Você está na página 1de 9

GEOGRAFI | ASAP PABRIK , ASAP KEBAKARAN HUTAN , ASAP

KENDARAAN

Penyusun :
Nugroho Pangestu

Bab I
Pendahuluan
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.

Di Indonesia, kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Menurut
World Bank, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia sebesar hampir berlipat-lipat jumlahnya. Sebagian besar kendaraan
bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang
memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misal: kadar
timbal/Pb yang tinggi) .

Hampir tidak ada kota di dunia ini yang dapat menghindar dari bencana modern pencemaran
udara. Bahkan kota-kota yang dulu terkenal dengan udaranya yang murni, tak tercemar misalnya
Buenos Aires, Denver,dan Madrid sekarang selalu dikepung oleh udara yang begitu tercemarnya,
sehingga dapat membunuh dan membuat orang baik yang sehat maupun sakit masuk rumah
sakit. Tapi hal itu tak perlu terjadi, karena kota-kota dan bangsa-bangsa diseluruh dunia mulai
menerapkan berbagai strategi yang dapat mengatasi masalah pencemaran udara dengan baik.
Strategi itu mulai dari larangan parkir dan hari tanpa mengemudi sampai program ketat dan
berkekuatan hukum untuk memasang kendali pencemaran yang canggih di pusat-pusat
pembangkit tenaga. Hanya sedikit usaha ini yang mencapai keberhasilan sempurna, tetapi
banyak juga yang cukup berhasil bahkan begitu berhasilnya sampai terkadang tidak mendapat
perhatian.

Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar
10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi
organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap
serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan,serta mudah merusak harta
benda adalah partikulat yang mengandung partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida,
dan nitrogen oksida. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan
bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi
bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta
orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya,
para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut
berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.
Bab II
Pembahasan
1.1 Pencemaran Udara Oleh Asap Pabrik
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut
berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh
mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut
merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2
(karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari pembakaran tak
sempurna dari suatu bahan bakar. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak
diinginkan dari api (termasuk kompor dan lampu) serta pendiangan, tapi dapat juga digunakan
untuk pembasmian hama (fumigasi), komunikasi (sinyal asap), pertahanan (layar asap, smoke-
screen) atau penghirupan tembakau atau obat bius. Asap kadang digunakan sebagai agen
pemberi rasa (flavoring agent) dan pengawet untuk berbagai bahan makanan.
Keracunan asap adalah penyebab utama kematian korban kebakaran di dalam ruangan. Asap
ini membunuh dengan kombinasi kerusakan termal, keracunan, dan iritasi paru-paru yang
disebabkan oleh karbon monoksida, hidrogen sianida, dan produk pembakaran lainnya.

Partikel asap terutama terdiri dari aerosol (atau kabut) partikel padat atau butiran cairan yang
mendekati ukuran ideal untuk penyebaran Miecahaya tampak. Asap adalah salah satu polusi
udara yang dapat berupa karbondioksida dan karbonmonoksida. Polusi udara (pencemaran
udara ) adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam
jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Polusi ini dikeluarkan juga oleh salah satu
pabrik dengan jumlah yang banyak juga membahayakan masyarakat sekitar.

 Dampak Asap Pabrik Bagi Masyarakat Sekitar


Bagi masyarakat yang rumahnya dekat di lokasi pabrik sangat merugikan, sebab asap yang
dikeluarkan dari cerobongnya bisa mengotori lingkungan sekitar, udara menjadi kotor dan
paru-paru menjadi tidak sehat karena menghisap udara tersebut. Masyarakat telah berupaya
keras salah satunya dengan mendatangi pabrik untuk menyaring dan mengurangi asap yang
dikeluarkan. Apalagi asap tersebut berwarna hitam pekat hasil dari limbah produksi. Hampir
setiap hari diwaktu yang sama asap dikeluarkan, pada awalnya berjumlah sedikit tapi lama
kelamaan volumenya semakin banyak.

