Você está na página 1de 7

Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis

Volume 5 (1), 2018: 31-37

Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil


dan Menengah (UMKM) sebagai upaya Penanggulangan
Kemiskinan di Kota Langsa
Puti Andiny1*, Nurjannah2
1,2
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra

Abstract
This study aims to analyze the empowerment of Micro Small and Medium Enterprises to overcome urban
poverty in Langsa. The data used are primary data, was collected through observations, interviews and
questionnaires. The population in this research is Small and Medium Micro Enterprises in Langsa City as
many as 185 business actors. Samples were taken as many as 30 percent of the total population, as many as
60 business actors. This research uses a descriptive method. Technique of collecting data using purporsive
random sampling method. The results showed that the process of empowering SMEs able to cope poverty,
increase economic growth and contribute to absorbing labor

Keywords: Poverty, SMEs

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) terhadap penanggulangan kemiskinan Kotadi Langsa. Data yang digunakan adalah data
primer yang bersumber dari observasi, wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini
adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kota Langsa sebanyak 185
pelaku usaha. Sampel diambil sebanyak 30 persen dari jumlah populasi, yaitu sebanyak 60
pelaku usaha. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode purporsive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pemberdayaan UMKM mampu menanggulangi kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja.

Kata Kunci: Kemiskinan, UMKM

PENDAHULUAN Beberapa hal yang harus mendapat


perhatian dalam pemberdayaan UMKM adalah
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah kebijakan persaingan sehat dengan pengurangan
(UMKM) merupakan salah satu alternatif yang distorsi pasar, kebijakan ekonomi yang
dipilih pemerintah dalam upaya mengurangi memberi peluang UKM dapat mengurangi
pengangguran, mengentas kemiskinan dan beban biaya yang tidak berhubungan dengar
pemerataan pendapatan. Mengingat peran proses produksi, dan kebijakan penumbuhan
stategis UMKM dan masih terbatasnya kemitraan dengan prinsip saling memerlukan,
kemampuan UMKM untuk berkembang, maka memperkuat, dan saling menguntungkan.
saat ini pengembangan usaha kecil merupakan Selanjutnya dukungan penguatan yang meliputi:
salah satu strategi yang diambil pemerintah peningkatan kualitas SDM koperasi dan
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM; peningkatan penguasaan teknologi;
ekonomi. Permasalahan yang dihadapi sekaligus peningkatan penguasaai informasi; peningkatan
yang menjadi kelemahan bagi UMKM adalah penguasaan permodalan; peningkatan
kurangnya akses informasi, khususnya penguasaan pasar, pengoptimalan organisasi
informasi pasar (Ishak, 2005). Hal ini yang dan manajemen; pencadangan tempat usaha ;
mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan dan pencadangan bidang-bidang usaha
lemahnya daya saing. (Prawirokusumo, 1999).

*Korespondensi Pengarang:
Email: putiandiny@unsam.ac.id
32 | Puty Andini, Nurjannah

Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan ketahanan nasional. Artinya apabila masyarakat
Menengah (UMKM) di Kota Langsa terus memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi,
meningkat yaitu sebesar 28,32 persen pada maka hal tersebut merupakan bagian dari
tahun 2016. Secara umum pertumbuhan ketahanan ekonomi nasional.
perekonomian Kota Langsa tidak terlepas dari Menurut Suprapti (2005:48) UMKM
kontribusi UMKM. Berdasarkan data Badan adalah badan usaha baik perorangan atau badan
Pusat Statistik (2016), sektor UMKM mampu hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak
menyerap tenaga kerja sebanyak 65 persen atau termasuk tanah dan bangunan). Menurut
sebanyak 102.678 jiwa (BPS, 2017) sehingga (sukirno, 2004:365) Usaha Mikro Kecil dan
mampu mengurangi angka pengangguran dan Menengah (UMKM) adalah usaha yang
kemiskinan di Kota Langsa. mempunyai modal awal yang kecil, atau nilai
Berdasarkan penelitian sebelumnya kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah pekerja
terdapat bukti bahwa pengentasan kemiskinan yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau
melalui pengembangan UMKM di Indonesia jumlah pekerjaan sesuai dengan definisi yang
memiliki potensi yang sangat baik karena sektor diberikan oleh pemerintah atau institusi lain
UMKM mampu mnyerap tenaga kerja lebih dengan tujuan tertentu.
dari 99,45 persen (Supriyanto, 2006). Suyanto (2007:32), membagi cara berfikir
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang yang memandang kemiskinan sebagai gejala
juga meneliti tentang pemberdayaan usaha absolut; dan, sebagai gejala relatif. Cara berfikir
mikro, kecil, menengah (UMK) dalam (model) mengenai kemiskinan sebagai gejala
penanggulangan kemiskinan di Dusun Waru absolut memandang kemiskinan sebagai kondisi
Rejo, Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, serba berkekurangan materi, hanya memiliki
Kabupaten Pasuruan diperoleh hasil penelitian sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana untuk
bahwa proses pemberdayaan yang telah mendukung kehidupan sendiri. Cara pandang
dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas relativistik ini terdiri atas dua cara pandang,
pemberian modal usaha dan kurang yakni cara pandang (model) kebudayaan, dan
maksimalnya bantuan pemerintah dalam cara pandang (model) struktural.
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Membandingkan tingkat konsumsi penduduk
Menengah (UMKM) (Kurniawan dan Fauziah, dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah
2014) untuk konsumsi orang perbulan.
Menurut Mahidin (2006) pemberdayaan Definisi menurut UNDP dalam Cahyat
dapat diartikan sebagai upaya untuk (2004), kemiskinan adalah ketidakmampuan
meningkatkan kemampuan seseorang atau untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara
kelompok sehingga mampu melaksanakan tugas lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya
dan kewenangannya sebagaimana tuntutan partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik
kinerja tugas tersebut. sebagai salah satu indikator kemiskinan. Pada
Menurut Rukminto, 2008) Konsep dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari
pemberdayaan yang dilakukan bertujuan pada dua sisi, yaitu:
pemberdayaan bidang ekonomi dan bidang
sosial, dengan maksud kelompok sasaran dapat 1. Kemiskinan absolut
mengelola usahanya, kemudian memasarkan Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan
dan membentuk siklus pemasaran yang relatif tingkat pendapatan dan kebutuhan yang
stabil dan agar kelompok sasaran dapat hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau
menjalankan fungsi sosialnya kembali sesuai kebutuhan dasar minimum yang
dengan peran dan tugas sosialnya. Keberdayaan memungkinkan seseorang untuk hidup
masyarakat merupakan unsur dasar secara layak. Dengan demikian kemiskinan
memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan diukur dengan membandingkan tingkat
dalam pengertian dinamis mengembangkan diri pendapatan orang dengan tingkat
dan mencapai kemajuan. Keberdayaan pendapatan yang dibutuhkan untuk
masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa memperoleh kebutuhan dasarnya yakni
yang di dalam wawasan politik disebut sebagai makanan, pakaian dan perumahan agar dapat

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018
Analisis pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Langsa | 33

