Você está na página 1de 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat
pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.Timbang terima merupakan
teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
antar shift secara tulisan dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan
lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang
terima yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana
tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara lisan dan
tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu terus

1
ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan
bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep timbang terima pasien ?
2. Bagaimanakah konsep pendelegasian tugas ?
3. Bagaimanakan konsep pengelolaan obat ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umun
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat
pengetahuan tentang Konsep timbang terima pasien dan pendelegasian
tugas
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep timbang terima pasien
b. Untuk mengetahui konsep pendelegasian
c. Untuk mengetahui konsep pengelolaan obat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Timbang Terima Pasien Menurut (Rosyidi, 2013)


1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover, cross
coverage, operan dan serah terima. Timbang terima merupakan suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu yang berupa laporan yang
berkaiatan dengan keadaan pasien. Menurut Australian Medical Association
(AMA) tahun 2006 timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab
profesionaldan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan
pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional
secara sementara atau permanen. Timbang terima merupakan komunikasi
yang terjadi pada saat perawat melakukan pergantian shift, dan memiliki
tujuan yang spesifik yaitu mengkomunikassikan informasi tentang keadaan
pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya.
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin secara singkat,
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna.

2. Tujuan Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association (AHHA)
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan
dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan
kesehatan. Menurut (Nursalam, 2011) tujuan dilaksanakan timbang terima
adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.

3
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3. Manfaat timbang terima


Manfaat timbang terima menurut Australian Health Care and Hospitals
Association (2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,
penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan
sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang
terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan.
Selain itu, timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang
dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas
Universitas Sumatera Utara dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain,
proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada
perawat.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab
antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,
pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat

4
menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
Menurut (Nursalam, 2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.

4. Prinsip Timbang Terima


Prinsip timbang terima Friesen, White dan Byers (2009)
memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :

a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien


Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam
kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk
mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki
pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan
perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh
pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting
dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien
yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk
memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima
pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.

5
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka
dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan
timbang terima pasien. Dalam tim Universitas Sumatera Utara
multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan
anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang
terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang
terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali
terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari
bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang
terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif.

e. Tempat timbang terima pasien


Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi
tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung
efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat
timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di
bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protokol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis
pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien
secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.

6
3) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar
biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

5. Jenis timbang terima


Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
a. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan
tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau
rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan
computer atau memori.
b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama
mereka tinggal di rumah sakit.
c. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan
diagnostik selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat
pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk
terjadinya kesalahan.
d. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain
sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman
berlangsung antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat
perawatan yang berbeda.
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah,
masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer
pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai
faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi
perawatan kesehatan.

7
6. Macam-macam timbang terima
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
a. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat
lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial keperawatan selama
laporan lisan.
b. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa
rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan emosional.
Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr bahwa rekaman timbang terima
membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
c. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:
1) Persiapan (pasien dan informasi).
2) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.
3) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
bedside timbang terima adalah:
1) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang
tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi.
2) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan
anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa
yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi
pasien.
d. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima,
ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan
tertentu.

8
7. Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima
Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
a. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
b. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
4) Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

8. Pelaksanaan Timbang terima yang baik dan benar


Menurut Australian Medical Association (2006) pelaksanaan timbang terima
yang baik dan benar diantaranya:
a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu
yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam
keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk
mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas
penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan
dikerjakan.
e. Timbang terima antar dinas harus dilakukan secara menyeluruh, agar
peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan
jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan
atau saat mereka pergi berlibur.

