Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KENDARAAN
Penyusun :
Nugroho Pangestu
Bab I
Pendahuluan
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.
Di Indonesia, kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Menurut
World Bank, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia sebesar hampir berlipat-lipat jumlahnya. Sebagian besar kendaraan
bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang
memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misal: kadar
timbal/Pb yang tinggi) .
Hampir tidak ada kota di dunia ini yang dapat menghindar dari bencana modern pencemaran
udara. Bahkan kota-kota yang dulu terkenal dengan udaranya yang murni, tak tercemar misalnya
Buenos Aires, Denver,dan Madrid sekarang selalu dikepung oleh udara yang begitu tercemarnya,
sehingga dapat membunuh dan membuat orang baik yang sehat maupun sakit masuk rumah
sakit. Tapi hal itu tak perlu terjadi, karena kota-kota dan bangsa-bangsa diseluruh dunia mulai
menerapkan berbagai strategi yang dapat mengatasi masalah pencemaran udara dengan baik.
Strategi itu mulai dari larangan parkir dan hari tanpa mengemudi sampai program ketat dan
berkekuatan hukum untuk memasang kendali pencemaran yang canggih di pusat-pusat
pembangkit tenaga. Hanya sedikit usaha ini yang mencapai keberhasilan sempurna, tetapi
banyak juga yang cukup berhasil bahkan begitu berhasilnya sampai terkadang tidak mendapat
perhatian.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar
10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi
organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap
serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan,serta mudah merusak harta
benda adalah partikulat yang mengandung partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida,
dan nitrogen oksida. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan
bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi
bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta
orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya,
para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut
berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.
Bab II
Pembahasan
1.1 Pencemaran Udara Oleh Asap Pabrik
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut
berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh
mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut
merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2
(karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).
Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari pembakaran tak
sempurna dari suatu bahan bakar. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak
diinginkan dari api (termasuk kompor dan lampu) serta pendiangan, tapi dapat juga digunakan
untuk pembasmian hama (fumigasi), komunikasi (sinyal asap), pertahanan (layar asap, smoke-
screen) atau penghirupan tembakau atau obat bius. Asap kadang digunakan sebagai agen
pemberi rasa (flavoring agent) dan pengawet untuk berbagai bahan makanan.
Keracunan asap adalah penyebab utama kematian korban kebakaran di dalam ruangan. Asap
ini membunuh dengan kombinasi kerusakan termal, keracunan, dan iritasi paru-paru yang
disebabkan oleh karbon monoksida, hidrogen sianida, dan produk pembakaran lainnya.
Partikel asap terutama terdiri dari aerosol (atau kabut) partikel padat atau butiran cairan yang
mendekati ukuran ideal untuk penyebaran Miecahaya tampak. Asap adalah salah satu polusi
udara yang dapat berupa karbondioksida dan karbonmonoksida. Polusi udara (pencemaran
udara ) adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam
jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Polusi ini dikeluarkan juga oleh salah satu
pabrik dengan jumlah yang banyak juga membahayakan masyarakat sekitar.
Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Upaya Pencegahan
Mencegah pencemaran udara berbentuk gas :
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat padat-
adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai sifat dapat menyerap zat lain
sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang
bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian digunakan lagi.
b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk
memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe absorbs ini pada prinsipnya hampir sama
dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi hidrokarbon mengalami kontak dengan
cairan di mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
c. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi benda cair pada
suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan mencapai titik kondensasi tinggi dan
titik penguapan yang rendah, seperti hidrokarbon dan gas organic lainnya.
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di
dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang disebut inceneration.
Iceneration merupakan salah satu metode dalam pengolahan limbah padat dengan menggunakan
pembakaran yang menghasilkan gas dan residu pembakaran.
Untuk mempertegas keterkaitan periode iklim panas ENSO dengan peristiwa kebakaran hutan
dan lahan, perkenanlah saya mengungkapkan kembali sejarah kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia. Kebakaran hutan tropika basah di Indonesia diketahui terjadi sejak abad ke-19, yakni
di kawasan antara Sungai Kalinaman dan Cempaka (sekarang Sungai Sampit dan Katingan) di
Kalimantan Tengah, yang rusak akibat kebakaran hutan tahun 1877. Statistik Kehutanan
Indonesia telah mencatat adanya kebakaran hutan sejak tahun 1978, meskipun kebakaran besar
yang diketahui oleh umum terjadi pada tahun 1982/1983 telah menghabiskan 3,6 juta ha hutan
termasuk sekitar 500.000 ha lahan gambut di Kalimantan Timur (Page et al., 2000; Parish, 2002).
Selanjutnya pada tahun 1987 kebakaran hutan dalam skala besar terjadi lagi di 21 propinsi
terutama di Kalimantan Timur, yang terjadi bersamaan dengan munculnya periode iklim panas
ENSO, sehingga sejak saat itu timbul anggapan bahwa kebakaran hutan adalah bencana alam
akibat kemarau panjang dan kering karena ENSO. Begitulah kebakaran besar terjadi lagi pada
tahun 1991, 1994 dan 1997 di 24 propinsi di Indonesia. Kebakaran selama musim kering pada
tahun 1997, telah membakar sekitar 1,5 juta ha lahan gambut di Indonesia (BAPPENAS, 1998),
termasuk 750.000 ha di Kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997 dinyatakan
sebagai yang terburuk dalam 20 tahun terakhir. Atas dasar rekaman sejarah tersebut di atas,
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berulang setiap lima tahun, yang nampaknya cocok
benar dengan periode iklim panas ENSO rata-rata 5 tahun.
