Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dasar Hukum
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam
bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE).
Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang
dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi,
tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan kimia.
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus
dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk
melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan
kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari Kacamata
pelindung, Goggle,Pelindung wajah, Pelindung mata special (goggle yang menyatu
dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya
laser).
b. Perlindungan Badan
c. Perlindungan Tangan
d. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang
dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja
dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para
pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis
kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan
dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk.
Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang
terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
a. Tidak semua APD melalui pengujian labotoris sehingga tidak diketahui derajat
perlindungannya.
g. Kepercayaan pada APD akan menghambat pengembangan kontrol teknologi yang baru
- Respirator
Resiko infeksi
Kesulitan komunikasi
Merasa terisolasi
Sakit kepala karena jepitan terlalu kuat
Tidak nyaman
Menguranggi kemampuan menduga jarak
Iritasi kulit
- Sarung Tangan
Mungin dapat menangkap bahan kimia
Mengurangi kepekaan tangan dan jari
Kebocoran dari lubang yang tidak diketahui
Mungkin menyebabkan dermatitis (keringat yang berlebihan)
Bahan kimia tertentu
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
pada yang paling berat. Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas
laboratorium khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan
pencegahan seperti pemakaian APD, apabila petugas laboratorium tidak menggunakan alat
pengaman, akan semakin besar kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan
berbahaya, khususnya berbagai jenis virus(Depkes RI, 1996/97).
a. Faktor Biologis
b. Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotika, dengan solvent yang digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat
atau lambat ini dapat memberi dampak negative terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi
(keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar.
c. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja
dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini
disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak
sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka
panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja.
d. Faktor Fisik
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.
e. Faktor Psikososial
menyebabkan stress :
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun
informal.
Sudah tidak asing apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tidak melengkapi
dirinya dengan APD saat bekerja. Tapi keselamatan kerja tidak mempuyai alasan untuk
dilupakan walau sesaat.
Berikut ini adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety
Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai
APD saat bekerja:
a. Ini tidak cocok / tidak nyaman (alasan 30% pekerja)
Solusi: Biarkan pekerja memilih APD yang cocok, selalu tanyakan apakah ada
masalah dengan ukuran atau kenyamanan APD yang mereka gunakan, dan
lakukan uji coba ukuran dan kenyamanan APD terhadap pekerja sebelum
melakukan pengadaan APD
b. Tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD (10% alasan pekerja).
Solusi: Selalu buat pernyataan dengan tanda tangan pekerja bahwa mereka
sudah menerima dan paham terhadap materi training APD dan lakuan tindakan
disiplin yang tegas oleh supervisor terhadap pekerja yang tidak memakai APD
saat bekerja di lapangan.
c. Tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu
saya (18% alasan pekerja). Solusi: komunikasikan dengan pekerja tersebut
mengenai alasan mereka lebih dalam lagi, komunikasikan alasan ini dengan
supervisor produksi agar dapat bersinergi antara K3 dengan watu produksi,
pastikan pekerja tersebut sudah mendapatkan training mengenai APD, dan
masukan keharusan memakai APD kedalam aturan disiplin waktu saat
produksi.
d. Tidak akan celaka (8 % alasan para manager dan pekerja). Solusi: undang
pembicara dari korban kecelakaan kerja, dan biarkan ia bercerita tentang
bagaimana kecelakaan kerja ini sangat berdampak pada kehidupan
pribadinya, dan simulasikan pada pekerja untuk mengikat tali sepatu mereka
dengan satu tangan sebagai ilustrasi jika mereka kehilangan satu tangan
akibat kecelakaan kerja.
Tingkat Biosafety The Center for Disease Control (CDC) dan The National
Institutes of Health mempunyai sistem pengkodeaan dari peningkatan level keamanan
dari laboratorium mikrobiologi dan klinik. Tingkat biosafety (BSL) I yang dibuat untuk
laboratorium yang menggunakan bahan biasanya tidak infeksius terhadap manusia.
Bekerja dengan menggunakan benchtop yang terbuka. Praktek laboratorium yang baik
meliputi penggunaan alat pipetasi, pembersihan tumpahan, desinfetan harian, dan
pembuangan limbah yang baik. Laboratorium klinik seharusnya mengikuti BSL II. BSL II
berbeda dengan BSL I pada akses ke tempat kerja yang seharusnya dijaga ketat dari
individu yang belum terlatih dan prosedur yang jelas seperti aerosol yang menimbulkan
infeksi dilakukan di BSC. BSL II efektif dalam pengendalian bahaya infeksi dari agen
yang ada dalam darah pada spesimen laboratorium klinik. Prosedur bakteriologik secara
rutin seperti meletakkan dan mempersiapkan hapusan untuk pengecatan
diselenggarakan dalam BSL II. Pemeriksaan parasit, penelitian bakteri, dan beberapa
kultur virus dan jamur lebih aman bila dengan tindakan pencegahan dalam BSL II. BSL
III sesuai dengan laboratorium yang bekerja dengan agen yang dapat menyebabkan
penyakit yang fatal bila terhirup. Akses ke laboratorium dan aliran dikendalikan secara
cermat. Semua prosedur dilakukan dalam BSC atau alat yang seusai. Pekerja harus
memakai pakaian pelindung yang lengkap. Sebagian kecil laboratorium klinik yang
mengkultur jamur sistemik dan tuberkulosis butuh melanjutkan ke BSL III.
2.8 Dekontaminasi
Beberapa prosedur dan teknik yang mengurangi infektifitas dari substansi atau
bahan menjadi tingkat lebih aman (noninfektif) disebut dekontaminasi. Germisida adalah
istilah umum untuk semua substansi yang dapat membunuh kuman patogen. EPA
membagi germisida menjadi 3 kategori umum. Sterilisasi penghancuran secara komplet
semua kuman infeksius ( termasuk mikobakteria dan spora). Desinfektan sangat efektif
melawan mikroorganisme yang terseleksi. Desinfektan diproduksi tergantung dari
spektrum aktivitas tertentu. Desinfektan mungkin tidak efektif melawan spora bakteri dan
mikobakteria. Antiseptik adalah bahan kimia pembunuh kuman yang cocok untuk kulit,
jaringan dan membran mukosa. Antiseptik sebaiknya tidak digunakan untuk desinfektan
laboratorium. Sampel darah atau jaringan yang tumpah harus dibersihkan dan
didekontaminasi. Kebersihan diri dengan memakai dan menggunakan alat pengaman
keselamatan kerja. Forsep atau sekop digunakan untuk membersihkan pecahan gelas
tanpa harus kontak manual. Protein dan lemak dalam cat dapat menginaktifkan
desinfektan kimia atau sebagai barier sekitar agen infeksius. Oleh karena itu, sisanya
kemudian dicuci dengan detergen dan air. Setelah semua darah yang terlihat
dibersihkan, gunakan desinfektan yang sesuai. Larutan yang baru. 1:10 larutan pemutih
( 5,25% sodium hipoklorit). Formula iodofor merupakan desinfektan kuat yang bisa juga
digunakan. Aldehid ( dalam larutan glutaraldehid atau formaldehid) dan fenol juga efektif
namun toksik; bahan hanya digunakan pada ruang dengan ventilasi yang adekuat atau
dengan masker asap kimia.
Mengenai Saya