9
9. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima
Australian Medical Association (2006) menyatakan bahwa tempat
yang tepat pada saat akan dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah:
a. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
b. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.
c. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan
informasi yang tidak tepat.
d. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

10. Prosedur timbang terima (Nursalam, 2011)

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap 5 menit NURSE KARU, PP dan
pergantian sif/ operan. STATION PA
2. Prinsip operan, terutama
pada semua pasien baru
masuk dan pasien yng
dilakukan operan
khususnya pasien yang
memiliki permasalahan
yang belum dapat teratasi
serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan operan
pada PP berkutnya
mengenai hal yang perlu
dsampaikan dalam operan:
a. Jumlah pasien,
b. Identitas klien dan
diagnose medis

10
c. Data (keluhan/ subyektif
dan objektif)
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
f. Intervensi kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain)
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas 20 menit NURSE Karu, PP dan
sudah siap sif jaga STATION PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruangan membuka
acara operan
4. Perawat yang melakukan
operan dapat melakukan
klarifikasi, Tanya jawab,
dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah
dioperkan dan berhak
menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
5. Kelapa ruangan atau PP
menanyakan kebutuhan

11
dasar pasien
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan jelas
7. Perawat yang
melaksanakan operan
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
dan tindakan yang telah
atau belum dilaksanakan
serta hal-hal penting
lainnya selama masa
perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya
9. Lama operan untuk tiap
pasien tidak lebih dari lima
menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit

Post operan 1. Diskusi 5 menit NURSE Karu, PP, PA


2. Pelaporan untuk operan
STATION
dituliskan secara langsung
pada format operan yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP

12
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh Karu

11. Timbang terima dengan metode SBAR


Menurut Rina, 2012 konsep SBAR yaitu sebagai berikut;
a. S (siuation) Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada
pasien.
- Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
- Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat
keparahan.
b. B (background)
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:
- Daftar pasien
- Nomor medical record
- Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
- Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor.
- Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien
- Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
labor sebagai pembanding
- Informasi klinik lainnya
Background merupakan informasi penting tentang apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini.
c. A (assessment/pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini
d. R (recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.

13
B. Konsep Pendelegasian Tugas menurut (Triwibowo, 2014)
1. Pengertian Pendelegasian
Pendelegasian atau pelimpahan wewenang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008), istilah melimpahkan yaitu memberikan wewenang,
sedangkan wewenang itu sendiri merupakan hak/kekuasaan untuk
bertindak.Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan. Kewenangan
dalam penjelasan Peraturan Menteri No.32 tahun1996 tentang Tenaga
Kesehatan yang secara lengkap ditambahkan dengan istilah kompetensi.
Kompetensi dan kewenangan menunjukkan kemampuan professional yang
baku dan merupakan standar profesi dan tenaga kesehatan. Pelimpahan
wewenang yaitu kegiatan memberikan kemampuan profesional sesuai dengan
standar profesi. Pelimpahan wewenang ini pada beberapa sumber
menyebutkan sebagai pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang
dapat diartikan sebagai suatu pemberian tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.

Pelaksanaan pendelegasian banyak mengalami masalah, dimana proses


delegasi tidak terlaksana secara efektif, ketidakefektifan kesalahan yang
sering terjadi ada tiga, yaitu :

a. Underdelegasi ( pelimpahan terlalu sedikit)


Dimana orang yang menerima tugas limpahnya diberikan
wewenang sangat terbatas dan sering tidak terlalu jelas mengenai
wewenang yang harus dilakukan, sehingga tugas limpah tersebut tidak
diselesaikan dengan baik.
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak
mampu melakukan seperti apa yang dilakukan orang yang menerima
delegasi. Hal ini karena tanggung jawab yang diberikan sangat sedikit dan
sering merasa bosan, malas, dan tidak efektif. Delegasi yang tepat akan
meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan hubungan yang kondusif
antara manajer dan staf. Hal ini berlaku juga dalam pelayanan

14
keperawatan dirumah sakit antara perawat profesional dengan perawat
vokasional.
b. Overdelegasi ( pelimpahan delegasi berlebihan )
Pemberian tugas limpah yang terlalu berlebih akan berdampak
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan
memonitor pelaksaan tugas yang dilimpahkan.Dalam hal ini sering
ditemukan penyalahgunaan wewenang.
c. Improperdelegasi ( Pelimpahan yang tidak tepat )

Kesalahan yang diberikan adalah kesalahan pada waktu pemberian


tugas limpah, orang yang tidak tepat, dan alasan delegasi.

2. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif

Lima konsep dasar yang mendasari efektifitas dalam pendelegasian, yaitu :

a. Delegasi bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab, tetapi


suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
Manajer keperawatan sering melimpahkan tanggung jawabnya kepada staf
dalam melaksanakan asuhan kepada pasien. Misalnya, dalam penerapan
model asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat primer
( PP) melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan tanggung
jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat asosiat
(PA). Perawat primer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam
merawat pasien yang dilimpahkan.
b. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang.
Perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan pasien. Tanggung
jawab untuk melaksanakan tujuan / rencana dilimpahkan kepada staf yang
sesuai / menguasai kasus yang dilimpahkan, kemudian PP memberikan
wewenang kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut

15
keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
tersebut harus meliputi :
1) Pengkajian kebutuhan pasien.
2) Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain.
3) Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan
dengan aman dan kompeten.
4) Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang.
5) Ketersediaan supervisi yang cukup oleh PP.
6) Proses evaluasi yang terus menerus dalam membantu seseorang.
7) Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara pemberi dan
penerima limpah.
c. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan
ditentukan oleh :
1) Intervensi keperawatan yang diperlukan.
2) Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut.
3) Bantuan apa yang diperlukan.
4) Hasil apa yang diharapkan.
d. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota.
Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif.Setelah
PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukkan
rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara
mandiri.Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “apa yang
bisa kita lakukan”.Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang
untuk melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan
dalam melaksanakan tugas dan membangun suatu rasa kebersamaan dan
hubungan yang serasi.
e. Penerimaan tugas limpah harus aktif
Untuk ikut terlibat aktif, maka penerimaan tugas limpahan harus dapat
menganalisa otonomi yang dilimpahkan. Keterbukaan akan
memepermudah komunikasi anatara PP dan PA.

3. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif

16
Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang yang jelas harus meliputi unsur :

a. Tujuan spesifik.
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas
sebagai parameter kepada siapa delegasi itu diberikan.
b. Target waktu .
PP harus memberikan target waktu dalam memberikan tugas limpah
kepada PA. Pada perencanaan keperawatan pada pasien, PP harus menulis
target waktu yang jelas sebagai indikator keberhasilan asuhan
keperawatan.
c. Pelaksaan tindakan keperawatan.
Contoh pendelegasian Askep pada MAKP

Pelaksaan Tugas Informasi yang minimal


Bersihan jalan nafas diperlukan untuk
setian 30 menit melaksanakan tugas

Berikan rasional / alasan Informasi tambahan


Suara nafas tambahan tidak
diperlukan untuk
jelas, perlu terus
memberikan alasan terhadap
diobservasi sampai 2 jam
tugas yang dilimpahkan

Jelaskan hasil yang diharapkan. Hari Informasi diperlukan untuk


ini hari ke-3 MRS dan pasien harus delegasi tanggung jawab dan
dapat bernafas dengan normal menciptakan kompetesi dalam
sebelum hari ke-5 mencapai tujuan

Delegasi penuh. PP telah melimpahkan otorutas


Sewaktu suara nafasnya normal,
kenada PA.
lakukan latihan nafas dalam dan

17
batuk

PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi


keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian
dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan
dilaksanakan.

