Você está na página 1de 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman teknologi seperti saat ini, listrik menjadi kebutuhan nomor satu bagi

masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tanpa ada listrik, manusia tidak

bisa melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan demi kelangsungan hidup

mereka. Ada beberapa contoh Pusat listrik di Indonesia, yaitu PLTU, PLTP,

PLTS, PLTB, PLTG, PLTGU, PLTD dan PLTA. Semua Pusat tersebut

mempunyai kelebihan maupun kekurangannya masing-masing. Sebagai contoh

pusat listrik tenaga diesel (PLTD), di zaman sekarang PLTD sendiri hanya

digunakan sebagai cadangan jika Pusat utama mengalami gangguan. Belum

lagi betapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan oleh Pusat ini. Apalagi

ditambah krisis bahan bakar yang dialami negara kita.

Namun tidak demikian dengan PLTA. Pusat ini tidak menggunakan bahan

bakar, tidak merusakan lapisan ozon, namun tetap menghasilkan listrik baik

skala besar maupun kecil. Kita dapat memanfaatkan energi air dari ombak, arus

sungai atau pun energi potensial yang belum termanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan sumber, Indonesia sendiri menduduki posisi lima di dunia yang

mempunyai jumlah air permukaan terbanyak. Betapa kayanya negeri kita ini.

Tapi perlu digaris bawahi, tidak semua masyarakat Indonesia dapat

menikmati listrik. Jangankan melakukan pemborosan, mereka yang berada di

pedesaan, listrik sebagai penerangan saja mereka tidak punya, hanya

bermodalkan lampu pijar saja.


2

Ada beberapa lokasi di daerah Bogor, Jawa Barat salah satunya yang belum

merdeka dari segi kelistrikan. Daerah tersebut memiliki beberapa aliran sungai

yang menurut pengamatan secara kasat mata, head dan debit aliran airnya

dapat dimanfaatkan untuk Pusat energi listrik.

Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan suatu kajian

tentang potensi energi air yang dimiliki oleh saluran air di Pondok cikoneng

Bogor, Jawa Barat yang dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu pusat listrik

tenaga air. Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk

pengembangan selanjutnya sehingga dapat direalisasikan suatu pusat listrik

tenaga air.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengidentifikasi potensi

saluran air di Pondok cikoneng yang dapat dimanfaatkan sebagai Pusat listrik

tenaga hydro. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi

persyaratan kelulusan mata kuliah seminar.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah

proses penerapan dari kemampuan mahasiswa setelah memperoleh

pengetahuan dari kuliah, praktikum dan lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan suatu referensi bagi mahasiswa yang sedang maupun yang

akan mengambil tugas akhir tentang perencanaan atau analisa suatu Pusat.
3

1.4 Rumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan dan manfaat penulisan penelitian ini, maka muncul

beberapa permasalahan, yaitu; bagaimana cara mengidentifikasi lokasi yang

berpotensi sebagai Pusat listrik, bagaimana cara menghitung debit air dengan

atau tanpa alat, tipe Pusat apakah yang sesuai dengan data yang didapatkan?

1.5 Batasan Masalah

Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penyusunan seminar ini dibatasi

pada masalah analisa potensi Pusat listrik tenaga air di Pondok cikoneng, yang

mencakup hal-hal sebagai berikut ;

a. Kelayakan secara teknis yang mempunyai potensi untuk dikembangkan,

meliputi debit air, beda tinggi (head) daerah tersebut.

b. Kelayakan dari daerah tersebut, meliputi akses jalan, adanya konsumen,

dan layak secara ekonomi.

c. Mengidentifikasi jenis Pusat yang sesuai dengan data yang diperoleh.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penulisan penelitian ini, maka

diperlukan data-data akurat sebagai landasan penulisan dan penyusunannya.

Data tersebut diperoleh dengan metode ;

1.6.1 Metode Pengamatan Langsung ( observation Methode )

Melakukan pengamatan langsung keadaan lokasi penelitian serta

saluran air di tempat tersebut.


