Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia. Pada saat ini sebagian besar penduduk Indonesia telah mengkonsumsi roti
dan mie berbahan baku tepung terigu sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras.
secara nasional sudah terjadi. Konsekuensinya, Indonesia menjadi salah satu negara
Indonesia adalah salah satu negara pengimpor gandum terbesar ketiga dunia.
Ada tiga alasan suatu negara melakukan impor komoditi yaitu pertama Produksi
dalam negeri terbatas, sedangkan kebutuhan domestik tinggi, kedua Impor lebih
murah dibandingkan harga dalam negeri, ketiga dari sisi neraca perdagangan, Impor
lebih menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa digunakan untuk ekspor
dengan asumsi harga ekspor di pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor
dalam negeri tentu akan menyedot devisa yang cukup besar, sehingga dapat
mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi
(Sembiring, 2017).
tanaman daerah beriklim dingin, juga mampu tumbuh dengan baik di negara tropis
seperti Indonesia. Hal ini didukung dengan kondisi tanah dan agroklimat beberapa
tepungan yang diproduksi melalui budidaya seperti gandum, ubi jalar dan talas, serta
tanaman penghasil pati lainnya. Pada kondisi ini, pengembangan industri tepung
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan serealia dari daerah yang memiliki suhu musim panas yang hangat dan
musim dingin yang dingin, seperti wilayah beriklim dingin (temperate), mediterania,
subtropis, dan wilayah-wilayah tropis dengan ketinggian di atas 1.000 m dpl. Gandum
di daerah subtropis berdasarkan waktu tanamnya ada dua jenis, yaitu gandum musim
dingin (winter wheat) dan gandum musim panas (spring wheat). Gandum yang
ditanam di daerah semi-arid di kawasan mediteran yang bersuhu dingin adalah jenis
saat ini gandum sudah dapat dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis Pada
umumnya, biji gandum (kernel) berbentuk opal dengan panjang 6–8 mm dan diameter
2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji
gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan
ordo Poales, famili Poaceae, genus Triticum, spesies Triticum aestivum L Tanaman
gandum mempunyai dua macam akar yaitu akar kecambah dan akar adventif. Batang
tegak dan berbentuk silider membentuk tunas anakan dalam suatu rumpun serta buku-
bukunya berongga. Daun terdiri dari tangkai pelepah, helai daun, dan akar
(Purnamasidi, 2016).
4
Tanaman gandum memiliki ligula dengan dua pasang daun telinga pada dasar
helai daun. Kumpulan bunga gandum (spikelets) bertumpuk satu sama lain pada malai.
Ujung bulir membentuk rambut yang panjang bervariasi dan berfungsi sebagai
dimulai dari stadia biji, kecambah, anakan, tunas ganda, buku pertama, buku kedua,
keluar malai, penyerbukan, pengisian biji dan pemasakan biji (Wati, 2012).
jagung, hanjeli, dan sorgum. Dalam sistem taksonomi tumbuhan, gandum termasuk
dengan ciri khas berakar serabut, batang berbuku, dan daun sejajar dengan tulang daun.
Secara umum morfologi tanaman gandum terdiri atas akar, batang, daun, anakan,
Syarat Tumbuh
Iklim
biotis dan abiotis. Beberapa varietas gandum telah di adaptasikan di Indonesia harus
didukung dengan teknik budidaya yang sesuai untuk menghasilkan produksi optimal.
Beberapa teknik budidaya gandum yang telah dikembangkan di negara subtropis dapat
di Negara beriklim tropis seperti Indonesia maka diperlukan penyesuaian. Faktor yang
tropis adalah iklim yang ada di daerah tersebut. Tanaman gandum beradaptasi secara
luas di lahan kering pada kawasan 30-60 ºLU dan 27–40 ºLS. Untuk dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik, memerlukan suhu udara optimal 4 ºC–25ºC, dengan
panjang penyinaran (fotoperiode) 9–13 jam per hari. Kondisi yang mirip dengan iklim
dataran menengah sampai dataran tinggi yang memiliki ketinggian mulai dari 800 m
dpl(dari permukaan laut). Kelembaban udara yang diperlukan 80-90% dengan curah
tinggi (> 1.000 m dpl) atau pada dataran rendah dengan suhu dan kelembaban yang
rendah (<25oC). Faktor kelembaban juga penting dalam budi daya gandum untuk
wilayah dengan curah hujan tinggi. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan gandum
cenderung lebih sedikit, berkisar antara 400-450 mm. Hal ini disebabkan oleh umur
tanaman yang relatif lebih pendek. Di Indonesia dengan kondisi iklim yang lembab
dan suhu tinggi, tanaman gandum dapat dipanen pada umur 85-115 hari, bergantung
pada varietas dan suhu lingkungan tumbuh (Aqil dan Rapar, 2013).