18
4. Pendelegasian Ditinjau dari Beberapa Aspek Hukum
a. Tinjauan hukum administrasi
Hukum administrasi mengatur wewenang dan tugas perawat dalam
menjalankan perannya sesuai aturan yang ada. Dalam menjalankan
perannya, perawatan akan melaksanakan berbagai fungsi salah satunya
yaitu fungsi dependen. Fungsi dependen merupakan fungsi perawatan
dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain. Perawat dalam memberikan pelayanan memiliki kompetensi delegasi
yaitu kemampuan yang didelegasikan dari perawat profesional kepada
perawat vokasional dan kemampuan yang didelegasikan dari tenaga medis
kepada perawat.Jika , merujuk pada teori tersebut bahwa delegai medis
dapat diberikan kepada tenaga paramedik dengan kemampuan dan
kewenangan yang memadai. Sedangkan perawat dan dokter pad
ahakikatnya memiliki kompetensi yang berbeda sesuai dengan keahlian
bidang masing- masing.
Kompetensi seorang perawat dapat diperoleh dari pendidikan atas
pelatihan, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atas pemegang
otoritas melalui pemberian izin.Kewenangan diberikan kepada mereka
yang memiliki kemampuan, tetapi memiliki kemampuan berarti memiliki
kewenangan.Merujuk pada dasar teori di atas bahwa meskipun perawat
memiliki kemampuan untuk memberikan pengobatan tetapi secara formal
tidak memiliki kewenangan untuk itu, karena dalam menjalankan
kewenangannya seorang perawat terikat oleh standar operasi, kode etik,
standar prosedur dan sumpah janji sebagai perawat. Oleh karena itu
pendelegasian dari dokter kepada perawat tidak dapat dilakukan, yang
dapat dilakukan adalah pendelegasian dari dokter kepada dokter lain atau
dari perawat keoada perawat lain.

b. Tinjauan hukum Pedata


Pasal 1233 KHUPerdata menyebutkan bahwa “tiap – tiap perikatan
dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang – Undang”.Pasal

19
1234 KHUPerdata ,”tiap – tiap perikatan adalah untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu”, disini
tidak dibedakan untuk perikatan yang timbul karena Undang – Undang
atau perikatan yang timbul karena persetujuan.
Jika pelimpahan wewenang disebut sebagai perjanjian, maka
seharusnya mengikuti ketentuan yang ada dalam Pasal 1320 KHUPerdata
mengenai syarat sah perjanjian yaitu :
1) Sepakat
Secara yuridis, yang dimaksud adanya kesepakatan ialah tidak
adanya kehilafan, paksaan tau penipuan (Pasal 1321
KHUPerdata).Sepakat diartikan juga sebai suatu persetujuan
(toestemming) dari mereka yang mengikatkan diri.Berarti didalam
sebuat perjanjian, minimal harus ada dua subjek hukum yang dapat
menyatakan kehendak untuk mengikatkan diri.Sepakat itu terjadi
jika pernyataan kehendak kedua subjek hukum itu sendiri sepakat,
dalam arti kehendak dari pihak yang satu mengisi kehendak yang
lainnya secara timbal balik.Salam pelimpahan wewenang tindakan
keperawatan harus ada kesepakatan antara perawat yang
mendelegasikan dengan perawat yang didelegasikan.Perawat
pemberi delegai sepakat untuk memberikan wewenang tindakan
keperawatan dan kesepakatan itu tidak dengan kekhilafan, paksaan
atau penipuan.
2) Cakap
Secara yuridis, yang dimaksdu dengan kecakapan untuk
membentuk perikatan adalah kemampuan seseorang untuk
mengikatkan diri karena tidak dilarang oleh Undang – Undang.
Menurut Pasal 1329 KUHPerdata bahwa setiap orang adalah cakap
untuk membentuk perikatan – perikatan, jika ia oleh Undang –
Undang tidak dinayatakan tak cakap. Kemudian, di dalam Pasal
1330 KUHPerdata disebutkan orang – orang yang dinyatakan tidak
cakap untuk membuat suatu perrjanjian yaitu orang yang belum
dewasa, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan orang

20
perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh Undang – Undang dan
pada umumnya semua orang kepada siapa undang undang telah
melarang dibuat perjanjian tertentu.
Berdasarkan kedua pasal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kecakapan bertindak merupakan kewenangan yang umum untuk
meningkatkan diri, sedangkan kewenangan bertindak merupakan
kewenangaan khusu. Dengan demikian , berarti bahwa
ketidakwenangan hanya menghalangi seseorang untuk melakukan
tindakan hukum tertentu dan orang yang dinyatakan tidak wenang
adalah orang yang secara umum tidak cakap untuk bertindak.
Dengan perkataan lain orang yang tidak cakap untuk bertindak
adalah orang yang tidak pempunyai wewenang hukum karena
orang yang wenang hukum adalah orang yang pada umumnya
cakapuntuk bertindak terapi pada peristiwa tertentu tidak dapat
melaksanakan tindakan hukum dan tidak wenang menutup
perjanjian tertentu secara sah.
Berkaitan dengan pelimpahan wewenang, maka wewenang
tindakan keperawatan harus dilimpahkan kepada perawat yang
cakap menurut hukum. Karena meskipun perawat mampu
melakukan tinfakan pelimpahan , apabila perawat tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. ,isalnya: suatu tindakan
keperawatan tidak dapat dilimpahkan kepada perawat yang
mengalami gangguan mental.