 Zat Yang Terkandung Pada Asap


Kandungan yang terdapat dalam asap diantaranya sejumlah senyawa yang sangat berbahaya,
seperti . Timbal (Pb), CO (karbon monoksida), Karbon monoksida ialah gas yang tidak berbau
dan tidak berwarna serta lebih mudah bercantum dengan hemoglobin darah berbanding
oksigen. Keadaan ini tentu akan menjejaskan keupayaan darah untuk membekalkan oksigen
kepada tisu-tisu tubuh. Bagi menampung kekurangan ini, jantung dan paru-paru terpaksa
bekerja dengan lebih kuat lagi. Karbon monoksida juga merosakkan dinding arteri dan dengan
itu, mendorong berlakunya penyakit jantung dan masih banyak lagi zat lain yang berbahaya.

 Cara Menghindari Resiko Dari Asap Pabrik


Masyarakat mungkin bisa memulai dari diri sendiri seperti memakai masker, menanam pohon
supaya asap dapat diserap pohon dan dinganti dengan oksigen, tidak terlalu sering berada di
luar rumah yang sudah tercemari oleh asap pabrik Tempatkan alat pengeluaran udara dekat
dengan sumber pencemaran. Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga
udara yang masuk ke-ruangan sesuai dengan kebutuhan. Filtrasi : Memasang filter
dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk menangkap polutan dari sumbernya dan
polutan dari udara luar ruangan. Pembersihan udara secara elektronik : Udara yang
mengandung polutan dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah
berkurang polutan-nya atau disebut bebas polutan.

 Penyakit yang ditimbulkan oleh asap pabrik


Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh asap pabrik adalah :
 Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran udara di mana sel mast, eosinofil dan sel T
memainkan peranan yang penting. Pada individu yang rentan, inflamasi tersebut menyebabkan
episod bunyi bernafas seperti gesekan biola (wheezing). Simptom ini biasanya dikaitkan dengan
perubahan kadar pengaliran udara melalui salur pernafasan yang berbalik secara spontan atau
setelah diberi rawatan. Inflamasi tersebut juga mengakibatkan salur pernafasan lebih reaktif
terhadap pelbagai jenis rangsangan (Global Iniative for Asthma,1995).
 Iritasi ringan terhadap mata, terjadi karena banyak hal: iritasi , alergi atau dapat juga
merupakan gejala dari penyakit lain yang lebih serius.. Yang paling umum terjadi adalah iritasi
mata yang disebabkan karena terlalu lama bekerja didepan komputer, terpapar oleh debu atau
kotoran dalam jangka waktu yang lama.
 Gangguan Pernafasan
1. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
2. Pernapasan akut penyakit termasuk pneumonia
3. Prematur timbulnya dan penurunan dipercepat pada fungsi paru-paru
4. Semua gejala utama pernapasan pada orang dewasa, termasuk batuk, berdahak, bersin &
dyspnoea

 Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:
 Mempengaruhi kualitas air permukaan
 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

 Efek rumah kaca


Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global. Dampak dari pemanasan global adalah :
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna

 Kerusakan lapisan ozon


Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan
lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker
kulit serta penyakit pada tanaman.

 Upaya Pelestarian dilingkungan Kawasan Industri


Kawasan industri sangatlah identik dengan limbah, baik polusi udara maupun limbah pabrik
lainnya. Untuk melestarikan lingkungan disekitar pabrik, ada beberapa cara yang harus kita
lakukan, antara lain :
a. Melakukan penghijauan ditempat yang tidak terpakai (Tanah Lapang yang luas).
b. Melakukan penanaman pohon disepanjang jalan menuju pabrik dan di lingkungan pabrik.
c. Mengalihkan limbah cair ke tempat pembuangan limbah, bukan ke sungai.
d. Mendaur ulang limbah yang masih bisa digunakan.