4

1.6.2 Metode Wawancara ( interview Methode )

Melakukan wawancara kepada warga sekitar bagaimana keadaan

desa tersebut, respon dari warga sekitar. Serta wawancara kepada

dosen-dosen STT-PLN yang mempunyai pengalaman lapangan

seputar Pusat Listrik Tenaga Hydro.

1.6.3 Metode studi literature/kepustakaan ( Library Methode )

Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

1.7 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah

yang menjadi obyek penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Teori Yang Mendukung

Pada bab ini membahas tentang dasar dari teori kepustakaan

mengenai penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam

menyelesaikan penelitian ini.


5

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai penetapan head, debit, daya yang

dihasilkan, serta jenis turbin yang digunakan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas tentang hasil yang telah dianalisa sehingga

didapat suatu kesimpulan dan saran.


6

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Siklus Hidrologi

Siklus air atau siklus hydrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti

dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,

evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan

kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air

berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, hujan

gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat

berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi

oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus

hydrologi terus bergerak secara kontinu.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi Sederhana.


7

2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah air yang mengalir pada suatu

kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air

hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah

menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui

sungai.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk

(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam

tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan

tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke

tempat yang lebih rendah (run off), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air

infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan

membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah

cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak

secara horizontal untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke

permukaan tanah (subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai.

2.3 Tenaga Air (Hydro Power)

Tenaga air atau hydro power adalah daya listrik yang dihasilkan dari

pemanfaatan aliran air. Energi potensial air dari bendungan atau air terjun

diubah menjadi energy kinetic melalui turbin. Energy kinetic kemudian diubah

menjadi energy listrik dengan menggunakan generator. Tinggi jatuh air (head)

sangat menentukan daya yang akan dihasilkan karena semakin tinggi jatuh air,

maka semakin tinggi energy potensial yang dimiliki oleh air tersebut.
8

2.3.1 Prinsip Kerja Pusat Listrik Tenaga Hydro

Pada dasarnya Pusat Listrik Tenaga Hydro bekerja dengan cara

mengubah energi potensial (air yang mengalir dari DAM atau air terjun)

menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air), kemudian dari energi

mekanik tersebut dikonversi menjadi energi listrik (dengan bantuan

generator).

Gambar 2.2 Prinsip kerja Pusat Listrik Tenaga Hydro

2.3.2 Jenis-jenis Pusat Listrik Tenaga Hydro

A. Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjun

1. PLTA jenis terusan air (water way) adalah pusat listrik yang

mempunyai tempat pengambilan air (intake) dari hulu sungai,

dan mengalirkan air ke hilir. Tenaga ini dibangkitkan dengan

memanfaatkan tinggi terjun dengan kemiringan sungai

tersebut.
9

2. PLTA jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik dengan

bendungan yang melintang pada sungai guna menaikkan

permukaan air dibagian hulu bendungan dan membangkitkan

tenaga listrik dengan memanfatkan tinggi terjun yang

diperoleh antara sebelah hulu dan hilir sungai.

3. PLTA jenis bendungan dan terusan air merupakan jenis

gabungan dari kedua jenis pembangkit listrik diatas. Jenis ini

membangkitkan tenaga listrik dengan menggunakan tinggi

terjun yang didapatkan dari bendungan dan terusan.

B. Penggolongan Menurut Aliran Air

1. PLTA jenis aliran sungai langsung adalah jenis pembangkitan

listrik dengan memanfaatkan aliran sungai langsung secara

alamiah.

2. PLTA jenis dengan kolam pengatur, yaitu pembangkit dengan

pengatur aliran air sungai setiap hari dengan menggunakan

kolam pengatur yang dibangun melintang pada sungai.

3. PLTA jenis waduk mempunyai sebuah bendungan besar yang

dibangun melintang sungai. Air dikumpulkan dalam musim

hujan dan dikeluarkan pada musim kemarau.

4. PLTA jenis pompa adalah jenis pembangkitan tenaga listrik

yang memanfaatkan kelebihan tenaga pada musim hujan.