3) Suatu hal tertentu


Di dalam Pasak KUHPerdata disebutkan bahwa suatu perjanjian
harus mempunyai sebagi pokok suaru barang yang paling swdikit
ditemukan jenisnya, ayat (1). Tidaklah menjadi halangan bahwa
jumalh barang tidak tent, asal saja jumlah itukemudian dapat
ditentukan atau dihitung , ayat (2).

21
Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan suatu hal tertentu adala onjek dari perjanjian. Kata barang
dari objek tertentu adalah terjemahakan dari zaak. Akan tetapu kata
zaak itu bisa diartikan hukum.
Dihubungkan dengan objek pelimpahan wewenang tindakan
medis, maka urusan yang dimaksud adalah tindakan medis. Oleh
karena itu tindakan medis yang dilimpahkan tersebut harus dapat
dijelakan makan standar pelimpahan wewenang tindakan medis
menjadi faktor penting.
4) Salah satu sebab yang halal
Di dalam pasal 1335 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata,
disebutkan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab atau yang telah
dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang tidak
mempunyai kekuatan.
Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dapat terjadi tiga
masam jenis perjanjian, yaitu perjanjian dengan suatu sebab yang
sah, perjanjian tanpa sebab atau perjanjian dengan suatu sebab
yang palsu atau terlarang.
Didalam Pasal 1337 KUHPerdata disebutkan bahwa suatu sebab
adalah terlarang apabila dilarang oleh undang – undang atau
apabila berlawan dengan kesusilaan atau ketertiban umum,
sedangkan yang dimaksdu sebabadalah tujuannya. Dihubungkan
dengan pelimpahan wewenang tindakan medis, maka tindakan
seperti abortus provokatus dianggap sebagai perjanjian dengan
sebb terlaran, sedangkan pengobatann melalui pembedahan
terhadap pasien dengan persetujuan merupakan perjanjian dengan
sebab yang sah.
Dalam KUHPerdata Pasal 1367 dijelaskan bahwa “ Seseorang
tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
perbuatan orang – orang yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan oleh barang – barang yang berada dibawah

22
pengawasannya”. Hal ini berarti, perawat bertanggung jawab
terhadap kerugian yang disebabkan oleh tindakannya. Selain itu,
perawat juga bertangguang jawab terhadap kerugian dan kelalaian
yang ditimbulkan oleh perawat yang diberikan pelimpahan
wewenang olehnya.
c. Tindakan hukum pidana

Hukum pidana pada prinsipnya bertujuan untuk melindungi


masyarakat. Ketentuan pidana dalam Undang – Undang Kesehatab
memberikan impikasi adanya konsekuensi hukum terhadap unsur
pelanggaran. Maknanya bahwa standar profesi, standar pelayanan , standar
prosedur dan kode etik untuk dipenuhi bukan untuk dilanggar, sehingga
tenaga kesehatan menjalankan perannya sesuai dengan aturan yang
mengikat.