 Upaya Pencegahan
Mencegah pencemaran udara berbentuk gas :
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat padat-
adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai sifat dapat menyerap zat lain
sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang
bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian digunakan lagi.

b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk
memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe absorbs ini pada prinsipnya hampir sama
dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi hidrokarbon mengalami kontak dengan
cairan di mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
c. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi benda cair pada
suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan mencapai titik kondensasi tinggi dan
titik penguapan yang rendah, seperti hidrokarbon dan gas organic lainnya.
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di
dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang disebut inceneration.
Iceneration merupakan salah satu metode dalam pengolahan limbah padat dengan menggunakan
pembakaran yang menghasilkan gas dan residu pembakaran.

1.2 Pencemaran Udara Oleh Asap Kebakaran hutan


Kebakaran hutan dan lahan gambut di wilayah tropika terutama di Asia Tenggara sudah
terjadi selama 20 tahun terakhir ini. Kebakaran tersebut terjadi umumnya selama musim kering
yang terimbas oleh periode iklim panas atau dikenal sebagai El Nino-Southern Oscilation
(ENSO). Periode panas ini dapat terjadi setiap 3–7 tahun, dan lama kejadiannya dari 14 bulan
hingga 22 bulan (Singaravelu, 2002). Pemanasan ini biasanya bermula pada bulan Oktober, terus
meningkat ke akhir tahun dan berpuncak pada pertengahan tahun berikutnya.

Untuk mempertegas keterkaitan periode iklim panas ENSO dengan peristiwa kebakaran hutan
dan lahan, perkenanlah saya mengungkapkan kembali sejarah kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia. Kebakaran hutan tropika basah di Indonesia diketahui terjadi sejak abad ke-19, yakni
di kawasan antara Sungai Kalinaman dan Cempaka (sekarang Sungai Sampit dan Katingan) di
Kalimantan Tengah, yang rusak akibat kebakaran hutan tahun 1877. Statistik Kehutanan
Indonesia telah mencatat adanya kebakaran hutan sejak tahun 1978, meskipun kebakaran besar
yang diketahui oleh umum terjadi pada tahun 1982/1983 telah menghabiskan 3,6 juta ha hutan
termasuk sekitar 500.000 ha lahan gambut di Kalimantan Timur (Page et al., 2000; Parish, 2002).

Selanjutnya pada tahun 1987 kebakaran hutan dalam skala besar terjadi lagi di 21 propinsi
terutama di Kalimantan Timur, yang terjadi bersamaan dengan munculnya periode iklim panas
ENSO, sehingga sejak saat itu timbul anggapan bahwa kebakaran hutan adalah bencana alam
akibat kemarau panjang dan kering karena ENSO. Begitulah kebakaran besar terjadi lagi pada
tahun 1991, 1994 dan 1997 di 24 propinsi di Indonesia. Kebakaran selama musim kering pada
tahun 1997, telah membakar sekitar 1,5 juta ha lahan gambut di Indonesia (BAPPENAS, 1998),
termasuk 750.000 ha di Kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997 dinyatakan
sebagai yang terburuk dalam 20 tahun terakhir. Atas dasar rekaman sejarah tersebut di atas,
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berulang setiap lima tahun, yang nampaknya cocok
benar dengan periode iklim panas ENSO rata-rata 5 tahun.

 Penyebab Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan selama musim kering dapat disebabkan atau dipicu oleh kejadian alamiah dan
kegiatan atau kecerobohan manusia. Kejadian alamiah seperti terbakarnya ranting dan daun
kering secara serta-merta (spontan) akibat panas yang ditimbulkan oleh batu dan benda lainnya
yang dapat menyimpan dan menghantar panas, dan pelepasan gas metana (CH ) telah diketahui
dapat memicu terjadinya kebakaran. Meskipun demikian, pemicu utama terjadinya kebakaran
adalah adanya kegiatan dan atau kecerobohan manusia, yang 90–95% kejadian kebakaran dipicu
oleh faktor ini. Faktor manusia yang dapat memicu terjadinya kebakaran meliputi pembukaan
lahan dalam rangka pengembangan pertanian berskala besar, persiapan lahan oleh petani, dan
kegiatan-kegiatan rekreasi seperti perkemahan, piknik dan perburuan.

