Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kewarganegaraan
28 November 2017 - by Admin Padamu - 1 Comment
Pengertian kewarganegaraan secara umum adalah sesuatu hal yang berhubungan dengan
warga negara dengan negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata
citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara
dengan warga negara.
Sedangkan pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang
berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal1
angka (1) pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam pengertian secara yuridis dan sosiologis.
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat
hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain akta kelahiran,
surat pernyataan, dan bukti kewarganegaraan.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Akan
tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari
penghayatan warga negara yang bersangkutan.
Asas Kewarganegaraan
Penduduk suatu negara juga dibedakan menjadi warga negara dan warga negara asing. Warga
negara adalah mereka yang secara hukum merupakan anggota suatu negara. Adapun warga
negara asing adalah mereka yang belum menjadi warga negara. Jika mereka ingin menjadi
warga negara, mereka harus melalui proses yang disebut naturalisasi.
Secara umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:
1. Ius Sanguinis
Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada
orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan kewarganegaraan orang
tuanya). Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis,
sedangkan orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
2. Ius Soli
Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli. Misalnya, seorang anak harus menjadi
warga negara B karena lahir di negara B, meskipun orang tuanya warga negara A.
Keberadaan kedua asas kewarganegaraan tersebut kerap kali menimbulkan masalah. Hal ini
karena ada negara yang menganut asas ius sanguinis dan ada pula negara yang menganut asas
ius soli. Sehingga kerap muncul masalah bipatride, multipatride bahkan apatride.
Pengertian Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa terjadi
jika anak lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang tua berasal
dari negara A. Si anak tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua
yang bukan warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang tuanya
(negara A) karena tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).
Pengertian Warga Negara Indonesia atau yang biasanya disebut sebagai WNI adalah orang
orang yang menempati wilayah negara Indonesia, atau pun tidak menempati wilayah
Indonesia namun masih memiliki pengakuan yang resmi dari pihak yang berwenang, yaitu
pemerintah Indonesia, sebagai penduduk atas negara Indonesia. Sehingga, orang-orang yang
berada atau bekerja di luar negeri seperti mahasiswa yang kuliah di luar negeri atau Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri masih memiliki status Warga Negara Indonesia. Hal
tersebut dapat terjadi asalkan orang orang yang berada di luar negeri tersebut masih memiliki
pengakuan resmi dari negara Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan juga diajarkan di Indonesia yang dimulai pada tahun 1957 saat
pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics. Penerapan Civics
sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama
menjadi pendidikan Kewargaannegaraan pada tahun 1968.
Bagaimana dengan asas kewarganegaraan apa yang dianut oleh negara Indonesia? Dalam
UU. No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dijelaskan bahwa
Indonesia didalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:
Website : http://www.nayaraadvocacycom
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul sama yang
dibuat oleh NAYARA Advocacy dan pertama kali dipublikasikan pada Kamis, 01
September 2016.
Intisari
Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi dan bagaimana prosedurnya? Penjelasan
lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan
1[1] Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 36 Tahun
2016 tentang Tata Cara Menyampaikan Pernyataan untuk Menjadi Warga Negara
Indonesia (“Permenkumham 36/2016”)
Pedoman tentang pengajuan persyaratan untuk menjadi WNI karena perkawinan diatur
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 36 Tahun 2016
tentang Tata Cara Menyampaikan Pernyataan untuk Menjadi Warga Negara
Indonesia (“Permenkumham 36/2016”) yang memuat ketentuan mengenai
kerangka hukum dan pedoman untuk warga negara asing yang kawin secara sah dengan
WNI dan ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.
3. Fotokopi akta perkawinan/buku nikah (bagi umat muslim) Pemohon yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi tersumpah dan
dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang tempat dilangsungkannya perkawinan.
5. Enam lembar pas foto terbaru Pemohon ukuran paspor (ukuran 4 x 6 cm dengan latar
belakang warna merah, berpakaian rapi dan sopan); dan
Dasar hukum:
KLINIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
Berita lainnya ++
Setiap artikel jawaban Klinik Hukum dapat Anda simak juga melalui twitter @klinikhukum,
atau facebook Klinik Hukumonline.
MESIN PENCARIAN
Cari Jawaban
Rubrik ini disediakan bagi anda untuk mengajukan persoalan hukum yang anda hadapi.
Rubrik ini diperuntukkan hanya kepada member hukumonline.com
Jika anda member Hukumonline,
silakan Login, atau Daftar ID anda.
