Você está na página 1de 15

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KONSEP MANAJEMEN KONFLIK”

OLEH :

KELOMPOK 6

TINGKAT III.2

1. A.A.A SINTYA DEVI MAHARANI (P07120015074)


2. I KT. GD. ADI SUARTAMA PUTRA (P07120015075)
3. NI WY. EKA BUDHI SUMARTININGSIH (P07120015076)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Manajemen Keperawatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai


perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Denpasar, 1 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Konflik........................................................................................3
B. Sejarah Terjadinya Konflik...........................................................................3
C. Kategori Konflik...........................................................................................4
D. Proses Konflik...............................................................................................5
E. Penyelesaian Konflik....................................................................................6
F. Strategi Penyelesaian Konflik.......................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah


internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-
nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan
bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai
suatu kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi, dimana orang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam
kepentingannya. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian
tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang atau
kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang. Sumber
konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan
seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan
kepribadian, serta peran yang membingungkan.

Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan


asuhan keperawatan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar
tentang konflik meliputi konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam
suatu organisasi, jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka konflik dapat
menghasilkan suatu kualitas produksi, penyelesaian yang kreatif dan berdampak
terhadap peningkatan dan peningkatan. Peran manajer sangat penting dalam
mengelola konflik, dengan menciptakan lingkungan menggunakan konflik yang
konstruktif dalam pengembangan, peningkatan, dan produktivitas. Jika konflik
mengarah ke suatu yang menghambat dalam suatu organisasi, maka manajer harus
mengenali sejak awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya produktivitas
dan motivasi tidak terkena efek. Belajar menangani konflik secara konstruktif
dengan menekankkan pada “win-win solution” merupakan keterampilan kritis
dalam suatu manajemen.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari konflik ?


2. Bagaimanakah sejarah terjadinya konflik ?
3. Apa sajakah kategori dari konflik ?
4. Bagaimanakah proses dari konflik ?
5. Bagaimanakah penyelesaian konflik ?
6. Apa sajakah strategi dalam penyelesaian konflik ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari konflik.


2. Mengetahui sejarah terjadinya konflik.
3. Mengetahui kategori dari konflik.
4. Mengetahui proses dari konflik.
5. Mengetahui penyelesaian konflik.
6. Mengetahui strategi dalam penyelesaian konflik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik

Konflik adalah suatu perselisihan atau suatu perjuangan yang timbul


akibat terjadinya ancaman keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan
perilaku seseorang. Konflik dapat terjadi akibat adanya pertentangan pada situasi
keseimbangan yang terjadi pada diri individu ataupun pada tatanan yang lebih
luas, seperti antar individu, antar kelompok, atau bahkan antar masyarakat.
Konflik dianggap sebagai suatu bentuk perjuangan maka dalam menyelesaikan
konflik seharusnya diperlukan usaha-usaha yang bersifat konstruktif untuk
menghasilkan pertumbuhan positif individua tau kelompok, peningkatan
kesadaran, pemahaman diri dan orang lain, dan perasaan positif kearah hasil
interaksi atau hubungan dengan orang lain (Kuntoro, 2010).

B. Sejarah Terjadinya Konflik

Sejarah terjadinya suatu konflik pada suatu organisasi dimulai serratus


tahun yang lalu, dimana konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa
yang pasti terjadi di organisasi. Pada awal abad ke 20, konflik diindikasikan
sebagai suatu kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang harus dihindari.
Keharmonisan suatu organisasi sangat diharapkan tetapi konflik selalu akan
merusaknya. Ketika konflik mulai terjadi pada suatu organisasi, meskipun
dihindari dan ditolak namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik
sebenarnya dapat dihindari, kalua staf diarahkan terhapat suatu tujuan yang jelas
dalam melaksanakan tugasnya dan ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara
langsung supaya masalah tidak menumpuk dan bertambah banyak.

Pada pertengahan abad ke 19, ketika ketidakpuasan staf dan umpan balik
dari atasan tidak ada, maka konflik diterima secara pasif sebagai suatu kejadian
yang normal dalam organisasi. Oleh karena itu, seorang manajer harus belajar

3
banyak tentang bagaimana menyelesaikan konflik tersebut dari pada berusaha
menghindarinya. Meskipun konflik dalam organisasi merupakan suatu unsur
penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan
kerjasama dapat terjadi secara bersamaan.

Teori interaksi pada tahun 1970 mengemukakan bahwa konflik merupakan


suatu hal yang penting, dan secara aktif mengajak organisasi untuk menjadikan
konflik sebagai salah satu pertumbuhan produksi. Teori ini menekankan bahwa
konflik dapat mengakibatkan pertumbuhan produksi sekaligus kehancuran
organisasi, keduanya tergantung bagaimana manajer mengelolanya. Mengingat
konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam organisasi, maka
manajer harus dapat mengelolanya dengan baik.