Seseorang yang melakukan perbuatan karena melaksanakan


perinth jabatan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian atau
kesalahan yang ditimbulkan. Hal ini sesuai dengan KUHP Pasal 51 ayat
(1) yang berbunyi,” Brang siapa yang melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintal jabatan yang diberikan oleh pengusaha yang
berwenang, tidak dipidana.” Kemudian pada ayat (2) dijelaskan bahwa,:
Perintah jabatan tanpa wewenang tidak menyebabkan hapusnya pidana,
kacuali yang diperintahkan dengan itikad baik mengira bahwa perintah itu
diberikan dengan wewenang dan pelaksanaanya termasuk dalam
lingkungan pekerjaanya”. Berkaitan dengan tanggungjawab perawat
terhadap akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya apabila perbuatan
dilakukan sesuai dengan perintal atasannya. Hubungan dengan
pelimpahan wewenanag jika terjadi kegagalan perawatan dalam
melaksanakan tugas limpahan sebagai sesuai dengan prosedur dan batas
kewenangan yang diberikan , tanggung jawab dibebankan kepada pemberi
perintah.

23
Hukum kesehatan memiliki pendanagn bahwa pidana merupakan
alternatif terakhir setelah dilakukan upaya mediasi jika terjadi gugatan
masalah kesehatan oleh masyarakat. Undang Undang No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Pasal 29 menyatakan bahwa,” dalam hal tenaga
kesehatan diduga melakuakn kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu malalui mediasi.

C. Konsep Pengelolaan Obat Menurut (Nursalam, 2011)


1. Pengertian
Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.

2. Tujuan Pengelolaan Obat


Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa obat perlu disentralisasi.
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
c. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat.
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk minum.
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadarluarsa.
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
i. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri

24
3. Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi )
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
c. Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau
bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T ( jenis,
dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam
kontak obat.
d. Pembagian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
penmberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
3) Ada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat
atau wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau
efek samping pada pasien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat – obatan yang hamper habis akan diinformasikan

25
kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep ( jika masih perlu
dilanjutkan ) kepada dokter penanggung jawab pasien
e. Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku masuk obat sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sedian obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin ( sewaktu saja ) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat.

f. Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek sampingyang cukup besar atau hanya diberikan dalam
waktu tertentu / sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukan
kepada keluarga setelah pemberian,. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat ( Nursalam, 2007) .Seorang manajer
keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan
cara – cara berikut ini:
a) Membuat catatan mengenai obat – obatan Yang sering
dipakai, jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian
berikan salinan kepada semua staf.
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan
dan gantungkan didinding.
c) Berikan kepada semua staf mengenai harga bermacam-
macam obat

26
d) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai
satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf
e) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana diperpustakaan.
g. Menyimpan persediaan obat
1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat
dan menulis etiket dan alamat pesien. Penyimpanan stok
( persediaan ) yang teratur dengan baik merupakan bagaian
penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam
buku besar persediaan atau dalam kartu persedian.
2) System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan ( kartu stok ) kadang-kadang digunakan
untuk menggantikan buku besar persediaan, kartu ini berfungsi
seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah
barang yang dikeluarkan dalam buku besar persediaan, masing –
masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah. Tetapi
dalam system kartu persediaan, masing – masing barang dituliskan
dalam kartu yang terpisah.
3) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obvat, pemisahan antara obat
untuk penggunaan oral ( untuk diminum) dan obat luar.

h. Diagram alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat menurut (Nursalam, 2007)

DOKTER
Koordinasi dengan Perawat
PASIEN/KELUARGA

FARMASI/APOTEK

PASIEN/KELUARGA 27

PP/PERAWATDAN
PENGATURAN YANG MENERIMA
PENGELOLAAN
PASIEN/KELUARGA
OLEH PERAWAT
- Surat Persetujuan
Sentralisasi Obat dari
Perawat
- Lembar Serah Terima Obat
- Buku Serah Terima/Masuk
Obat

Lembar Persetujuan Dilakukan Sentralisasi Obat

LEMBAR PERSETUJUAN
DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : L/P *)
Umur :
Alamat :

Adalah istri / anak / orang tua *) dari pasien :


Nama :
Umur :
Alamat :
Ruang :
No. Reg. :
Menyatakan setuju/tidak setuju *) untuk dilakukan sentralisasi obat,
setelah mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan pemakaian
obat yang diatur atau dikoordinir oleh perawaat sesuai ketentuan dosis yang diberikan
dokter.
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam pengelolaan
sentralisasi obat.