Pusat listrik jenis ini memanfaatkan tenaga listrik pada beban

puncak pada malam hari.


10

C. Penggolongan Berdasarkan Daya yang Dikeluarkan

1. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), merupakan pusat listrik

tenaga air dengan kapasitas daya yang terpasang lebih dari

10 MW.

2. Pusat Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTM), merupakan pusat

listrik tenaga air yang menghasilkan daya 1 – 10 MW. Pada

pembangkit ini menggunakan jenis aliran air (water way)

dengan kemiringan sangat kecil.

3. Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), merupakan pusat

listrik tenaga air dengan kapasitas daya terpasang sebesar 10

kW – 1000 kW.

4. Pusat Listrik Tenaga Piko Hidro, merupakan pusat listrik

tenaga air dengan kapasitas daya terpasang lebih kurang 10

kW. Pada pusat listrik ini menggunakan system sederhana

dalam pembangunannya.

2.3.3 Komponen Pusat Listrik Tenaga Hydro

Komponen utama dari Pusat Listrik Tenaga Hydro yaitu :

1. Dam / Bendungan Pengalih (intake)

2. Waduk (Reservoir)

3. Saluran Pembawa (Headrace)

4. Bak penenang (Forebay)

5. Pipa Pesat (Penstock)

6. Turbin

7. Pipa Hisap, (draft tube)


11

8. Saluran Pembuangan (tail race)

9. Generator

10. Panel control

2.4 Turbin Air

Turbin air termasuk dalam kelompok mesin-mesin fluida yaitu, mesin-mesin

yang berfungsi untuk merubah energi fluida (energi potensial dan energi

kinetis air) menjadi energi mekanis atau sebaliknya. Mesin ini berfungsi untuk

merubah energi fluida menjadi energi mekanis pada poros.

2.4.1 Klasifikasi Turbin Air

Turbin air dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, namun

yang paling utama adalah klasifikasi turbin air berdasarkan cara turbin air

tersebut merubah energy air menjadi energy mekanis. Yaitu ;

1. Turbin Impuls

Turbin Impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah

seluruh energy air yang tersedia menjadi energy kinetis untuk memutar

turbin, sehingga menghasilkan energy mekanis. Pada jenis turbin ini tidak

ada perubahan tekanan sepanjang runner saat air masuk dan keluar dari

turbin. Contoh turbin jenis ini yaitu :

a. Turbin Pelton

Turbin Pelton pertama kali diperkenalkan oleh Lester Allen Pelton

(1819-1908). Cara kerja dari turbin ini yaitu nozel mengeluarkan air,

kemudian memukul bucket – bucket yang terdapat pada sekeliling


12

roda putar (runner), sehingga runner dapat berputar. Turbin ini juga

paling efisien dan sangat cocok digunakan untuk head tinggi.

Gambar 2.3 Turbin Pelton

b. Turbin Crossflow

Turbin ini ditemukan oleh Michell-Banki. Prinsip kerja turbin ini yaitu

aliran air mengalir pada lintasan kemudian diatur ileh guide vane

(distributor) aliran masuk dri atas sudu jalan (blades) dan

mendorong sudu jalan bergerak sehingga air turun dan kembali

mendorong sudu bagian bawah.

Gambar 2.4 Turbin Cross Flow


13

2. Turbin Reaksi

Turbin reaksi adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah

seluruh energy air yang tersedia menjadi energy punter (mekanis). Pada

turbin jenis ini, perubahan energy potensial menjadi energy kinetis

berlangsung pada guide dan sisanya roda putar (runner), sehingga terjadi

penurunan tekanan (pressure drop) ketika air melewati runner. Contoh

jenis turbin ini yaitu :

a. Turbin Francis

Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin ini

dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan

air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis mempunyai

sudu pengarah air masuk secara tangensial. Sudu pengarah ini

dapat berupa sudut pengarah yang tetap maupun yang dapat

diatur sudutnya.