 Akibat Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan dapat berakibat langsung dan tidak langsung atas lingkungan di dalam tapak
kejadian (on site effect) atau di luar tapak kejadian (off site effect). Akibat kebakaran hutan dan
lahan gambut antara lain adalah kehilangan lapisan serasah dan lapisan gambut, stabilitas
lingkungan, gangguan atas dinamika flora dan fauna, gangguan atas kualitas udara dan kesehatan
manusia, kehilangan potensi ekonomi, dan gangguan atas sistem transportasi dan komunikasi.

Kasus kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Tengah pada tahun 1997 telah
menghilangkan lapisan gambut 35–70 cm (Jaya et al., 2000). Kehilangan lapisan gambut ini
berakibat atas kestabilan lingkungan, karena kehilangan lapisan gambut setebal itu setara dengan
pelepasan karbon (C) sebanyak 0,2–0,6 Gt C. Pelepasan C ini berdampak luar biasa atas emisi
gas karbondioksida (CO) ke atmosfer, yang turut berperan dalam pemanasan global (Siegert et
al., 2002). Selain itu, kebakaran tahun 1997 telah merusak vegetasi hutan sehingga kerapatan
pohon berkurang hingga 75%.

Dampak utama kebakaran hutan adalah asap yang mempengaruhi jarak pandang dan kualitas
udara. Asap bertahan cukup lama di lapisan atmosfer permukaan, akibat rendahnya kecepatan
angin permukaan. Lapisan asap ini berdampak serius pada sistem transportasi udara, dan pada
kesehatan manusia serta flora dan fauna. Pada kebakaran tahun 1997 berkurangnya jarak
pandang di beberapa kota di Kalimantan dan Sumatra antara bulan Mei dan Oktober telah
mengakibatkan penundaan jam terbang dan bahkan penutupan beberapa bandar udara.

Di beberapa daerah di Kalimantan dan Sumatra, terutama di daerah-daerah yang banyak


dijumpai kebakaran hutan dan lahan gambut, asap yang dihasilkan telah mengakibatkan
gangguan kesehatan terutama masyarakat miskin, lanjut usia, ibu hamil dan anak balita. Jumlah
kasus selama bulan September–November 1997 di delapan propinsi di Kalimantan dan Sumatra
tercatat 527 kematian, 298.125 asma, 58.095 bronkitis, dan 1.446.120 ISPA (infeksi saluran
pernafasan akut), termasuk di Kalimantan Selatan yang dijumpai 69 kasus kematian, 41.800
asma, 8.145 bronkitis, dan 202.761 kasus ISPA.

Kebakaran hutan dan lahan gambut juga berdampak atas hilangnya beberapa potensi ekonomi
terutama di sektor kehutanan dan pertanian. Kerugian ekonomi pada sektor kehutanan akibat
kebakaran tahun 1997 mencapai Rp 2,4 trilyun untuk delapan propinsi kawasan bergambut di
Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan di sektor pertanian kerugiannya mencapai Rp 718
milyar. Akibat tidak langsung dari kebakaran lahan gambut merupakan akibat lanjutan (post-
effect) yang dihasilkan ketika proses pemulihan hutan dan lahan gambut baik secara alamiah
maupun buatan manusia belum mencapai titik pulih. Akibat ini bisa terjadi selama bertahun-
tahun tergantung kemampuan untuk memulihkan. Akibat utamanya adalah terganggunya fungsi
hidrologis dan pengaturan iklim. Hilangnya vegetasi dan terbukanya hutan dan lahan gambut
menyebabkan debit aliran permukaan dan erosi akan meningkat dalam musim hujan sehingga
dapat menyebabkan banjir. Selain itu, hilangnya sehingga meningkatkan efek rumah kaca dan
vegetasi akan mengurangi penyerapan CO2 hutan juga kehilangan fungsi pengaturan iklimnya.