menjamin kelangsungan hidupnya. World bidang Koperasi dan UMKM diarahkan untuk
Bank menghitung garis kemiskinan absolut meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM
dengan menggunakan pengeluran konsumsi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang
yang dikonversi ke dalam PPP (Purchasing berkelanjutan dengan skala yang lebih besar
Power Parity/ Paritas Daya Beli). Tujuannya dalam rangka mendukung kemandirian
adalah untuk membandingkan tingkat perekonomian nasional, melalui Peningkatan
kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat kualitas sumber daya manusia, Peningkatan
dalam menentukan kemana menyalurkan akses pembiayaan dan perluasan skema
sumber finansial (dana) yang ada, juga dalam pembiayaan, Peningkatan nilai tambah produk
menganalisis kemajuan dalam memerangi dan jangkauan pemasaran, Penguatan
kemiskinan. (BPS,2009:15) kelembagaan usaha, Kemudahan, kepastian dan
perlindungan usaha.
2. Kemiskinan relatif Dengan bertitik tolak pada
Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan diberlakukannya otonomi daerah, wewenang
sosial,karena ada orang yang sudah dapat pengembangan daerah dapat dilaksanakan oleh
memenuhi kebutuhan dasar minimumnya pemerintah daerah secara maksimal.
tetapi masih jauh lebih rendah dibanding Pemberdayan UMKM di daerah harus
masyarakat sekitarnya(lingkungannya). dilakukan sebagai satu kesatuan dalam upaya
Semakin besar ketimpangan antara tingkat pengetasan Kemiskinan di Kota Langsa.
penghidupan golongan atas dan golongan Kebijakan penanggulangan kemiskinan dari
bawah maka akan semakin besar pula jumlah pemerintah yang di laksanakan di Kota Langsa
penduduk yang dikategorikan miskin, melalui 3 program yaitu bantuan dan
sehingga kemiskinan relatif erat perlindungan sosial, Pemberdayaan UMKM,
hubungannya dengan masalah distribusi pemberdayaan masyarakat.
pendapatan. Menurut Todaro (2006:128) Pertama, program penanggulangan
menyatakan bahwa variasi kemiskinan kemiskinan melalui bantuan dan perlindungan
dinegara berkembang disebabkan oleh sosial yang terdiri atas program-program yang
beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak
geografis, jumlah penduduk dan tingkat dasar, pengurangan beban hidup,serta
pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.
dijajah oleh Negara yang berlainan, (3) Kedua, Kelompok program
perbedaan kekayaan sumber daya alam dan penanggulangan kemiskinan pemberdayaan
kualitas sumber daya manusianya, (4) usaha ekonomi mikro dan kecil. Terdiri atas
perbedaan peranan sektor swasta dan negara, program-program yang bertujuan untuk
(5) perbedaan struktuk industri, (6) memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi
perbedaan derajat ketergantungan pada pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Program
kekuatan ekonomi dan politik negara lain ini dilaksanakan melalui pemerintah
dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, DISPERINDAG yang memberikan bantuan
struktur politik dan kelembagaan dalam untuk pelaku usaha senila 5 juta tanpa angunan.
negeri. Untuk mengidentifikasi dan Ketiga, Kelompok program
menentukan sasaran penduduk miskin, maka penanggulangan kemiskinan pemberdayaan
garis kemiskinan relatif cukup untuk masyarakat. Terdiri atas program-program yang
digunakan, dan pelu disesuaikan terhadap bertujuan untuk mengembangkan potensi dan
tingkat pembangunan negara secara memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang
dapat dipakai untuk membandingkan tingkat didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan
kemiskinan antar negara dan waktu karena masyarakat. Program-program penanggulangan
tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan kemiskinan pemberdayaan masyarakat yang
yang sama (BPS, 2009;12-16). dilaksanakan di Kota Langsa yaitu Program
Di era kepemimpinan Presiden Joko Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-
Widodo pada tahun 2015-2019, kebijakan di Perkotaan (PNPM-MP), Program Pemberdaya-

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018
34 | Puty Andini, Nurjannah

