoli yang disimpan pada semua
kehilangan air yang cukup banyak perlakuan mengalami penurunan
sehingga ukuran sel dan tekanan isi sel berat, di mana paling besar pada
terhadap dinding sel berkurang yang perlakuan tanpa pra pendinginan dan
akhirnya mengakibatkan tekstur menjadi paling kecil pada pra pendinginan
lunak. Penurunan kekerasan selama menggunakan air es. Dilihat pada
penyimpanan terjadi karena perombakan pengaruh suhu penyimpanan maka
komponen penyusun dinding sel sehingga kehilangan berat terkecil ditemukan
buah semakin lunak. pada suhu penyimpanan rendah
Pada brokoli yang disimpan pada bahkan pada suhu penyimpanan 0˚C ±
suhu 0ºC ± 2ºC brokoli mengalami 2˚C tidak mengalami kehilangan
penurunan nilai kekerasan (semakin tinggi berat.
nilai penetrasi mm/g suatu bahan pangan
2. Perubahan warna yang digambarkan L) Selama Penyimpanan. Fakultas
oleh tingkat kecerahan diawal Pertanian UNSRAT, Manado.
penyimpanan hampir tidak berbeda Gardjito, M. dan S,A. Wardana. 2003.
pada semua perlakuan pra Holtikultura Teknik Analisis Pasca
pendinginan namun diakhir Panen. Transmedia Global Wacana.
penyimpanan khususnya penyipanan Magelang, Yogjakarta.
suhu ruang, brokoli yang diperlakuan Muchtadi, Deddy. 1992. Fisiologi Pasca
dengan pra pendinginan menunjukan Panen Sayuran dan Buah-buahan.
keadaan yang lebih cerah di banding Departemen Pendidikan Dan
tanpa pra pendinginan. Pada Kebudayaan Direktorat Jenderal
penyimpanan suhu rendah 0˚C ± 2˚C Pendidikan Tinggi Pusat Antar
tingkat kecerahan pada semua Universitas Pangan Dan Gizi IPB,
perlakuan pra pendinginan dapat Bogor.
dikatakan tidak berbeda. Pantastico EB, Chattopadhyay dan
3. Pengaruh perlakuan pra pendinginan Subramanyam. 1997. Susunan Buah-
tidak menunjukan perbedaan terhadap buahan dan Sayur-sayuran. Di
kandungan vitamin C, namun waktu dalam: Pantastico EB, editor.
penyimpanan menunjukan makin lama Fisiologi Pascapanen Penanganan
brokoli disimpan kadar vitamin C dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
makin menurun. Demikian pula Sayur-sayuran Tropika dan
pengaruh pra pendinginan terhadap Subtropika. Ed ke-4. Kamariyani,
tekstur tidak menunjukan perbedaan penerjemah; Tjitrosoepomo, editor.
yang jelas. Gadjah Mada University Press.
4. Brokoli yang disimpan pada perlakuan Yogjakarta.
pra pendinginan air es pada suhu 0ºC Rokhani H. 1995. Disain Sistem
± 2ºC memiliki masa simpan yang Pengukuran Laju Transpirasi
paling lama dari perlakuan lainnya Buahbuahan / Sayuran pada Ruang
yaitu 42 hari. Atmosfir Terkendali [Laporan
Penelitian]. Bogor: Jurusan
Saran Mekanisasi Pertanian FATETA
Perlu penelitian lebih lanjut pengaruh Institut Pertanian Bogor.
penggunaan pembungkus atau kemasan Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis
dalam hubungannya dengan perlakuan pra Bunga Dan Broccoli. Kanisus.
pendinginan dan penyimpanan dingin Yogyakarta
brokoli Sudarmadji S, Haryono, & Suhardi. 1997.
Prosedur Analisis Untuk Bahan
DAFTAR PUSTAKA Makanan dan Pertanian. Yogyakarta
: Liberty.
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan
Susanto, T. 1994. Fisiologi dan Teknologi
Sayur. Penerbir Alumni. Bandung.
Pasca Penen. Akademika.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek
Yogyakarta
Budidaya. UI Press.Jakarta
Utama IM. 2001. Penanganan Pascapanen
Cahyono, B. 2001. Kubis Bunga Dan
Buah dan Sayuran Segar. Di dalam :
Broccoli Teknik Budidaya Dan
Forum Konsultasi Teknologi Dinas
Analisis Usaha Tani. Kanisus.
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Yogyakarta
Bali. Denpasar, 21 Nopember 2001.
Edowai, N Desi. 2007. Pengaruh Suhu dan
Winarno, F.G. 1993. Fisiologi Lepas
Tingkat Kematangan Terhadap Mutu
Panen. Sastra Hidayah. Jakarta.
Cabai Rawit (Capsicum frutescens

Você também pode gostar