 Upaya Pencegahan kebakaran Hutan


Tindakan pencegahan merupakan komponen terpenting dari seluruh sistem penanggulangan
bencana termasuk kebakaran. Bila pencegahan dilaksanakan dengan baik, seluruh bencana
kebakaran dapat diminimalkan atau bahkan dihindarkan. Pencegahan kebakaran diarahkan untuk
meminimalkan atau menghilangkan sumber api di lapangan. Upaya ini pada dasarnya harus
dimulai sejak awal proses pembangunan sebuah wilayah, yaitu sejak penetapan fungsi wilayah,
perencanaan tata guna hutan/lahan, pemberian ijin bagi kegiatan, hingga pemantauan dan
evaluasi.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya api di antaranya:
1. Penatagunaan lahan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya masing-masing, dengan
mempertimbangkan kelayakannya secara ekologis di samping secara ekonomis.
2. Pengembangan sistem budidaya pertanian dan perkebunan, serta sistem produksi kayu
yang tidak rentan terhadap kebakaran, seperti pembukaan dan persiapan lahan tanpa bakar (zero
burning-based land clearing), atau dengan pembakaran yang terkendali (controlled burning-
based land clearing).
3. Pengembangan sistem kepemilikan lahan secara jelas dan tepat sasaran. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menghindari pengelolaan lahan yang tidak tepat sesuai dengen peruntukan
dan fungsinya.
4. Pencegahan perubahan ekologi secara besar-besaran diantaranya dengan membuat dan
mengembangkan pedoman pemanfaatan hutan dan lahan gambut secara bijaksana (wise use of
peatland), dan memulihkan hutan dan lahan gambut yang telah rusak.
5. Pengembangan program penyadaran masyarakat terutama yang terkait dengan
tindakan pencegahan dan pengendalian kebakaran. Program ini diharapkan dapat mendorong
dikembangkannya strategi pencegahan dan pengendalian kebakaran berbasis masyarakat
(community-based fire management).
6. Pengembangan sistem penegakan hukum. Hal ini mencakup penyelidikan terhadap
penyebab kebakaran serta mengajukan pihak-pihak yang diduga menyebabkan kebakaran ke
pengadilan.
7. Pengembangan sistem informasi kebakaran yang berorientasi kepada penyelesaian
masalah. Hal ini mencakup pengembangan sistem pemeringkatan bahaya kebakaran (Fire
Danger Rating System) dengan memadukan data iklim (curah hujan dan kelembaban udara), data
hidrologis (kedalaman muka ir tanah dan kadar lengas tanah), dan data bahan yang dapat
memicu timbulnya api. Kegiatan ini akan memberikan gambaran secara kartografik terhadap
kerawanan kebakaran. Gambarannya dapat berupa peta bahaya kebakaran yang berhubungan
dengan kondisi mudahnya terjadi kebakaran, peta resiko kebakaran yang berkaitan dengan sebab
musabab terjadinya kebakaran, dan peta sejarah kebakaran yang penting untuk evaluasi
penanggulangan kebakaran.

 Upaya Pelestarian dilingkungan Tersebut


Untuk menghindari adanya kebakaran hutan, sebaiknya kita melestarikan hutan terlebih dahulu
agar nanti nya tidak akan ada kebakaran hutan. Pelestarian hutan dapat kita lakukan sebagai
berikut :
a. Melakukan reboisasi
b. Menindak penebangan liar
c. Melakukan sistem tebang pilih
d. Melakukan rotasi tanaman
e. Menanam bibit-bibit baru
dll.