<a
href='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/ck.php?n=a6188901&cb=INSERT_R
ANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/avw.php?zoneid=53&cb=INSERT_RA
NDOM_NUMBER_HERE&n=a6188901' border='0' alt='' /></a>
KLINIK POPULER
Langkah Hukum Jika Teman Kantor Suami yang Mengganggu Keharmonisan Rumah
Tangga
Keberlakuan Putusan MK tentang Perjanjian Kawin Terhadap Perkawinan WNI
Bisakah Membuat Perjanjian Kawin Setelah Perkawinan Berlangsung (Postnuptial
Agreement)?
Haruskah Mengadopsi Anak Melalui Lembaga Pengasuhan Anak?
Cara Mengurus Kartu Keluarga Jika Pindah Agama Setelah Menikah
Jawaban lainnya ++
MITRA PROSOLUTION
Mitra lainnya ++
Perbedaan Saksi Mahkota dengan Justice Collaborator
Pengertian Konstitusional Bersyarat dan Inkonstitusional Bersyarat
Perbedaan Akta yang Dibuat oleh Notaris dengan Akta yang Dibuat di Hadapan
Notaris
Perbedaan Pelaksana Harian (Plh) dengan Pelaksana Tugas (Plt)
AD Premier 9th Floor Jl.TB Simatupang No.5 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Perusahaan
Tentang Kami
Mengapa Kami?
Pedoman Media Siber
Kode Etik
Kebijakan Privasi
Bantuan dan FAQ
Karir
Feed
Berita
Pusat Data
Klinik
Events & Training
Produk & Jasa
Group
Easybiz.id
Justika.com
Social Media
© Copyright 2000 - 2018 PT. Justika Siar Publika. All rights reserved.
Muhammadfathan's Blog
Search
Skip to content
About
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Sering kali mungkin kita mendengar ada suatu kalaangan masyarakat yang menyebutkan
mereka sebagai seorang “pribumi” dan sang pendatang entah itu dari satu pulau yang sama
atau berbeda kepulauan di sebut sebagai “non pribumi”, suatu anggapan yang saya bilang
adalah “persepsi bodoh”, Di negara yang hampir penduduknya berbeda, suka, agama, ras, dan
adat masih mementingkan kepentingan individu kelompok priyoritas, dan minoritas akan di
anggap sebagai yang berbeda, dan yang lebih menakutkan akan muncul perpecahan, perang
suku, tawuran antar warga dsb, sehingga kita melupakan nilai kemerdekaan yang di berikan
para pahlawan kita, sehingga akan terasa sia-sia darah, kringat dan energi yang mereka
berikan, “ Bhineka Tunggal Ika” pun seakan hanya sebuah kalimat indah yang tergambar di
sebuah simbol bergambar “burung garuda” bagi saya pribadi semua itu hanya omong kosong,
dan persepsi seorang yang bodoh yang ingin memecahkan kekuatan kita, tidak ada, orang
jawa, medan, aceh, sunda, banjar, dsb semua sama dan satu bernama “indonesia” dan negara
ini pun lahir bukan karena kesamaan yang mendominasi tetapi karena perbedaan yang
mengikat kita pada tujuan yang sama.
Tidak ada penduduk asli indonesia semua sama mengikat dan merangkul menjadi sebuah
masyarakat yang di namakan warga indonesia, dari perbedaan suku, ras, dan agama, mereka
mengikat menjadi satu penduduk berintelektual tinggi dan saling menghargai sesama
manusia.
Isu pribumi dan pribumi timbul di karenakan pendidikan dan wawasan akan kesadaran
berbangsa dan bernegara belum masuk dan di hayati penuh sepenuhnya oleh masyarakat kita,
sehingga timbul kekuatan kelompok, kelompok sparatis masyarakat dengan orientasi
mementingkan kelompoknya atas nama, agama, tuhan dan yang lebih menakutkan atas nama
warga negara indnesia
TIDAK ADA
Belanda membagi masyarakat dalam tiga golongan: pertama, golongan Eropa atau Belanda;
kedua timur asing China termasuk India dan Arab; dan ketiga pribumi yang dibagi-bagi lagi
dalam suku bangsa hingga muncul Kampung Bali, Ambon, Jawa dan lain-lain. Belanda juga
mengangkat beberapa pemimpin komunitas dengan gelar Kapiten Cina, yang diwajibkan
setia dan menjadi penghubung antara pemerintah dengan komunitas Tionghoa. Beberapa
diantara mereka ternyata juga telah berjasa bagi masyarakat umum, misalnya So Beng Kong
dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal di Batavia. Di Yogyakarta, Kapiten Tan Djin
Sing sempat menjadi Bupati Yogyakarta.
Sebetulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang melawan Belanda, baik
sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama etnis Jawa, kelompok Tionghoa berperang
melawan VOC tahun 1740-1743. Di Kalimantan Barat, komunitas Tionghoa yang tergabung
dalam “Republik” Lanfong berperang dengan pasukan Belanda pada abad XIX. Dalam
perjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa menjadi sasaran
pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian di Batavia 1740 dan pembantaian
masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut melahirkan gerakan
perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang dibantu
pula oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini mengakibatkan pecahnya kerajaan Mataram. Orang
Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat. Aturan Wijkenstelsel ini
menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia
Belanda.
Secara umum perusahaan Belanda dan pihak swasta asing dominan dalam sektor ekonomi
utama, seperti manufacture, perkebunan, industri tekstil dan lain-lainnya. Muncul perubahan
peran ekonomi etnis Cina, yang saat itu sedikit demi sedikit memasuki usaha grosir dan
ekspor impor yang waktu itu masih didominasi Belanda. Kemudian diikuti oleh tumbuhnya
bank-bank swasta kecil yang dimiliki oleh etnis Cina, dan muncul juga dalam industri
pertekstilan (Mackie, 1991:322-323).
Bidang pelayaran menjadi sektor utama yang secara luas dipegang oleh etnis Cina masa itu,
tetapi pada akhirnya mendapat saingan dari perusahaan negara dan swasta pribumi. Pada
bidang jasa dan profesipun secara kuantitatif meningkat, tetapi untuk dinas pemerintahan dan
angkatan bersenjata, secara kuantitas hampir tidak ada.
Pada tahun 1816 sekolah Belanda telah didirikan, tetapi hanya untuk anak-anak
Belanda. Pada akhir abad XIX anak-anakTionghoa kaya diijinkan masuk sekolah
Belanda,tetapi kesempatan masuk sekolah Belandaamat kecil. Maka pada tahun
1901 masyarakatTionghoa mendirikan sekolah Tionghoa dengannama Tionghoa Hwee Koan
(THHK). Pada tahun 1908 THHK ini sudah didirikan di berbagai kota di Hindia Belanda.
Perhatian Pemerintah Tiongkok terhadapsekolah THHK ini mulai besar, banyak guru yang
dikirim ke Tiongkok untuk dididik. Melihat perkembangan baru ini
pemerintah kolonialBelanda khawatir kalau tidak dapat menguasaigerak orang
Tionghoa maka didirikan sekolahBelanda untuk orang Tionghoa. Namun biaya di sekolah
Belanda untuk anak Tionghoa ini sangat mahal, kecuali untuk mereka yang
kaya, makaanak Tionghoa yang sekolah di THHK lebihbanyak. Dalam perkembangan
berikutnya Sekolah Belanda lebih dipilih karena lulusan dari sekolah
Belanda gajinya lebih besar dan lebihmudah mencari pekerjaan di kantor-kantor besar.
Banyak orang meramalkan bahwa THHK akan bubar, tetapi kenyataannya tidak. Para
pengelola eTHHK ini ternyata lebih tanggap terhadap perubahan jaman sehingga masih tetap
dipercaya oleh sebagian orang Tionghoa, bahkan hingga kini masih ada dan dikenal sebagai
salah satu skolah nasional
Pada jaman orde lama hubungan antara Indonesia dengan Cina sangat mesra, sampai-sampai
tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking. Pada waktu itu (PKI). Pada tahun 1946
Konsul Jendral Pem. Nasionalis Tiongkok, Chiang Chia Tung (itu waktu belum ada RRT)
dengan Bung Karno datang ke Malang dan menyatakan Tiongkok sebagai salah satu 5 negara
besar (one of the big five) berdiri dibelakang Republik Indonesia. Orang Tionghoa mendapat
sorakan khalayak ramai sebagai kawan seperjuangan. Di stadion Solo olahragawan Tony
Wen dengan isterinya (bintang film Tionghoa) menyeruhkan untuk membentuk barisan
berani mati (cibaku-tai, kamikaze) melawan Belanda dan sesuai contoh batalyon Nisei
generasi ke II Jepang di USA yang ikut dalam perang dunia ke II, di Malang ingin didirikan
batalyon Tionghoa berdampingan dengan lain-lain kesatuan bersenjata seperti Laskar Rakyat,
Pesindo, Kris (gol. Menado), Trip (pelajar) dsb. Pimpinan Tionghoa kuatir provokasi kolonial
dapat menimbulkan bentrokan bersenjata dengan kesatuan Pribumi. Mereka menolak
pembentukan batalyon tsb. Orang-orang Tionghoa yang ingin ikut melawan Belanda
dianjurkan untuk masing-masing masuk kesatuan-kesatuan Pribumi menurut kecocokan
pribadi.