an Fakir Miskin MelaluiBantuan Langsung Sumber data dalam penelitian ini adalah data
Pemberdayaan Sosial (PPFM-BLPS) atau primer yang diperoleh langsung dari pusat data
dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama yang lengkap dan akurat atau melalui survey
Ekonomi (KUBE), dan Padat Karya Produktif. lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Kota Langsa yaitu sebanyak 185
antara lain dengan memfokuskan arah pelaku usaha (Diskoprindag). Karena jumlah
pembangunan pada tahun 2016 pada populasi lebih dari 100 pelaku usaha, maka
pengentasan kemiskinan. Fokus program jumlah sampel dimbil 30% dari jumlah populasi
tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama (Arikunto, 2010) sehingga menghasilkan sampel
menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan sebanyak 60 pelaku usaha. Teknik pengambilan
pokok, kedua mendorong pertumbuhan yang sampel dalam penelitian ini adalah purposive
berpihak pada rakyat miskin, ketiga random sampling.
menyempurnakan dan memperluas cakupan
program pembangunan berbasis masyarakat, HASIL DAN PEMBAHASAN
keempat meningkatkan akses masyarakat
miskin kepada pelayanan dasar, dan kelima Hasil Penelitian
membangun dan menyempurnakan sistem Berdasarkan hasil penelitian pelaku usaha
perlindungan sosial bagi masyarakat miskin UMKM mayoritas berjenis kelamin laki-laki
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, berusia 20 sampai 35 tahun, dan pada
diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat umumnya telah menikah. Hal ini yang
tertanggulangi sedikit demi sedikit. menyebabkan atau mengharuskan responden
Menurut Tambunan (2002:1); Berrybet.al membuka usaha sebagai sumber pendapatan
(2001:22); dan Aloysius (2003:122) juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-
menyatakan bahwa UMKM memiliki hari. Dimana pada usia tersebut merupakan usia
keunggulan dalam hal fleksibilitas untuk produktif bagi seorang laki-laki untuk bekerja,
bertahan terutama pada saat krisis ekonomi. karena disamping memiliki kemampuan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan UMKM yang lebih kuat mereka juga cenderung cepat
tersebut, perlu dilihat hubungan antara menerima hal-hal baru dan berani menanggung
pertumbuhan UMKM dengan kemiskinan pada resiko dalam usaha.
masyarakat, dan juga peran UMKM Selain membuka usaha, para responden
mengurangi kemiskinan sehingga dapat juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu
digunakan untuk mengidentifikasi langkah- sebagai nelayang dan petani. Para responden
langkah kebijakan yang dapat di tempuh dalam hanya mampu membuka usaha dan bekerja
pemberdayaan UMKM dalam rangka sebagai petani dan nelayan karena mereka
mengurangi kemiskinan yang terjadi, Hubungan memiliki tingkat pendidikan yang rendah
kedua variabel ini adalah positif karna sehingga mereka tidak memiliki keahlian lain
Pemberdayaan dan pengembangan UMKM untuk bekerja. Jenis usaha yang mereka jalankan
merupakan salah satu cara untuk adalah menjahit, salon, membuat makanan atau
menanggulangi kemiskinan yang terjadi. jajanan pasar, budi daya ternak dan penjual ikan
Caranya adalah memberikan akses kepada dengan tenaga kerja berjumlah 1-3 orang.
penduduk miskin untuk dapat terlibat dalam Pada umumnya, UMKM yang
berusaha dan aktif dalam kegiatan usaha yang memperoleh bantuan dari pemerintah adalah
produktif dan memasyarakatkan kewirausahaan UMKM yang sudah menjalankan usahanya
terutama di kalangan keluarga miskin atau lebih dari 2 (dua) tahun, hal ini disesuaikan
daerah tertinggal. (Tambunan, 2010) dengan izin usaha yang diberikan oleh
Disperindagkop & UKM Kota Langsa serta
METODE PENELITIAN berdasarkan jenis usaha yang dijalankan.
Bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah
Penelitian ini menggunakan metode survei pada berupa modal sebanyak Rp. 1.000.000 sampai
pelaku usaha mikro kecil dan menengah. dengan Rp. 5.000.000 tanpa anggunan, mesin

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018
Analisis pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Langsa | 35

(seperti: mesin jahit, dan mesin pembuat kue), barang yang diberikan pemerintah sesuai
gerobak jualan serta bantuan lainnya dengan jenis usaha yang dijalankan oleh
Dengan adanya bantuan modal yang responden.
diberikan pemerintah kepada responden, hal ini
sangat membantu sebagian besar pelaku usaha Pembahasan
mikro, namun beberapa masih belum tepat Bentuk Kebijakan Pemerintah Dalam
sasaran dikarenakan bantuan barang tersebut Mengatasi masalah Pemberdayaan UMKM dan
kurang sesuai untuk operasional usaha. Oleh Penanggulangan Kemiskinan .
karena itu, akan lebih baik jika bantuan modal