1.3 Pencemaran Udara Oleh Asap Kendaraan


Penjelasan tentang pencemaran udara melalui asap kendaraan bermotor menjadi bahasan
yang cukup menarik. Pertama, kita harus mengetahui bagaimana kendaraan tersebut beroperasi.
Bahan bakarlah yang membuat kendaraan tersebut memiliki energi untuk beroperasi. Jadi, bahan
bakar yang dipakai oleh sebuah kendaraan bermotor pastilah akan berpengaruh terhadap hasil
buangnya. Selain bahan bakar, mesin dan sistem pembuangan sebuah kendaraan juga
berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya asap kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
yang baru biasanya akan mengeluarkan asap yang lebih putih dan lebih sedikit, bandingkan
dengan sepeda motor lama yang asapnya abu-abu kehitaman. Asap tersebut dari jauh saja terlihat
menyeramkan, apalagi kalau kita sadar udara yang kita hirup juga tercemar asap tersebut.
Pencemaran Udara Melalui Asap Kendaraan Asap kendaraan bermotor mengandung zat-zat yang
tak seharusnya dihirup oleh manusia.

Zat-zat yang ada dalam asap kendaraan, yaitu sebagai berikut :


1. CO (Karbon Monoksida)
2. NOx (Nitrogen Oksida)
3. Hidrokarbon
4. Pb (Timbel)
5. Sox (Sulfur Oksida)

Zat-zat tersebut tentu berbahaya bagi kesehatan manusia. Udara adalah benda yang selalu
kita hirup setiap harinya dan polusi udara dapat mengganggu kecerdasan, fungsi ginjal, saluran
pencernaan, pernafasan, dan lain-lain. Hal tersebut tentu harus segera ditanggulangi agar tidak
terus-menerus memakan korban. Mengatasi polusi udara bukan masalah yang mudah. Kerja
sama pemerintah dan masyarakat perlu dilakukan. Salah satu penyebab dari meningkatnya polusi
udara adalah meningkatkan jumlah kendaraan di jalan.

Pemerintah sudah berupaya menanggulanginya dengan membuat transportasi massal, namun


belum begitu menunjukkan hasil. Penggunaan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan juga
harus disosialisasikan kepada masyarakat. Hal tersebut memang sulit apalagi mengubah
kebiasaan masyarakat dalam berkendara. Masyarakat perlu menyadari pendekatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung penanggulangan polusi udara dalam
kehidupan. Kendaraan yang ramah lingkungan harus terus diproduksi dan diperkenalkan kepada
masyarakat. Penjelasan tentang pencemaran udara melalui asap kendaraan bermotor juga harus
dilakukan pemerintah agar masyarakat menjadi paham dan peduli terhadap kebersihan udara.
Kesadaran masyarakat tersebut akan menjadi awal dari keberhasilan penanggulangan polusi
udara.

 Dampak Polusi Udara Asap Kendaraan Bagi Kesehatan


Bahaya asap kendaraan disebabkan karena adanya zat-zat berbahaya yang terkandung di
dalam asap kendaraan. Zat- zat tersebut adalah :
1. Karbon dioksida
2. Karbon monoksida
3. Oksida belerang
4. Oksida nitrogen

Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah :

1. Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini
membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan
membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2. Emphysema pulmonum.
3. Bronchopneumonia.
4. Asthma bronchiale.
5. Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan
prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk tinggal di rumah-
rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
6. Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di daerah kota 10
kali lebih besar daripada daerah rural.
7. Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan polusi
udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila
telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin
adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari
50%, akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat
mengganggu faal jantung.
8. Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi tinggi.
9. Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga
dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik
pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap
influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah lain
pembentukannya normal.

 Upaya Untuk Mencegah Semakin Buruknya Dampak Asap Kendaraan


- Melakukan penghijauan (reboisasi)
- Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
- Menciptakan biosolar
- Melakukan penyuluhan terhadap masayarakat tentang dampak dan bahaya asap kendaraan
bermotor

Você também pode gostar