Namun etnis Tionghoa yang begitu dihargai pada masa orde baru, justru menjadi sasaran
pelampiasan massa yang dipolitisir, karena peristiwa G30S/PKI yang didalangi oleh Partai
Komunis Indonesia, ada anggapan bahwa komunis pasti orang Cina, padahal anggapan
seperti itu belum tentu benar. Peristiwa G30S/PKI menjadi salah satu peristiwa yang sanagt
membuat trauma etnis Tionghoa selain kierusuhan Mei 98.
Pada tahun 1965 terjadi pergolakan politik yang maha dasyat di Indonesia, yaitu pergantian
orde, dari orde lama ke orde baru. Orde lama yang memberi ruang adanya partai Komunis di
Indonesia dan orde baru yang membasmi keberadaan Komunis di
Indonesia. Bersamaandengan perubahan politik itu rezim Orde Baru melarang segala sesuatu
yang berbau Cina. Segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina tidak
boleh dilakukan lagi. Hal ini dituangkan ke dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.14 tahun
1967. Di samping itu, masyarakat keturunan Cina dicurigai masih memiliki ikatan yang kuat
dengan tanah leluhurnya dan rasa nasionalisme mereka terhadap Negara Indonesia diragukan.
Akibatnya, keluarlah kebijakan yang sangat diskriminatif terhadap masyarakat keturunan
Cina baik dalam bidang politik maupun sosial budaya. Di samping Inpres No.14 tahun 1967
tersebut, juga dikeluarkan Surat Edaran No.06/Preskab/6/67 yang memuat tentang perubahan
nama. Dalam surat itu disebutkan bahwa masyarakat keturunan Cina harus mengubah nama
Cinanya menjadi nama yang berbau Indonesia, misalnya Liem Sioe Liong menjadi Sudono
Salim. Selain itu, penggunaan bahasa Cinapun dilarang. Hal ini dituangkan ke dalam
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978. Tidak hanya itu
saja, gerak-gerik masyarakat Cinapun diawasi oleh sebuah badan yang bernama Badan
Koordinasi Masalah Cina (BKMC) yang menjadi bagian dari Badan Koordinasi Intelijen
(Bakin).
Ada beberapa peraturan yang mengatur eksistensi etnis Cina di Indonesia yaitu,
Keenam, Surat Edaran Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika No. 02/SE/Ditjen/PP6/K/1988
tentang larangan penerbitan dan pencetakan tulisan/ iklan beraksen dan berbahasa Cina.
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan
dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga
pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Misalnya
semua sekolah Tionghoa dilarang
di Indonesia.Sejak saat itu semua anak Tionghoa Indonesiaharus menerima
pendidikan seperti anak orangIndonesia yang lain secara nasional. Bahkanpada
jaman orde baru tersebut ada laranganmenggunakan istilah atau nama Tionghoa
untuktoko atau perusahaan, bahasa Tionghoa samasekali dilarang untuk diajarkan
dalam bentukformal atau informal. Dampak dari kebijakanorde baru ini selama 30
tahun masyarakatTionghoa Indonesia tidak dapat menikmati kebudayaabn mereka sebdiri.
Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa
Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa
Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama
sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan
bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung
Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak
menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia
yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh
militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia
bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu
kehilangan pengakuan pemerintah. Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa
yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia
dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan
berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak
belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan
perdagangan dilakukan.
Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan
warga Tionghoa di Indonesia. Mereka berupaya memasuki bidang-bidang yang selama 32
tahun tertutup bagi mereka. Kalangan pengusaha Tionghoa kini berusaha menghindari cara-
cara kotor dalam berbisnis, walaupun itu tidak mudah karena mereka selalu menjadi sasaran
penguasa dan birokrat. Mereka berusaha bermitra dengan pengusaha-pengusaha kecil non-
Tionghoa. Walau belum 100% perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan
adanya tren perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat
Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang
dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi pemandangan umum hal tersebut
dilakukan. Di Medan, Sumatera Utara, misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga
Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau
rumahnya. Selain itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden
Megawati-Wahid Hasyim menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran kampanyenya
untuk menarik minat warga Tionghoa
Para pemimpin di era reformasi tampaknya lebih toleran dibandingkan pemimpin masa orde
baru.Sejak masa pemerintahan B.J. Habibie melalui Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998
tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-Pribumi, seluruh aparatur
pemerintahan telah pula diperintahkan untuk tidak lagi menggunakan istilah pribumi dan
non-pribumi untuk membedakan penduduk keturunan Tionghoa dengan warga negara
Indonesia pada umumnya. Kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu hanyalah menunjuk
pada adanya keragaman etinisitas saja, seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Arab, Cina dan lain
sebagainya. Di masa pemerintahan Gusdur, Instruksi Presiden (Inpres) No 14/1967 yang
melarang etnis Tionghoa merayakan pesta agama dan penggunaan huruf-huruf China dicabut.