Tabel 1. Persepsi Responden Terhadap Kebijakan Pemerintah


Ya Tidak
No Keterangan
Frekuensi % Frekuensi %
1 Adakah pengaruh pemberdayaan UMKM yang diberikan 46 76,7 14 23,3
pemerintah terhadap penanggulangan kemiskinan
2 Apakah pemerintah memiliki kepedulian terhadap 46 76,7 15 25,0
pemberdayaan UMKM dalam penanggulangan
kemiskinan
3 Apakah peraturan dan larangan pemerintah yang 42 70,0 18 30,0
bertujuan agar aktivitas kegiatan usaha dapat berjalan
lancar
4 Apakah Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah 47 78,3 13 21,7
(UMKM) telah memiliki program Penanggulangan
Kemiskinan
Sumber: Hasil penelitian, data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 1 tentang persepsi menjawab pada kategori “Tidak” sebanyak 18


responden terhadap kebijakan pemerintah responden (30,0%). Sedangkan untuk
,untuk pertanyaan point 1 “Adakah pengaruh pertanyaan pada point ke empat tentang
pemberdayaan UMKM yang diberikan “Apakah Pemberdayaan usaha mikro kecil dan
pemerintah terhadap penanggulangan menengah (UMKM) telah memiliki program
kemiskinan?” responden yang menjawab pada Penanggulangan Kemiskinan? Responden yang
kategori “Ya” sebanyak 46 responden (76,7%), menjawab pada kategori “Ya” sebanyak 47
yang menjawab pada kategori “Tidak” sebanyak responden (78,3%), dan yang menjawab pada
14 responden (23,3%). Kemudian untuk kategori “Tidak” sebanyak 13 responden
pertanyaan pada point ke dua yaitu tentang (21,7%).
“Apakah pemerintah memiliki kepedulian Berdasarkan hasil penelitian menurut
terhadap pemberdayaan UMKM dalam pendapat responden terhadap kebijakan
penanggulangan kemiskinan? Responden yang pemerintah dapat disimpulkan bahwa mayoritas
menjawab pada kategori “Ya” sebanyak 46 responden menyatakan “Ya” terhadap
responden (76,7%), dan yang menjawab pada kebijakan pemerintah, dikarenakan dapat
kategori “Tidak” sebanyak 15 responden mengurangi kemiskinan yang terjadi saat ini.
(25,0%). Untuk pertanyaan pada point ke tiga Tabel 2 merupakan tabel tentang persepsi
yaitu tentang “Apakah peraturan dan larangan pelaku usaha terhadap bantuan dan kebijakan
pemerintah yang bertujuan agar aktivitas pemerintah terkait pemberdayaan UMKM
kegiatan usaha dapat berjalan lancar? terhadap penanggulangan kemiskinan yang
Responden yang menjawab pada kategori “Ya” terjadi pada saat ini yang telah terealisasi.
sebanyak 42 responden (70,0%), dan yang

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018
36 | Puty Andini, Nurjannah

Tabel 2. Persepsi Pemberdayaan UMKM terhadap Bantuan dan Kebijakan Pemerintah


Keterangan Jumlah (orang) Persentase
Ya, Puas 45 75,0
Tidak, Puas 15 25,0
Jumlah 60 100%
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)