Gambar 2.5 Turbin Francis


14

b. Turbin Kaplan (propeller)

Turbin Kaplan (Propeler) adalah salah satu turbin reaksi aliran

aksial. Turbin ini tersusun seperti propeller pada perahu.

Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga hingga enam sudu.

Gambar 2.6 Turbin Kaplan

2.4.2 Perbandingan Karakteristik Turbin Air

Kecepatan spesifik dari sebuah turbin juga dapat diartikan sebagai

kecepatan ideal, persamaan geometris turbin, yang menghasilkan satu

satuan daya tiap satu satuan head. Perhitungan tepat ini menghasilkan

performa turbin dalam jangkauan head dan debit tertentu. Kisaran

kecepatan spesifik beberapa turbin air adalah sebagai berikut:


15

Tabel 2.1 Kecepatan Spesifik Turbin

2.4.3 Pemilihan Jenis Turbin

Pemilihan jenis turbin dapat ditinjau dari tinggi tekan (head) yang

tersedia dan debit air maksimal. Dalam Pemilihan turbin ini dapat dilakukan

dengan adanya grafik antara debit dan head.

Gambar 2.7 Grafik Pemilihan Jenis Turbin


16

2.5 Hubungan antara Head, Debit dan Daya

Debit atau Quantity adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air

yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam

satuan liter per/detik. Head ialah suatu ketinggian kolom cairan pada pipa

vertical yang merupakan tekanan pada bidang horizontal dibagian bawah pipa

atau kolom cairan tersebut, yang dinyatakan dalam satuan meter atau feet.

2.5.1 Menentukan Head Netto Turbin

Hnett  Hb  H f

Keterangan :

Hnett = Head Netto Turbin (m)

Hb = Head Bruto Turbin (m)

Hf = Head Losses pada pipa pesat (m)

L C2
Hf  f  
D 2g

f = Koefisien aliran air dalam pipa ( 0.024 )

L = Panjang pipa pesat ( m )

D = Diameter rancangan pipa pesat ( m )

C = Kecepatan aliran air ( m/s )

g = Gravitasi bumi ( 9.8 m/s2 )


17

2.5.2 Menentukan Debit Aliran Sungai

Q V  A

Keterangan:
3
Q = debit aliran ( m /detik )

V = kecepatan aliran ( m/s )


2
A = luas penampang pipa ( m )

Untuk mengetahui debit sungai menggunakan metode pembagian

beberapa segment yang lebar masing masing segement lebih akurat, berikut

merupakan rumusan perhitungan debit sungai :

A  bh

Keterangan:

b = Lebar segment ( m )

h = Kedalaman segment ( m )

2.5.3 Menentukan Output Turbin

P  H Q g t

Keterangan:

P = Daya Turbin ( kW )

H = Tinggi Jatuh air efektif ( m )

Q = Debit Aliran air ( m3/s )

g = Gravitasi Bumi ( 9,81 m/s2 )

t = Efisiensi Turbin ( % )
18

2.6 Generator

Generator merupakan media pengubah tenaga mekanik poros menjadi

tenaga listrik. Dalam klasifikasi generator dibedakan berdasarkan arah

porosnya, yaitu poros datar ( horizontal ) dan poros tegak ( vertical ). Untuk

poros horizontal cocok untuk daya keluarn kecil dan dengan mesin putaran

tinggi, sedangkan poros vertical kebalikan dari poros horizontal. Namun dalam

aplikasinya, jenis generator pembangkit listrik tenaga hydro banyak

menggunakan generator vertical karena tidak memerlukan tempat yang cukup

luas.
19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

pengamatan langsung ke daerah pondok cikoneng, agar mendapatkan data-

data yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini. Selain itu, dalam penelitian

ini juga menggunakan metode literature dan wawancara langsung ke warga

setempat.