6
Tanah
Andosol, Regosol kelabu, Latosol dan Aluvial dengan pH tanah berkiras 6-7 dan
kelembapan sekitar 80-90%. Tanah yang baik untuk pertumbuhan gandum adalah
bertekstur sedang/ medium. Tanah gambut atau tanah dengan kandungan S, Mg atau
Fe yang tinggi kurang sesuai untuk budi daya gandum (Balitsereal, 2013).
Syarat utama tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah
memiliki hara yang cukup, tidak ada zat toksit, kelembaban mendekati kapasitas
lapang, suhu tanah rata¬rata berkisar 2-4° C , aerasi tanah baik , serta tidak ada
lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah
Tengger, Karanganyar, Kopeng Salaran, Piji Salatiga Jawa Tengah, Malino, Enrekang
dan Bantaeng Sulawesi Selatan, Tomohon Sulawesi Utara, Napu Sulawesi Tengah,
Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) adalah salah satu komoditas utama
yang mendominasi posisi papan atas perdagangan produk pertanian dan nutrisi dunia.
Hal ini disebabkan gandum adalah bahan utama pembuat roti, jenis makanan paling
populer di dunia, dan berbagai jenis makanan lain yang menjadi kebutuhan sebagian
datang. Untuk dapat memberikan produksi yang tinggi sebagaimana tanaman pangan
penyuplai unsur hara. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produksi pertanian dan salah satu unsur hara esensial yang sering ditambahkan dalam
memperlihatkan kenaikkan yang signifikan setiap tahun. Dalam kurun waktu 10 tahun
ke depan, kebutuhan gandum nasional dapat mencapai 10 juta ton per tahun.
(Mangera, 2013).
diversifikasi pangan seperti makanan ringan roti, mi, biscuit, pudding, es krim,
macaroni, kue, bahan pakan ternak seperti gabah, dedak, bungkil, dan untuk industri
dalam pembuatan kerajinan, hiasan dan pembuatan kertas Sebagai bahan pangan
8
gandum, gandum telah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Manfaat gandum
yang beragam merupakan keunggulan yang dimiliki oleh gandum. Salah satu pangan
olahan yang berasal dari gandum yang cukup dikenal yaitu roti. Ada dua jenis roti
yang berasal dari gandum yaitu roti putih dan roti gandum utuh. Namun, saat ini jenis
roti yang sudah cukup dikenal oleh pasar yaitu roti putih, sedangkan roti gandum utuh
belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sebenarnya, roti gandum dan roti putih tidak
Konsep Dayasaing
Produktivitas adalah nilai output yang diproduksi oleh suatu tenaga kerja atau
modal. Produktivitas adalah penentu utama dari standar hidup negara yang berjangka
panjang. Produktivitas adalah akar penyebab pendapatan per kapita nasional (Cho dan
Moon 2003). Dayasaing dalam arti luas adalah kemampuan seseorang, sekelompok
orang atau instansi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik diantara entitas sejenis
dalam suatu linkungan yang sama. Daya saing adalah tingkat produktivitas yang
diartikan sebagai output yang dihasilkan oleh suatu tenaga kerja. Dengan kata lain
daya saing sangat erat hubungannya dengan produktivitas, sehingga seseorang atau
badan akan berdayasaing jika memiliki produktivitas yang tinggi (Porter, 2001).
memiliki dayasaing yang tinggi agar dapat bertahan di alur perdagangan global yang
setiap harinya terjadi hingga jutaan transaksi. Komoditi gandum misalnya, komoditi
yang merupakan produk lokal biasanya tidak terlalu dilirik oleh konsumen karena
tingginya harga. Hal ini tidak lain disebabkan oleh budidaya gandum di indonesia
9
yang masih mencari metode terbaik sehingga membutuhkan biaya yang besar dalam
indonesia karena potensi lahan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman gandum.