Berdasarkan hasil penelitian dapat membahas tentang penyebab ketidakmerataan


dijelaskan bahwa sebanyak 45 pelaku usaha bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
(75,0%) menyatakan bahwa mereka puas pelaku usaha UMKM sehingga penelitian ini
dengan adanya bantuan dan kebijakan tidak dapat menjelaskan faktor penyebabnya.
Pemerintah dalam mengatasi masalah Ketiga, adanya keterbatasan penelitian dengan
kemiskinan yang terjadi pada saat ini karena menggunakan kuesioner yaitu terkadang
dengan adanya bantuan dan kebijakan jawaban yang diberikan oleh pelaku usaha
pemerintah mereka dapat mengurangi sebagai sampel tidak menunjukkan keadaan
pengeluaran usaha dan biaya produksi. yang sebenarnya. Sehingga, bagi penelitian
Sedangkan 15 pelaku usaha (25,0%) merasa selanjutnya diharapkan dapat menambah data
tidak puas dengan adanya bantuan dan primer seperti kuesioner, dan memperbesar
kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah jumlah sampel agar hasil penelitian yang
kemiskinan, alasannya karena sebagian besar diperoleh lebih baik.
responden menyatakan bahwa bantuan dan
kebijakan yang pemerintah berikan tidak REFERENSI
mereka terima setiap bulannya, tidak merata
dan tidak mempengaruhi kemiskinan yang Arikunto. (2010). Teori Sampel dan Sampling
terjadi. Penelitian. Jakarta: Sumber Rineka Cipta.
Disperindakop. (2017). Kriteria Usaha Mikro
KESIMPULAN Kecil dan Menengah. Kota Langsa. Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Usaha Kecil Menengah Kota Langsa.
bahwa Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Badan Pusat Statistik. (2010). Jumlah dan
Menengah (UMKM) berpengaruh terhadap Persentase Penduduk Miskin Kota Langsa.
penanggulangan kemiskinan di Kota Langsa. BPS.
Hal ini terlihat dari berbagai bantuan yang Hananiel M. Gunawan. (2005). Pemberdayaan
diberikan oleh Pemerintah kepada para pelaku UMKM dan Upaya Pengetasan Kemiskinan.
UMKM yaitu dalam bentuk modal, mesin, Surabaya.
gerobak jualan dan bantuan lainnya sehingga Ishak, Effendi. 2005. Peranan Informasi Bagi
dapat mengurangi pengeluaran usaha dan biaya Kemajuan UKM. Yogyakarta: Kedaulatan
produksi. Program bantuan tersebut juga Rakyat.
berdampak pada peningkatan pendapatan dan Kwartono, M. (2007). Analisis Usaha Kecil dan
kesejahteraan masyarakat miskin secara Menengah. Yogyakarta: Andi Offset.
berkelanjutan. Kuncoro, Mudrajad. (2009). Metode Riset untuk
Bisnis dan Ekonomi (edisi 3). Jakarta:
IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN Erlangga.
Supriyanto. (2006). Pemberdayaan Usaha Mikro
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Kecil dan Menengah (UMKM) Sebagai
Pertama, karena keterbatasan waktu dan biaya Salah Satu Penanggulangan Kemiskinan.
sehingga penelitian ini hanya membahas tentang Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 20
persepsi para pelaku usaha UMKM terhadap Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
bantuan dan kebijakan pemerintah terhadap dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan
penanggulangan kemiskinan di Kota Langsa. Pendidikan, 3(1).
Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti tidak

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018
Analisis pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Langsa | 37

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Ekonomi Rakyat sebagai upaya


Bandung: Alfabeta. Pengentasan Kemiskinan di Dlingo
Tambunan, T. (2009). Perkembangan Industri Bantul Yogyakarta. Laporan Penelitian
Skala Kecil di Indonesia. Jakarta: Mutiara. DIPA Unnes. Semarang: LPPM Unnes.
Sumber Widya. Prawirokusumo, S. (1999). Ekonomi Rakyat
Hadinoto, Soetanto dan Retnadi, Djoko. (Konsep, Kebijakan, dan Strategi).
(2007). Micro Credit Challenge Cara Efektif Yogyakarta: BPFE.
Mengatasi Kemiskinan dan Penangguran Suyanto, Bagong. (1996). Kemiskinan dan
Indonesia. Jakarta: Elex Media Kebijakan Pembangunan. Yogyakarta:
Komputindo. Aditya Media.
Kurniawan, Ferry Duwi dan Fauziah, Luluk. Tambunan, Tulus,ed.all. (2010). Center For
(2014). Pemberdayaan Usaha Mikro Industri, SME and Business Competition
Kecil dan Menengah dalam Studies. Indonesia: Trisakti University.
Penanggulangi Kemiskinan. Jurnal Ilmiah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Mahasiswa. Jawa Timur. 2(2): 103-220. tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Prasetyo, P. Eko, Marimin, dan Siti Maisaroh. Menengah.
(2009). Model Stategi Pemberdayaan

ISSN: 2354-970X ©Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 (1), 2018

Você também pode gostar