3.2 Kerangka Pemecahan Masalah

Berikut ini merupakan kerangka pemecahan masalah dalam penelitian ini ;

Pengamatan Data dari buku dan internet, data yang sudh ada
tidak langsung

Pengamatan Pengamatan secara langsung ke lokasi


langsung penelitian (mengukur Head dan Debit)

Bertanya langsung pada warga sekitar dan dosen-


Wawancara dosen STT-PLN yang pernah terjun langsung di
PLTH

Penggabungan
informasi dan
keterangan

Selesai

Gambar 3.1 Skema penyelesaian seminar


20

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di daerah saluran air hulu sungai Ciliwung,

Pondok Cikoneng, Desa Tugu Utara, yang terletak di Kecamatan

Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat yang secara astronomis terletak

pada koordinat 6°39'41.42"S, 106°58'36.37"E.

Untuk mencapai lokasi tersebut dengan menggunakan jalan darat

menggunakan roda dua atau mobil dari Jakarta (Kampus STT-PLN) menuju

lokasi site penelitian, berjarak + 160 km ( + 5 jam). Peta lokasi penelitian

disajikan pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Lokasi Site Penelitian


21

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan tujuan yang maksimal dari penulisan seminar ini, maka

diperlukan teori berupa informasi dan keterangan data data akurat sebagai

landasan penulisan dan penyusunannya. Data untuk dasar penelitian ini penulis

mendapatkan dengan cara sebagai berikut;

3.4.1 Metode Pengamatan Langsung (Observation Methode)

Melakukan survey lapangan dan pengambilan data primer pada hulu

sungai Ciliwung, Pondok Cikoneng, Desa Tugu Utara, yang terletak di

Kecamatan Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

3.4.2 Metode Wawancara (interview Methode)

Melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dalam

penelitian ini.

3.4.3 Metode studi literature/kepustakaan (Library Methode)

Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.


22

3.5 Teknik Pengolahan Data

Dalam teknik pengolahan data ini, penulis ingin menjabarkan tentang

pengolahan data yang didapat oleh penulis sebagai bahan untuk mengerjakan

seminar ini. Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut ;

a. Menentukan lokasi yang berpotensi sebagai Pusat Listrik Tenaga

Hydro.

b. Pengukuran debit dan head pada saluran air lokasi penelitian.

c. Mengkombinasikan antara data yang didapat secara langsung dan tidak

langsung.

3.6 Teknik Analisa Data

Dalam teknik analisa data ini, penulis memaparkan dan menjabarkan jenis -

jenis Pusat Listrik yang sesuai dengan data yang didapatkan, jenis turbin serta

daya yang dihasilkan.


23

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kriteria Kelayakan Potensi

Dalam melakukan suatu studi analisa potensi pusat listrik tenaga hydro,

terlebih dahulu kita harus mengetahui beberapa kriteria kelayakan suatu

potensi daerah tersebut. Kriteria-kriteria ialah sebagai berikut :

a. Konsumen : Ada calon konsumen listrik di sekitar instalasi Pusat Listrik

pada radius 2 km dari pembangkit atau gardu distribusi.

b. Jarak : Panjang jaringan distribusi dari titik lokasi pusat listrik terhadap

penerima daya (beban) kurang dari 2 km untuk tegangan rendah (220 V)

c. Kapasitas : Daya terbangkit cukup memadai untuk seluruh warga agar

tidak menimbulkan konfik social, min 1 ampere atau 200 watt/ KK.

d. Debit air : Fluktuasi debit sumber air tidak terlampau besar dan maksimal

1 bulan kering pada musim kemarau serta tidak menurunkan fungsi

system keairan yang ada.

e. Bencana : Konstruksi berada pada tanah yang stabil. Tinggi bendung

tidak lebih dari 2 meter, dan Head desain kurang dari 50 meter.

f. Aksesibilitas : Jalan akses menuju lokasi dapat dijangkau atau dapat

ditempuh dengan aman dan ekonomis.

g. Lingkungan : Lokasi Pusat listrik tidak merusak lingkungan dan atau

berada di kawasan konservasi yang dilarang

h. Ekonomi : Masyarakat memiliki sumber pendapatan uang untuk

membiayai operasi dan pemeliharaan instalasi.