Permintaan akan komoditas gandum nasional juga terus meningkat seiring terjadinya
diversifikasi pangan berbahan dasar tepung terigu. Namun permintaan gandum yang
tinggi tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan produksi dari dalam negeri
gandum yang ada di Indonesia ternyata lebih banyak diimpor dibandingkan yang
berasal dari produksi dalam negeri sendiri. Indonesia juga merupakan salah satu
teknik budidaya gandum yang baik dan benar. Sedangkan pembinaan di daerah sentra
10
serta pembinaan dalam hal penanganan pasca panen dan pengolahan hasil
bersaing dengan komoditas lain, baik kualitas maupun ekonomi. Gandum sudah
dikembangkan sejak tahun 2001 di tujuh provinsi, yaitu Sumatera Barat, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan
(Sembiring, 2017).
Namun dalam perkembangannya sampai dengan saat ini areal tanam gandum
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena tanaman ini belum memberikan
keuntungan yang layak secara ekonomis mengingat produksinya yang masih rendah
akibat belum adanya varietas yang mampu berproduksi tinggi, hama dan penyakit
penyosoh dan penepung belum tersedia, sehingga kualitas hasil gandum di Indonesia
belum dapat menyaingi kualitas gandum impor. Dukungan dan kerjasama antara
pemerintah dan swasta diperlukan agar petani dapat meningkatkan produksi gandum.
Dalam hal ini swasta menjadi off taker untuk menampung produksi petani. Oleh sebab
Indonesia mengimpor dari negara lain. Gandum merupakan komoditi pangan yang
dan hasil produksi nasionalnya pun masih sangat kecil, hal ini dikarenakan
karena itu diperlukan kerjasama dari semua instansi baik pemerintah, swasta maupun
tahun tentu merupakan peluang bagi agribisnis gandum lokal untuk dapat
memutuskan untuk melakukan rotasi tanaman, penelitian dan penyediaan data oleh
perguruan tinggi dimana perguruan tinggi membagikan hasil penelitian mereka demi
kualitas dan kuantitas budidaya gandum, dan pemuliaan tanaman oleh BATAN yaitu
dengan hasil riset badan tersebut sehingga menghasilkan bibit unggul demi
belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Hal ini terlihat dari belum
terbentuknya subsistem hulu sehingga sarana produksi berupa benih masih sangat sulit
diperoleh. Kegiatan usaha tani yang mendukung subsistem hilir juga belum
Dari segi permodalan, petani juga masih sulit dalam mendapatkannya, ditambah
Konsumsi tepung terigu di Indonesia pada tahun 2015 adalah 2,028 kg yang
setara dengan pengeluaran sebesar Rp. 15.808 per kapita meningkat dari tahun 2013
dan 2014 yang masingmasing sebesar 1.251 kg dan 1,356 per kapita per tahun
(BPS, 2015).
kendala, terutama terbatasnya luas lahan untuk pengembangan dan kompetisi dengan
tanaman hortikultura seperti kentang atau tomat (Aqil dan Rapar, 2013).
Strategi yang dapat dilakukan mulai dari menciptkan sumber permodalan bagi
dataran rendah dan medium, melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis gandum
berkualitas tinggi untuk pasar tertentu hingga meningkatkan kualitas dan kuantitas
Introduksi berbagai varietas dan uji adaptasi berbagai varietas yang berpotensi
hasil tinggi untuk iklim tropis sangat diperlukan untuk melakukan budidaya gandum
13
\
14
KESIMPULAN
penciptaan varietas baru yang unggul hingga pembatasan volume impor perlu
5. Pengenalan gandum sebagai salah satu bahan pangan pokok akan sangat
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, M., dan C. Rapar. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 141 p.
Baga, L.M. dan A.A.D. Puspita. 2013. Analisis daya saing dan strategi
pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Jurnal Agribisnis Indonesia
1(1): 9-26
BPS, 2015. Konsumsi kalori dan protein penduduk indonesia dan provinsi. Survei Sos.
Ekon. Nas. http://www.bps.go.id/site/resultTab
Cho DS, Moon HC. 2003. Evolusi Teori Dayasaing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Direktorat Budidaya Serealia. 2008. Inventarisasi Pengembangan Gandum.
Jakarta: Departemen Pertanian
Christel, W., Bruun, S., Magid, J., Jensen, L.S., 2014. Phosphorus availability from
the solid fraction of pig slurry is altered by composting or thermal treatment.
Bioresour. Technol. 169, 543–551.
Patola, E., Ariyantoro, H., 2015. Uji pemberian pupuk hayati biotamax dan macam
pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum (Triticum
aestivum L.). JOGLO 29, 10–18.
Porter ME. 2001. The Competitive Advantage of Nation. The Free Press.