Kasus kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Tengah pada tahun 1997 telah
menghilangkan lapisan gambut 35–70 cm (Jaya et al., 2000). Kehilangan lapisan gambut ini
berakibat atas kestabilan lingkungan, karena kehilangan lapisan gambut setebal itu setara dengan
pelepasan karbon (C) sebanyak 0,2–0,6 Gt C. Pelepasan C ini berdampak luar biasa atas emisi
gas karbondioksida (CO) ke atmosfer, yang turut berperan dalam pemanasan global (Siegert et
al., 2002). Selain itu, kebakaran tahun 1997 telah merusak vegetasi hutan sehingga kerapatan
pohon berkurang hingga 75%.
Dampak utama kebakaran hutan adalah asap yang mempengaruhi jarak pandang dan kualitas
udara. Asap bertahan cukup lama di lapisan atmosfer permukaan, akibat rendahnya kecepatan
angin permukaan. Lapisan asap ini berdampak serius pada sistem transportasi udara, dan pada
kesehatan manusia serta flora dan fauna. Pada kebakaran tahun 1997 berkurangnya jarak
pandang di beberapa kota di Kalimantan dan Sumatra antara bulan Mei dan Oktober telah
mengakibatkan penundaan jam terbang dan bahkan penutupan beberapa bandar udara.
Kebakaran hutan dan lahan gambut juga berdampak atas hilangnya beberapa potensi ekonomi
terutama di sektor kehutanan dan pertanian. Kerugian ekonomi pada sektor kehutanan akibat
kebakaran tahun 1997 mencapai Rp 2,4 trilyun untuk delapan propinsi kawasan bergambut di
Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan di sektor pertanian kerugiannya mencapai Rp 718
milyar. Akibat tidak langsung dari kebakaran lahan gambut merupakan akibat lanjutan (post-
effect) yang dihasilkan ketika proses pemulihan hutan dan lahan gambut baik secara alamiah
maupun buatan manusia belum mencapai titik pulih. Akibat ini bisa terjadi selama bertahun-
tahun tergantung kemampuan untuk memulihkan. Akibat utamanya adalah terganggunya fungsi
hidrologis dan pengaturan iklim. Hilangnya vegetasi dan terbukanya hutan dan lahan gambut
menyebabkan debit aliran permukaan dan erosi akan meningkat dalam musim hujan sehingga
dapat menyebabkan banjir. Selain itu, hilangnya sehingga meningkatkan efek rumah kaca dan
vegetasi akan mengurangi penyerapan CO2 hutan juga kehilangan fungsi pengaturan iklimnya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya api di antaranya:
1. Penatagunaan lahan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya masing-masing, dengan
mempertimbangkan kelayakannya secara ekologis di samping secara ekonomis.
2. Pengembangan sistem budidaya pertanian dan perkebunan, serta sistem produksi kayu
yang tidak rentan terhadap kebakaran, seperti pembukaan dan persiapan lahan tanpa bakar (zero
burning-based land clearing), atau dengan pembakaran yang terkendali (controlled burning-
based land clearing).
3. Pengembangan sistem kepemilikan lahan secara jelas dan tepat sasaran. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menghindari pengelolaan lahan yang tidak tepat sesuai dengen peruntukan
dan fungsinya.
4. Pencegahan perubahan ekologi secara besar-besaran diantaranya dengan membuat dan
mengembangkan pedoman pemanfaatan hutan dan lahan gambut secara bijaksana (wise use of
peatland), dan memulihkan hutan dan lahan gambut yang telah rusak.
5. Pengembangan program penyadaran masyarakat terutama yang terkait dengan
tindakan pencegahan dan pengendalian kebakaran. Program ini diharapkan dapat mendorong
dikembangkannya strategi pencegahan dan pengendalian kebakaran berbasis masyarakat
(community-based fire management).
6. Pengembangan sistem penegakan hukum. Hal ini mencakup penyelidikan terhadap
penyebab kebakaran serta mengajukan pihak-pihak yang diduga menyebabkan kebakaran ke
pengadilan.
7. Pengembangan sistem informasi kebakaran yang berorientasi kepada penyelesaian
masalah. Hal ini mencakup pengembangan sistem pemeringkatan bahaya kebakaran (Fire
Danger Rating System) dengan memadukan data iklim (curah hujan dan kelembaban udara), data
hidrologis (kedalaman muka ir tanah dan kadar lengas tanah), dan data bahan yang dapat
memicu timbulnya api. Kegiatan ini akan memberikan gambaran secara kartografik terhadap
kerawanan kebakaran. Gambarannya dapat berupa peta bahaya kebakaran yang berhubungan
dengan kondisi mudahnya terjadi kebakaran, peta resiko kebakaran yang berkaitan dengan sebab
musabab terjadinya kebakaran, dan peta sejarah kebakaran yang penting untuk evaluasi
penanggulangan kebakaran.
Zat-zat tersebut tentu berbahaya bagi kesehatan manusia. Udara adalah benda yang selalu
kita hirup setiap harinya dan polusi udara dapat mengganggu kecerdasan, fungsi ginjal, saluran
pencernaan, pernafasan, dan lain-lain. Hal tersebut tentu harus segera ditanggulangi agar tidak
terus-menerus memakan korban. Mengatasi polusi udara bukan masalah yang mudah. Kerja
sama pemerintah dan masyarakat perlu dilakukan. Salah satu penyebab dari meningkatnya polusi
udara adalah meningkatkan jumlah kendaraan di jalan.
1. Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini
membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan
membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2. Emphysema pulmonum.
3. Bronchopneumonia.
4. Asthma bronchiale.
5. Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan
prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk tinggal di rumah-
rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
6. Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di daerah kota 10
kali lebih besar daripada daerah rural.
7. Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan polusi
udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila
telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin
adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari
50%, akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat
mengganggu faal jantung.
8. Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi tinggi.
9. Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga
dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik
pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap
influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah lain
pembentukannya normal.