24

4.2 Pengumpulan Data Lapangan

Hal yang pertama yang dilakukan yaitu survey lapangan, dimana berupa

pengumpulan peta kerja daerah Pondok Cikoneng yang didapatkan dari Google

Earth. Untuk perlengkapan survey berupa alat tulis, alat ukur, Stopwatch, GPS

(Global Positioning system), dan safety equipment.

Gambar 4.1 Luas Daerah Aliran Sungai

Potensi sungai di Pondok Cikoneng ini memiliki arus air sungai yang cukup

deras. Untuk pengukuran luas DAS, penulis mendapatkan data dari Google

Earth dan serta ACME Planimeter untuk menentukan garis batas dari titik

ketinggian sampai lokasi bendung. Sehingga Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)

yaitu = 2,34 km2.


25

4.3 Perhitungan Debit Sungai

Dalam perhitungan debit sungai, metode yang kami gunakan yaitu

Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode). Metoda ini

dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa

dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran).

Alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metoda ini:

1. Alat tampung menggunakan botol air mineral ukuran

2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang

dilengkapi dengan stop watch.

3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.

Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini

adalah:

1. Pilih aliran sungai yang alirannya cukup tenang.

2. Setelah itu menghitung Lebar Sungai ( b= 1,9 m ).

3. Dikarenakan kedalaman sungai yang berbeda beda, maka penulis

membagi sungai menjadi 3 segment, agar mendapatkan hasil yang

akurat.

4. Tentukan jarak yang akan ditempuh benda apung (botol yang telah

diisi air setengah), dalam hal ini penulis menentukan jarak 2 m.

5. Diperlukan 3 (tiga) orang untuk melakukan pengukuran. Satu

orang untuk memegang alat tamping, satu orang bertugas

mengoperasikan stop watch, dan orang ketiga melakukan

pencatatan.
26

6. Proses dimulai dengan aba-aba dari orang pemegang stop watch

Pengukuran dilakukan 3 (lima) kali (untuk setiap segment), dan

hasil pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai

kecepatan rata-rata aliran air.

Kecepatan  Jarak (m/s)


Waktu

7. Didapatkan data sebagai berikut :

Kecepatan Kec. rata-


Segment Jarak (m) Waktu (s)
(m/s) rata (m/s)
2 3.40 0.588
1 2 3.33 0.601 0.557
2 4.15 0.482
2 4.15 0.482
2 2 5.15 0.388 0.439
2 4.49 0.445
2 3.36 0.595
3 2 4.89 0.409 0.495
2 4.15 0.482

Tabel 4.1 Kecepatan Air Sungai

Lebar Kedalaman Luas


Segment Penampang Debit (Q) Debit (Q)
Segment
(b) Sungai (h) (A)
M m m2 m3/s l/s
1 0.60 0.30 0.18 0.106 106
2 0.60 0.46 0.28 0.121 121
3 0.60 0.18 0.11 0.054 54

Q Total 0.280 280

Tabel 4.2 Debit Air


27

Dari Pengolahan data diatas diambil pada saat musim kemarau. Debit yang

dihasilkan yaitu sebesar (Q) = 0.280 m3/s.

Jenis Saluran Faktor Koreksi ( c )


Saluran Beton, persegi panjang, mulus 0.85
2
Sungai luas, tenang, aliran bebas (A>10m ) 0.75
2
Sungai dangkal, aliran bebas (A<10m ) 0.65
Dangkal (<0.5), aliran turbulen 0.45
Sungai sangat dangkal (<0.2m), aliran turbulen 0.25

Tabel 4.3 Faktor koreksi ( c ) untuk setiap jenis saluran

Sungai ini merupakan sungai yang dangkal dengan aliran bebas.