Konflik dapat berupa sesuatu yang kualitatif ataupun kuantitatif. Meskipun


konflik berakibat terhadap stress, tetapi dapat meningkatkan produksi dan
kreativitas. Manajemen konflik yang konstruktif akan menghasilkan lingkungan
yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu fenomena utama, komunikasi
yang terbuka melalui pengutaraan perasaan dan tukar pikiran serta tanggung
jawab yang menguntungkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan (Nursalam,
2013).

C. Kategori Konflik

Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan horizontal


(Marquis dan Huston, 1998). Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan.
Konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan yang sama,
misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik. Konflik dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan antar
kelompok.

4
a. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik
yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi
peran. Misalnya, manajer mungkin merasa mempunyai konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.

b. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana
nilai, tujuan, dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena
seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga
ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik
dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.

c. Konflik Antarkelompok (Intergroup)


Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau
organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai
kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan
prasarana.

D. Proses Konflik

Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.

1. Konflik laten.

Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi.


Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat.
Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan organisasi dan kualitas
produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata
atau tidak pernah terjadi.

2. Felt conflict (Konflik yang dirasakan)

5
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga
sebagai konflik affectiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk
menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu
masalah/ancaman terhadap keberadaannya.

3. Konflik yang nampak/sengaja dimunculkan

Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang


dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan
kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik.
Sementara itu, penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan
upaya dan strategi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.

4. Resolusi konflik.

Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara


memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip win-
win solution.

5. Konflik aftermath

Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak


terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah
besar dan bisa menjadi penyebab dari konflik yang utama bila tidak segera
di atasi atau dikurangi.

E. Penyelesaian Konflik

1. Langkah-langkah Penyelesaian Konflik

Vestal (1994) dalam Nursalam (2012) menjabarkan langkah-langkah


menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan intervensi.

6
a. Pengkajian.
1) Analisis situasi.
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan,
setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua
perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang
terlibat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat
diubah.
2) Analisis dan mematikan isu yang berkembang.
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan
masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari
masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu
waktu.
3) Menyusun tujuan.
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi.
1) Mengelola perasaan
Hindari respons emosional : marah, sebab setiap orang mempunyai
respons yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
c. Intervensi.
1) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
2) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian
konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang
paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

2. Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik

a. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.


b. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan.
c. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan saksama.
d. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari solusi yang
terbaik dan gali konsekuensi dari keputusan yang akan dibuat.
e. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.
f. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.

F. Strategi Penyelesaian Konflik

Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam.

7
a. Kompromi atau negosiasi.
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat
saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian
strategi ini sering diartikan sebagai lose-lose situation. Kedua pihak yang
terlibat saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top
manajer keperawatan.

b. Kompetisi.
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian
ini menekankan hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah
kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.

c. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation.
Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang
berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan pada
orang lain untuk menang. Pada strategi ini, masalah utama yang terjadi
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam
politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.

d. Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini,
individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan
daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi
ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat
dipergunakan pada konflik yang besar, misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi, tidak dapat dipergunakan.

e. Menghindar.
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari
tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau

8
tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih bila
ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih
besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan
sendirinya.

f. Kolaborasi.

Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Dalam


kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena keduanya yakin
akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi
tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi
tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam
menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok/seseorang (Bowditch dan Buono, 1994).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahsan yang telah dijabarkan diatas, dapat kami simpulkan bahwa :

1. Konflik adalah suatu perselisihan atau suatu perjuangan yang timbul


akibat terjadinya ancaman keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat
dan perilaku seseorang.

2. Pada awal abad ke 20, konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan


manajemen pada suatu organisasi yang harus dihindari. Keharmonisan
suatu organisasi sangat diharapkan tetapi konflik selalu akan merusaknya.
Oleh karena itu, seorang manajer harus belajar banyak tentang bagaimana
menyelesaikan konflik tersebut dari pada berusaha menghindarinya.

3. Konflik dapat dikatagorikan menjadi Konflik vertical dan horizontal.


Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal
terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan yang sama, misalnya
konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik. Konflik dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal,
dan antar kelompok.

4. Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :


a. Konflik laten.
b. Felt conflict (Konflik yang dirasakan)
c. Konflik yang nampak/sengaja dimunculkan
d. Resolusi konflik.
e. Konflik aftermath

5. Adapun langkah-langkah penyelesaian suatu konflik meliputi pengkajian,


identifikasi, dan intervensi.

10
6. Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam,
yaitu:
a. Kompromi atau negosiasi.
b. Kompetisi.
c. Akomodasi.
d. Smoothing.
e. Menghindar.
f. Kolaborasi.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami mengenai pokok bahasan “Konsep Manajemen
Konflik”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
sumber referensi. Apabila ada kekurangan dalam makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bowditch, L.J., dan A.F. Buono. 1994. A Primer on Organizing Behavior. New
York: Wiley
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Kontoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2010. Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Edisi 4. EGC.
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Siegler, E.L. dan Whitney, F.W. 2000. Kolaborasi perawat-dokter. Jakarta: EGC.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Swanburg, R.C, 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis. Jakarta : EGC

12

Você também pode gostar