Selain itu juga ada Keppres yang dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid memberi
kebebasan ritual keagamaan, tradisi dan budaya kepada etnis Tionghoa; Imlek menjadi hari
libur nasional berkat Keppres Presiden Megawati Soekarnoputri. Di bawah kepresidenan
Susilo Bambang Yudhoyono, agama Khonghucu diakui sebagai agama resmi dan sah.
Pelbagai kalangan etnis Tionghoa mendirikan partai politik, LSM dan ormas. SBKRI tidak
wajib lagi bagi WNI, walaupun ada oknum-oknum birokrat di jajaran imigrasi dan kelurahan
yang masih berusaha memeras dengan meminta SBKRI saat orang Tionghoa ingin
memperbaharui paspor dan KTP.
Sebelum Orde Baru etnis Tionghoa aktif dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Setelah 32
tahun ‘berdiam’ mereka kembali melakukan kegiatan sosial, aktif dalam bidang pendidikan.
Bahasa Mandarin mulai diajarkan di pelbagai sekolah sebagai bahasa alternatif di samping
bahasa Inggris. Jadi mereka mulai berani memasuki bidang-bidang di luar bisnis semata.
Mereka membuka diri dan memperdulikan lingkungan di sekitarnya. Merayakan ritual agama
dst. Filsafat kalangan etnis Tionghoa sekarang adalah: ‘berakar di bumi tempat berpijak’,
artinya: (lahir dan) menetap di Indonesia selama-lamanya
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Related
Post navigation
Previous Posthak dan kewajiban dlm pasal 30 UUD 1945Next Postpembinaan kebangsaan
indonesia
2. makoto1227
Reply
Leave a Reply
archives
Search for:
Recent Posts
(no title)
Tugas Jarkom
jarkom
(no title)
(no title)
Recent Comments
ISD Tugas II | AdhiA… on warganegara dalam pasal 26 UUD…
Archives
May 2013
April 2013
March 2013
October 2012
March 2011
November 2010
October 2010
Categories
Uncategorized
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
Advertisements
Report this ad
Create a free website or blog at WordPress.com.
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
About
Privacy Policy
Disclaimer
Contact
Hukum Indonesia
Sumber informasi sistem pemerintahan indonesia
Home
Info
Definisi
Istilah
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Twitter
Google+
Related Articles:
PEMBUKAAN UUD 45
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal30 UUD 1945 Tentang Pertahanan Negara dan Keamanan Negara
ISI PEMBUKAAN UUD 1945 HASIL AMANDEMEN
PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA ISI DARI HASIL AMANDEMEN
1 comments:
Reply
Pinky 11 September 2017 at 03:40
Newer Post
Older Post
Home
Search here!
Search here .
Popular Posts
Isi Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama
Isi Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama Pasal 29 (1) Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin k...
UUD 1945 Pasal 27 Dan 28 Tentang Hak Asasi Manusia
UUD 1945 Pasal 27 Dan 28 Tentang Hak Asasi Manusia Isi Pasal 27 dan 28 Tentang
Hak Asasi Manusia Pasal 27 (1) Segala warga negara ...
PASAL 378 KUHP Tentang Penipuan Pasal 378 KUHP merumuskan sebagai berikut
: "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungk...
Isi Pasal 33 UUD 1945 Tentang Pengolahan SDA Pasal 33 UUD 1945 merupakan
salah satu undang-undang yang mengatur tentang Pengertian Per...
UUD 1945 28 A Sampai J Tentang HAM UUD 1945 pasal 28 A – J Tentang HAM
Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta b...
Pasal 33 UUD 1945 merupakan salah satu undang-undang yang mengatur tentang
Pengertian Perekonomian, Pemanfaatan SDA, dan Prinsip Perekon...
Pasal 26 UUD 1945 Tentang Negara dan Penduduk WARGA NEGARA DAN
PENDUDUK Pasal 26 (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang ...
Pasal30 UUD 1945 Tentang Pertahanan Negara dan Keamanan Negara Pasal 30 (1)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dala...
KUHAP (Isi KUHP) Buku Kesatu - Aturan Umum Daftar Isi 1. Bab I - Batas-batas
berlakunya Aturan Pidana dalam Perundang-undangan 2. Ba...
Copyright 2015 Hukum Indonesia Template By All Blog Things