Berdasarkan tabel diatas, sehingga faktor koreksi debit sebesar 0.65 dan

diperoleh debit :

Q  c Qtot
 0.65  0.280
= 0.18 m3/s

4.4 Pengukuran Head

Untuk menentukan posisi ketinggian sebuah permukaan tanah, penulis

menggunakan metode GPS. Untuk menentukan head brutto, kita harus

a. Lokasi bendungan berada pada elevation :1508 mdpl

b. Lokasi Head Pond berada pada elevation : 1505 mdpl

c. Lokasi Power House & Tail Race pada elevation : 1464 mdpl

Untuk mencari Head Brutto menggunakan rumus:

Hbrutto = Muka air atas – Muka air bawah


28

Keterangan :

Muka air atas = Tinggi permukaan air pada Head Pond

Muka air bawah = Tinggi permukaan air pada Tail Race

Maka, Hbrutto = 1508 m – 1464 m

= 44 m

4.5 Estimasi Daya yang Dibangkitkan

Dari data – data yang didapatkan, yaitu :

Hbrutto = 44 m

Q = 0.18 m3/s

Sehingga perkiraan daya yang dapat dibangkitkan berdasarkan data diatas

yaitu:

P  Hbrutto Q g 

m3 m
 44m 0.18  9.81 2  0.65
s s

= 50.5 kW

= 50.5
0.736

= 68.61 Hp
29

4.6 Menentukan Losses Head (Hf) dan Diameter Optimum

Seperti yang diketahu Losses-Head (Hf) sangat bergantung pada kecepatan

air dalam pipa penstock (v), sedangkan kecepatan air bergantung pada diameter

optimum pipa penstock (D). Untuk menetapkan diameter optimum dilakukan

dengan cara menghitung diameter dan losses-headnya untuk tiap-tiap

kecepatan aliran. Penulis mengambil asumsi kecepatan aliran air (v) 2 m/s.

Contoh perhitungan :

 2
Q .D .v
4

Sehingga,

4.Q
D
 .v

4  0.18 m 3 / s
   0.33 m
 2m / s

Mencari nilai f pada grafik Moody Diagram

v.D
Re  , dimana U = 1.13 x 10-6 m2/s
U

2 m / s  0.33 m   0.599106
Re 
1.13  10 6 m 2 / s

Dengan   0.046mm 4.6105 m

 4.6 105 m

D 0.33 m

 0.0001358


Berdasarkan dari diagram moody untuk Re  0.599  10 6 dan  0.0001358 ,
D

maka didapatkan f = 0.0137.


30

Gambar 4.2 Diagram Moody


31

. Sehingga Losses-Head dapat dihitung :

a. Losses pada dinding penstock

L v2
Hf  f  
D 2g

25 m 22 m / s
Hf  0.0137  
0.33 m 2  9.81 m / s 2

H f  0.206 m

Kecepatan Diameter Losses-Head


( m/s ) (m) (m)
1 0.478852131 0.036987449
2 0.338599589 0.206222068
3 0.276465407 0.572429233
4 0.239426065 1.183598374
5 0.214149183 2.082536529
6 0.195490564 3.261613587
7 0.180989093 4.829617285
8 0.169299794 6.888118127
9 0.159617377 9.375919227

Tabel 4.4 Perhitungan Head-Losses


32

10
9
8
7
6
Hf (m)

5
4
3
2
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Diameter (m)

Gambar 4.3 Grafik Hf terhadap Diameter

Dari grafik diatas dapat diambil diameter optimum yaitu sebesar 0,25 m,

sehingga :

= .

, ³/
= . ,
= 3,6 /

.
= ∪

, / . ,
= = 0,796 10
,

,
= ,
= 0,000184

Dari diagram Moody diatas didapatkan harga f = 0,0138, maka

,
= 0,0138 , ,
= 0,911
33

b. Losses pada belokan pipa

Dalam hal ini, penulis memperkirakan ada 2 belokan pada penstock saat

air menuju turbin dengan sudut 40 o. Rumus yang digunakan yaitu :

v2
H e  Kb 
2g

Dimana :

Kb = koef. Kehilangan tenaga karena belokan

v = kecepatan aliran dalam pipa

g = gravitasi bumi ( 9,81 m/s2)