28
2. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada petugas farmasi untuk
dilakukan pengadaan obat.
3. Obat dari depo farmasi diserahkan kepada perawat berdasarkan dosis per harinya
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima dan
ditandatangani oleh petugas farmasi dan perawat yang menerima.
5. Obat akan disimpan di kantor perawatan.
6. Setiap hari perawat membagi obat sesuai dosis atau aturan minum dan diberikan pada
pasien.
7. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan diberikan
pada pasien/keluarga.
Jombang,……...……………2015

Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk


digunakan sebagaimana mestinya.
Katim Yang membuat persetujuan

………………………………. ………………………………
Saksi-saksi
1.…………………………….. 2.……………………………

29
Lembar Serah Terima Obat

LEMBAR SERAH TERIMA OBAT


DI RUANG
Nama Pasien : No. Kamar :
Umur : No. Reg. :
No. Tgl Nama Obat Jumlah TTD / TTD/ Ket
nama nama
terang terang
perawat keluarga
pasien
1.

2.

3.

4.

5.

30
Formulir Pemberian Obat

FORMULIR PEMBERIAN OBAT


Nama Pasien : Umur : Ruang : No.
Reg :
Tgl
Nama Terima
Obat (jumlah)
Penerima
Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf

Dosis

31
Sisa

Cara
Pember
ian
Tgl
Nama Terima
Obat (jumlah)
Penerima
rina Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf

Dosis

Sisa
Cara
Pemb
erian
(rute)

Tgl
Nama Terima
Obat (jumlah)
Penerima
Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf

Dosis

32
Sisa

Cara
Pember Tgl
Nama Terima
Obat (jumlah)
Penerima
Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf Jam Paraf

Sisa
Dosis

Cara
Pemb
erian
(rute)

33
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Timbang terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan


menerima sesuatu yang berupa laporan yang berkaiatan dengan keadaan
pasien.Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain: timbang terima pasien antar dinas,
timbang terima pasien antar unit keperawatan, timbang terima pasien antara
unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik, timbang terima pasien
antar fasilitas kesehatan dan timbang terima pasien dan obat-obatan.Konsep
yang digunakan untuk melakukan timbang terima menurut Rina, 2012 yaitu
konsep SBAR yang artinya S (siuation) Situation merupakan kondisi terkini
yang sedang terjadi pada pasien, B (background) Sediakan informasi latar
belakang yang sesuai dengan situasi, A (assessment/pengkajian) Assessment
merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini dan R
(recommendation) merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.

Pendelegasian atau pelimpahan wewenang menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia (2008), istilah melimpahkan yaitu memberikan wewenang,
sedangkan wewenang itu sendiri merupakan hak/kekuasaan untuk
bertindak.Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan.Pelaksanaan
pendelegasian banyak mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak
terlaksana secara efektif, ketidakefektifan kesalahan yang sering terjadi ada
tiga, yaitu : Underdelegasi ( pelimpahan terlalu sedikit), delegasi berlebihan )
dan Improperdelegasi ( Pelimpahan yang tidak tepat ). Pendelegasian Ditinjau
dari Beberapa Aspek Hukum yaitu tinjauan hukum administrasi, Tinjauan
hukum Pedata dan Tindakan hukum pidana

34
Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Teknik Pengelolaan
Obat ( Sentralisasi ) Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat, penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk,
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat

B. Saran

Diharapkan dengan pembuatan makalah ini , pengetahuan mahasiswa


dapat bertambah luas tentang “konsep timbang terima pasien dan
pendelegasian tugas”, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan
untuk mempelajari dan memahami mata kuliah ini manajemen keperawatan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi dan Praktik Keperawatan


Profesional (2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dan Praktik Keperawatan


Profesional (3rd ed.). Jakarta.

Rosyidi, K. (2013). Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan (1st ed.).


Jakarta: Trans Info Media.

Triwibowo, C. (2014). Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit (1st


ed.). Jakarta: Trans Info Media.

36

Você também pode gostar