α 20o 40o 60o 80 o 90 o


Kb 0.05 0.14 0.36 0.74 0.98

Tabel 4.5 Koefisien Kb sebagai fungsi sudut belokan α

3.6 2 m / s
H e  0.14 
2  9.81 m / s 2

He  0.0924m  karena 2 belokan maka total loss = 0.1849 m

Dengan Hdesain turbin yaitu sebesar 15 m, maka total Head yaitu :

H  Hb  (H f  He )

= 15 m – (0.911 + 0.1849 m)

= 13.903 m
34

4.7 Potensi Daya yang Dihasilkan

Sehingga perkiraan daya yang dapat dibangkitkan berdasarkan data diatas

yaitu: P  H Q g 

13.903 m0.18 m3 / s 9.81 m / s2 0.65

= 15.95 kW

= 15.95
0.736

= 21.68 Hp

Kecepatan Spesifik :

. √
=

=
.
. .
→ dimana diasumsikan 750 rpm

= 130
35

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian berikut data – data yang dilampirkan:

NO ITEM SPESIFIKASI SATUAN BESARAN


1 Pemilihan turbin Jenis Turbin CROSSFLOW
Tinggi jatuh Lapangan (Hbrutto) 44
m
Tinggi jatuh efektif (Hnett) 13.903
Debit Potensi (Q) 0.280
2 Data Turbin m3/s
Debit Desiqn (Q) 0.18
Daya Potensi (P) 68.61
Hp
Daya Turbin (P) 21.68
Rotasi Turbin Putaran turbin (n) 750
3 rpm
Kecepatan Spesifik (ns) 130
Diameter dalam (D2) 0.14
4 Diameter turbin Diameter Luar (D1) m 0.20
Lebar runner (bo) 0.30
Tabel 5.1 Hasil Penelitian

a. Dengan daya yang didapatkan sekitaran 15 kW – 51 kW, maka ini

termasuk dalam Pusat Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH).

b. Dikarenakan pengukuran debit dilakukan pada musim kemarau dan

dengan menggunakan metode apung, tidak menggunakan Current

meter, serta tidak didapatkannya dapat debit rata-rata sungai ini dalam

kurun waktu 10 tahun kebelakang dari daerah setempat, Debit ini bisa

lebih besar dan daya yang dihasilkan akan jauh lebih besar dari pada

penelitian yang saya telah lakukan.

c. Dari kriteria kelayakan potensi, daerah Pondok Cikoneng bisa dikatakan

desa yang berpotensi PLTMH.


36

5.2 Saran

Sebagai saran dari penulis, diharapkan setelah didapatkannya data seperti

yang terlampir diatas agar pembaca dapat melanjutkan penelitian ini dengan

melakukan perancangan pembangkit tersebut. Hal tersebut dapat

bermanfaat sebagai bahan penelitian serta pengabdian masyarakat sebagai

seorang Mahasiswa Teknik khususnya Teknik Mesin.


37

DAFTAR PUSTAKA

1. Nechleba, Miroslav, Dr Techn. M.E. Hydraulic Turbin, Artia – Prague,

Czechoslovakia, 1957

2. Fritz Dietzel, Turbin, Pompa dan Kompressor, Erlangga, Jakarta, 1993

3. DEA, CES, Bambang Triatmodjo.Ir.Dr.Prof, 1995. Hidrolika II. BETA offset,

Yogyakarta

4. IMIDAP, Buku Utama Cetakan kedua: Pedoman Studi kelayakan PLTMH,

Dirjen Listrik dan Pemanfaatan energy Departemen ESDM, 2008

5. Suhandi, Perancangan, Pembuatan Dan Metode Uji Turbin Crossflow

Kapasitas 20 kW Untuk PLTMH Triharjo Lampung, skripsi, STT-PLN, 2013

6. Ramadhan Kaafah, Penelusuran Spesifikasi Turbin-Turbin Laboratorium STT-

PLN dan Rencana Pemanfaatannya pada Site, Skripsi, STT-PLN, 2014

7. http://www.alpensteel.com/article/117-104-energi-sungai-pltmh--micro-hydro-

power/166--analisa-perhitungan-mikrohidro
38

LAMPIRAN

Você também pode gostar